Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun
lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan
komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan meterial-material
yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari
tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-
cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan
gua di Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem
Land Australia, dan lukisan-lukisan prasejarah lainnya. (Anonim, 2007).
Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna,
mereka menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya
dari akar tanaman tertentu. Kemudian orang-orang Mesir itu menemukan
kasein sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai menemukan
minyak tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai
perekat cat. Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik
dengan berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih
banyak dipakai.

Salah satu cara meningkatkan nilai tambah suatu bahan adalah dengan
melapisi permukaan bahan tersebut dengan bahan lain yang lebih tinggi
nilainya. Pengetahuan tentang pelapisan permukaan bahan, secara umum
dikenal sebagai surface coating knowledge. Bagian ini meliputi: metal coating
(electro coating, galvanizing), plastic coating, paper coating, powder coating
dan tentang cat itu sendiri. Jadi cat merupakan bagian kecil dari sebuah ilmu
yang jauh lebih besar, yaitu ilmu tentang surface coating.

Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu
bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau
melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan
mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat dan padat
pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan
banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray),
dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain (Susyanto,2009b). Cat adalah
istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk
melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan
melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir
semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis
untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan
pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau
kerusakan oleh air).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan dasar penyusun cat?
2. Bagaimanakah proses pembuatan cat?
3. Apa saja jenis-jenis cat?
4. Bagaimanakah cara menentukan kualitas cat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bahan-bahan dasar penyusun cat.
2. Mengetahui proses pembuatan cat.
3. Mengetahui jenis-jenis cat.
4. Mengetahui cara menentukan kualitas cat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahan Dasar Penyusun Cat

Bahan-bahan penyusun cat yaitu resin/polimer/binder, pigment dan


extender, solvent, dan additive.
1. Resin/ Polimer/ Binder
Karakteristik utama cat yaitu mampu melekat pada substrat dengan
kuat. Istilah lain dari cat adalah coating yang berarti melapisi. Resin pada
dasarnya adalah polymer dimana pada temperatur ruang (atau temperatur
applikasi) bentuknya cair, bersifat lengket dan kental. Resin merupakan
bahan utama pembentuk cat dan biasa disebut dengan istilah
polimer/binder.
Resin berfungsi:
 Mengikat atau merekatkan pigmen, filler, dan bahan-bahan lain.
 Sebagai bahan pengikat dan pelekat pada substrat (membentuk film).

Macam-macam resin diantaranya:

1. Natural resin.
Yaitu resin yang diperoleh dari alam. Biasanya berbentuk padat seperti
getah (natural hard resin atau hardza). Contoh natural resin
diantaranya:
a. Natural resin dari tanaman. Contoh: Coloponium dan gum resin
dari pohon pinus, copal dari pohon copal, damar dari pohon damar.
b. Natural resin dari hewan. Contoh: Shellac dari sekresi serangga.
c. Natural resin dari petrokimia. Bitumous resin dari Petroresin.
2. Synthetic resin
Yaitu resin yang dibuat dari bahan-bahan kimia dan diolah pada suhu
tinggi. Contoh synthetic resin yaitu:
a. Resin Alkyd (paling banyak dipakai untuk cat). Contoh:
 Long oil alkyd yang memiliki kadar minyak tinggi. Jenisnya
air drying dan synthetic varnish/enamel
 Medium oil alkyd yang memiliki kadar minyak sedang.
Jenisnya semi air drying, air drying, dan industrial enamel.
 Short oil alkyd yang memiliki kadar minyak rendah. Jenisnya
semi air deying, nondrying, cat pelapis anti korosi, dan cat
alkyd.
b. Resin amino (resin yang sangat penting untuk pembuatan cat kayu).
Untuk pembuatan cat amino alkyd, resin yang dipakai yaitu:
 Urea-Formaldehida (UF-resin)
 Melamin-Formaldehida (MF-resin)
 Fenol-formaldehida (PF-resin)
c. Resin acrylic yaitu resin hasil polimerisasi adisi dari acrylic
monomer dan derivatnya.
Berdasarkan sifatnya, resin acrylic dibagi dua:
 Thermoplastic Acrylic yaitu resin yang memiliki berat molekul
yang relatif tinggi, Banyak digunakan untuk cat berkualitas
tinggi yang kering udara (high quality air drying lacquer)
 Thermosettic Acrylic yang Mempunyai gugus fungsional
hydroxy yang reaktif dengan amino resin atau polyisocyanate
(membentuk polyurethane).
Film yang dihasilkan resin acrylic biasanya keras, jernih dan
mempunyai daya tahan terhadap sinar UV (non yellowing). Acrylic
Resin biasanya digunakan sebagai campuran pembuatan cat acrylic
yang tidak menguning baik acrylic lacquer, acrylic enamel,
maupun untuk campuran jenic cat polyurethane.
d. Resin Polyester yaitu resin yang diperoleh dari reaksi antara
polifungsional alkohol dengan poli fungsional asam karbosilik
(carboxylic acid). Berdasarkan sifatnya resin polyester dibagi
menjadi dua :
 Saturated polyester (PE): memiliki gugus fungsional OH yang
dapat bereaksi dengan asam amino atau poli-isosianat.
 Un-Saturated polyester (UPE): memiliki gugus tak jenuh
(unsaturated group) dengan inisiator dan katalis terjadi reaksi
polimerisasi adisi.
e. Resin Polyurethane yaitu resin yang diperoleh dari reaksi antara
polyol dan poliisosianat, bersifat flexibel, liat, memiliki ketahana
abrasif dan relatif tahan terhadap bahan kimia dan beberapa jenis
solvent. Polyurethane dibagi menjadi :
1). Polyurethane one pack (satu komponen)
 Setelah diaplikasikan, cat yang mengandung resin
dikeringkan dengan air dry dan oksigin. Disebut juga
Urethane alkyd.
 Setelah diaplikasikan, cat yang mengandung resin
dikeringkan dengan air dry dan kelembapan. Disebut juga
Moisture cure PU
 Setelah diaplikasikan, cat yang mengandung resin
dikeringkan dengan dipanasi (stoving). Disebut juga block
polyurethane
2). Polyurethane two pack (dua komponen) yaitu polyol &
isosianat
 Jenis yg dapat menguning, terdiri dari polyol & isosianat
aromatik
 Jenis yg tidak dapat meguning, terdiri dari polyol &
isosianat alifatik
f. Resin Epoxy. Resin ini dikenal karena memiliki keistimewaan
seperi:
 Ketahanan terhadap air dan bahan kimia yang tinggi
 Daya lekat yang tinggi pada berbagai substrate
 Sangat padat, keras dan fleksibel
Resin epoxy terutama dipakai pada:
 Pelapis anti korosi
 Lapisan pelindung beton
 Penahan getah (gum sealer) untuk mencegah getah atau
minyak keluar dari permukaan kayu.

Setiap jenis resin mempunyai banyak sekali type dan turunanya, bahkan
kombinasi antara satu resin dengan resin yang lain juga menambah
perbendaharaan jenis resin baru. Daya tahan, kekuatan dan karakter cat secara
keseluruhan sangat dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai. Pemilihan resin
yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak pertimbangan diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Pemakaian, jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai


resin yang secara alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang
cocok adalah alkyd dengan kadar oil yang cukup banyak (alkyd long oil).
Resin dengan kekentalan tinggi dan cepat kering sangat tidak cocok
dipakai untuk pemakain dengan kuas, akan menimbulkan permukaan
yang tidak rata setelah cat kering. Begitu juga resin yang encer dan
lambat kering sangat tidak cocok untuk pemakaian dengan spray pada
permukaan vertical.
2. Kekuatan, jika dibutuhkan cat dengan daya tahan tinggi terhadap sinar
matahari, maka resin yang tepat adalah Acrylic atau Polyurethane, namun
jika dibutuhkan cat dengan kekuatan tinggi terhadap kimia, gesekan,
benturan, dll namun untuk pemakian di dalam, maka resin Epoxy adalah
jawabannya.
3. Dan pertimbangan-pertimbangan yang lain seperti ongkos/harga, substrat
(permukaan bahan yang akan di cat), lingkungan (berair, kering, korosif)
dan lain-lain. (Susyanto. 2009g)

2. Pigment

Pigment merupakan padatan halus (bubuk) yang ditambahkan ke dalam cat


dengan beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Optis : Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti:
warna, derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya
2. Protective : Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut,
seperti: kekuatan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dll
3. Reinforcing : Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan,
kelenturan, daya tahan terhadap abrasi, dll

Kekuatan, daya tahan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari cat dapat
dibentuk atau diciptakan dengan menambahkan pigment yang tepat dan
konsentrasi yang sesuai. Untuk memilih pigment yang tepat dan benar perlu
dipelajari sifat-sifat umum dari pigment itu sendiri. Sifat-sifat pigment
tersebut adalah:

1. Warna dasar
2. Bentuk dan ukuran partikel
3. Berat jenis, density atau specific gravity
4. Oil absorption
5. Hiding power (refractive index)
6. Daya tahan terhadap panas dan asam basa
7. PH
8. Muatan Listrik
9. Bleeding

Secara umum pigment terbagi dalam dua kategori besar yaitu:

1. Pigmen organic : Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic


(karbon).
2. Pigmen anorganik : Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman
logam yang terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi
kimia di pabrik. Pada jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai
pigment saja) dan extender atau filler. (Susyanto. 2009f)

Pigment anorganik mempunyai daya tahan solvent, kimia, daya tutup,


kemudahan terdispersi, stabilitas terhadap panas, cahaya dan cuaca yang lebih
bagus dibanding pigment organic. Namun dalam kecerahan dan tinting
strength, pigment organic umumnya lebih bagus dibanding anorganik.
3. Solvent
Pada saat pembuatan cat, solvent memberi kontribusi sedemikian rupa
sehingga campuran mempunyai kekentalan yang pas untuk diproses: diaduk,
dicampur, digiling dan lain-lain. Dengan penambahan solvent yang tepat dan
cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau campuran pada suatu titik
dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-masing proses.
Demikian halnya pada saat pemakaian cat, dengan penambahan jenis solvent
yang tepat dan dengan takaran pas, maka cat bisa dikuas, dispray atau
dilumurkan dengan mudah pada obyek yang akan dicat. Komposi solvent
yang tepat juga memberi pengaruh optimal pula pada mekanisme penguapan
dari solvent-solvent yang ada, sehingga akan membentuk film yang maksimal
karakteristiknya, baik textur permukaannya, sifat kilapnya maupun kecepatan
keringnya.

Cat merupakan sebuah system campuran yang kompleks, ada padatan (solute)
yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan
(solvent active) yang terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvent
adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang berperan melarutkan atau
mendispersi komponen-komponen pembentuk film (resin, pigment dan/atau
additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses
pengeringan.

Membicarakan solvent tidak bisa lepas dari thinner, karena keduanya saling
berkaitan satu dengan yang lain. Thinner adalah campuran beberapa solvent
yang dipakai untuk melarutkan resin di dalam cat atau mengencerkan cat
selama penggunaan. Di dalam prakteknya resin atau cat dilarutkan oleh tidak
hanya satu jenis solvent , tetapi oleh beberapa macam kategori solvent.
Bagaimana dengan cat water base, solvent dan thinner-nya adalah setali tiga
uang atau sama saja, yaitu air. Untuk cat jenis water base dimana air adalah
sebagai pelarutnya, tidak akan dibahas dibagian ini.
Solvent dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik fisikanya.
Penggolongan solvent berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut:

1. Hidrokarbon
Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari solvent-solvent
dimana unsur hidrogen (H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya.
Golongan ini terbagi lagi menjadi tiga sub golongan, yaitu: aliphatis,
aromatis dan halogenated hidrokarbon. Sedang sub golongan aliphatis
dibagi lagi menjadi aliphatis jenuh (saturated) dan tidak jenuh
(unsaturated). Solvent-solvent golongan hidrokarbon hampir seluruhnya
berasal dari hasil distilasi minyak bumi yang merupakan campuran dari
beberapa sub-sub golongan (bukan senyawa murni), sehingga titik
didihnya berupa range dari minimum sampai maksimum, bukan
merupakan titik didih tunggal.
2. Oksigenated Solvent
Oksigenated sovent atau solvent dengan atom oksigen adalah solvent-
solvent yang struktur kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk
dalam kategori ini adalah golongan ester, ether, ketone dan alkohol.

Faktor penting bagaimana solvent menjalankan fungsinya didalam cat adalah


kemampuannya untuk melarutkan resin, kemudian membentuk larutan yang
stabil dan homogen. Beberapa parameter dalam hubungannya terhadap daya
larut solvent adalah sebagai berikut:

1. Solubility Parameter solvent; solvent hidrokarbon mempunyai hubungan


yang proporsional dengan harga Kauri Butanol (KB); semakin besar
harga KB-nya, semakin besar solubility parameternya atau dengan kata
lain semakin besar pula daya larut solvent tersebut. Range harga KB
adalah antara 20 -105. Untuk beberapa solvent hidrokarbonn aliphatis
berkisar antara 28 – 40, sedang untuk hidrokarbon aromatis lebih besar
dari 70. Cara lain untuk menentukan daya larut solvent-solvent
hydrokarbon adalah dengan menentukan Titik Anilin (TA); makin rendah
TA, makin besar daya larut solvent tersebut.
2. Hidrogen Bonding Index adalah merupakan ukuran kekuatan ikatan
antara atom-atom hidrogen (relatif positif) dan atom-atom negatif seperti
oksigen dalam solvent tersebut, harganya berkisar antara – 15 sampai +
18. Solvent-solvent hidrokarbon mempunyai harga rendah dan jenis
alkohol mempunyai harga yang tinggi, sedang lainnya berkisar di antara
dua jenis solvent tersebut.
3. Dipole Moment adalah polaritas suatu solvent yang tergantung dengan
nilai konstanta dielektriknya. Pada umumnya makin polar suatu bahan
yang dilarutkan akan membutuhkan semakin polar pula bahan
pelarutnya.

Dalam hubungannya dengan resin Nitro Cellulose (NC) ada beberapa istilah
yang berkaitan dengan solvent, yaitu Active Solvent, Latent Solvent dan
Diluent. Active solvent adalah solvent yang secara nyata melarutkan NC,
contoh: hampir semua keton (MEK), ester (ethyl atau butyl acetate) dan ether
(aceton). Latent solvent atau juga disebut co-solvent adalah solvent yang bila
sendirian tidak bisa melarutkan NC, tetapi digunakan untuk meningkatkan
daya larut active solventnya. Peningkatan daya larut active solvent dapat
dilihat dari penurunan kekentalan larutan yang cukup besar setelah ditambah
latent solvent (dibanding dengan penambahan yang sama active solvent atau
solvent jenis lain), contoh latent solvent adalah alkohol. Sedang diluent
adalah solvent yang dipakai untuk melarutkan kedua jenis campuran solvent
tersebut (thinner), sehingga harganya diharapkan lebih murah, dibanding bila
hanya ada dua jenis solvent tersebut. (Susyanto. 2009h)

4. Additiv
Disamping ke tiga komponen seperti sudah dibahas dalam bab-bab
sebelumnya, yaitu: resin, pigment dan solvent, ada beberapa komponen lain
yang ditambahkan dalam jumlah sangat sedikit ke dalam cat. Komponen yang
ditambahkan ini disebut additive. Komponen-komponen ini, sekalipun
ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun memberi kontribusi yang sangat
besar terhadap sifat cat, sehingga cat dapat diproses, disimpan dan dipakai
seperti harapan kita. Penambahan additive yang ada dalam cat tidaklah serta
merta muncul begitu saja, merupakan suatu proses panjang dari beberapa
percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama proses pembuatan,
penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh,
kemudian kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan
variasi jenis dan takaran beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama
jenis dan takaran additive tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut.

Additive ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang


dipakai (solvent atau water base), jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya
dan bagaimana mekanisme pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya
memberi informasi yang jelas tentang apa dan bagaimana additive harus
digunakan.

Berdasarkan fungsinya, additive dibedakan sebagai berikut:

Tabel 1. Pembagian additive

Kategori Nama Keterangan


Mempermudah atau
mempercepat proses
Wetting agent penggantian udara dan air oleh
Mempercepat atau resin pada permukaan pigment
mempermudah proses atau extender
Mempermudah distribusi
Dispersing agent pigment dan extender ke dalam
cairan resin
Mencegah proses pengulitan
pada permukaan cat (oil atau
Anti skinning agent
alkyd base resin) selama
penyimpanan
Mengurangi akibat Mempertahankan kekentalan cat
jelek selama Thickening agent atau melindungi cat selalu dalam
penyimpanan kondisi koloid
Mempertahankan pigment selalu
berada pada kondisi dispersi
Anti settling agent
yang stabil dalam campuran,
sehingga tidak mengendap.
Mencegah turunnya atau
Mengurangi akibat Anti sagging melelehnya cat jika dipakai pada
jelek selama permukaan tegak
pemakaian
Levelling agent Meningkatkan kualitas
permukaan cat, sehingga
permukaannya rata tidak
bergelombang
Mencegah pemisahan pigment
Anti flooding &
baik secara vertikal maupun
floating
horisontal
Mencegah atau menghilangkan
Anti foaming timbulnya busa pada permukaan
cat
Mencegah atau mengurangi
Anti static agent timbulnya arus listrik static
selama pemaikaian
Mempercepat reaksi oksidasi
dan polymerisasi dari ikatan tak
Dryer jenuh pada cat jenis alkyd atau
synthetic (mengandung drying
oil).
Untuk mempercepat reaksi
crosslinking antara resin amino
dan alkyd polyol (atau
Catalyst
turunannya), biasanya dipakai
Memperbaiki atau senyawa-senyawa asam organik
merubah sifat film maupun anorganik
Meningkatkan fleksibilitas cat,
terutama pada cat yang
Plasticizer
mempunyai berat molekul yang
besar, seperti NC.
Mencegah timbulnya atau
Anti fouling agent melekatnya tumbuhan air laut
pada dasar dinding kapal
Menurunkan derajad kilap
Matting agent lapisan cat (dari gloss ke semi
gloss atau dari semi ke dof/matt)
Anti fungus Mencegah timbulnya jamur

(Susyanto. 2009a)
B. Proses Pembuatan Cat

Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi


yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi
teknologi yang dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan
catnya. Proses pembuatan cat yaitu:
1. Persiapan
Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai
dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil
dari gudang yang sudah teruji kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak
pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan
adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan
tersebut). Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan
cara ditimbang beratnya atau diukur volumenya, tergantung dengan basis
apa yang digunakan dalam formula atau resepnya. Ketelitian dan
keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil akhir
pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment.
Bahan-bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi, bisa
dilakukan dengan tenaga manusia biasa, forklif atau melalui sistim
pemipaan (untuk bahan cair).

2. Produksi
Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:
a. Cat tanpa pigment
Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan
stiring saja, yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara
sesuai dengan jenis cat yang akan dibuat ke dalam sebuah tangki
dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan dengan
putaran mixer relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran yang
benar-benar merata di semua titik. Waktu stiring dan kecepatan
mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran.
Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat thinner, hardener,
wood stain (solvent + dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak
mengandung pigment atau extender asli (padatan). Namun jika
pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan setengah
jadi (pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa
diproses seperti tersebut di atas.
b. Cat dengan pigment
Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada
seberapa halus padatan (pigment atau extender) terdispersi di dalam
campuran. Jika diinginkan padatan terdispersi secara kasar (dengan
kehalusan antara 20 – 50 mikron), maka proses yang dibutuhkan
adalah cukup dengan proses dispersi saja; namun jika dikehendaki
padatan terdispersi secara halus (5 – 20 micron) maka diperlukan
proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis
cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah : dempul
atau filler, cat primer, undercoat, intermediate atau tembok dimana
kehalusan partikel bukan merupakan sifat yang harus dicapai.

3. Proses Dispersi
Tahapan dispersi merliputi:
1. Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau
extender oleh bahan-bahan cair (millbase).
2. Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok
partikel pigment dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang
lebih kecil atau partikel-partikel primernya sesuai dengan derajad
kehalusan yang dikehendaki.
3. Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih
kecil atau partikel-partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain,
tidak bersatu kembali.

Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip


dispersinya terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu
mendapat perhatian adalah: kecepatan peripheral campuran, bentuk
cakram, diameter cakram terhadap tangki, tinggi cakram dari dasar
tangki, diameter tangki, tinggi tangki dan perbandingan padatan dan
cairan campuran (kadar padatan = PVC) serta penambahan secara tepat
additive wetting dan dispersingnya. Jika kondisi ideal terpenuhi, maka
akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai donat, terbentuk
“doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang
optimal.

4. Penggilingan
Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih
rendah dari 20 mikron, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari
pigment. Untuk itu diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik
partikel-partikel pigment akan dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-
partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut penggilingan. Untuk
memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigmen, extender, sebagian
resin dan additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan
setengah jadi). Pasta ini bisa disimpan dalam gudang atau langsung
diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya dengan proses mixing biasa,
seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas.

Alat dan prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya adalah:

1. Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang


berhimpitan satu dengan lainnya, dimana jarak diantara dua buah
silinder ini bisa diatur sesuai dengan derajad kehalusan yang
diinginkan. Contoh dari alat ini adalah Triple roll Mill.
2. Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin
giling yang terdiri dari agitator dan banyak glass bead di dalamnya.
Di dalam silinder giling, glass bead bersama dengan millbase akan
diputar oleh agitator pada kecepatan tertentu, menyebabkan pigment-
pigment secara mekanis akan terpecah karena tertumbuk oleh glass
bead secara terus menerus. Millbase melalui saringan akan keluar,
sedangkan glass bead akan tetap tertahan di dalam silinder giling.
Sekalipun glass bead terbuat dari bahan yang keras dan kuat, pada
akhirnya juga akan terpecah, ini akan menyebabkan proses
penggilingan akan menurun performance-nya dan glass bead harus
diganti dengan yang baru. kecepatan putar agitator, kekentalan, kadar
padatan dan waktu tinggal millbase di dalam mesin adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi efektifitasnya proses penggilingan. Jika
satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil yang
diinginkan, millbase biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin,
dilakukan bisa berkali-kali hingga diperoleh derajad kehalusan yang
diinginkan.

5. Penyelesaian
Seperti sudah dijelaskan pada bagian di atas bahwa proses pembuatan cat
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi
dan/atau penggilingan dan proses yang hanya melibatkan proses mixing
saja. Tahap akhir dari kedua proses ini juga berbeda, pada proses yang
melibatkan dispersi dan/atau penggilingan pigment, maka mengukur
derajad kehalusan dari partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna
mengakhiri proses tersebut. Sedang proses lain, yang hanya melibatkan
proses mixing, maka untuk melihat seberapa jauh campuran sudah
tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan, cukup
mengukur kekentalan atau viskositas campuran tersebut. Namun bila
campuran tersebut mengandung beberapa jenis pasta, maka menyamakan
warna (colour matching) campuran cat secara kasar perlu dilakukan, agar
campuran tidak terlalu jauh berbeda dengan warna standardnya. Kedua
tahapan ini biasanya disebut uji kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara
sebelum cat diuji secara seksama pada tahap paling akhir dari proses
pembuatan cat, yaitu tahap pengujian kualitas cat (Susyanto, 2009e).

C. Jenis-jenis Cat
Jenis-jenis cat dapat digolongkan pada beberapa dasar pengelompokan seperti
diuraikan pada table berikut:
Tabel 2. Jenis-jenis Cat

Dasar
Jenis dan keterangan
pengelompokan
Berdasarkan jenis resin yang dipakai: cat epoxy,
polyurethane, acrylic, melamine, alkyd, nitro cellulose,
Bahan baku
polyester, vinyl, chlorinated rubber, dll
Berdasarkan ada tidaknya pigment dalam cat tersebut,
yaitu varnish atau lacquer (transparent, tidak mengandung
pigment); duco atau enamel (berwarna dan menutup
permukaan bahan, mengandung pigment).
Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion), anti jamur
(anti fungus), tahan api, tahan panas (heat resistance), anti
Fungsi
bocor (water proofing), decorative, protective, heavy duty,
industrial dll.
Metode
Cat kuas, spray, celup, wiping, elektrostatik, roll, dll.
pengecatan
Cat Primer (sebagai dasar), undercoat, intermediate
(ditengah-tengah), top coat/finishing (pada permukaan
Letak pemakaian paling atas dari beberapa lapisan cat), interior (di dalam
tidak terkena secara langsung sinar matahari) dan exterior
(di luar), dll.
Cat besi (metal protective), lantai (flooring systems), kayu
Jenis substrat (wood finishing), beton (concrete paint), kapal (marine
paint), mobil (automotive paint, plastik, kulit, tembok, dll.
Kondisi dan
Cat pasta, ready-mixed, emulsi, aerosol, dll.
bentuk campuran
Ada tidaknya
Water base, cat solvent base, tanpa solvent, powder, dll.
Solvent
Cat kering udara (varnish dan syntetic enamel), cat
Mekanisme
stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan solvent
Pengeringan
(lacquer dan duco), dll.

(Susyanto. 2009c)
D. Kualitas Cat

Kualitas cat harus memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk cat. Sandar
Nasional Indonesia untuk cat ini dibuat untuk meningkatkan mutu dan
kualitas cat serta untuk menekan biaya produksi dan dalam rangka
mengembangkan industry cat sehingga menjamin mutu produk yang beredar
di pasar sesuai dengan mutu yang diinginkan.

Untuk mendapatkan kualitas cat seperti yang diharapkan oleh pelanggan,


berbagai usaha harus diarahkan untuk mendapatkan kualitas hasil akhir dari
setiap proses seoptimal mungkin. Setiap proses dimulai dari pembelian bahan
baku, penyimpanan bahan baku, pemrosesan bahan baku menjadi bahan
setengah jadi maupun bahan jadi, penyimpanan bahan jadi dan pengiriman
bahan jadi ke pelanggan harus dikontrol dengan jadwal, pengujian dan
pelayanan yang memadai.
Beberapa pengujian harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa resin,
pigment, extender, solvent dan additive yang dibeli dan kemudian disimpan
di dalam gudang sesuai spesifikasi, tidak terjadi salah barang, penyimpangan
dan perubahan kualitasnya. Proses pembuatan pasta menghasilkan pasta yang
stabil, tidak gampang mengulit, mengeras dan dengan dengan derajad
kehalusan sesuai kebutuhan. Proses pembuatan cat menghasilkan cat dan
film dengan kualitas seperti yang diharapkan. Untuk itu harus dilakukan
pengujian-pengujian dasar sebagai berikut:

Tabel 3. Uji kualitas cat

Kategori Jenis
Pengujian Keterangan
Bahan Bahan
Membandingkan penampilan, seperti :
permukaan, bahan asing, endapan,
kejernihan, gumpalan dan warna sample
resin dengan standard yang ada.
Penampilan
Untuk warna resin dinyatakan dengan
bilangan Gardner, yaitu menyamakan
warna sample dengan skala warna Gardner.
Warna jernih (1) hingga warna merah pekat
(18)
Mengukur waktu yang dibutuhkan untuk
menghabiskan seluruh cairan keluar dari
sebuah flow cup standard. Nilai kekentalan
Bahan dibuat atas dasar waktu yang dibutuhkan
Resin dari mulai mengalir sampai putusnya aliran
baku
tersebut. Cara ini efektif jika cairannya
dalah jenis newtonian dan mempunyai
range kekentalan dibawah 200 detik.
Kekentalan
(detik atau Untuk cairan yang sangat kental maka
mPas) digunakan cara Gardner, yaitu
membandingkan kecepatan naiknya
gelembung udara yang berisi cairan sample
dengan cairan standard dalam tabung
dengan ukuran tertentu dari yang paling
encer (A) hingga yang paling kental (Z6).

Atau bisa dilakukan dengan alat Brokfield


dengan range pengukuran kekentalan antara
10 hingga 8.106 mPas

Membandingkan berat sample terhadap


Berat Jenis
volumenya dengan menggunakan gallon
(gram/cm3)
cup pada temperatur tertentu.
membandingkan berat sample sesudah
dikeringkan (110oC selama 1 jam) dengan
Kadar
sebelum dikeringkan. Biasa disebut dengan
Padatan
NV(non volatile matter) dengan basis v/v
(%)
atau w/w> basis v/v (volume/volume) lebih
sering dipakai.
mengetahui senyawa asam yang terkandung
Bilangan dalam resin
Asam
Membandingkan penampilan, seperti:
bahan asing, gumpalan dan warna sample
dengan standard yang ada.

Untuk membandingkan warna pigment,


sample harus didispersikan atau digrinding
dalam resin tertentu kemudian ditarik pada
kertas rungkut dengan ketebalan 60 micron
Penampilan dan dibandingkan dengan warna standard
Pigment
dan Untuk dyestuff perlu dilarutkan pada
extender pelarut tertentu hingga membentuk larutan
denga konsentrasi 3 (DZ) atau 10% (PP),
kemudian dicampur dengan resin tertentu
dan dilanjutkan seperti tersebut di atas.

Mengetahui seberapa besar penyerapan


Oil pigment atau extender terhadap oil atau
Absorption minyak nabati dalam satuan ml per 100 g
sample.
Membandingkan penampilan, seperti :
bahan asing, endapan, kejernihan,
Penampilan
gumpalan dan warna sample dengan
standard yang ada.
Solvent Mengukur resistivity (tahanan = Mega
ohm) suatu solvent dengan dua dip
elektroda pada jarak tertentu (1 cm).
Resistivity
Besaran ini menggambarkan bisa tidaknya
solvent tersebut dipakai dengan spray jenis
elektrostatik
Jenis dan Mengukur derajad kemurnian solvent atau
Komposisi menganalisa jenis dan fraksi komponen-
komponent komponen dalam campuran solvent

Biasanya diuji secara langsung dengan menambahkan


pada resep bahan setengah jadi (pasta) atau cat, diproses
Additive
dan dipakai dan kemudian dibandingkan dengan
additive standard pada semua aspek pengujian.
Mengamati pengulitan, pengerasan
Kestabilan (gelling) dan kehalusan secara rutin selama
pasta disimpan
Dengan mempergunakan grindo meter
kehalusan pigment atau extender dalam cat
dapat ditentukan. Pasta atau cat ditarik pada
Kehalusan parit dengan kedalaman berbeda dari paling
(mm) dalam hingga paling dangkal, sehingga
Bahan partikel yang ukuran besar akan terjebak
setengah Pasta pada posisi sesuai dengan ukuran
jadi partikelnya.
Kadar
Padatan Sama dengan di atas
(%)
Setelah dijadikan cat, dengan mencapur
pasta dengan komponen lain, kemudian
Warna ditarik pada kertas rungkut dengan
ketebalan 60 micron dan dibandingkan
dengan warna standard
Membandingkan penampilan sampel cat,
Penampilan
seperti : bahan asing, endapan, kejernihan
Cat
dan gumpalan dengan standard yang ada.
Kekentalan Sama dengan di atas
Berat Jenis Sama dengan di atas
Tanpa Dengan mempergunakan sentuhan, tempel
Cat
pigment Waktu atau tekanan jari pada cat yang masih
Kering basah. Waktu kering meliputi : kering
sentuh, tekan dan kering sempurna.
Kadar
Sama dengan di atas
Padatan
Resistivity Sama dengan di atas
Pengujian film dilakukan setelah cat
dikenakan pada substrat tertentu dan
kemudian mengering. Penampilan filim
Penampilan
meliputi ada tidaknya: kulit jeruk,
Film
gelembung udara, bercak-bercak, tidak
meratanya kilap, lekukan-lekukan kawah,
kerut dan lain-lain.
Daya Kilap Mengukur cahaya yang dipantulkan oleh
Film film. Alat yang dipakai adalah Glossmeter
(gloss) atau reflektometer
Film cat kering digores dengan sudut cutter
(30-45o) dan pada kecepatan 0.5 detik per
satuan potongan sehingga didapat 25 kotak
dengan jarak pemotongan sesuai ketebalan
Daya Lekat
catnya. Kemudian dilekatkan selotip dan
Film
ditarik dengan kuat. Dari banyaknya kotak
(adhesi)
lapisan cat yang terangkat bisa kita nilai
daya lekat film tersebut ( GT 0, tidak
ada yang terkelupas hingga GT 4,
terkelupas > 65%)
Sifat mekanis film meliputi: daya tahan
terhadap impact, kekerasan dan lain-lain.
Sifat
Untuk daya tahan impact diuji dengan
Mekanis
impact tester, kekerasan dengan hardness
Film
pendulum tester, hardness Dur-O-Test atau
dengan pencil hardness.
Semua pengujian yang dilakukan pada cat tanpa
pigment juga dilakukan untuk cat dengan pigment dan
ditambah beberapa pengujian berikut
Selama pencocokan warna (colour
maching), sample cat dibandingkan dengan
warna standarnya, bisa dilakukan dengan
methoda tersebut di atas (pasta) atau
Penampilan
dengan mempergunakan alat pencari warna
Warna
Dengan (hunter lab colour matching), hingga
pigment diperoleh hasil selisih antara warna sample
dengan standard sekecil mungkin (sesuai
spesifikasi).
Kehalusan Sama dengan di atas (pasta)
Merupakan ketebalan minimal film dari cat
dimana pola hitam-putih dari kertas kotak-
Daya kotak tidak dapat kelihatan. Pengujiannya
Tutup adalah dengan menarik cat basah dengan
applikator dimulai ketebalan paling besar
hingga paling kecil, kemudian setelah
kering dinilai daya tutupnya.

(Susyanto.2009d)

Pengujian tersebut di atas bisa juga diperluas atau ditambah sesuai dengan
penggunanan cat dan kebutuhan, seperti : daya tahan terhadap sinar matahari perlu
dilakukan untuk jenis cat yang dipakai di luar terkena sinar matahari, daya tahan
terhadap korosi pada cat yang dipakai pada lingkungan korosif, dan masih banyak
pengujian-pengujian yang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Bahan-bahan dasar penyusun cat yaitu resin/polimer/binder, pigment

dan extender, solvent, dan additive.

2. Proses pembuatan cat meliputi tahap persiapan, produksi, dispersi,

penggilingan, dan penyelesaian.

3. Jenis-jenis cat dapat digolongkan pada beberapa dasar pengelompokan

seperti berdasarkan bahan baku, fungsi, metode pengecatan, letak

pemakaian, kondisi substrat, kondisi dan bentuk campuran, ada

tidaknya solvent, dan mekanisme pengeringan.

4. Cat yang berkualitas harus lulus uji kualitas cat. Uji kualitas cat

termasuk uji pada bahan baku (resin, pigment, solvent, dan additive),

uji bahan setengah jadi, dan uji produk cat yang sudah jadi.

6. Saran

Cat yang beredar dipasaran harus benar-benar lulus uji dan sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia untuk cat guna melindungi konsumen dari

bahan-bahan kimia berbahaya yang mungkin akan membahayakan

konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007). Sejarah Cat. http://cattembok.web.id. Diakses 20 April 2014

Baroto, T. (2002). Perencanaan dan pengendalian industry. Jakarta: Ghalia


Indonesa.

Hernadewita., Rahman, M.N.A., Deros, B., (2007). Penanganan limbah industri


cat ditinjau dari sisi Clean Technology dalam manajemen industri.
Universiti Kebangsaan Malaysia. Jurnal Vol. 4, No. 2, Desember 2007.

Husin, H., Hasfita. F., (2006). Studi Oksidasi etanol menjadi asetildehida
menggunakan katalis molybdenum oksida berpenyangga Al2O3, TiO2, dan
SiO2. UNSYIAH. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 5, No. 1,
hal. 8-16

Rohery, B. (1985). Sistem manajemen lingkungan iso 14000. Jakarta: PT Pustaka


Binaman Pressindo.

Suma’mur. (1981). Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: PT


Toko Gunung Agung.

Susyanto, H. 2009a. Apakah Cat.


http://www.oocities.org/heri_susyanto/ApakahCat.htm. Diakses 20
April 2014

--------------- 2009b. Additive.


http://www.oocities.org/heri_susyanto/Additive.htm. Diakses 20
April 2014

--------------- 2009c. Jenis Cat.


http://www.oocities.org/heri_susyanto/JenisCat.htm. Diakses 20
April 2014

--------------- 2009d. Kontrol Kualitas Bahan Baku dan Cat.


http://www.oocities.org/heri_susyanto/KontrolKualitasCat.htm.
Diakses 20 April 2014

--------------- 2009e. Pembuatan Cat.


http://www.oocities.org/heri_susyanto/PembuatanCat.htm. Diakses
20 April 2014

--------------- 2009f. Pigment Extender.


http://www.oocities.org/heri_susyanto/PigmentExtender.htm.
Diakses 20 April 2014
--------------- 2009g. Resin. http://www.oocities.org/heri_susyanto/Resin.htm.
Diakses 20 April 2014

--------------- 2009h. Solvent. http://www.oocities.org/heri_susyanto/Solvent.htm.


Diakses 20 April 2014

Anda mungkin juga menyukai