Krisis Hipertensi
Krisis Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%.
(Riskesdas, 2013)
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013
yang merujuk hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 di Sumatera Utara, prevalensi
hipertensi berdasarkan pengukuran pada umur ≥ 18 tahun di provinsi Sumatera
Utara yaitu sebesar 24,7% (Dinkes, 2013).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan 140
mmHg dan atau diastolik diatas atau sama dengan 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup tenang (istirahat)
(Depkes, 2007).
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
system kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multifaktor, sehingga
tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal. Menurut Kaplan,
hipertensi banyak menyangkut faktor genetik, lingkungan dan pusat-pusat regulasi
hemodinamik. Bila disederhanakan, hipertensi adalah interaksi cardiac output
(CO) dan tahan perifer total. Semua defenisi hipertensi adalah angka kesepakatan
berdasarkan bukti klinis (evidence based) atau berdasarkan konsensus atau
berdasarkan epidemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih
tinggi dari angka normal yang disepakati, maka risiko morbiditas dan mortalitas
kejadian kardiovaskular akan meningkat. Dimana pada hipertensi tekanan darah
harus persisten diatas atau sama dengan 140/90 mmHg (Yogiantoro, 2014).
Krisis hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah
meningkat secara progresif melebihi tekanan diastolik 120 mmHg dengan atau
tanpa ancaman kerusakan organ target. Dikelompokan dalam urgensi dan
emergensi atas dasar adanya kerusakan organ target yang karakteristik pada
hipertensi emergensi dan belum terdapat kerusakan organ target pada urgensi.
Sebagian besar keadaan ini dapat dicegah, umumnya disebabkan oleh karena
pengobatan hipertensi yang tidak adekuat.
Hipertensi emergensi (darurat), yaitu peningkatan tekanan darah sistolik >
180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ
8
B. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis hipertensi dapat dilakukan cukup akurat dengan pemeriksaan
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer, suatu manset yang dapat
dikembungkan dan dipasang secara eksternal ke pengukur tekanan. Pengukuran
tekanan darah dilakukan pada penderita dalam keadaan nyaman, relaks dan tidak
tertutup atau tertekan pakaian. Ketika manset dilingkarkan disekitar lengan atas
dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset disalurkan melalui
jaringan ke arteri brakialis. Teknik ini melibatkan penyeimbangan antara tekanan
dimanset dan tekanan diarteri. Selama penentuan tekanan darah, stetoskop
diletakkan diatas arteri brakialis disisi dalam siku tepat dibawah manset. Aliran
darah turbulen menciptakan getaran yang dapat terdengar. Bunyi yang terdengar
ketika memeriksa tekanan darah dikenal sebagai bunyi korotkoff. Bunyi pertama
dapat didengar menunjukkan tekanan sistolik, bunyi terakhir terdengar pada
tekanan diastolik minimal (Sherwood, 2015).
15
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibagi menjadi pemeriksaan yang sebaiknya
dilakukan pada semua pasien dengan hipertensi yang menetap (pemeriksaan
dasar) dan pemeriksaan yang sebaiknya ditambahkan jika dari pemeriksaan awal
diduga ada bentuk hipertensi sekunder dan/atau tekanan arteri tidak terkendali
setelah terapi awal.
Pemeriksaan status ginjal dievaluasi dengan menilai adanya protein, darah,
glukosa urin, mengukur kreatinin serum dan/atau nitrogen urea darah (BUN,
blood urea nitrogen). Kimia darah lainnya juga mungkin berguna, terutama
seringkali dapat diminta sebagai serangkaian tes automatis dengan biaya yang
minimal pada pasien. Contohnya, penentuan glukosa darah membantu karena
diabetes mellitus mungkin disertai dengan aterosklerosis, penyakit vaskular renal
dan nefropati diabetik pada pasien dengan hipertensi. Kolesterol serum, kolesterol
HDL dan trigliserida juga dapat diukur untuk mengidentifikasi faktor lain yang
mempercepat timbulnya aterosklerosis. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
pada semua kasus sebagai penilaian keadaan jantung (Harrison, 2012).
B. Terapi Farmakologi
Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan dan mencegah kejadian
kardioserebrovaskular dan kerusakan renal, melalui penurunan tekanan darah dan
juga pengendalian dan pengobatan faktor-faktor risiko yang reversibel. Saat ini
tersedia 5 golongan obat antihipertensi, yaitu diuretic thiazid, antagonis kalsium,
ACEi (Angiotensin Converting Enzyme inhibitors), ARB (Angiotensin Receptor
Blockers) dan beta-blockers. Obat-obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi
maupun sebagai bagian dari terapi kombinasi. Kelima jenis golongan obat ini
18
adalah strok, gagal ginjal dan gagal jantung.[11] Kematian disebabkan oleh
uremia (19%), gagal jantung kongestif (13%), cerebro vascular accident
(Yogiantoro, 2014; Mohani, 2014).
22
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Alamat : Jl. Yos Sudarso Gunung Sitoli
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Tgl masuk : 1-7- 2019
No. RM : 06.48.23
Riwayat adanya darah tinggi diakui pasien sejak 10 tahun yang lalu.
Pasien berobat apabila timbul keluhan namun tidak rutin kontrol, pasien tidak
ingat nama obat dan jumlah obat yang diminum.
Kepala
Bentuk : Normal, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebral
-/-, pupil isokor kanan dan kiri. Reflek cahaya +
Telinga : Bentuk normal, simetris, ottorae -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi.
Mulut : Mulut simetris, tidak ada deviasa Tonsil T1/T1.
Leher
Trakea berada di tengah, tidak deviasi dan intak, Tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, JVP tidak meningkat.
24
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, pergerakan nafas kanan
sama dengan kiri , tidak ada penonjolan masa.
Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Sp: bronchial , ronki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Iktus kordis teraba pulsasi, tidak ada vibrasi
Perkusi Batas jantung :
o Batas atas : Sela iga II garis parasternalis kiri
o Batas kanan : linea parasternalis kanan
o Batas kiri : Sela Iga V 1 jari lateral linea midclavicularis kiri
Auskultasi :BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak adanya kelainan
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Suara timpani pada lapang abdomen, shifting dullness (-),
undulasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), tidak ada pembesaran hepar,
tidak ada pembesaran lien, ballotement ginjal (-)
Genitalia
Tidak dinilai
Ekstremitas
Akral hangat, CRT<2”, arteri perifer teraba normal, edema ekstermitas -/-,
25
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
17 Febuari 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 11,67 12-14 gr/dl
Ht 33,9 36-42 gr/dl
RBC 4,34x106 4-5,4X106 uL
WBC 6.030 4000-11000/mm3
Platelet 238.400 150000-400000/mm3
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
KGDs 115 < 200 mg/dLs
Bilirubin Total 0.42 <1.2 mg/dl
Bilirubin Direct 0.36 <0.3 mg/dl
SGOT 14 L: <35 U/L
P: 31 U/L
SGPT 11 L: <45 U/L
P: <34 U/L
Ureum 28 <50 mg/dl
Kreatinin 0.9 L: 0.8-1.3 mg/dl
P: 0.6-1.2 mg/dl
Asam Urat 5.9 L: <7 mg/dl
P: <5.7 mg/dl
Cholesterol Total 214 <200 mg/dl
HDL 64 >40 mg/dl
LDL 132 <100 mg/dl
Trigliserida 87 <150 mg/dl
26
EKG:
Kesan:
a. Irama: Sinus Ritme
b. Heart Rate: 75x/menit Reguler
c. Axis : Normoaxis
d. Gelombang P: 0.08s
e. PR Interval: 0.12s
f. QRS complex: 0,08s
g. ST segmen: ST elevasi (-), ST depresi (-)
h. Gelombang T: T inverted (-), T-Tall (-)
i. LVH: (-)
j. RVH (-)
Kesimpulan: Sinus Ritme
Diagnosa:
Berdasarkan keluhan pasien mengeluhkan nyeri kepala yang memberat sejak
1 hari SMRS disertai mual, muntah dan sesak nafas dan dari hasil pemeriksaan
fisik didapati Tekanan darah : 220/110 mmHg maka pasien didiagnosa dengan
Hipertensi Emergensi
27
Terapi:
- IVFD RL 20gtt/menit
- Inj. Nicardipin 20 mg (2 amp) mulai 0,5mcg/kgBB
- Inj. Furosemid 20 mg/12 jam
- Spironolakton 1x25mg
- Candesartan 2x16mg
- Simvastatin 1x20mg
Rencana:
Cek Elektrolit
28
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
29
Assob, J.C.N, et al. 2014. The Relationship between Uric Acid and Hypertension
in Adults in Fako Division, SW Region Cameroon. Journal Nutrion and
Food Science. http://dx.doi.org/10.4172/2155-9600.1000257
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.
Champe, P.C., Harvey, R.A., Ferrier, D.A. 2011. Biokimia Ilustrasi Bergambar.
3th ed. Jakarta: EGC.
Go, A.S. et al. 2014. An Effective Approach to High Blood Pressure Control.
Journal of the American College of Cardiology.
http://hyper.ahajournals.org
Infodatin. 2013. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kenning I, et al. 2014. Health Care Guideline Hypertension Diagnosis and
Treatment. Institute for Clinical Systems Improvement.
https://www.icsi.org/_asset/wjqy4g/HTN.pdf
Kosasih E.N., Kosasih A.S. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Klinik. Ciputat: KARISMA Publishing Group.
Mohani, C.I. 2014. Hipertensi Primer In: Sudoyo, A.W. et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing, Hal: 2284.
Rilantono, L.I. 2012. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Sherwood, L. 2015. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Alih bahasa: Brahm
U. Pedit. Jakarta: EGC.
Sylvia, P.A. 2006. Patofisisologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Tedjakusuma, P. 2012. Tatalaksana Hipertensi. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
Departemen Kardiologi RS Premier Jatinegara dan RS Grha Kedoya.
Williams, G.H. 2014. Penyakit Vaskular Hipertensi. In: Isselbacher K.J. et al.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 13th ed. Jakarta: EGC
World Health Organization (WHO). 2013. A Global Brief on Hypertension: Silent
Killer, Global Public Health Crisis.
30
Yugiantoro, M. 2014. Hipertensi Essensial. In: Sudoyo, A.W. et al. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing, Hal: 2259.