Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menurut Kemenkes sebagaimana yang tertulis dalam UU No.


23 tahun 1992 merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan
jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti
dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang
termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan. Kesehatan juga adalah
hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dalam meningkatkan
pembangunan kesehatan. Dimana kesehatan masing-masing rakyat harus
dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan


gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pelayanan kesehatan (health care
service) merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar
1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan,
maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Berkaitan dengan itu
perlu terus ditingkatkan berbagai upaya terutama untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang lebih baik serta semakin
memperluas cakupan pelayanan kesehatan.

Salah satu sasaran utama pembangunan kesehatan diarahkan pada


peningkatan kualitas ibu dan anak yang dewasa ini dirasakan masih relatif rendah.
Hal ini tentunya dapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan ibu dan anak.
Dengan tujuan meningkatkan secara bermakna harapan hidup, menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi, menurunkan beberapa angka kesakitan
penyakit penting, menurunkan angka kecacatan dan ketergantungan serta
meningkatkan gizi masyarakat dan juga menurunkan angka fertilitas (Depkes,
2006).

Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu proses yang butuh perawatan
khusus agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung unsur
kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena ibu
hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat beresiko tinggi. Jika
status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita anemia maka bayi yang
dilahirka beresiko lahir dengan berat badan rendah, bayi dengan BBLR ini
memilki resiko kesakitan seperti infeksi saluran nafas bagian bawah dan kemtian
yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Bagi
ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan dan
pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian (kusmiyati, 2009)
Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama
kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik,
memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir,
menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan
minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang
perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H, 2006).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan


ibu dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals
(MDGs). Jumlah AKI di Indonesia masih tergolong sangat tinggi. Berdasarkan
(SDKI 2012), rata-rata AKI tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007, yang mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup.

Peningkatan yang terjadi ini mengakibatkan sulitnya Indonesia dapat


mencapai target MDGs yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Jika dibandingkan dengan AKI di negara-negara tetangga maka
jumlah AKI di Indonesia sebanyak 228 per 100000 kelahiran hidup masih
tergolong tinggi. AKI di Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di
Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di Vietnam sama
seperti negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup,
Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, dan Brunei 33 per 100.000 per
kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

Hal ini dapat dihindari salah satunya dengan pemeriksaan kesehatan


selama kehamilan yang dikenal dengan ANC (AnteNatal Care). Antenatal Care
adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada petumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim (Depkes RI, 2003: 5). Ibu hamil sebaiknya
dianjurkan kontak dengan bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya
hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil
selama masa kehamilan, yang mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada
dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Dengan kata lain, asuhan
antenatal adalah metode pendeteksian yang melibatkan pemeriksaan rutin sejak
masa kehamilan dini, sehingga jika ada kemungkinan ketidaknormalan pada janin
petugas kesehatan yang menangani dapat segera mengambil tindakan.

Pelayanan kesehatan ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten merupakan intervensi strategis untuk menurunkan kematian ibu dan
bayi. Kunjungan antenatal memungkinkan tenaga kesehatan untuk
mengidentifikasi kehamilan berisiko sehingga dapat memberikan rujukan dan
pengobatan yang tepat bagi perempuan yang mengalami masalah kesehatan
selama kehamilan. Apabila antenatal care dimanfaatkan dengan baik maka
kesehatan ibu dapat terpantau secara berkesinambungan dari masa kehamilan
sampai dengan persalinan. Menurut World Health Organization (WHO),
pemanfaatan pelayanan antenatal care oleh ibu hamil dapat diukur melalui jumlah
kunjungan, waktu (pola) kunjungan, dan prosedur atau komponen pelayanan yang
direkomendasikan. Menurut Kajian Studi Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di
Indonesia tahun 2012 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melaporkan
bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai dari sisi provider
(Rumah Sakit dan Puskesmas).

Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya


pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau untuk masyarakat.
Penyelenggara pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan
pemerintah, melainkan mengikut sertakan sebesarbesarnya peran serta aktif
segenap anggota masyarakat dan berbagai potensi swasta di bidang kesehatan.

Salah satu penyedia fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran


yang sangat penting berupa kontribusi dalam penyelenggaraan dalam upaya
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia adalah
puskesmas. Karena puskesmas merupakan institusi utama dalam bidang pelayanan
kesehatan maka dianggap penting untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien
terhadap mutu pelayanan kesehatan. Hal ini dapat berguna sebagai acuan dalam
pembenahan pelayanan agar dapat memberikan kepuasan optimal. Kualitas
merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga..

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan


produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Kualitas pelayanan kesehatan lebih terkait juga terhadap kelancaran
komunikasi antara petugas dan pasien. Dalam menilai kualitas pelayanan terdapat
lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan, yaitu (1) berwujud (tangibles),
meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi, (2)
kehandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan. (3) ketanggapan (responsiveness) yaitu
keinginan para staff untuk membantu pelanggan dengan tanggap, (4) kepastian
atau jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan kesopanan dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki staff, bebas dari bahaya resiko dan keraguan,
(5) empati (emphaty) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para
pelanggan. Kelima dimensi mutu pelayanan kesehatan apabila diberikan oleh
penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit akan merupakan jaminan bahwa
tempat pelayanan tersebut telah melaksanakan konsep pelayanan prima bagi
masyarakat.

Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu upaya yang


telah dilakukan antara lain peningkatan fungsi sarana dan prasarana serta
pengiriman tenaga kesehatan untuk pelatihan-pelatihan. Meningkatkan pelayanan
mutu kesehatan akan membawa keuntungan yaitu meningkatkan kepuasan pasien
dan harapan-harapan pasien, kesetiaan pasien dan citra pelaksanaan pelayanan.
Bagi pasien, kepuasan terhadap suatu pelayanan kesehatan yang baik yaitu dengan
kesembuhan penyakit, meningkatkan derajat kesehatan, kecepatan pelayanan,
kepuasan lingkungan fisik dan tarif yang memadai. Sama halnya dengan berbagai
pelayanan kesehatan lainnya maka salah satu syarat pelayanan kesehatan yang
baik adalah pelayanan yang bermutu.

Menurut Wibowo (1992), pada tahun 1945 organisasi kesehatan sedunia


(WHO) mencetuskan bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan faktor terpenting
didalam pelayanan kesehatan ibu dan direkomendasikan untuk masuk sebagai
komponen penting pada program kesehatan masyarakat, khususnya program
kesehatan ibu dan anak di berbagai Negara. WHO juga menyatakan bahwa
pemeriksaan kehamilan mempunyai peranan penting dalam upaya pencegahan
karena merupakan momentum paling tepat untuk mendeteksi secara dini kelainan
atau penyakit oleh ibu hamil ataupun janinnya sehingga intervensi berupa
tindakan pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan seawal mungkin.

Pemeriksaan kehamilan terbukti mempunyai kedudukan yang sangat


penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik selama kehamilan,
untuk menghadapi persalinan. Dengan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui
berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau komplikasi
hamil dapat diatasi. Keadaan yang tidak dapat diatasi segera dirujuk ketempat
yang lebih lengkap peralatannya sehingga mendapat perawatan yang optimal.
Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan angka kematian ibu dan bayi dapat
diturunkan.

Banyak sebenarnya faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan


antenatal care oleh ibu hamil, seperti hasil penelitian Khairati (2000), menyatakan
bahwa pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan umur ibu
memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal. Hasil penelitian Ulina (2004)
menunjukkan variabel pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan paritas
mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sedangkan
variabel pekerjaan dan riwayat persalinan tidak berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal. Penelitian Agnes (2005) juga menyatakan
bahwa variabel pengetahuan, pendapatan keluarga, pekerjaan mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan kunjungan pelayanan antenatal.
Mengingat banyaknya faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan
antenatal care maka penelitian ini hanya melihat pada pengaruh faktor
predisposisi (umur ibu, paritas, pendidikan, pengetahuan, dan sikap), faktor
pemungkin (dukungan suami, ekonomi keluarga, dan jarak) dan faktor kebutuhan
(persepsi sehat/sakit dan diagnosa klinis) terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Cinere, Depok tahun 2019

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan


adalah rendahnya pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja
Puskesmas Cinere, Depok tahun 2019

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang


memengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas
Cinere, Depok.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh faktor predisposisi (umur ibu, paritas, pendidikan,


pengetahuan, dan sikap), faktor pemungkin (dukungan suami, ekonomi keluarga,
dan jarak) dan faktor kebutuhan (persepsi sehat/sakit dan diagnosa klinis)
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas
Cinere, Depok.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dalam evaluasi pelayanan ANC sehingga dapat dilakukan


perbaikan untuk meningkatkan pelayanan ANC guna mewujudkan penurunan
Angka Kematian Ibu dan Anak

2. Bagi tenaga kesehatan sebagai masukan untuk mendapatkan informasi tentang


faktor-faktor yang memengaruhi terhadap pemanfaatan ANC. Dengan
diketahuinya faktor-faktor tersebut sehingga dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan cakupan ANC serta kampanye kesehatan masyarakat agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan pemeriksaan kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai