Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti


Program Internsip
Di Rumah Sakit Bhakti Timah Karimun

Penulis:
dr. Meirani Rizdaputri

Pendamping :
dr. Hanno Ryanda
dr. Robert Raymon Maradona

Pembimbing & Narasumber :


dr. Anince Kwelim, Sp. A

ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH KARIMUN
2019

1
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkankan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, sebab hanya karena rahmat dan karunia-Nya, penulisan laporan kasus
dengan judul “Diare Akut dengan Dehidrasi Berat” dapat diselesaikan. Laporan
kasus ini saya buat untuk melengkapi salah satu tugas Program Internsip Dokter
Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Rumah Sakit Bakti Timah
periode 2018/2019. Meskipun dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak
mengalami hambatan, kesulitan dan kendala, namun karena adanya motivasi dan
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulisan laporan kasus ini akhirnya
dapat diselesaikan. Di sini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr. Anince Kwelim, Sp. A sebagai narasumber dan pembimbing serta dr. Hanno
Ryanda dan dr. Robert Raymon Maradona Marpaung sebagai dokter
pendamping. Pada akhirnya, walaupun berbagai usaha sudah dilakukan
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, namun
karena berbagai keterbatasan penulis, laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan penulisan laporan kasus ini.

Tg Balai Karimun, April 2019

dr. Meirani Rizdaputri

2
DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS ANAK ................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB I. ILUSTRASI KASUS.................................................................................. 5

1.1 IDENTITAS .................................................................................................. 7

1.2 ANAMNESIS ............................................................................................... 7

I.3 PEMERIKSAAN JASMANI....................................................................... 12

I.4. LABORATORIUM DASAR...................................................................... 15

I.5. RINGKASAN DATA DASAR: ................................................................. 16

I.6 DAFTAR PERMASALAHAN ................................................................... 17

I.7 PENYEBAB MASALAH/DIAGNOSIS BANDING ................................. 17

I.8 RENCANA PENGELOLAAN .................................................................... 17

I.9 DIAGNOSIS .......................................................................................... 17

I.10 TERAPI .................................................................................................. 17

I.11 PROGNOSIS ............................................................................................. 18

1.12 FOLLOW UP ............................................................................................ 19

BAB II .......................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................

II.1 DEFINISI .......................................................................................................

II.2 EPIDEMIOLOGI ...........................................................................................

II.3 PATOFISIOLOGI ..........................................................................................

II.4 KLASIFIKASI ...............................................................................................

II.5 PENJELASAN ...............................................................................................

II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG ...................................................................

3
II.7 PROGNOSIS ..................................................................................................

II.9 PENATALAKSANAAN ...............................................................................

BAB III ................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 3939

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di

Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar

keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit

di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat

pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Di

negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun

sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk

sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi

setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut

setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di

Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per

tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare

didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada

penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri

di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia

coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh

Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella

flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).

Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati

pasien diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman

5
terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS,

merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi

untuk diare infeksi.

B. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah selain untuk menyelesaikan


salah satu tugas kepaniteraan klinik stase pediatri, juga untuk mengetahui
serta mempelajari lebih jauh mengenai kasus diare hingga penatalaksanaan
yang tepat pada pasien di lapangan.

6
BAB II

ILUSTRASI KASUS

ILMU KESEHATAN ANAK

STATUS PASIEN ANAK

Nama Dokter Muda Meirani Rizdaputri Tanda Tangan

Tanggal Pengambilan Kasus 09 April 2019


Rumah sakit RSBT Tg Balai Karimun

1.1 IDENTITAS

Nama : An. H Nama ayah : Tn. S


Umur : 1 tahun 5 bulan Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMK
Alamat : Jl. Baran I Pekerjaan : Wiraswasta
Nama ibu : Ny. N
Masuk RS : 09-04-2019 Umur : 32 tahun
No. CM : 05-39-73 Pendidikan : SMA
Tgl. Diperiksa : 10-04-2019 Pekerjaan : IRT

1.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : diare dan muntah-muntah


2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien melalui IGD RSBT Karimun dengan keluhan mencret-mencret
sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluh bab cair sebanyak 5-6x/hari. BAB
berwarna kuning, ada lendir, tidak ada darah, sekali bab sebanyak ¼ gelas.

7
Orang tua pasien juga mengatakan bahwa anaknya juga demam naik turun
sejak 2 hari ini. Selain itu, pasien juga batuk berdahak dan pilek sejak 2 hari
yang lalu. Nafsu makan menurun, tidak terdapat nyeri menelan, tidak ada
tanda-tanda mimisan atau perdarahan pada gusi.
Pasien sejak pagi merasa lemas, tidak mau bermain, hanya tergeletak di
kasur, tidak menangis, tidak rewel, tidak mau minum. Saat di bawa ke IGD
pasien tampak letargi. BAK menurun.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :


o Riwayat penyakit serupa / penyakit Lain CAP
o Os belum pernah mengalami hal yang seperti ini sebelumnya
o Riwayat kejang demam disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


o Keluarga tidak ada yang menderita hal yang serupa
o Riwayat penyakit atopik, hipertensi dan DM disangkal

5. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Riwayat kehamilan :
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Waktu mengandung
pasien, ibu rutin periksa kehamilan di bidan (ANC). Nutrisi waktu hamil
cukup, riwayat sakit selama kehamilan seperti demam, tekanan darah rendah
atau tinggi dan penyakit diabetes melitus disangkal.

2. Riwayat persalinan :
Pasien lahir spontan di bidan, cukup bulan, berat badan lahir
cukup, sesuai masa kehamilan. Berat badan lahir pasien : 3000 gram, PB :
49 cm.
Saat dilahirkan pasien segera menangis kuat, warna kulit
kemerahan, tidak ada kesusahan dalam bernapas, tidak ada kelemahan

8
anggota gerak, tidak kejang, tidak panas, refleks hisap baik dan tidak ada
perdarahan. Setelah lahir pasien dirawat gabung bersama ibunya.
3. Riwayat pasca lahir
Pasien segera mendapatkan ASI setelah lahir. Pasien menetek kuat,
tidak terdapat riwayat demam, sesak, kuning maupun kebiruan.
Kesan:
Riwayat kehamilan dan persalinan baik dan tidak ada kelainan.

6. Riwayat Makanan
Usia 0 – 6 bulan : Pasien hanya mendapat ASI
Usia 6 – 9 bulan : Pasien mendapat ASI dan MPASI berupa susu
formula dan bubur susu.
Usia 9 bulan – 12 bulan : Pasien mendapat ASI dan MPASI berupa susu
formula, buah dan bubur nasi tim
Kesan : Nutrisi secara kualitas dan kuantitas tercukupi.

7. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak:


a. Pertumbuhan
b. Perkembangan Psikomotor
Personal Sosial
 usia 1 tahun mampu menggunakan sendok, minum dengan cangkir
kesan : pertumbuhan personal sosial sesuai dengan usia

Motorik Halus
 Usia 1 tahun mampu mencorat-coret
Kesan : pertumbuhan motorik halus sesuai dengan usia

Bahasa
 usia 1 tahun bisa mampu menyebut 3 kata
Kesan : pertumbuhan bahasa sesuai dengan usia

9
Motorik Kasar
 Usia 1 tahun mampu berjalan dengan baik
Kesan : pertumbuhan motorik kasus sesuai dengan usia

Kesimpulan : Riwayat perkembangan sesuai usia

c. Mental/intelegensia
Menurut ibu pasien, pasien tidak mengalami keterlambatan jika
dibandingkan dengan teman yang lain dan pasien juga mengalami
perkembangan intelegensia yang baik.

d. Emosi dan perilaku


Menurut ibu, pasien dapat mendengarkan orang lain berbicara dan tidak
mengalihkan pandangan saat diajak bicara, tidak mudah marah dan mudah
dalam berteman.
Kesan: Intelektual dan emosi anak baik

8. Imunisasi
Imunisasi yang diwajibkan:
Imunisasi mengikuti jadwal dari puskesmas
 BCG : 1x saat usia 1 bulan, skar (+) di lengan kanan,
 Polio :1 x saat usia 1 bulan
 Hepatitis B : 1x setelah lahir di RS
 DPT-HB-Hib : 3x usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan di
puskesmas
 Campak : 1x 9 bulan di puskesmas
 MR : 1x 9 bulan di puskesmas
Vaksin Umur
Bulan
0 1 2 3 4 6 9 18 20 38

10
BCG √
Polio √
Hepatitis √
B
DPT- √ √ √
HB-Hib
Campak √
MR √
Simpulan : Imunisasi lengkap sesuai dengan usia.

9. Riwayat Penyakit Dahulu


I. Penyakit
1. Kejang demam : disangkal
2. Trauma kepala : disangkal
3. ISPA : Pernah riwayat batuk pilek namun tidak sering
4. Alergi : disangkal
II. Riwayat Mondok
Belum pernah mondok sebelumnya.
III. Riwayat Operasi
Pasien belum pernah operasi sebelumnya.

10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan


1. Sosial ekonomi : Anak tinggal di rumah bersama ibu, bapak dan kakak
kandungnya. Pasien dan keluarga sering berinteraksi dengan masyarakat
sekitar. Ibu pasien adalah ibu rumah tangga dan ayah pasien wiraswasta
dengan rata-rata penghasilan dalam sebulan 3.000.000. Tingkat sosial
ekonomi keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesan
keluarga harmonis.
2. Lingkungan dan kebiasaan : Pasien tinggal di lingkungan yang tidak
terlalu padat. Di rumah pasien, cahaya matahari cukup masuk ke dalam
rumah terutama saat siang menuju sore hari. Lingkungan tempat tinggal

11
cukup baik, air bersih mudah didapat dari PAM. Sumber air minum
sehari-hari dari air pam yang dimasak, sudah ada WC dan dapur sendiri.
Pasien terbiasa cuci tangan sebelum makan, Pasien kadang diberi minum
es krim.
Kesan: Lingkungan pasien dapat berisiko mempengaruhi penyakit pasien.

11. Anamnesis Sistem


 Sistem serebrospinal : demam (-) , kejang (-)
 Sistem kardiovaskular : berdebar-debar (-)
 Sistem pernapasan : minisan (-), batuk (+) pilek (+) sesak nafas
(-)
 Sistem gastrointestinal : perdarahan digusi (-), mual (-) muntah (-)
nafsu makan menurun (+),
diare (+), BAB hitam (-).
 Sistem urogenital : nyeri saat BAK (-), BAK disertai darah (-)
 Sistem integumentum : ruam (-), gatal (-).
 Sistem muskuloskeletal : kelemahan anggota gerak (-)

I.3 PEMERIKSAAN JASMANI

A. Pemeriksaan Umum
1. Kesan umum : tampak sakit sedang, kesan gizi baik, kesadaran
compos mentis.
2. Tanda utama
 Nadi : 146x/menit, reguler, teraba kuat
 Pernapasan : 38 x/menit, reguler, kedalaman cukup
 Suhu : 37,0 ˚C aksila
3. Status gizi
Analisis status gizi berdasarkan kurva CDC WHO
1. BB/U = 8/10,2
2. PB/U = 73/76
3. BB/PB = 10/77 : 10,8/74

12
Status gizi : BB aktual/ BB ideal x 100%
= 10/10,8 x 100%
= 92,59%
= Baik
4. IMT/U = 18,26/1 tahun
Simpulan: Gizi baik, normoheight, normoweight

4. Kulit : Warna kuning langsat, ruam (-), ptekie (-),ekimosis (-),


edema (-), turgor kulit kembali lambat
5. Kelenjar limfe : pembesaran kelenjar limfe (-)
6. Otot : keterbatasan gerak (-)
7. Ekstremitas : scar bekas imunisasi BCG (+) di lengan kanan dengan
ukuran ± 0,5 cm. akral hangat (+), CRT <2detik, edema(-),
ruam (-)
8. Tulang : deformitas (-) krepitasi (-)

B. Pemeriksaan Khusus:
1. Leher : Deformitas (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), kaku kuduk (-)
2. Dada :
Cor I : Dada simetris, ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada SIC 4
P : Batas atas jantung SIC 2 linea sternal sinistra, pinggang jantung SIC
3 linea parasternal sinistra, apeks SIC 5 midclavicula sinistra, batas
kanan jantung SIC 4 linea sternalis dextra
A : BJ I dan II reguler, bunyi jantung tambahan (-), bising jantung (-)
Pulmo I : Dada simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
P : Nyeri tekan (-) massa (-) krepitasi (-) massa (-) gerakan napas
simetris (+), Vokal fremitus dextra = sinistra
P : Suara sonor di seluruh lapang paru, kanan=kiri
A : Suara dasar vesikuler normal seluruh lapang paru (+), suara ronki

13
kasar (-)/(-), ronki basah basal(-)/(-), wheezing (-)/(-)
Simpulan : Jantung dan paru dalam batas normal

3. Perut

Abdomen I : Dinding abdomen sejajar dinding dada, distensi (-)


A : Peristaltik meningkat,
P : Tympani
P : Supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),massa(-),
turgor kulit kembali sedikit lambat
Simpulan : terdapat peningkatan peristaltik usus dan turgor kulit kembali
sedikit lambat

4. Anogenital:
a. Anus : eritem (-), laserasi (-)
b. Genital : laki-laki, eritem (-), fimosis (-)
Simpulan : dalam batas normal

5. Anggota Gerak
Tungkai Lengan
kanan kiri kanan kiri
Gerakan : normal normal normal normal
Kekuatan : 5 5 5 5
Tonus : normal normal normal normal
Refleks fisiologis : normal normal normal normal
Refleks patologis : tidak ada tidak ada tidak ada tidak
ada
Klonus : normal normal normal normal
Tanda meningeal : tidak ada tidak ada tidak ada tidak
ada
Sensibilitas : normal normal normal normal
Simpulan : Tidak ada kelainan neurologis

14
6. Kepala
Bentuk : normocephal
Rambut : hitam
Ubun-ubun : menutup sempurna
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem
palpebra (-), pupil isokor, sedikit cekung (+)
Hidung : discharge (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-/-)
Telinga : discharge (-), hiperemis (-) tragus pain (-), nyeri
retroaurikula atau periaurikula (-)
Mulut : bibir kering (+) mukosa kering (-) lesi (-)
Gigi : gusi berdarah (-) karies (-)
Tenggorok : faring hiperemis (+/+), tonsil T1-T1 hiperemis (+),
detritus (-)

I.4. LABORATORIUM DASAR

Darah
Hemoglobin : 11,9 g/dL (N: 10,8 – 12,8 g/dL)
Leukosit : 9.9 k/uL (N : 5 – 10.0 k/ uL)
Trombosit : 367 k/uL (N: 150.– 400 k/uL)
Hematrokit : 33.4% (N: 35.0 – 43.0 %)
Bas : 0,9 (N: 3-6%)
Eos : 0,3 (N: 1-5%)
Mono : 3,4 (N: 1-5%)
Segmen : 62,6 (N: 25-60%)
Lympo :32,6 (N: 25-50%)
Simpulan: Terdapat penurunan hitung jenis basofil, eusinofil dan peningkatan
segmen
Elektrolit
Na : 139 (N: 128-138 mmol/l)
K : 4,1 (N: 3,9-4,9 mmol/l)

15
Cl : 114 (N: 88-100 mmol/l)
Ca :0,78 (N: 0,99-1,29 mmol/l)
Simpulan: Terdapat peningkatan Natrium Klorida dan penurunan Kalsium
Kesan : Terdapat gangguan elektrolit

I.5. RINGKASAN DATA DASAR:

A. ANAMNESIS
Mencret-mencret sejak 3 hari ini. Mencret dengan frekuensi 5-6 kali/hari,

air>ampas, warna kuning lendir (-), darah (-). Pasien juga mengeluhkan demam

naik turun, batuk, dan pilek sejak 2 hari ini. Nafsu makan menurun, tidak

terdapat nyeri menelan, tidak ada muntah, tidak ada tanda-tanda mimisan atau

perdarahan pada gusi. Nafsu makan menurun anak malas minum, rewel,

gelisah dan badan lemas. BAK sedikit.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital : Nadi : 146 x/menit (kuat angkat, reguler)
Respirasi : 38 x/menit
Suhu : 37,0 oC
Status gizi : Baik
Leher : Tidak terdapat kelainan
Dada : Tidak terdapat kelainan
Perut : Tidak terdapat kelainan
Ekstremitas : Tidak terdapat kelainan
Kepala : faring hiperemis (+/+), tonsil T1-T1 hiperemis (+),

C. LABORATORIUM
Darah : Terdapat penurunan hitung jenis basofil, eusinofil dan
peningkatan segmen. Terdapat gangguan elektrolit.

16
I.6 DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif:
1. Mencret
2. Batuk
3. Pilek
Masalah inaktif:
Tidak ada

I.7 PENYEBAB MASALAH/DIAGNOSIS BANDING


1. Diare Akut dengan dehidrasi berat dan ISPA

I.8 RENCANA PENGELOLAAN

Rencana terapi dan perawatan


1. Dirawat di bangsal untuk observasi dan perawatan
2. Atasi penyebab mencret dan dehidrasi berat
3. Memperbaiki asupan makan dan minum

Rencana diet
- Tetap memberikan makanan dan minuman seperti biasa.
- Kebutuhan cairan : (100 cc x 10 kg) = 1000 cc per hari

I.9 DIAGNOSIS

1. Diare Akut dengan Dehidrasi Berat + ISPA


2. Tonsilofaringitis akut

I.10 TERAPI

- infus RL 24 tpm makro (1000 cc/24 jam)


- Nebulizer velutin + nacl 1 cc/12 jam
- Inj. Ondancetron 1,6 mg/8 jam
- Sanmol sirup 4cc/4 jam (k/p)

17
- Lacto B 1x1 saset
- Interzink 1x5 ml
- Dehidraylid (semampunya)

I.11 PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : dubia ad bonam


b. Quo ad sanam : dubia ad bonam
c. Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

18
1.12 FOLLOW UP
Tanggal, Pukul Follow Up
9 April 2019 (10:00) S : Mencret-mencret sejak 3 hari ini. Mencret
dengan frekuensi 5-6 kali/hari, air>ampas,
warna kuning lendir (-), darah (-). Pasien juga
mengeluhkan demam naik turun, batuk, dan
pilek sejak 2 hari ini. Nafsu makan menurun,
tidak terdapat nyeri menelan, tidak ada muntah,
tidak ada tanda-tanda mimisan atau perdarahan
pada gusi. Nafsu makan menurun anak malas
minum, rewel, gelisah dan badan lemas. BAK
sedikit.
O : Keadaan umum : sedang, compos mentis
Tanda vital :
Nadi: 146 x/menit (kuat angkat, reguler)
Respirasi : 38 x/menit
Suhu : 37,0 oC
Status gizi : Baik
Leher : Tidak terdapat kelainan
Dada : Tidak terdapat kelainan
Perut : Peristatik usus meningkat
Ekstremitas : Tidak terdapat kelainan
Kepala: faring hiperemis (+/+), tonsil T1-T1
hiperemis (+),
A : Diare akut dengan dehidrasi berat + ISPA
P : - IVFD RL 24 tpm makro (1000 cc/24 jam
- Nebulizer velutin + nacl 1 cc/12 jam
- Inj. Ondancetron 1,6 mg/8 jam
- Sanmol sirup 4cc/4 jam (k/p)

19
- Lacto B 1x1 saset
- Interzink 1x5 ml
- Dehidraylid (semampunya)
10 April 2019 (07:00) S : mencret (-), muntah (-), demam (-), batuk
bedahak (+), pilek (-), makan dan minum mau,
dan BAK normal.
O : Keadaan umum : lemah, compos mentis
Tanda vital :
Nadi: 130 x/menit (kuat angkat, reguler)
Respirasi: 30 x/menit
Suhu : 37,2 oC
Kepala : faring hiperemis (+/+), tonsil T1-
T1 hiperemis (+)
Abdomen : supel, peistaltik normal
A : Diare akut dengan dehidrasi berat + ISPA
P : - IVFD Tridex 14 tpm makro
- Nebulizer velutin + nacl 1 cc/12 jam
- Inj. Ondancetron 1,6 mg/8 jam
- Sanmol sirup 4cc/4 jam (k/p)
- Lacto B 1x1 saset
- Interzink 1x5 ml
- Dehidraylid (semampunya)
11 April 2019 (07:00) S : mencret (-), muntah (-), demam (-), batuk
bedahak (+), pilek (-), makan dan minum mau,
dan BAK normal.
O : Keadaan umum : lemah, compos mentis
Tanda vital :
Nadi: 130 x/menit (kuat angkat, reguler)
Respirasi: 30 x/menit
Suhu : 36,6 oC

20
Kepala : faring hiperemis (+/+), tonsil T1-
T1 hiperemis (+)
Abdomen : peistaltik normal
A : Diare akut dengan dehidrasi berat + ISPA
P : - IVFD Tridex 14 tpm makro
- Nebulizer velutin + nacl 1 cc/12 jam
- Inj. Ondancetron 1,6 mg/8 jam
- Sanmol sirup 4cc/4 jam (k/p)
- Lacto B 1x1 saset
- Interzink 1x5 ml
11 April 2019 (07:00) S : mencret (-), muntah (-), demam (-), batuk
bedahak (+), pilek (-), makan dan minum mau,
dan BAK normal.
O : Keadaan umum : lemah, compos mentis
Tanda vital :
Nadi: 130 x/menit (kuat angkat, reguler)
Respirasi: 30 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Kepala : faring hiperemis (+/+), tonsil T1-
T1 hiperemis (+)
Abdomen : peistaltik normal
A : Diare akut dengan dehidrasi berat + ISPA
P : - IVFD Tridex 14 tpm makro
- Nebulizer velutin + nacl 1 cc/12 jam
- Inj. Ondancetron 1,6 mg/8 jam
- Sanmol sirup 4cc/4 jam (k/p)
- Lacto B 1x1 saset
- Interzink 1x5 ml
12 April 2019 (07:00) S : mencret (-), muntah (-), demam (-), batuk
bedahak (+) berkurang, pilek (-), makan dan

21
minum mau, dan BAK normal.
O : Keadaan umum : lemah, compos mentis
Tanda vital :
Nadi: 120 x/menit (kuat angkat, reguler)
Respirasi: 28 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Kepala : faring hiperemis (+/+), tonsil T1-
T1 hiperemis (+)
Abdomen : peistaltik normal
A : Diare akut dengan dehidrasi berat + ISPA
P : - IVFD Tridex 14 tpm makro
- Nebulizer velutin + nacl 1 cc/12 jam
- Inj. Ondancetron 1,6 mg/8 jam
- Sanmol sirup 4cc/4 jam (k/p)
- Lacto B 1x1 saset
- Interzink 1x5 ml
- Aff infuse
- BLPL
- Kontrol ke poli anak

22
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.
2. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka
kejadian di negara berkembang berkisar 3,5–7 episode per anak pertahun
dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2–5 episode per anak per tahun dalam
5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes, diperoleh angka
kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000
penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan
balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan
peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare
pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat.

3. Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan
oleh gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi
sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum

23
diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui.
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 –


60%) sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus,
Coronavirus, Minirotavirus.

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas


hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,
Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp,
Staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica,
Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria
phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,
Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides
stercorlis, dan trichuris trichiura.

4. Faktor resiko

Perilaku yg menyebabkan penyebaran kuman meningkat :

- Tidak memberikan ASI secara penuh utk 4-6 bulan pertama


- Menggunakan botol susu
- Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
- Menggunakan air minum yg tercemar oleh bakteri yg berasal dari tinja
- Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau
sebelum masak
- Tidak membuang tinja dengan benar

Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan tehadap diare :

- Kurang gizi/malnutrisi
- Campak
- Imunodefisiensi/imunosupresi

24
- Umur  2 tahun pertama rentan
- Variasi musiman
- Infeksi asimtomatik

5. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori


yaitu diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di
lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi
karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena
gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol
otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang


masuk melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan
menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak
diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami
atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya
sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang


berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,
cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella,
shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi
prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin
shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga

25
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan
adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu


seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang
pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan
makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan
flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal
antibiotika akan berkembang bebas.

6. Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum
yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung
juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap
makanan.

7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diare akibat virus dan bakteri berbeda. Mula-mula
anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare.Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam
akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang
memadai maka gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lendir
bibir, mulut, dan kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut maka akan
terjadi syok hipovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi
cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan darah turun, pasien tampak

26
lemah dan kesadaran menurun, diuresis berkurang.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan
sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa, bila hal
ini terjadi maka pasien akan tampak pucat, napas cepat dan dalam
(Kusmaul). Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau
keseimbangan elektrolit. Pada dehidrasi ringan terjadikehilangan cairan
kurang dari 5%,Pada dehidrasi sedang terjadi kehilangan cairan antara 5%-
10% dan pada dehidrasi berat terjadi kehilangan cairan lebih dari 10%.

Tabel Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena
infeksi usus (Sumber : Gray dkk., 1979)
Simtom dan gejala rotavirus E.coli E.coli Salmonell Shigella V.cholera
entero- enteroinvas a e
toksikgeni if
k
Mual dan Dari - - + jarang jarang
muntah permulaan
Panas + - + + + -
Sakit tenesmus Kadang- Tenesmus Tenesmus Tenesmu kolik
kadang kolik kolik s kolik
pusing pusing
Gejala lain Sering hipotensi Bakteriemi Dapat
distensi a, ada
abdomen toksemia kejang
sistemik

Volume sedang banyak sedikit sedikit sedikit Sangat


banyak
Frekuensi Sampai sering sering sering Sering Hampir
10/lebih sekali terus
menerus
Konsistensi berair berair kental berlendir kental berair
Mukus jarang + + + sering flacks
Darah - - + Kadang sering
Bau - Bau tinja Tidak Bau telur Tak anyir
spesifik busuk berbau
Warna Hijau Tidak hijau hijau hijau
kuning berwarna
Leukosit - - + + + -
Sifat lain Tinja
seperti air
cucian
beras

27
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3
yaitu : dehidrasi hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (
130m – 150 mEg/L ) dan dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada
umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso – natremia (80%) tanpa
disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan
asidosis metabolik dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya
disertai hiperkloremia.Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula
penurunan pH darah, kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat
pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul). Untuk
pemenuhan kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang
mengakibatkan meningkatnya produksi asam sehingga menyebabkan
turunnya nafsu makan bayi.Keadaan dehidrasi berat dengan hipoperfusi
ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa
sehingga pada keadaan asidosis metabolik dapat terjadi
hipokalemia.Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja dan perpindahan
K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia,
pertama kali pada otot anggota badan dan otot pernapasan.Dapat terjadi
arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan pernapasan.Disfungsi otot
harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan
gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang
U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria
dan gagal ginjal.

8. Langkah Diagnosis

28
Anamnesis
 Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan/darah dalam tinja, adanya muntah, anak
lemah, kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kapan terakhir kencing.
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang
tidak biasa
 Apa ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum
 Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak
Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali/hari berlangsung < 14
hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare air cucian beras yang sering, banyak
dan cepat menimbulkan dehidrasi berat,
atau
- Diare dengan dihidrasi berat selama terjadi
KLB kolera atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
Vibrio cholerae
Disentri Diare disertai darah
Diare persisten Diare berlangsung selama ≥ 14 hari
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi
buruk
Diare terkait antibiotik Mendapat pengobatan antibiotik oral
spektrum luas
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intraabdominal
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

29
Pemeriksaan fisik
 Timbang BB
 Perhatikan tingkat kesadaran anak
 Cari tanda-tanda dehidrasi ringan, sedang, berat
 Tanda invaginasi ( massa intraabdominal, tinja hanya lendir dan darah)

Menilai dehidrasi

Tabel 2. Penilaian derajat dehirasi pada diare akut

PENILAIAN DIARE TANPA DIARE DENGAN DIARE DENGAN

DEHIDRASI DEHIDRASI RINGAN DEHIDRASI BERAT

- SEDANG DEHIDRASI

LIHAT:

KEADAAN UMUM Baik, sadar * Gelisah, rewel * Lesu, lunglai, anak tdk sdr

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa * Haus * Malas minum, tdk bs mnm

PERIKSA:

Turgor kulit Kembali cepat * Kembali lambat * Kembali sangat lambat

% TURUN BB <5% 5 – 10 % > 10 %

Estimasi def.cairan 50 % 50 – 100 % > 100 %

Rencana pengobatan Rawat di rumah Rehidrasi: rawat rmh Rawat inap


9. Pemeriksaan Penunjang atau rawat

1. Pemeriksaan tinja Sumber : Sandhu 200115.

Diare dengan dehidrasi ringan – sedang atau dehidrasi berat bila didapatkan 1 gejala
- Makroskopik
dengan tanda * ditambah 1 atau lebih gejala lain.

 Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya


disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi
diluar saluran gastrointestinal.

30
 Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura.
Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja
kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah sering
terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC
terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk
didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides.
- Mikroskopik
 Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap
bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif
atau kuman yang memproduksi sitokin seperti Shigella,
Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.
parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah
PMN kecuali pada S. typhii mononuklear.
 Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat
Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah,
bila terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita
immunocompromised.
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai
kejang), kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
3. Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman
penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik
yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang
membentuk spora.

31
10. Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian cairan serta
garam dan mineral yang hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya.
Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya muntah serta diare akan
menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Cairan ini dapat diberikan
baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi
berat.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi
terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
anti spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan
memperburuk keadaan. Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di
lumen usus, dilatasi usus, gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Diarenya
terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat.
Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan
sebagainya, telah terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti
adrenalin, nikotinamide dan sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok
atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan
(hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu
pemberian cairan secepatnya.
1. Rencana terapi A (diare tanpa dehidrasi)
- Pengobatan diare di rumah
- Berikan cairan lebih banyak dari biasanya
o Oralit, cairan RT (air tajin, sup, yogurt, air)
- Berikan makanan  cegah kurang gizi
o ASI, susu formula yg biasa diberikan
o Sari buah segar (pisang : kalium)
o Makanan tambahan selama & setelah diare (2 mg)

32
- Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita sebagai berikut :
o Buang Air besar cair lebih sering
o Muntah berulang-ulang
o Rasa haus yang nyata
o Makan atau Minum sedikit
o Demam
o Tinja berdarah
- Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah
oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit
yang cukup untuk 2 hari

Umur Jumlah oralit tiap


Jumlah oralit yang disediakan di
BAB rumah
< 1 tahun 50-100 cc 400 ml /hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 cc 600 – 800 ml/ hari ( 3-4
bungkus)
>5 tahun 200-300 cc 800 – 1000 ml/hari ( 4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 cc 1200 –2800 ml / hari

2. Rencana terapi B (diare dengan dehidrasi ringan/sedang)


- Upaya rehidrasi oral (URO)
- Oralit untuk 3 jam pertama
< 1 1 tahun 1- < 5 tahun >5tahun Dewasa
Ada timbangan 75 cc/kgBB
Tt Tidak ada timbangan 300 cc 600 cc 1200 cc 2400 cc

- Tunjukkan pada ibu cara pemberian oralit


- Berikan tablet zink selama 10 hari

33
- Nilai kembali setelah 3 jam  klasifikasi derajat dehidrasi lalu tentukan
rencana terapi yang sesuai (A/B/C)
3. Rencana terapi C (diare dengan dehidrasi berat)
- Beri cairan intravena secepatnya

Umur Pemberian pertama Pemberian berikutnya


30 ml/kgBB selama 70 ml/kgBB selama
Bayi (<12 bulan) 1 jam* 5 jam
Anak (sampai 5 tahun) 30 menit* 2,5 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
- Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam
pada bayi atau 1-2 jam pada anak dan beri tablet zinc.
- Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi
dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang sesuai
- Bila tidak tersedia fasilitas pemberian cairan intravena, rehidrasi
dilakukan dengan pipa nasogastrik
 Oralit 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam
 Evaluasi penderita setiap 1-2 jam
 Muntah, kembung, tidak perbaikan dalam 3 jam  rujuk untuk
pengobatan IV
 Sesudah 6 jam klasifikasi dehidrasi kemudian pilih rencana terapi
yang sesuai

11. Komplikasi
- Dehidrasi
- Hipoglikemi
- Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena beberapa hal, yakni :

 Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

34
 Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
 Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
 Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal
 Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler. (Suraatmaja, 2005)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan
memperhatikan pernapasan yakni pernapasan cepat, teratur dan
dalam yang disebut pernapasan Kusmaul.Pernapasan ini
merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah. (Suraatmaja, 2005)

- Gangguan elektrolit
 Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma >150 mmol/L
memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah
menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar
natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik
meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.

Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan


menggunakan cairan 0,45% saline – 55 dextrose selama 8
jam.Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila
normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam
lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk
rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dextrose, perhitungkan untuk
24 jam.Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus
setelah pasien dapat kencing.Selanjutnya pemberian diet normal

35
dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.

 Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan
yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia
(Na < 130 mol/L).hiponatremia sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan edema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak dengan
hiponatremia.Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau
normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh
diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.

 Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan
dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.
 Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi
dilakukan menurut kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L
diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5
mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam
berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq
x BB).

36
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik
ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.Hipokalemia
dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti.
- Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat
terjadi kejang sebelum atau selama pengobatan rehidrasi.Kejang
tersebutdapat disebabkan oleh karena hipoglikemik, kebanyakan terjadi
pada bayi atau anak yang gizinya buruk, hiperpireksia, hiponatremia atau
hipernatremia.

- Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan/syok
hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia
dan asidosis bertambah berat.Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan
di otak yang menimbulkan penurunan kesadaran dan bila tidak diatasi
dengan segera maka pasien dapat meninggal. (Suraatmaja, 2005)

12. Pencegahan
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada
anak, kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara
pemberian makanan kepada bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan
makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu
:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

37
4. Cuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum
makan.
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis
6. Pembuangan tinja yang aman
7. Imunisasi campak

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan


enteric, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik
mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
(Behrman, 2000)

13. Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang
mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare
infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan
pada anak-anak dan pada lanjut usia.

38
DAFTAR PUSTAKA

Feigin, Stadler, Diare : dalam Behrman, Vaughan, Nelson Ilmu Kesehatan Anak

Bagian 2. Jakarta : EGC.

Herman,diki pribadi. Pediatri Praktis edisi 3. Bandung. 2007

Juffrie, Mohammad. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Ikatan

Dokter Anak Indonesia : Jakarta. 2010

Pedoman Tatalaksana Diare. Available from :

http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.

Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
edisi ketiga. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005

39

Anda mungkin juga menyukai