Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KESESUAIN JOB SHEET DAN FASILITAS

PRAKTIK MATA PELAJARAN SISTEM PENDINGIN


DENGAN KURIKULUM 2013 PADA PROGRAM
KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF DI SMK
NEGERI 2 SALATIGA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

Oleh

Feny Putri Mardianata

NIM.5202416044

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan mempunyai nilai penting bagi kemajuan bangsa Indonesia.


Kemajuan suatu bangsa merupakan cita-cita besar yang harus diperjuangkan. (Didi,
2015: 129) menyampaikan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pada suatu
bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien agar mereka dapat memberikan
kontribusi terbaik bagi kemajuan bangsa. Hal ini memberikan gambaran bahwa
pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan suatu bangsa.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya
manusia (SDM) yang luar biasa. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan
kualitas SDM Indonesia. Usaha peningkatan kualitas SDM Indonesia memerlukan
perhatian khusus sehingga memperoleh hasil yang optimal untuk kemajuan bangsa
Indonesia. Terkait dengan pembangunan SDM yang berkualitas, dijelaskan bahwa
pembangunan sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang maju dan mandiri sehingga mampu berdaya saing
dalam era globalisasi (Ali, 2015: 6).

Peningkatan kualitas SDM dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat.
Pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap terciptanya 2 SDM yang
berkualitas. Hubungan antara pendidikan dan kualitas SDM, dapat dijelaskan bahwa
pendidikan identik dengan output SDM, dan SDM yang berkualitas hanya dapat
terbentuk bilamana terdapat proses pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas SDM dapat ditempuh melalui proses pendidikan yang berkualitas.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka kurikulum harus komperhensif
terhadap dinamika sosial, tidak overload , relevan, dan mampu mengakomodasikan
keragaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus
ditingkatkan melalui strategi dan pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dengan
lebih memberdayakan potensi yang dimiliki siswa (Isjoni, 20015: 3).
SMK Negeri 2 Salatiga telah menerapkan Kurikulum 2013 pada jenjang kelas X,
kelas XI dan kelas XII. Perubahan kurikulum dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) ke Kurikulum 2013 tersebut tentunya mempengaruhi berbagai aspek. Salah
satu permasalahan yang timbul dengan adanya kurikulum 2013 di SMK adalah
munculnya beberapa mata pelajaran produktif baru pada kompetensi keahlian. Salah
satunya adalah mata pelajaran praktik sistem pendingin.

Berdasarkan sumber yang diperoleh dari hasil observasi terhadap guru di Prodi
Teknik Kendaraan Ringan SMK N 2 Salatiga, guru masih mengalami kesulitan dalam
menyusun job sheet yang sesuai dengan kurikulum yang baru untuk kegiatan praktik
siswa. Kondisi tersebut terbukti dengan adanya job sheet teknik kerja bangkel sistem
pendingin yang seadanya atau tidak mengacu pada kurikulum, sehingga kegiatan praktik
yang dilakukan tidak mengandung unsur-unsur yang terdapat di kurikulum 2013.
Kondisi ini mengakibatkan kurangnya informasi yang didapatkan siswa dalam
pelaksanaan praktikum.

Kurikulum 2013 sebenarnya telah dirancang sedemikian rupa dengan terbitnya


Buku Kurikulum 2013. Akan tetapi munculnya buku kurikulum 2013 di SMK dirasa
belum praktis dalam kegiatan praktik siswa sesuai dengan kondisi sarana dan prasarana
yang ada di sekolah. Sehingga guru lebih banyak menyampaikan teori dari pada
kegiatan praktik. Kondisi tersebut berkebalikan dengan tujuan dari mata pelajaran
Sistem Pendingin yang mengharapkan dapat mengembangkan keterampilan siswa
dalam menggunakan peralatan-peralatan bengkel otomotif sesuai dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) (Sanjaya, 2017: 27).

Pembelajaran ilmiah dalam Kurikulum 2013 adalah penyebab guru merasa


kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga penyampaian materi kepada
siswa menjadi kurang maksimal. Thoyibun sebagaimana ditulis oleh (Eka, 2015: 40)
mengatakan bahwa kurangnya contoh pembelajaran ilmiah untuk masing-masing mata
pelajaran membuat pengajar bingung dalam pelaksanaan pembelajaran yang harus
dilakukan. Senada dengan itu, Sulistiyo sebagaimana ditulis oleh (Harahap, 2016: 15)
mengatakan bahwa Kurikulum 2013 mengalami banyak masalah dalam
implementasinya, salah satunya karena kegiatan pembelajaran yang direkomendasikan
susah diterapkan. Oleh karena itu, para guru masih enggan menerapkan pembelajaran
ilmiah dan memilih tetap menggunakan kegiatan pembelajaran konvensional yaitu
ceramah. Penggunaan metode ceramah yang berpusat kepada guru menyebabkan siswa
menjadi bosan dan cenderung kurang aktif saat pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran ilmiah yang didukung oleh bahan intraksional yang tepat dibutuhkan oleh
guru agar siswa menjadi lebih aktif, sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal.

Bahan intraksional yang kurang sesuai dengan kurikulum adalah penyebab hasil
pembelajaran kurang maksimal. (Sasanti, 2015: 9) menjelaskan bahwa penentuan
keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 salah satunya yaitu adanya bahan
intraksional yang memadai. Semua jenis bahan intraksional yang digunakan dalam
pembelajaran seharusnya sesuai dengan kurikulum yang ada, agar mampu mendukung
keberhasilan implementasi kurikulum, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Bahan intraksional dapat dibedakan menjadi dua yaitu media pembelajaran dan bahan
ajar. Media pembelajaran berperan sebagai sarana untuk menyampaikan materi
pembelajaran dari guru ke siswa. Sedangkan, bahan ajar merupakan sarana bagi siswa
untuk belajar secara mandiri. Untuk memaksimalkan hasil pembelajaran, bahan ajar dan
media pembelajaran perlu disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

Kondisi bahan ajar sebagai salah satu bahan intraksional yang ada saat ini
belum memenuhi kebutuhan pembelajaran di SMK. (Baedowi, 2016: 25)
mengatakan bahwa hampir semua bahan ajar yang ada dalam dunia pendidikan saat
ini hanya diulang-ulang saja sehingga tidak terjadi pembaruan dalam pembelajaran.
Bahan ajar yang belum diperbaharui tentu saja akan menghambat implementasi
pembelajaran ilmiah yang sedang digiatkan oleh pemerintah. Kebutuhan
pembelajaran saat ini adalah bahan ajar yang mendukung pembelajaran ilmiah sesuai
dengan kurikulum 2013, sedangkan bahan ajar yang ada adalah bahan ajar yang
masih memuat bahan pembelajaran sesuai kurikulum yang lama. Keadaan yang
timpang tersebut harus segera diselaraskan dengan melakukan pembaruan bahan ajar,
sehingga kebutuhan pembelajaran ilmiah di SMK dapat terpenuhi.

Ditinjau dari aspek teknologi, terdapat empat jenis bahan ajar yang mampu
mendukung pembelajaran di SMK. Bahan ajar tersebut meliputi: (1) bahan ajar cetak
(printed), (2) bahan ajar dengar (audio), (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual),
(4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material). Bahan ajar audio,
audio visual, dan bahan ajar multimedia interaktif adalah jenis bahan ajar elektronis,
sedangkan bahan ajar cetak merupakan bahan ajar non elektronis. Bahan ajar
elektronis membutuhkan peralatan khusus dalam pengaplikasiannya pada proses
pembelajaran. Kebutuhan peralatan elektronis sering menjadi alasan penggunaan
bahan ajar elektonis masih terbatas di SMK, sehingga bahan ajar cetak masih menjadi
bahan ajar utama untuk digunakan dalam pembelajaran.

Bahan ajar cetak yang baik dibutuhkan karena penggunaannya yang masih
menjadi bahan ajar utama dalam pembelajaran di SMK. Menurut (Subhi, 2016: 98) saat
ini bahan ajar cetak masih digunakan sebagai bahan ajar utama dalam pembelajaran di
sekolah-sekolah termasuk SMK. Penggunaan bahan ajar cetak sebagai bahan ajar utama
dipengaruhi oleh tingkat kemudahan penggunaan bahan ajar cetak. Sebagian besar guru
masih menganggap bahan ajar cetak adalah bahan ajar yang paling efektif digunakan
dalam pembelajaran karena mudah digunakan. Penggunaan bahan ajar cetak juga tidak
memerlukan latihan dan pengenalan terlebih dahulu. Kondisi bahan ajar cetak sebagai
bahan ajar utama di SMK tersebut menyebabkan pengembangan bahan ajar cetak di
SMK menjadi penting untuk dillaksanakan dalam rangka mendukung pembelajaran.

Terdapat beberapa jenis bahan ajar cetak yang sering digunakan sebagai
penunjang proses pembelajaran di SMK. (Subhi, 2016: 112) menjelaskan Bahan ajar di
SMK dapat dibedakan menjadi beberapa macam, meliputi: (1) handout, (2) buku, (3)
modul, (4) job sheet,(5)work sheet, (6) lab sheet. Di antara bahan ajar tersebut, job sheet
merupakan bahan ajar yang paling sering digunakan dalam kegiatan praktik. Job sheet
berisi tugas dan pedoman bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan praktik. Siswa
menggunakan job sheet sebagai pedoman pelaksanaan praktik dengan melaksanakan
langkah-langkah kerja yang tercantum pada job sheet. Peran penting job sheet dalam
pembelajaran praktik membuat job sheet menjadi penting untuk dikembangkan dalam
rangka menunjang pembelajaran di SMK.

Sistem Pendingin merupakan salah satu mata pelajaran praktik otomotif di SMK
N 2 Salatiga yang membutuhkan job sheet sebagai penunjang proses pembelajarannya.
Kegiatan praktik yang dilaksanakan pada mata pelajaran Sistem Pendingin tergolong
cukup sulit untuk dilaksanakan oleh siswa SMK N2 Salatiga. Job sheet dengan langkah
yang sesuai dengan kurikulum sangat dibutuhkan agar siswa dalam melaksanakan
pembelajaran praktik dapat terbiasa melaksanakan langkah kerja yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.

Pembelajaran ilmiah seharusnya dapat pula diimplementasikan kepada siswa


melalui bahan ajar berupa job sheet yang telah disesuaikan. Penyesuaian bahan ajar
tersebut dapat dilakukan dengan memasukan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan
pada pendekatan ilmiah. Menurut Nursisto sebagaimana ditulis oleh Siska (2016:16),
pendekatan ilmiah yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan yang
berdasarkan 5M yaitu melaksanakan kegiatan mengamati,menanya, menalar,
mengasosiasi, kemudian mengkomunikasikan. Setiap job sheet perlu untuk
mencantumkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah tersebut. Tujuannya
adalah agar dalam setiap kegiatan praktik yang dilaksanakan oleh siswa, pembelajaran
ilmiah tersebut dapat terlaksana secara nyata. Dari penelitian yang sudah terdahulu
membuktikan bahwa penelitian pengembangan job sheet yang dilakukan di SMK N 10
Semarang mengalamai peningkatan pada tingkat softskill siswa, maka dari itulah
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis kesesuaian job sheet dan
fasilitas praktik mata pelajaran sistem pendingin dengan Kurikulum 2013 pada program
keahlian teknik mekanik otomotif SMK N 2 Salatiga.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat
didefinisikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Lembar kerja praktik atau job sheet pada buku kurikulum 2013 belum sesuai dengan
kondisi kesiapan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

2. Banyaknya siswa yang belum memahami cara penggunaan job sheet.

3. Banyaknya siswa yang praktik belum sesuai dengan SOP.


4. Adanya siswa yang cenderung takut untuk melakukan praktik karena kurang paham
dengan fasilitas/alat peraga yang ada.

5. Kurangnya keefektifan job sheet terhadap hasil belajar siswa

1.3 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan tidak menyimpang
dari tujuan yang telah ditetapkan, maka peneliti perlu memberi pembatasan masalah
yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu perbedaan hasil belajar kompetensi
memelihara/servis sistem pendingin jika diberikan perlakuan pembelajaran yang
berbeda yaitu:

1. Materi yang diberikan adalah job sheet sistem pendingin sebagai media pembelajaran
praktik siswa kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai permasalahan yang akan diteliti maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:

a. Apakah penggunaan job sheet dan fasilitas praktik sistem pendingin yang sesuai
dengan Kurikulum 2013 dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
kompetensi memelihara/servis sistem pendingin dan komponen-komponennya?

b. Apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik dengan
perangkat pembelajaran berupa job sheet yang sesuai dengan fasilitas praktik sistem
pendingin yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan peserta didik yang menggunakan
pembelajaran tanpa menggunakan job sheet yang sesuai dengan fasilitas praktik sistem
pendingin yang sesuai dengan kurikulum 2013?

1.5 Tujuan

Sesuai permasalahan yang akan diteliti maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah penggunaan job sheet dan fasilitas praktik sistem
pendingin yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada kompetensi memelihara/servis sistem pendingin dan komponen-
komponennya.
b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
peserta didik dengan perangkat pembelajaran berupa job sheet yang sesuai dengan
fasilitas praktik sistem pendingin yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan peserta
didik yang menggunakan pembelajaran tanpa menggunakan job sheet yang sesuai
dengan fasilitas praktik sistem pendingin yang sesuai dengan kurikulum 2013.
1.6 Manfaat
Hasil penelitian ini di harapkan bisa memberikan beberapa manfaat,
diantaranya adalah:
1. Bagi peneliti
Menambah pengalaman bagi peneliti mengenai pengetahuan tentang
perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan perangkat pembelajaran
berupa job sheet yang sesuai dengan fasilitas praktik sistem pendingin yang sesuai
dengan kurikulum 2013 dengan peserta didik yang menggunakan pembelajaran tanpa
menggunakan job sheet yang sesuai dengan fasilitas praktik sistem pendingin yang
sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan bagi khasanah penelitian di sekolah sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
3. Bagi IPTEK
Memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang pengaruh keterkaitan
job sheet dan fasilitas praktik sistem pendingin dengan Kurikulum 2013.
4. Bagi industri
Memberikan para calon pekerja yang berkualitas karena memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang relevan untuk dunia usaha atau industri.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Analisis

Analisis pekerjaan adalah suatu aktivitas yang sistimatis untuk menelaah suatu
pekerjaan dengan menentukan tugas, kewajiban dan tanggung jawab dari suatu
pekerjaan, pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan dalam organisasi (Sinambela, 2016: 28). Adapun menurut (Nawawi, 2015:
103) mendefinisikan analisis pekerjaan adalah proses menghimpun informasi mengenai
setiap jabatan atau pekerjaan yang berguna untuk mewujudkan tujuan bisnis sebuah
perusahaan.

Analisis pekerjaan terdapat 6 langkah dalam suatu organisasi, yaitu: 1.


Menyediakan suatu pandangan mengenai suatu pekerjaan, berkaitan dengan
organisasi secara keseluruhan. 2. Mendorong penentuan bagaimana analisis pekerjaan
dan informasi rancang pekerjaan akan digunakan. 3. Pemilihan pekerjaan untuk
dianalisis. 4. Mengumpulkan informasi yang digunakan. 5. Mengembangkan
deskripsi tugas. 6. Mempersiapkan spesifikasi jabatan (Sagala, 2016: 41).

Berdasar pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis
pekerjaan adalah kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
menghimpun serta mengolah data dan kemudian menyajikan hasil berupa informasi
secara sistematis, tepat, dan jelas untuk keperluan pengelolaan pekerjaan, tenaga kerja,
dan teknologi dalam organisasi.

2.1.2 Job sheet

Istilah job sheet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Inggris
yaitu job yang berarti pekerjaan atau kegiatan dan sheet yang berarti helai atau lembar
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi, job sheet adalah lembar kerja atau lembar
kegiatan, yang berisi informasi atau perintah dan petunjuk mengerjakannya.
Menurut pernyataan didalam Pengembangan Umum Pedoman Bahan Ajar
(Diknas 2004) dalam (Prastowo, 2015: 203-204) bahwa lembar kegiatan siswa atau LKS
(student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Dan, tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang
akan dicapai. Sedangkan Lembar Kegiatan siswa menurut pandangan lain disebutkan
dengan istilah Lembar Kerja Siswa (student job sheet) yang berisikan materi ajar yang
sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari
materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi

Dalam dunia pendidikan menurut Team MPT TTUC Bandung yang dikutip
Adnyawati (2016: 159), job sheet disebut juga lembaran kerja yaitu suatu media
pendidikan yang dicetak membantu instruktur dalam pengajaran keterampilan, terutama
di dalam laboraturium (workshop), yang berisi pengarahan dan gambar-gambar tentang
bagaimana cara untuk membuat atau menyelesaikan suatu pekerjaan.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa media job sheet adalah segala sesuatu
yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemampuan peserta didik, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses
pembelajaran, dalam hal ini menggunakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan peserta didik, berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas berupa teori dan praktik.

(Sulistyanto, 2016: 121) mengatakan terdapat manfaat yang didapatkan


praktikan atau peserta didik bila menggunakan job sheet saat melakukan kerja praktik
atau praktikum adalah dapat lebih memahami materi, mengerti dan dpat mengerjakan
pekerjannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada dalam job sheet.

2.1.3 Fasilitas Belajar

(Bafadal, 2016: 2), mendefinisikan, “Sarana atau fasilitas belajar adalah semua
perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
belajar di sekolah”. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa fasilitas belajar
adalah semua kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik dalam rangka untuk
memudahkan, melancarkan, dan menunjang pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah.
Sedangkan ada

Adapun menurut (Djamarah, 2016: 46) Fasilitas adalah segala sesuatu yang
memudahkan anak didik. Fasilitas belajar yang mendukung kegiatan belajar peserta
didik akan menyebabkan proses belajar mengajar menyenangkan dan memperoleh hasil
belajar yang diharapkan. Oleh karena itu fasilitas belajar yang memadai sangat penting
demi pencapaian hasil belajar siswa yang memuaskan.

Ketersediaan fasilitas atau sarana pembelajaran tentu memberikan manfaat yang


besar bagi keberlangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran. (Wina, 2017: 18)
menyatakan bahwa Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan prasarana
merupakan komponen penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas fasilitas belajar dapat diartikan sebagai


segala sesuatu yang memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha belajar.
Fasilitas yang dapat memudahkan tersebut berupa bendabenda atau alat - alat. Jadi
dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Fasilitas yang dimaksud adalah
sarana sekolah yang meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

2.1.4 Kurikulum 2013

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan
nasional. Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh Departemen


Pendidikan Nasional mulai tahun 2013 ini sebagai bentuk pengembangan dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu. Menurut Permendikbud No 104 Tahun 2014 yang berisikan tentang penilaian
hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dijelaskan
bahwa “penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik
menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran”. Dan dalam proses pembelajaran di dalam kurikulum 2013 lebih
diarahkan pada pembelajaran saintifik yang mencakup menanya, mengamati,
mengumpulkan informasi, mangasosiasikan, dan mengkomunikasian (Kurniasih, 2017:
132).

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum 2013 seharusnya


dilengkapi dengan aktivitas mengamati, menanya, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Aktivitas mengamati dan bertanya dapat dilakukan di
kelas, sekolah, atau di luar sekolah sehingga kegiatan belajar tidak hanya terjadi di ruang
kelas, tetapi juga dilingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh sebab itu, guru perlu
bertindak sebagai fasilitator dan/ atau motivator belajar, dan bukan sebagai satu-satunya
sumber belajar (Purnomo, 2016: 391-392).

2.1.5 Memelihara/Servis Sistem Pendingin dan komponen-komponennya


2.1.5.1 Definisi Sistem Pendingin
Dalam dunia otomotif khususnya pada mobil dikenal berbagai macam sistem
yang digunakan. Sistem-sistem ini bekerja saling berangkaian antara satu dengan yang
lainnya, sehingga apabila salah satu dari sistem tersebut mengalami kerusakan maka
akan menambah kerusakan pada sistem-sistem yang lain.
Sistem pendingin pada mobil berfungsi untuk menurunkan temperatur pada
mesin yang terjadi akibat dari pembakaran maupun gesekan. Proses pembakaran
selanjutnya akan menghasilkan tenaga mekanis yang kemudian akan menggerakkan
mesin. Akibat lain dari proses pembakaran adalah hanya panas yang apabila tidak
didinginkan akan merusak komponen dari mesin itu sendiri. Sistem pendingin (cooling
system) adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya over heating pada mesin.
Alat transportasi pada zaman teknologi canggih ini bermacam-macam antara
lain kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda tiga yang
oleh masyarakat Indonesia banyak digunakan sebagai alat trasportasi. Pada sebuah
kendaraan dilengkapi dengan sistem-sistem dan komponen-komponen lain yang
menyertainya, sehingga kendaraan tersebut dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
secara optimal.

2.2 Penelitian Yang Relevan


Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait analisis job sheet dalam
proses pembelajaran diantaranya:
1. Penelitian oleh (Kurniawan, 2015: 44) dengan judul “Penerapan Job sheet untuk
meningkatkan prestasi praktik kerja bubut siswa kelas XI di SMKN 2 Pengasih”. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa penerapan job sheet pada pembelajaran praktik bubut
mampu meningkatkan prestasi proses kerja dan hasil kerja siswa. Hal ini dilihat dari
peningkatan rata-rata skor hasil proses kerja siswa sebesar 3,91 dan peningkatan rata-
rata nilai prestasi hasil kerja siswa sebesar 0,5.
2. Penelitian selanjutnya yaitu oleh (Taufik, 2016: 54) Pengaruh job sheet terhadap
proses pengajaran dan akurasi hasil kerja mata pelajaran praktik pemesinan siswa kelas
XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Depok Sleman, Yogyakarta oleh Taufik Wisnu
Saputra. Hasil penelitian menyebutkan bahwa efektifitas penerapan job sheet dalam
pembelajaran praktik bubut diperoleh hasil untuk kualitas proses kerja sebesar 87,13%
dan akurasi hasil kerja sebesar 83,97%.
3. Pengaruh penggunaan job sheet terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata
diklat praktik las dasar di SMK Negeri 2 Klaten oleh I Gusti Bagus Mahendra
Destiyanto. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadi peningkatan prestasi pada
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan media pembelajaran berupa
job sheet. Pada kelompok kontrol, prestasi belajar peserta didik yang tidak
menggunakan job sheet rata-rata nilai akhir sebesar 62,44. Sedangkan pada kelompok
eksperimen, prestasi belajar peserta didik yang menggunakan job sheet rata-rata nilai
akhir sebesar 71,72.
4. Peningkatan Motivasi Dan Kompetensi Menggambar Secara Kering Menggunakan
Media Job sheet Pada Mata Diklat Menggambar Busana Kelas X di SMK Pembangunan
Pacitan oleh Yuli Retnaningsih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media Job sheet
dapat meningkatkan motivasi belajar dan kompetensi menggambar secara kering pada
mata diklat menggambar busana..
2.3 Kerangka Berpikir
Setiap siswa mempunyai beragam karakteristik yang terlihat dalam kegiatan
pembelajaran. Siswa yang satu dengan yang lainnya mempunyai pola pikir dan
kecerdasan yang berbeda sehingga tingkat penguasaan dan pemahaman materi pun
berbeda beda. Dalam pembelajaran di SMK diharapkan siswa lebih aktif dalam
belajar. Namun ternyata dalam pembelajaranya siswa SMK masih mengalami
kesulitan dalam kegiatan pembelajaran praktik. Salah satunya adalah dalam
menangkap atau memahami materi ajar praktik teknik kerja bengkel, disana siswa
dituntut untuk bisa dalam teori dan praktiknya. Sehingga dalam praktiknya siswa tidak
dapat menguasai materi ajar. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, masih banyak
guru yang menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Pembelajaran
yang berjalan satu arah dan hanya berpusat pada guru tersebut menyebabkan siswa
kesulitan dalam berkreasi dan berinovasi, karena tidak ada ruang untuk siswa dalam
menuangkan ide-idenya dalam pembelajaran.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menyusun sebuah job sheet. Penggunaan job sheet merupakan salah
satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam suatu kegiatan
pembelajaran praktik di sekolah, khususnya pada mata pelajaran sistem pendingin.
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan disusun sebuah job sheet praktik sistem
pendingin sebagai media pembelajaran praktik siswa SMK N 2 Salatiga.

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan


four-D Model, sebagai berikut: (1) Define (pendefinisian), peneliti melakukan
identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara di SMK Negeri 2 Salatiga,
kemudian menentukan tema dan pembatasan materi sesuai dengan kebutuhan siswa
dan kurikulum yang berlaku di sekolah; (2) Design (perancangan) yaitu menyusun
draft awal job sheet teknik kerja bengkel elektronika yang telah direncanakan; (3)
Develop (pengembangan) yaitu tahap pemodifikasian draft job sheet divalidasi oleh
ahli, guru, dan siswa kemudian dilakukan evaluasi dan revisi; (4) Disseminate
(penyebaran) yaitu tahap penyebarluasan produk yang telah dibuat agar dapat
diterima dan dipakai oleh penggunanya. Pada tahap 4 ini penyebarluasan hanya
sampai di sekolah tempat penelitian saja karena adanya keterbatasan pada peneliti.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap


permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpulkan
(Arikunto, 2015: 110). Karena bersifat sementara, maka jawaban tersebut bisa benar
dan bisa salah. Dianggap benar bila sesuai dengan kenyataan yang ada atau yang
didapat dari hasil penelitian, sedangkan dianggap salah bila tidak sesuai dengan
kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian.

Bertolak dari kajian teori dan kerangka berfikir tersebut, maka dalam
penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: ”Ada peningkatan Hasil Belajar
Kompetensi Servis Sistem Pendingin yang signifikan setelah dilakukan
Pembelajaran dengan Penggunaan job sheet dan fasilitas yang sesuai dengan
kurikulum 2013”.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Salatiga dengan alokasi waktu bulan


Januari sampai bulan Maret 2019.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173). Dalam


penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI Teknik Kendaraan
Ringan (TKR) SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2018/ 2019, yang berjumlah 94
Siswa yang terbagi dalam 3 kelas, yaitu:

a. Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan (TKR) 1 sebanyak 32 Siswa.

b. Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan (TKR) 2 sebanyak 33 Siswa.

c. Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan (TKR) 3 sebanyak 29 Siswa.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut (Sugiyono, 2007: 62). Sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak dua
kelas yang homogen dilihat dari aspek: diajar oleh guru yang sama, diterapkan
kurikulum yang sama, dan peserta didik mempunyai rata-rata kemampuan yang relatif
sama.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak dipilih dua
kelas dari tiga kelas XI SMK N 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Dua kelas yang
diambil sebagai kelas sampel, yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dikenakan
pembelajaran modul sistem pendingin yaitu XI TKR 2 yang terdiri dari 33 siswa dan
satu kelas yang dikenakan model pembelajaran tanpa modul sebagai kelas kontrol yaitu
XI TKR1 yang terdiri dari 32 siswa, sedangkan untuk kelas yang akan digunakan
sebagai uji coba yaitu kelas XII TKR2 yang terdiri dari 33 siswa.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2006: 118).
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian perlakuan pembelajaran dengan
menggunakan jobsheet dan fasilitas praktik sistem pendingin sesuai kurikulum 2013.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada
kemampuan kognitif kompetensi servis sistem pendingin.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang baik dalam sebuah penelitian dipengaruhi oleh cara
memperoleh data dan harus mengikuti metode dan teknik yang sesuai dengan
permasalahan penelitian yang dibahas. Beberapa metode yang diterapkan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data nama siswa dan data nilai hasil belajar peserta didik.
2. Metode Tes
Menurut Arikunto (2010: 193), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemempuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes pada penelitian
ini berupa tes praktik yang menggunakan job sheet sesuai kurikulum 2013 dan job sheet
yang tidak sesuai kurikulum 2013 . Tes diberikan sebelum dan setelah kedua kelompok
diberi perlakuan yang berbeda. Tes ini dimaksudkan untuk memperoleh data kuantitatif
dan hasilnya diolah untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan tes meliputi
pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan dan menentukan tujuan tes tersebut.
Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan meliputi pengertian dan
fungsi sistem pendingin, komponen dan fungsi komponen beserta cara kerja komponen,
prinsip kerja sistem pendingin serta pemeliharaan/servis sistem pendingin.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket yang dibuat
menggunakan skala linkert dengan empat skala. Terdapat tiga jenis angket yang dibuat
yaitu angket untuk ahli materi, ahli media, dan pengguna. Sebelum
digunakan angket terlebih dahulu divalidasi oleh dua orang dosen untuk mendapat saran
dan masukan. Angket yang telah dibuat kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat
kelayakan job sheet.
3.4.2. Uji Coba Instrumen
1. Validitas alat ukur
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Rumus yang digunakan untuk mengetahui kevalidan
tiap butir soal adalah rumus point biserial correlation.(Arikunto, 2010:326)
Korelasi diatas 0,30 dipandang sebagai butir tes yang baik. Karena korelasi rata-
rata butir dengan butir lainnya berhubungan dengan korelasi butir dengan skor total,
maka yang memeiliki korelasi tinggi dengan total adalah butir-butir yang terbaik
(Surapranata, 2009 : 64).
2. Realibilitas Alat Ukur
Realibilitas menunjuk pada suatu penegertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pemngumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto,2010;221).
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar saat menggunakan metode ceramah biasa dengan menggunakan job
sheet. Untuk tujuan tersebut, maka akan dibandingkan rata-rata hasil belajar dari kedua
kelas tersebut.
3.4.1.1 Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak, sehingga dapat digunakan
untuk menentukan umus uji hipotesis yang akan digunakan. Rumus yang digunakan
untuk uji homogenitas adalah:
𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓
F= (Sudjana, 2005:250).
𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍

Dengan kriteria pengujiannya jika Fhitung ≥ F1/2 a(v.v),𝛼=5%, maka dapat dikatakan
kedua kelompok mempunyai kesamaan varians.

2. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara
normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh dilakukan uji
normalitas dengan rumus Chi-kuadrat.

Keterangan:

X² = Chi-kuadrat.

Oi = Frekuensi pengamatan.
Ei = Frekuensi yang diharapkan.

K = banyaknya kelas interval.

Selanjutnya harga X2data yang diperoleh dibandingkan dengan X2tabel dengan (dk)
= k - 1 dan taraf signifikan 0,05. distribusi data yang diuji akan berdistribusi normal jika
X2data < X2tabel
3.4.1.2 Uji Hipotesis
Uji dua pihak : Uji t
Sesuai dengan hipotesis, maka teknik analisis yang dapat digunakan adalah uji t
dua pihak untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑥1 −𝑥2
𝑡= 2 1 1 2
(Sudjana, 2005:239)
√𝑛 + √𝑛
1 2

Keterangan:
X1 = Rerata kelompok eksperimen
X2 = Rerata kelompok kontrol
n1 = Jumlah subjek kelompok eksperimen
n2 = Jumlah subjek kelompok kontrol
Pernyataan uji analisis uji t-test (Sudjana, 2005:239) adalah hipotesis
diterima jika thitung ≥ t1-½α dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 - 2).

DAFTAR PUSTAKA

Didi. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian Holistik


Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter 5(1): 129.

Ali, M. 2015. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Jurnal Analisis Pendidikan 7(4):
6.

Isjoni. 2015. Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Jurnal Pendidikan 1(8): 3.

Sanjaya. 2017. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SMP.


Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan 4(1): 51.
Eka, T. 2015. Kendala Kurikulum 2013. Diakses dari http://www.timlo.net/baca/6871951
7966/kendala kurikulum-2013/. 24 Mei 2019 (14:38).

Harahap, R.F. 2016. PGRI Sudah Perkirakan Kekacauan Kurikulum


2013.http://news.okezone.com/read/2014 /12/11/65/1077978/pgri-sudahperkirakan-
kekacauan-kurikulum2013. 24 Mei 2019 (15:08).

Sasanti, A. 2015. Analisis Persepsi Guru Terhadap Kesesuaian Modul Bahasa Jepang

Sma/Smk/Ma Dengan Kurikulum 2013. Jurnal Universitas Negeri Semarang 2(4):


8-9.

Baedowi, A. 2016. Pengaruh Metode Pembelajaran outdoor studi terhadap kemampuan


menulis karya ilmiah geografi SMA. Jurnal pendidikan teori,penelitian, dan
pengembangan 1(2): 25.

Subhi, M. 2016. Perbandingan metode pembelajaran numbered head together (NHT)


dengan Think Pair Share (TPS) pada hasil belajar kewirausahaan. Jurnal analisis
pendidikan ekonomi 5(3): 98.

Subhi, M. 2016. Perbandingan metode pembelajaran numbered head together (NHT)


dengan Think Pair Share (TPS) pada hasil belajar kewirausahaan. Jurnal analisis
pendidikan ekonomi 5(3): 112.

Sinambela, 2016. Urgensi Analisi Pekerjaan Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Organisasi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 17(3): 196.

Subhi, M. 2016. Perbandingan Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


Dengan Think Pair Share (TPS) pada Hasil Belajar Kewirausahaan. Jurnal Analisis
Pendidikan Ekonomi 5(3):788-799.

Nawawi, 2015. Perencanaan Sumber Daya Manusia, Analisis Pekerjaan dan Penempatan
Pegawai terhadap Kinerja Pegawai pada Biro Pengembangan SDM Provinsi Papua.
Jurnal EMBA 4(1): 1363-1374.

Sagala. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Maret. Jakarta: Bumi Aksara.
Adnyawati, N. D. 2016. Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Pembelajaran
Dekorasi Melalui Metode Demonstrasi dan Media Job Sheet Mahasiswa Jurusan
PKK IKIP Negeri Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Singaraja 7(1):154-166.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.


8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301. Jakarta

Sulistyanto, A. 2016. Perbaikan Job Sheet untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Kompetensi Perbaikan Servis Engine dan Komponen-komponennya. Tesis. Program
S1 Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Bafadal, I. 2016. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 5 Surakarta. Tesis.
Program S1 Universitas Semarang. Semarang.

Djamarah, S. 2016. Pengaruh Ketersediaan Fasilitas Belajar Terhadap Aktivitas Belajar


Siswa pada Mata Pelajaran PPKn Kelas VIII SMPT 15 TKB Mandiri Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017. Tesis. Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Universitas Lampung. Lampung.

Wina. 2017. Pengaruh Fasilitas dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Pemasaran Siswa Negeri 1 Pontianak. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan
Ekonomi FKIP UNTAN. Pontianak.

Kurniasih. 2017. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Sejarah Di Sma


Negeri 1 Metro. Jurnal HISTORIA 5(1): 132.

Purnomo, 2016. Penerapan Kurikulum 2013 dalam Meningkatkan Keterampilan, Sikap,


dan Pengetahuan. Jurnal Primary Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 6(2) 391-392.

Kurniawan, A. 2015. Penerapan Job Sheet Untuk Meningkatkan Prestasi Praktik Kerja
Bubut Siswa Kelas XI di SMK 2 Pengasih. Tesis. Program Studi Pendidikan Teknik
Mesin Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Saputra, T. W. 2015. Pengaruh job sheet terhadap proses pengajaran dan akurasi hasil
kerja mata pelajaran praktik pemesinan siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK
Negeri 2 Depok Sleman. Tesis. Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Destiyanto, I. G. 2016. Pengaruh penggunaan job sheet terhadap prestasi belajar peserta
didik pada mata diklat praktik las dasar di SMK Negeri 2 Klaten. Tesis. Program
Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Retnaningsih, Y. 2017. Peningkatan Motivasi Dan Kompetensi Menggambar Secara


Kering Menggunakan Media Job sheet Pada Mata Diklat Menggambar Busana Kelas
X di SMK Pembangunan. Tesis. Program Studi Pendidikan Tata Busana Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Baedowi, A. 2016. Pengaruh Metode Pembelajaran outdoor studi terhadap kemampuan
menulis karya ilmiah geografi SMA. Jurnal pendidikan teori,penelitian, dan
pengembangan 1(2):80-86.

Saputra, T. 2015. Pengaruh job sheet terhadap proses pengajaran dan akurasi hasil kerja
mata pelajaran praktik pemesinan siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 2
Depok Sleman, Yogyakarta . Tesis. Program S1 Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.

Kurniawan, A. 2015. Penerapan Job Sheet Untuk Meningkatkan Prestasi Praktik Kerja
Bubut Siswa Kelas XI di SMKN 2 Pengasih . Tesis. Program S1 Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.

Fakhri, F. 2016. Peranan job sheet of independent lab work based problem terhadap
keterampilan praktik siswa smk pada kompetensi sistem injeksi bahan bakar motor
diesel. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin 16(2):67-71.

Purwanto, A. 2015. Penggunaan Modul Sistem Pendingin Untuk meningkatkan Hasil


Belajar Kompetensi Memelihara/Servis Sistem Pendingin Dan Komponen-
komponennya. Tesis. Program S1 Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Prasetyo, A. 2015. Pengembangan Job Sheet Teknik Kerja bengkel Elektronika Sebagai
Media Pembelajaran Praktik Siswa Kelas X Di SMK Negeri 2 Wonosari
Gunungkidul. Tesis. Program S1 Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai