Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)

Jurnal Bimbingan Konseling


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR
PRIBADI SISWA

Arina Fithriyana, Dwi Yuwono Puji Sugiharto, Sugiyo

Prodi Bimbingan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Komunikasi antarpribadi merupakan aktivitas yang rutin dilakukan oleh makhluk
Diterima September 2014 sosial dalam kehidupan sehari-hari, salah satu diantaranya adalah siswa. Tujuan
Disetujui Oktober 2014 dari penelitian iniuntuk menghasilkan model bimbingan kelompok dengan teknik
Dipublikasikan November permainan simulasi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
2014 antarpribadi siswa.DalamPenelitian inipeneliti menggunakan metode penelitian
dan pengembangan (research and development). Model bimbingan kelompok dengan
Keywords: teknik permainan simulasi ini divalidasi oleh empat orang pakar bimbingan dan
Group counseling; konseling dan 2 orang praktisi bimbingan dan konseling, serta diuji cobakan
Simulation games technique; kepada 10 orang siswa yang dipilih secara purposive sampling. Berdasarkan hasil
Interpersonal
uji efektivitas, diperoleh nilai signifikansi hitung (Sig.2-tailed) pada uji-t sebesar
communication ability
0,001 pada taraf signifikansi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa model bimbingan
kelompok dengan teknik permainan simulasi inibahwahasilnya efektif untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi siswa.

Abstract
Interpersonal communication is a daily activity which is needed in everyday life. The objective
of this research is to produce an effective group counseling model using simulation games to
increase students’ interpersonal communication ability. The type of this research is research
and development in which the researcher formulates and produces the product. The product
was validated by four guidance and counseling experts, two practitioners of guidance and
counseling, and ten students who were chosen using purposive sampling. Based on the t-test
that is used to calculate the affectivity of a product, the result showed 0,001 to the significance
of 95%. It showed that the model developed is effective to increase the students interpersonal
communication ability.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
Email: renakarina76@gmail.com
Arina Fithriyana dkk. / Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)

Pendahuluan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Liliweri


(2011) bahwa komunikasi manusia dalam bentuk
Siswa sebagai manusia merupakan yang sederhana adalah bagaimana dua atau lebih
makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi orang mengirim dan menerima pesan.
dengan lingkungan sekitarnya. Dalam Komunikasi antarpribadi mempunyai efek
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, yang besar dalam hal mempengaruhi orang lain
mereka melakukan kegiatan komunikasi dengan terutama perindividu. Komunikasi antarpribadi
orang lain. Kegiatan komunikasi antarpribadi juga dapat membantu perkembangan intelektual
merupakan kegiatan sehari-hari yang paling sosial, terbentuknya jati diri, pemahaman
banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk terhadap realitas di sekeliling, dan menguji
sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai kebenaran. Meskipun begitu, ada berbagai
tidur lagi di larut malam, sebagian besar macam faktor yang potensial menghambat
dari waktu digunakan untuk berkomunikasi keberhasilan komunikasi tersebut. Salah satu
dengan manusia yang lain. Dengan demikian penyebabnya adalah adanya perbedaan latar
kemampuan berkomunikasi merupakan suatu belakang sosial budaya antarindividu. Apabila
kemampuan yang paling dasar yang harus terjadi kesalahpahaman pengertian dalam
dimiliki seorang manusia. berkomunikasi, maka dapat menimbulkan mis
Orang sering beranggapan bahwa communication sehingga menyebabkan terjadinya
kemampuan berkomunikasi merupakan pertengkaran, perselisihan, perdebatan,
keterampilan yang akan dimiliki dengan perkelahian, dan lain sebagainya.
sendirinya oleh seorang manusia seiring dengan Bimbingan dan konseling merupakan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental bagian yang integral dari keseluruhan program
manusia yang bersangkutan. Mereka sering pendidikan. Salah satu layanan dalam
beranggapan bahwa tidak perlu secara khusus bimbingan dan konseling adalah bimbingan
belajar bagaimana caranya berkomunikasi. Hal kelompok. Rusmana (2009) mendefinisikan
ini senada dengan yang diungkapkan oleh Tubbs bimbingan kelompok sebagai proses pemberian
(2001) bahwa banyak orang beranggapan kalau bantuan kepada individu melalui suasana
komunikasi itu mudah dilakukan semudah kelompok yang memungkinkan setiap
bernafas. Akan tetapi, jika orang tersebut anggota untuk berpartisipasi aktif dan berbagi
telah mengalami suatu kondisi dimana proses pengalaman dalam upaya pengembangan
komunikasi yang biasa ia lakukan menimbulkan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang
konflik atau macet, barulah ia menyadari bahwa diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya
komunikasi itu tidaklah mudah. masalah atau dalam upaya pengembangan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pribadi.Siswa melalui kegiatan bimbingan
oleh Sethi dan Seth (2009) diketahui bahwa kelompok diharapkan dapat menggunakan
komunikasi antar individu dalam kehidupan dan mengembangkan kemampuannya secara
sehari-hari sangat ditentukan dengan peran optimal, membuat pilihan-pilihan yang tepat dan
sosial individu tersebut di lingkungan tempat bijaksana, dan dapat mengatasi masalah-masalah
ia berada. Komunikasi juga dipengaruhi yang dihadapinya baik di sekolah maupun di luar
oleh jenis hubungan, kedekatan hubungan sekolah. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat
di antara individu tersebut, konteks dimana memperoleh persepsi dan wawasan yang terarah,
komunikasi tersebut berlangsung, tujuan yang luwes, dan luas serta dinamis.
ingin dicapai melalui kegiatan komunikasi, dan Salah satu teknik dalam bimbingan
proses terjadinya komunikasi. Sementara itu, kelompok yaitu permainan simulasi. Permainan
proses terjadinya komunikasi itu sendiri terjadi simulasi ini dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu
karena dipengaruhi oleh berbagai situasi dalam misalnya untuk membantu siswa mempelajari
kehidupan sehari-hari. pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan
Setiap orang memerlukan komunikasi aturan-aturan sosial (Romlah,2006). Kondisi
antarpribadi sebagai salah satu alat bantu dalam ini selaras dengan tujuan bimbingan kelompok
melancarkan kerjasama dengan orang lain dalam untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
bidang apapun. Menurut Hardjana (2003), siswa terutama komunikasinya dengan orang
komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap lain.
muka antar dua atau beberapa orang, dimana Permainan simulasi ini menggabungkan
pengirim dapat menyampaikan pesan secara antara dua teknik, yaitu teknik bermain peranan
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan teknik diskusi. Permainan simulasi ini
dan menanggapi secara langsung pula. Pendapat pada dasarnya hampir sama dengan permainan

138
Arina Fithriyana dkk. / Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)

peranan, tetapi dalam permainan simulasi Metode


terkadang pemainnya menghalangi pemain
lainnya. Dalam permainan ini, para pemainnya Penelitian ini menggunakan penelitian
berkelompok dan berkompetisi untuk mencapai Research and Development (R&D), yaitu metode
suatu tujuan dengan menaati peraturan tertentu. penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
Bimbingan kelompok dengan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
menggunakan teknik permainan simulasi ini tersebut (Sugiyono, 2010). Dalam hal ini,Gall,
merupakan salah satu cara untuk merefleksikan dan Borg (2007) mengemukakan bahwa strategi
realitas kehidupan sehari-hari melalui suasana penelitian dan pengembangan efektif untuk
bermain dan dibuat untuk tujuan tertentu mengembangkan dan memvalidasikan produk
seperti untuk membantu siswa mempelajari pendidikan.Model penelitian dan pengembangan
pengalaman-pengalaman yang berkaitan Gall dkk penerapannya dalam pengembangan
dengan aturan-aturan sosial.Selain itu, salah model bimbingan kelompok dengan teknik
satu manfaat bermain menurut Desmita (2007) permainan simulasi untuk meningkatkan
adalah untuk mengembangkan aspek sosial kemampuan komunikasi antarpribadisiswaSMP
anak. Bermain dengan teman-teman sebayanya Nurul Islam Semarang,hanya dilakukan sampai
dapat membuat anak belajar dalam membangun pada tahap keenam yaitu tahap uji coba terbatas.
hubungan sosial dengan anak-anak lain yang Langkah-langkah pengembangan model
belum dikenalnya dan mengatasi berbagai ini adalah (1) penelitian awal dan pengumpulan
persoalan yang ditimbulkan oleh hubungan informasi; dengan memperhatikan hasil temuan
tersebut. Dalam kegiatan bermain tersebut, anak lapangan dan kajian teori terkait dengan variabel
juga diharapkan dapat memahami dan mengerti penelitian.Untuk mendapatkan data/ informasi
maksud dari tindakan orang lain, peka terhadap di lapangan, maka peneliti menggunakan
ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh yang pedoman wawancara yang ditujukan kepada
ditunjukkan orang lain, dan mampu memberikan guru bimbingan dan konseling. (2) Perencanaan;
respon secara positif dalam berkomunikasi dengan merumuskan tujuan pengembangan.
dengan orang lain. (3) Pengembangan model hipotetik; yaitu
Kondisi tersebut diharapkan menarik merancang model hipotetik bimbingan
bagi siswa sehingga memungkinkan mereka kelompok dengan teknik permainan simulasi
mau terlibat secara mendalam dalam kegiatan yang dikembangkan berdasarkan kajian teoritik,
bimbingan kelompok. Dengan demikian, siswa kondisi obyektif di SMP Nurul Islam Semarang,
diharapkan mampu terlibat secara aktif dalam dan kajian-kajian hasil-hasil penelitian terdahulu
proses dinamika kelompok yang menyenangkan yang relevan. (4) Penelaahan model hipotetik;
dan memainkan peran dalam situasi yang dimana peneliti melakukan uji kelayakan model
menyerupai kehidupan nyata. Oleh karena itu, hipotetik dengan menyusun lembar penilaian
peneliti memandang bahwa penelitian yang validasi untuk validator ahli dan praktisi. (5)
berjudul “Pengembangan Model Bimbingan Revisi; yaitu memperbaiki model hipotetik
Kelompok dengan Teknik Permainan Simulasi berdasarkan masukan/ saran yang diberikan oleh
untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling.
Antarpribadi Siswa” ini perlu untuk dilakukan. (6) Uji coba terbatas; dilakukan untuk menguji
Tujuan penelitian ini adalah untuk keefektifan model yang dikembangkan. Uji coba
mengetahui gambaran layanan bimbingan terbatas dilakukan di SMP Nurul Islam Semarang
kelompok di SMP Nurul Islam Semarang, untuk dengan subyek penelitian sebanyak 10 siswa,
mengetahui tingkat kemampuan komunikasi dimana penentuan subjek uji coba dilakukan
antarpribadi siswa SMP Nurul Islam Semarang, dengan menggunakan teknik purposive sampling.
untuk menghasilkan model bimbingan Adapun alat yang digunakan untuk mengukur
kelompok dengan teknik permainan simulasi tingkat kemampuan komunikasi antarpribadi
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa adalah skala kemampuan komunikasi
antarpribadi siswa SMP Nurul Islam Semarang, antarpribadi yang telah diuji validitasnya dengan
untuk mengetahui tingkat keefektifan model menggunakan rumus korelasi Product Moment
bimbingan kelompok dengan teknik permainan Pearsondan reliabilitasnya dengan menggunakan
simulasi untuk meningkatkan kemampuan rumus alpha.Selanjutnya, desain yang digunakan
komunikasi antarpribadi siswa SMP Nurul Islam untuk menguji efektifitas model adalah pre-
Semarang. experimental: one group pretest-posttest design. Untuk
membuktikan hipotesis penelitian, dilakukan

139
Arina Fithriyana dkk. / Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)

pengujian efektifitasdengan teknik analisis data siswa yang menganggap bahwa dirinya tidak
menggunakan uji T atau T-test. setara dengan teman-temannya sehingga ia
mengisolasi dirinya dari teman yang lain.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pemaparan dari guru bimbingan
dan konseling di sekolah tersebut, menandakan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa siswa masih memerlukan upaya untuk
menunjukkan bahwa layanan bimbingan meningkatkan kemampuan komunikasi
kelompok di SMP Nurul Islam Semarang telah antarpribadinya.
terprogram dalam program tahunan bimbingan Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti
konseling, tetapi pelaksanaannya sering kali merencanakan untuk mengembangkan suatu
tidak sesuai dengan program yang ada.Kegiatan model untuk meningkatkan kemampuan
bimbingan kelompok hanya dilakukan oleh komunikasi antarpribadi siswa. Adapun model
guru BK apabila ada siswa yang membutuhkan yang dikembangkan berupa model bimbingan
layanan ini. Pelaksanaannya pun masih secara kelompok dengan menggunakan teknik permainan
konvensional, yaitu hanya dengan berdiskusi simulasi untuk meningkatkan kemampuan
tanpa menggunakan teknik-teknik bimbingan komunikasi antarpribadi siswa.Pertimbangan
kelompok lainnya. Tempat dan waktu masih menggunakan permainan simulasi sebagai teknik
menjadi kendala terbesar pelaksanaan kegiatan dalam bimbingan kelompok ini adalah karena
bimbingan kelompok.Selain itu, materi yang teknik permainan simulasimerupakan salah satu
dibahas dalam kegiatan bimbingan kelompok cara untuk merefleksikan realitas kehidupan
ditentukan sesuai dengan kebutuhan siswa sehari-hari melalui suasana bermain dan dibuat
namun belum pernah mengangkat topik untuk tujuan tertentu seperti untuk membantu
tentang peningkatan kemampuan komunikasi siswa mempelajari pengalaman-pengalaman
antarpribadi siswa. yang berkaitan dengan aturan-aturan sosial.
Adapun gambaran kemampuan ko- Dalam hal ini, siswa diajak untuk bermain sambil
munikasi antarpribadi siswa dapat dilihat belajar, bermain peran, dan berdiskusi.
pada tabel 1. Dari paparan perhitungan skor Setelah tersusun desain model awal
skala kemampuan komunikasi antarpribadi di tersebut, dilakukan uji kelayakan ahli dan
atas, diketahui bahwa gambaran kemampuan praktisi untuk mengetahui kelayakan model
komunikasi antarpribadi siswa SMP Nurul Islam yang dikembangkan. Pada tahap ini, ada empat
rata-rata berada pada kategori rendah. Kondisi orang ahli yang terlibat dalam memberikan uji
ini sesuai dengan data yang diperoleh dari kelayakan model yaitu dosen bimbingan dan
hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling. Selain itu, ada dua orang praktisi yang
konseling di sekolah yang menunjukkan bahwa terlibat dalam uji kelayakan model yang terdiri
ada beberapa siswa yang mengalami gangguan dari dua orang guru bimbingan dan konseling
dalam berkomunikasi dengan orang lain seperti di sekolah. Selanjutnya, peneliti melakukan
malu untuk berbicara dan mengungkapkan perbaikan model berdasarkan masukan, arahan,
pendapatnya, lebih suka berteman dengan dan saran yang diberikan oleh para validator ahli
kelompoknya sendiri, tidak mudah untuk diajak dan praktisi sehingga tersusun model yang telah
bekerjasama, belum menyadari akan adanya teruji berdasarkan uji kelayakan.
kepentingan yang berbeda, belum mampu Adapun uji coba terbatas yang
memberikan respon secara spontan, sulit untuk dilakukan terhadap 10 orang siswa di SMP
mengungkapkan perasaannya, dan masih ada Nurul Islam Semarang menunjukkan bahwa

Tabel 1. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi Siswa

No Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)


1 249 - 295 Sangat Tinggi 11 12,64
2 201 - 248 Tinggi 19 21,84
3 154 - 200 Sedang 22 25,29
4 106 - 153 Rendah 35 40,23
5 59 - 105 Sangat Rendah 0 0,00
Jumlah 87 100,00

140
Arina Fithriyana dkk. / Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)

Tabel 2. Rangkuman Hasil Skor Pretest dan Posttest

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Perubahan


No.
Resp Skor Pretest Persentase Skor Posttest Persentase Skor Persentase

1 199 67 % 214 73 % 15 5%
2 149 51 % 202 68 % 53 18 %
3 149 51 % 203 69 % 54 18 %
4 236 80 % 250 85 % 14 5%
5 166 56 % 202 68 % 36 12 %
6 145 49 % 204 69 % 59 20 %
7 148 50 % 164 56 % 16 5%
8 247 84 % 253 86 % 6 2%
9 195 66 % 204 69 % 9 3%
10 149 51 % 175 59 % 26 9%
 Σ 178 60 % 207 70 % 29 10 %

terjadi peningkatankemampuan komunikasi simulasi dapat secara efektif meningkatkan


antarpribadi siswa antara sebelum dan sesudah kemampuan komunikasi antarpribadi siswa.
diberikan layanan bimbingan kelompok Dalam hal ini, hipotesis alternatif diterima jika
dengan menggunakan teknik permainan signifikansi hitung < 0,05 dan sebaliknya hipotesis
simulasi. Peningkatan kemampuan komunikasi nihil (Ho) diterima jika signifikansi hitung > 0,05.
antarpribadi siswa antara kondisi awal dengan Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh
kondisi akhir dapat dilihat pada tabel 2. nilai signifikansi hitung (Sig. 2-tailed) adalah
Uji normalitas data dilakukan dengan sebesar 0,001 pada taraf signifikansi 95%. Hal
menggunakan uji normalitas data Kolmogorov- ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi hitung
Smirnov dengan menggunakan bantuan SPSS sebesar 0,001 < 0,05 sehingga hipotesis alternatif
16.00 for Windows. Kriteria yang digunakan (Ha) yang berbunyi model bimbingan kelompok
adalah jika nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) > dengan teknik permainan simulasi efektif
0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
jika nilai signifikansi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05 antarpribadi siswa dapat diterima.
maka data tidak berdistribusi normal. Berdasakan Dari penjabaran tersebut, maka tersusunlah
hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, diketahui model akhir bimbingan kelompok dengan
bahwa skor pretest kemampuan komunikasi teknik permainan simulasi untuk meningkatkan
antarpribadi memperoleh nilai signifikansi kemampuan komunikasi antarpribadi siswa
sebesar 0,435 dan skor posttest kemampuan yang terdiri dari: rasional, tujuan, asumsi, subjek
komunikasi antarpribadi memperoleh nilai sasaran, peran dan tugas pokok konselor, media
signifikansi sebesar 0,589. Dalam hal ini, baik simulasi, prosedur pelaksanaan, evaluasi dan
nilai signifikansi skor pretest maupun skor posttest> indikator keberhasilan.
0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
kedua data tersebut berdistribusi normal. Simpulan
Setelah mengetahui bahwa distribusi
kedua data adalah normal, peneliti melakukan Layanan bimbingan kelompok di SMP
uji efektivitas model yang dikembangkan dengan Nurul Islam Semarang telah terencana dalam
membandingkan perbedaan antara skor pretest program bimbingan dan konseling, tetapi
dengan skor posttest menggunakan uji-t dengan pelaksanaannya masih bersifat insidental dan
menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows. hanya diberikan kepada siswa yang membutuhkan
Kaidah yang digunakan adalah menguji saja. Tidak semua siswa mendapatkan layanan
hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi model ini di sekolah. Selain itu, pelaksanaan bimbingan
bimbingan kelompok dengan teknik permainan kelompok di sekolah masih dilakukan secara

141
Arina Fithriyana dkk. / Jurnal Bimbingan Konseling 3 (2) (2014)

konvensional. Sementara itu, gambaran Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.
kemampuan komunikasi antarpribadi siswa Remaja Rosdakarya
kelas VIII SMP Nurul Islam Semarang berada Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal &
pada kategori rendah. Berdasarkan kondisi Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
tersebut, maka disusunlah model bimbingan
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna.
kelompok dengan teknik permainan simulasi Jakarta: Kencana
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan
antarpribadi siswa. Model yang telah disusun Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang
tersebut kemudian diuji kelayakannya dengan Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di
divalidasi oleh 4 orang ahli bimbingan dan Sekolah. Bandung: Rizqi Press
konseling dan 2 orang praktisi bimbingan dan Sethi, Deepa., & Seth, Manisha. 2009. Interpersonal
konseling di sekolah. Selanjutnya, model direvisi Communication: Lifeblood of an Organization. The
dan diuji cobakan secara terbatas kepada siswa. IUP Journal of Soft Skills, Vol. III, Nos. 3 & 4.
Hal. 32-40
Berdasarkan hasil uji efektivitas model dengan
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
menggunakan uji-t, diketahui bahwa model Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
bimbingan kelompok dengan teknik permainan Alfabeta
simulasi dapat secara efektif meningkatkan Tubbs, Stewart L. &Moss, Sylvia. 2001. Human
kemampuan komunikasi antarpribadi siswa. Comunication Konteks-konteks Komunikasi
Penerjemah Dedi Mulyana. Bandung: PT. Remaja
Daftar Pustaka Rosda Karya

Borg, W. R., Gall, M. D., dan Gall, J. P. 2007.


Educational Research: An Introduction. New
York: Longman

142

Anda mungkin juga menyukai