Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN GAP (GCS, AGE, SYSTOLIC BLOOD PRESSURE)

SCORE DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN COB


(CEDERA OTAK BERAT) DI RSUD
GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Abdul Chafid Muzaki, Christina Dewi P1, Sri Wahyuni2


Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
khafidmuzaki1996@gmail.com

ABSTRAK

Cedera otak berat merupakan masalah medis serius yang memiliki


mortalitas tinggi baik anak maupun dewasa, oleh karena itu mengetahui
prognosis cedera otak berat menjadi sangat penting untuk memberikan informasi
mengenai perjalanan penyakit dan datangnya penyakit. Sistem penilaian
fisiologis yang digunakan adalah GAP (GCS, age, systolic blood pressure)
score. GAP score lebih mudah digunakan dan cepat dalam menghitung dan
menyediakan efisiensi dalam pengobatan dengan menentukan keparahan trauma
pada tahap awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui hubungan GAP
score dengan mortalitas pada cedera otak berat di RSUD Gambiran Kota Kediri.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kolerasi dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 30 responden dengan teknik
accidental sampling. Pengumpulan data dengan check list lembar observasi.
Data dianalisis dengan menggunakan uji Spearman Rho untuk mengetahui
hubungan GAP score dengan mortalitas pada cedera otak berat. Hasil uji
penelitian Spearman Rho didapatkan p value= 0,008 yang berarti kurang dari
alpha (0,05), maka dapat dinyatakan bahwa p value <0,05, yang berarti bahwa
ada hubungan GAP dengan mortalitas pada pasien cedera otak berat dengan
koefisien korelasinya 0,472, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
sedang antara GAP dengan mortalitas, sedangkan ada hubungan positif, karena
nilai (r) positif, berarti semakin rendah nilai GAP maka semakin meningkatkan
mortalitas pada pasien cedera otak berat. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
ada hubungan GAP score dengan mortalitas pada pasien cedera otak berat.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar dapat menerapkan GAP score
dengan mortalitas pada pasien cedera otak berat utuk mengetahui tingkat
mortalitas pada pasien.

Kata kunci: GAP Score, Mortalitas, Cedera otak berat

1
RELATIONSHIP BETWEEN GAP (GCS, AGE, SYSTOLIC BLOOD
PRESSURE) SCORE AND MORTALITY IN COB PATIENTS
(SEVERE BRAIN INJURY) IN GAMBIRAN
HOSPITAL KEDIRI CITY

Abdul Chafid Muzaki, Christina Dewi P1, Sri Wahyuni2


S1 Nursing Study Program Faculty of Health Sciences
Bhakti Wiyata Institute of Health Sciences Kediri
khafidmuzaki1996@gmail.com

ABSTRACT

Severe brain injury is a serious medical problem that has high mortality both
children and adults, therefore knowing the prognosis of severe brain injury is very
important to provide information about the course of the disease and the arrival of
the disease. The physiological assessment system used is GAP (GCS, age, systolic
blood pressure) score. GAP score is easier to use and faster in calculating and
providing efficiency in treatment by determining the severity of trauma at an early
stage. This study aims to find out the relationship between GAP score and mortality
in severe brain injury in Gambiran Hospital, Kediri city. The type of research used
was correlation with the cross sectional approach. The number of samples obtained
was 30 respondents with accidental sampling technique. Data collection with a
check list of observation sheets. Data was analyzed using the Spearman Rho test to
determine the GAP score with mortality in severe brain injury. The results of the
Spearman Rho study obtained p value = 0.008 which means less than alpha (0.05),
so it can be stated that p value <0.05, which means that there is a relationship GAP
score with mortality in severe brain injury patients with a correlation coefficient of
0.472, this indicates that there is a moderate relationship between GAP and
mortality, whereas there is a positive relationship, because the value (r) is positive,
meaning that the lower the GAP value the more mortality in severe brain injury
patients. The conclusion of this study is that there is a relationship between GAP
score and mortality in severe brain injury patients. Based on the results of this
study, it is suggested that it can apply GAP score with mortality in severe brain
injury patients to determine the mortality rate in patients.

Keywords: GAP Score, Mortality, Severe brain injury

2
PENDAHULUAN berat dan meninggal sebanyak 14
Cedera otak berat merupakan orang (Rekam Medis RSUD
permasalahan medis serius yang Gambiran, 2018).
memiliki mortalitas tinggi baik anak Cedera otak berat memiliki
maupun dewasa. Penderita cedera tingkat mortalitas tinggi, Penanganan
otak berat seringkali mengalami pada penderita cedera otak
edema serebri yaitu akumulasi memegang peranan penting terutama
kelebihan cairan di intraseluler atau dalam pencegahan komplikasi.
ekstraseluler ruang otak atau Komplikasi dari cedera otak adalah
perdarahan intrakranial yang infeksi, perdarahan. Cedera otak berat
mengakibatkan meningkatnya berperan pada hampir separuh dari
tekanan intra kranial (Kumar, 2013). seluruh kematian akibat trauma.
Sehingga menimbulkan kerusakan Cedera otak berat merupakan keadaan
sementara atau permanen pada otak, yang serius. Oleh karena itu,
gangguan fungsional, atau gangguan diharapkan dengan penanganan yang
psikososial (Tahir, 2011). cepat dan akurat dapat menekan
Menurut WHO kejadian cedera morbiditas dan mortilitas penanganan
kepala di Amerika Serikat setiap yang tidak optimal dan terlambatnya
tahunnya diperkirakan mencapai rujukan dapat menyebabkan keadaan
500.000 kasus, yang terdiri dari penderita semakin memburuk
cedera otak ringan sebanyak 296.678 (Tarwoto, 2007).
orang, cedera otak sedang sebanyak Cedera otak berat memiliki
100.890 orang dan cedera otak berat tingkat mortalitas tinggi, semakin
sebanyak 102.432 orang. Dari berat derajat cedera otak berhubungan
sejumlah kasus tersebut 10% dengan tingkat kecacatan dan
penderitanya meninggal sebelum tiba kematian, oleh karena itu mengetahui
di rumah sakit (Haddad, 2012). Di prognosis cedera otak dengan
Indonesia angka kejadian cedera otak penilaian awal yang akurat menjadi
berat berkisaran antara 6% - 12% dari sangat penting karena dapat
total keseluruhan kasus cedera otak digunakan untuk memberikan
dengan angka kematian 25% - 37% informasi mengenai perjalanan
(Tjahjadi et al., 2013) dan cedera otak penyakit dan outcome penyakit
berdasarkan hasil Riskesdas (2013), (Hemingway et al., 2013). Dengan
menunjukkan insiden cedera otak penilaian awal yang akurat ini,
sebanyak 100.000 jiwa meninggal diharapkan dapat diprediksi keluaran
dunia (Depkes RI, 2012). dan tatalaksana yang sesuai dengan
Berdasarkan hasil studi kondisi pasien. Sistem skoring trauma
pendahuluan secara wawancara, telah banyak dikembangkan dan
bahwa di RSUD Gambiran Kota digunakan Kondo et al., (2011)
Kediri masih menggunakan alat ukur menciptakan sistem skoring Glasgow
GCS untuk mengukur cedera otak. Coma Scale, Age, Systolic Blood
Angka kejadian di RSUD Gambiran Pressure (GAP Score). Kondo et al.,
Kota Kediri tahun 2018 pada bulan (2011) menemukan bahwa skor GAP
September sampai dengan November memprediksi keparahan trauma setara
terdapat 98 pasien dengan cedera otak atau lebih baik daripada sistem
3
penilaian mekanisme cedera, GCS, responden yang kebetulan ada di
usia (age), dan tekanan arteri (arterial suatu tempat sesuai dengan konteks
pressure) (MGAP). GAP juga lebih penelitian (Notoatmodjo, 2012).
dapat digeneralisasi daripada nilai HASIL PENELITIAN
MGAP. Sistem skoring GAP lebih Tabel V.1 Distribusi frekuensi jenis
mudah digunakan dan memberikan kelamin responden di RSUD
informasi prediktif yang berharga dari Gambiran Kota Kediri tahun 2019
kondisi pasien saat dibawa ke IGD Jenis Frekuen Presentase
(Putra et al., 2016). Kelamin si (%)
Menurut penelitian Ahun et al., Laki-laki 17 56,7%
(2014) akurasi GAP score dalam Perempu 13 43,3%
memprediksi kematian 24 jam pasien an
cedera otak lebih baik dan lebih Total 30 100%
mudah digunakan untuk memberikan Berdasarkan Tabel V.1 diperoleh
informasi prediktif dari pada skor RTS jenis kelamin responden di RSUD
dan MGAP (Putra et al., 2016). Gambiran Kota Kediri tahun 2019
Penelitian Quiros et al., (2015) dengan frekuensi terbanyak laki-laki
mengatakan bahwa pasien yang terdapat 17 responden (56,7%)
mengalami kematian akibat trauma
berat memilki nilai rerata GAP lebih
Tabel V.2 Distribusi frekuensi umur
rendah dibandingkan dengan pasien
responden di RSUD Gambiran Kota
yang selamat, sehingga disimpulkan
Kediri tahun 2019
bahwa GAP score adalah alat yang
baik dalam memprediksi kematian Umur Frekuensi Presenta
pasien trauma berat. se (%)
Berdasarkan uraian diatas penulis < 60 tahun 20 66,7%
tertarik untuk melakukan penelitiaan > 60 tahun 10 33,3%
dengan judul tersebut. Total 30 100%
Berdasarkan Tabel V.2 diperoleh
METODE PENELITIAN umur responden di RSUD Gambiran
Metode penelitian ini adalah Kota Kediri tahun 2019 dengan
korelasional dengan pendekatan frekuensi umur terbanyak < 60 tahun
cross sectional yaitu suatu penelitian terdapat 20 responden (66,7%).
yang menekankan pada waktu
pengukuran atau observasi data Tabel V.3 Distribusi frekuensi jenis
variabel independen dan dependen kelamin responden di RSUD
hanya satu kali, pada satu saat Gambiran Kota Kediri tahun 2019
(Nursalam, 2011). Pada penelitian ini, Tekanan Frekuensi Presentase
peneliti melakukan pemeriksaan GAP darah sistolik (%)
score dan Brainstem sign score. > 120 mmHg 21 70%
Jumlah sampel yang diperoleh 60 – 120 9 30%
sebanyak 30 responden degan teknik mmHg
Accidental Sampling yaitu merupakan Total 30 100%
pengambilan sample yang dilakukan Berdasarkan Tabel V.3 diperoleh
dengan mengambil kasus atau tekanan darah sistolik responden di
4
RSUD Gambiran Kota Kediri tahun sistolik terbanyak > 120 mmHg ada
2019 dengan frekuensi tekanan darah 21 responden (70%).

Tabel V.4 Distribusi frekuensi GAP score responden di RSUD Gambiran Kota
Kediri tahun 2019
GAP Frekuensi Presentase (%)
Resiko sedang : skor 11-18 20 66,7%
Resiko ringgi : skor <11 10 33,3%
Total 30 100%

Berdasarkan dari Tabel V.4 bahwa skor frekuensi terbanyak yaitu resiko
GAP score pada responden di RSUD sedang yaitu skor 11-18 terdapat 20
Gambiran Kota Kediri menunjukkan responden (66,7%)

Tabel V.5 Distribusi frekuensi mortalitas responden di RSUD Gambiran Kota


Kediri tahun 2019
Brainstem sign score Frekuensi Presentase (%)
Tidak ada resiko kematian batang otak : skor 16 53,3%
>13
Resiko kematian batang otak : skor <13 14 46,7%
Total 30 100%

Berdasarkan dari Table V.5 diperoleh 16 responden (53,3%) dan resiko


mortalitas responden di RSUD kematian batang otak sebanyak 14
KotaKediri yang mengalami tidak ada responden (46,7%).
resiko kematian batang otak sebanyak

Tabel V.6 Hubungan GAP (GCS, age, systolic blood pressure) score dengan
mortalitas pada pasien cedera otak di RSUD Gambiran Kota Kediri
Bss Total Nilai Nilai
Tidak ada Resiko (r) (p)
kematian kematian
batang batang
otak : skor otak : skor
>13 <13
GAP Resiko sedang : 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%) 0,472 0,008
skor 11-18
Resiko tinggi : 2 (20%) 8 (80%) 10 (100%)
skor <11
Total 16 (53,3%) 14 (46,7%) 30 (100%)

Berdasarkan Tabel V.6 dapat dilihat kematian batang otak dengan skor
bahwa skor GAP resiko sedang yang >13 sebanyak 14 responden,
tertinggi adalah tidak ada resiko sedangkan skor GAP yang resiko
5
tinggi yang tertinggi adalah resiko beberapa fakta yang diperoleh saat
kematian batang otak dengan skor penelitian bahwa skor GAP lebih baik
<13 sebanyak 8 responden dengan dari trauma skor lain seperti RTS,
nilai korelasi (r) sebesar 0,472 dengan MGAP, dan GCS untuk mengetahui
tingkat signifikan (p) sebesar 0,008. tingkat keparahan pada pasien cedera
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < otak berat. Sehingga rumah sakit bisa
alpa (0,05), yang artinya H1 diterima menggunakan skor GAP untuk
dan H0 ditolak yang berarti ada menilai tingkan keparahan pasien
hubungan GAP (GCS, age, systolic cedera otak berat.
blood pressure) score dengan Berdasarkan distribusi frekuensi
mortalitas pada pasien cedera otak mortalitas dengan resiko kematian
berat. batang otak sebanyak 14 responden
diakibatkan karena benturan dan
PEMBAHASAN kecelakaan pada responden, sehingga
Berdasarkan distribusi frekuensi terdapat penurunan tingkat kesadaran
GAP score dapat dilihat bahwa yang dialami responden. Resiko
responden dengan skor resiko sedang kematian batang otak pada responden
yaitu skor 11-18 terdapat 20 diketahui dari adanya penurunan
responden yang skor GCS nya 3-8 reflek pupil, respon cahaya pupil,
yang menunjukkan cedera otak berat reflek kornea, reflek okulusefalik
sehinggah perlu penanganan yang (gerakan doll’s eyes), gerakan mata,
cepat dan tepat, hal tersebut sesuai sikap motorik terhadap rangsangan
dengan penelitian Lumbantobin nyeri, dan pola pernapasan. Hal
(2015) bahwa stimulasi sensori tersebut sesuai dengan yang
mampu memberikan efek dijelaskan oleh Obiako & ogunniyi
neuroprotektif yang mencegah 2010 dalam pamungkas (2015)
kerusakan sel-sel otak dari iskemik tentang cara penilaian Brainstem sign
yang di timbulkan cedera otak. score dari tanda tanda yang muncul
Kemudian umur <60 tahun pada responden. Penilaian kematian
mempunyai skor 5 dimana skor batang otak dapat dinilai dengan
tersebut mempengaruhi dalam menggunakan skor brainstem sign
penilaian GAP score. dan tekanan score yang sudah ada, dengan angka
darah sistolik >120 mmHg yang krang dari 13 maka sudah dianggap
mempunyai skor 5, skor tersebut terjadi resiko kematian batang otak
mempengaruhi penilaian skor GAP, yang diakibatkan oleh trauma kepala.
apabila skor GAP nya rendah maka Penilaian lebih dari 13 maka dianggap
tingkat keparahan cedera nya semakin kematian batang otak tidak ada.
tinggi. Hal tersebut sejalan dengan Peneliti berpendapat bahwa
penelitian Rahmani et al., (2016) penurunan tingkat kesadaran pada
menyatakan bahwa nilai GCS nya responden sangat berpengaruh
memiliki skor 3-8, umur <60 tahun terhadap mortalitas pada pasien
memiliki skor 5, dan tekanan darah cedera otak berat. Semakin rendah
sistolik >120 mmHg memiliki skor 5 tingkat kesadaran responden maka
sehingga nilai skor GAP nya memiliki semakin tinggi mortalitas nya.
resiko rendah. Diharapkan dari Sehingga dibutuhkan pengukuran
6
skor trauma yang akurat dan dengan mortalitas pada pasie COB
perawatan yang tepat pada pasien (cedera otak berat) di RSUD
cedera otak berat. Gambiran Kota Kediri dengan nilai
Berdasarkan hasil uji penelitian korelasi (r) sebesar 0,472 dengan
Spearman Rho didapatkan p value= tingkat signifikan (p) sebesar 0,008.
0,008 yang berarti kurang dari alpha Hal ini menunjukkan bahwa nilai p <
(0,05), maka dapat dinyatakan bahwa alpa (0,05).
p value <0,05, H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga dapat diambil SARAN
kesimpulan bahwa ada hubungan 1. Bagi instansi keperawatan
GAP (GCS, age, systolic blood Diharapkan kepada instansi
pressure) score dengan mortalitas keperawatan untuk lebih giat
pada pasien cedera otak berat dengan dalam melakukan riset,
koefisien korelasinya 0,472, hal ini pengembangan ilmu dan
menunjukkan bahwa terdapat mensosialisasikan tentang metode
hubungan sedang antara GAP dengan terbaru dalam melakukan
mortalitas, sedangkan ada hubungan pelaksanaan skor trauma dengan
positif, karena nilai (r) positif, berarti menggunakan GAP (GCS, age,
semakin rendah nilai GAP maka systolic blood pressure) score
semakin meningkatkan mortalitas terhadap mortalitas pada pasien
pada pasien cedera otak berat. cedera otak berat.
Komponen GCS, age, systolic blood 2. Bagi RSUD Gambiran Kota Kediri
pressure tersebut adalah prediktor Diharapkan dapat menerapkan
paling baik dalam memprediksi skor trauma dengan menggunakan
pasien cedera otak berat. Pernyataan GAP (GCS, age, systolic blood
ini diperkuat dengan penelitian yang pressure) score terhadap
dilakukan oleh (Salama, et al 2015) mortalitas pada pasien cedera otak
yang mengatakan bahwa nilai GAP berat untuk mengetahui tingkat
score sangat kuat dalam memprediksi mortalitas pada pasien.
mortalitas di rumah sakit dan 3. Bagi peneliti selanjutnya
mempunyai hubungan yang Dalam penelitian jumlah
signifikasi. Berdasarkan penelitian responden sangat mempengaruhi,
yang dilakukan oleh (Rahmani, et al untuk peneliti selanjutnya
2016) yang mengatakan bahwa sistem diharapkan menambahkan tempat
GAP score lebih kuat daripada system penelitian lebih dari satu tempat
lain untuk mengevaluasi dengan tujuan untuk mendapatkan
kelangsungan hidup pasien. Pada responden secara maksimal.
pasien dengan cedera berat atau
transfer pre hospital yang lama akan DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan resiko tingkat kematian Ahun, E., Koksal, O., Sigirli, D.,
yang tinggi. Torun, G., Donmez, S. S., &
Armagan, E. 2014. Value Of
KESIMPULAN The Glasgow Coma Scale,
Ada hubungan antara GAP (GCS, Age, and Arterial Blood
age, systolic blood pressure) score Pressure (GAP) Score for
7
Predicting the Mortality of Unit RSUP DR. Hasan
Major Trauma Patients Sadikin Bandung. Universitas
Presenting to the Emergency Padjadjaran Bandung
Department. Turkish. Journal Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
of Trauma and Emergency Metodologi penelitian
Surgery, 20(4), 241–247. kesehatan. Jakarta: Rineka
Departemen Kesehatan Republik cipta
Indonesia. 2010. Standar Nursalam. 2011. Konsep dan
Operasional Prosedur Penerapan Metodologi
Penghisapan Lendir Penelitian Ilmu
(Suction). Kemenkes RI. Keperawatan: Panduan
Haddad, S. H. & Arabi, Y. M. 2012. Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Distribusi Cedera Kepala di Penelitian Keperawatan,
Instalasi Gawat Darurat RS Edisi 1. Salemba Medika:
Cipto Mangunkusumo. Karya Jakarta
Tulis Ilmiah. Fakultas Obiako O,R. Ogunniyi A. 2010. The
Kedokteran Universitas Glasgow Coma Scale and
Indonesia: Jakarta Brainstem Signs Score:
Hemingway, H., Croft, P., Perel, P., Which is a better predictor of
Hayden, J.A., Abrams, K., coma outcome in acute stroke.
Timmis, A., 2013. Prognosis Journal of Medicine and
research strategy Medical Sciences, 1(9), 395-
(PROGRESS): A Framework 400
For Researching Clinical Pamungkas, Didik. 2015. Hubungan
Outcomes. BMJ ; 346, 1-11. Antara Revised Trauma Score
Kumar, R. 2013. Dasar-dasar dengan Angka Mortalitas
Patofisiologi penyakit. Jakarta Pada Pasien Cedera Kepala
: Binarupa aksara. di RSUD DR Moewardi
Kondo, Y., Abe, T., Kohshi, K., Surakarta. Skripsi. Naskah di
Tokuda, Y., Cook, E. F., Publikasikan. S1
Kukita, I. 2011. Revised Keperawatan Sekolah Tinggi
Trauma Scoring System To Ilmu Kesehatan Surakarta:
Predict In-Hospital Mortality Jawa Tengah
In The Emergency Quiros, A.M., Perez, A.B.,
Department: Glasgow Coma Fernandez, A.P., Perilla, P.P.,
Scale, Age, and Systolic Blood Nunez, A.R., Martinez, A.M.,
Pressure score. Critical Care, Diaz, M.Q. (2015) Mortality
15(4), R191. In Patients With otentially
Lumbantobing, Valentina B. M & Severe Trauma In A Tcrtiary
Anastasia Anna. 2015. Care Hospital Emergency
Pengaruh Stimulasi Sensori Department And Evaluation
Terhadap Nilai Glaslow Of Risk Prediction With The
Coma Scale Pada Pasien GAP Prognostic Scale.
Cedera Kepala Di Ruang Emergencias ; 27 : 371-374
Neurosurgical Critical Care
8
Rahmani, Farzad, et al., 2017. Tjahjadi. Mardjono, Muhammad Z.
Evaluasi MGAP dan GAP Arifin, Arwinder singh Gill,
Skor untuk memprediksi Ahmad Faried, 2013. Early
prognosis dari multiple- Mortality Predictor Of Severe
trauma pasien. TraumaMon Traumatic Brain Injury : A
(3). Single Center Study Of
Tarwoto, 2007. Kebutuhan Dasar Prognostic Variables Based
dan Proses Keperawatan. On Admission
Edisi 3. Salemba Medika. Characteristics. The Indian
Jakarta Journal Of Neurotrauma. 10 :
3–8

Anda mungkin juga menyukai