Anda di halaman 1dari 155

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DAN Ny.

S YANG MENGALAMI
AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DENGAN NYERI AKUT DI
RUANG ICVCU RSUD Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH :
RIDWAN SUTRISNO
NIM. P.14102

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DAN Ny. S YANG MENGALAMI
AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG ICVCU RSUD Dr. MOEWARDI

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma 3 Keperawatan

DISUSUN OLEH :
RIDWAN SUTRISNO
NIM. P.14102

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
ii
MOTTO

1. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius).
2. Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang
(William J. Siegel).
3. Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya
dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain (William Wordsworth).

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Akut
Miokard Infak (AMI) dengan Nyeri Akut di Ruang ICVCU RSUD Dr.
Moewardi”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakartatelah memeberikan kesempatan untuk dapat menumba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Erlina Windyastuti M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Sutiyo Dani Saputro, S.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep, MPH selaku pengkuji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

vii
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Temen-temen Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 8 Agustus 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
MOTTO .......................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ............................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulis .......................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulis ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akut Miokard Infak .................................................................. 7
2.2 Konsep Penyakit ....................................................................... 8
2.3 Patofisiologis ............................................................................ 14
2.4 Penatalaksanaan ........................................................................ 17
2.5 Asuhan Keperawatan pada Klien Akut Miokard Infak ............ 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 35
3.2 Batasan Istilah ......................................................................... 35
3.3 Partisipan ................................................................................. 35
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36
3.5 Pengumpulan Data ................................................................... 36
3.6 Uji Keabsahan Data ................................................................. 36
3.7 Analisa Data ............................................................................ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ....................................... 39
4.2 Pengkajian ................................................................................ 39
4.3 Analisa Data ............................................................................. 46
4.4 Perencanaan .............................................................................. 48
4.5 Pelaksanaan atau Implementasi ................................................ 50
4.6 Evaluasi .................................................................................... 55
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan .............................................................................. 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 72

ix
DARFTAR TABEL

Tabel 4.2 Identitas Klien .................................................................................. 39


Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ............................................................................. 39
Tabel 4.2 Pengkajian Fokus ............................................................................. 40
Tabel 4.2 Pengkajian Fisik ............................................................................... 41
Tabel 4.2 Therapy ............................................................................................ 43
Tabel 4.2 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 44
Tabel 4.3 Analisa Data ..................................................................................... 46
Tabel 4.4 Perencanaan ..................................................................................... 48
Tabel 4.5 Implementasi .................................................................................... 50
Tabel 4.6 Evaluasi ............................................................................................ 55

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Infark Miokard Akut .................................................... 16

xi
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2. Lembar Konsultasi
Lampiran 3. Lembar Audiens
Lampiran 4. Jurnal

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akut Miokard Infark (AMI) adalah nekrosis miokard akibat

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot jantung.

Salah satu penyebab Akut Miokard Infark yang paling banyak adalah

trombosis sehubungan dengan plak ateromatosa yang pecah dan ruptur

(Rendi, 2014). Akut Miokard Infark adalah nekrosis daerah miokardial

yang biasanya disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau berhenti

terlalu lama dan manifestasi klinis pertama adalah iskemia jantung, atau

adanya riwayat angina pectoris (Sunaryo, 2015). Akut Miokard Infark

merupakan kematian sel-sel otot jantung karena iskemia yang berlangsung

lama akibat adanya oklusi di arteri koroner (Thygesen & Verdy, 2012).

Menurut laporan WHO, pada tahun 2004 penyakit Akut Miokard

Infark merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak

7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia.

Akut Miokard Infark adalah penyebab kematian nomor dua pada negara

berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%) (WHO,

2008). Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti pada tahun 2007,

jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan

di RS di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah penyakit

jantung iskemik, yaitu 110,183 kasus. Care fatelity rate (CFR) tertinggi

terjadi pada Akut Miokard Infark (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal

1
2

jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Depkes,

2009). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013)

prevalensi penyakit PJK (angina pektoris atau infark miokard) di Jawa

Tengah sebesar (0,5%) (RISKESDAS, 2013). Data dari rekam medis

RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2016 yang menderita penyakit Akut

Miokard Infark sebanyak 320 pasien (Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi,

2016).

Keluhan yang khas pada Akut Miokard Infark adalah nyeri dada

retrosternal (di belakang sternum) seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,

panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan

(umumnya kiri), bahu, leher, rahang dan ke punggung serta terkadang

pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.

Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak nafas, pusing, keringat

dingin berdebar-debar dan pasien sering tampak ketakutan (Sunaryo,

2015). Kematian sel-sel miokard pada proses penyakit Akut Miokard Infark

mengakibatkan kurangnya suplai oksigen ke miokard maka kompensasi

dari miokard adalah dengan melakukan metabolisme anaerob agar jantung

tetap dapat memberikan suplai oksigen keseluruh tubuh. Hasil dari

metabolisme anaerob inilah yang menyebabkan nyeri dada yaitu asam

laktat sehingga mengakibatkan penderita mengalami sesak nafas dan

merasa cemas atau takut (Budi, 2014).

Ketepatan penatalaksanaan nyeri dada kiri pada pasien dengan

sangat m p
Akut e r
Miokard n o
Infark e g
n n
t o
u s
k i
a s
n

Penatalaksanaan nyeri pada Akut Miokard Infark dapat dilakukan melalui


3

terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan

meliputi intervensi mandiri maupun kolaburatif, intervensi mandiri antara

lain berupa pemberian relaksasi (Sunaryo, 2014). Salah satu intervensi

keperawatan yang digunakan untuk mengurangi nyeri dada kiri adalah

relaksasi Benson. Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi pasif

dengan tidak menggunakan tegangan otot dan pengembangan metode

respons relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal yang tenang sehingga dapat

membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih

tinggi (Mitchell, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ilmiah dengan “asuhan keperawatan pada pasien

Akut Miokard Infark di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi”.


4

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan pada Tn. S

dan Ny. S yang mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dan Ny. S yang

mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi.

2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dan

Ny. S yang mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

3. Penulis mampu menyusun intervensi pada Tn. S dan Ny. S yang

mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi.

4. Penulis mampu melakukan tindakan implementasi pada Tn. S dan Ny.

S yang mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dan Ny. S yang

mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi.


5

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

Sebagai acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah

diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data

informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisis,

dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah, informatif,

bermanfaat, serta menambah kekayan intelektual.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien

Sebagai referensi dalam membantu meminimalkan neyri pada

pasien yang mengalami Akut Miokard Infark

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi bahwa teknik pemberian teknik relaksasi Bonson

merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan nyeri pada pasien

yang mengalami Akut Miokard Infark

3. Bagi perawat

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif

kepada klien penderita Akut Miokard Infark.

b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan,

khususnya pada pasien dengan nyeri akibat Akut Miokard Infark.

4. Bagi Insitusi Pendidikan Keperawatan


Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kajian lebih

mendalam tentang pemberian teknik relaksasi Bonson terhadap tingkat

nyeri pasien yang mengalami Akut Miokard Infark.


6

5. Bagi pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara

perawatan pasien dengan nyeri akibat Akut Miokard Infark.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Akut Miokard Infak

2.1.2 Pengertian

Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan kematian

jaringan otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

suplai oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab paling sering

adalah adanya sumbatan pembuluh jantung, sehingga terjadi gangguan

aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard (Setianto, et.al., 2003;

dalam Kasron 2012).

Akut Miokard Infark (AMI) didefinisikan sebagai nekrosis

miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat

sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar

disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri koroner yang kemudian

diikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi dan

mikroembolisasi distal (Arif Muttaqin, 2009; dalam Wijaya dan Putri,

2013).

Akut Miokard Infark adalah nekrosis daerah miokardial yang

biasanya disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau berhenti terlalu

lama dan manifestasi klinis pertama adalah iskemia jantung, atau adanya

riwayat angina pectoris (Sunaryo, 2015).

7
8

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Klasifikasi

Menurut Rendi dan Margareth, (2012), jenis-jenis miokard

infark terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Miokard infark subendokardial

Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat

peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial

terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam

waktu lama sebagai akibat perubaha derajat penyempitan arteri

koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi,

perdarahan, hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai

peningkatan kebutuhan oksigen miokard misalnya akibat takikardia

atau hipertrofi ventrikel.

2. Miokard infark transmural

Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural

berkaitan dengan thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di

daerah yang mengalami penyempitan arterioskleorotik. Penyebab lain

lebih jarang ditemukan, termasuk disini misalnya perdarahan dalam

plague arterioskleorotik dengan hematom intramural, spasme yang

umumnya terjadi ditempat arterioskleorotik yang emboli koroner.

Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi

hal ini amat jarang.


9

Menurut Morton, 2012 (dikutip dalam Nurafif & Kusuma,

2015) yang termasuk didalam Akut miokard infark :

1. Angina tidak stabil

Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang

disebabkan oleh penyakit arteri koronari, pasien dapat

menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas,

berat atau nyeri. Angina pictoris disebabkan oleh iskemia

myocardium reversible dan sementara yang dicetuskan oleh

ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen myocardium dan

suplai oksigen myocardium yang berasal dari penyempitan

arterosklerosis arteri koroner.

Klasifikasi angina :

a. Angina stabil (dikenal sebagai angina stabil kronis, angina

pasif, atau angina ekssersional). Nyeri yang dapat diprediksi,

nyeri terjadi pada saat aktivitas fisik atau stress emosional

dan berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin.

b. Angina tidak stabil juga disebut angina pra-infark atau angina

kresendo yang mengacu pada nyeri dada jantung yang

biasanya terjadi pada saat istirahat.

c. Angina varian yang juga dikenal sebagai angina prinzmetal

atau angina vasospatik, adalah bentuk angina tidak stabil.


10

2. Akut Miokard Infark tanpa elevasi ST (NSTEMI), disebabkan

oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan

oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.

3. Akut Miokard Infark dengan elevasi ST (STEMI), umumnya

terjadi jika aliran dalam koroner menurun secara mendadak

setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada

sebelumnya . Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh

faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.

2.2.2 Etiologi
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner akibat

arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus.

Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan

hemoragi. Pada setiap kasus terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen miokard (Rendi dan Margareth, 2012).

Menurut (Murwani, 2011) ada beberapa penyebab lain terjadinya AMI

yaitu:

1. Sindroma klasik : sumbatan total yang terjadi secara tiba-tiba pada

arteri.

2. Koronaria besar oleh thrombosis.

3. Hiperkholesterolemia atau meningkatnya kadar kolesterol dalam

pembuluh darah.

Secara garis besar terdapar dua jenis faktor resiko bagi setiap orang

untuk terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa dimodifikasi dan faktor

resiko yang tidak bisa dimodifikasi (Kasron, 2012)


11

1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

Merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan sehingga

dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk

dalam kelompok ini diantaranya:

a. Merokok

b. Konsumsi Alkohol

c. Infeksi

d. Hipertensi sistemik

e. Obesitas

f. Kurang olahraga

g. Penyakit Diabetes

2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

Merupaka faktor yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan,

yaitu diantaranya:

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Riwayat keluarga

d. RAS

e. Geografi

f. Tipe kepribadian

g. Kelas sosial

2.2.3 Manifestasi klinis

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-

remas, ditekan, ditusuk, panas atau tertindih barang berat. Nyeri dapat
12

menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke

punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina

pektoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama

pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.

Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin,

berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun

AMI dapat merupakan manifestasi pertama peyakit jantung koroner

namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah

didahului keluhan-keluha angina, perasaan tidak enak di dada atau

epigastrium (Kasron, 2012).

Menurut Kasron (2012) tanda dan gejala Akut Miokard Infark

(TRIAGE AMI) adalah :

1. Klinis

a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus

tidak mereda, biasanya di atas region sternal bawah dan

abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.

b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri

tidak tertahankan lagi.

c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat

menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya

lengan kiri).

d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau

gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,


13

dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin

(NGT).

e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,

diaforesis berat, pening atau kepala terasa melanyang dan mual

muntah.

g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri

yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat

mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).

2. Laboratorium

Pemeriksaan Enzim jantung

a. CPK-MB/CPK (Creatine Phosphokinase), Isoenzim yang

ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,

memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.

b. LDH/HBDH (Laktat Dehidrogenase), Meningkat dalam 12-24

jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal.

c. AST/SGOT (Serum Glutamic Oxsalotransamine Test),

Meningkat (kurang nyata atau khusus) terjadi dalam 6-12 jam,

memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.

3. EKG (Electrocardiogram)

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya

gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen

ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q

atau QS yang menandakan adanya kematian jaringan.


14

2.3 Patofisiologis

Akut Miokard Infark sering terjadi pada orang yang memiliki satu

atau lebih faktor resiko seperti merokok, obesitas, hipertensi dan lain-lain.

Faktor ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di

tunika intima yang dapat menyebabkan interaksi fibrin dan patelet

sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah koroner. Interaksi

tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk

plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat

menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat

terjadi trombus. Trombus yang dapat menyumbat pembuluh darah

menyebabkan aliran darah berkurang sehingga suplai oksigen yang

diangkut darah ke jaringan miokardium berkurang yang berakibat

penumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri

dan perubahan pH endokardium yang menyebabkan perubahan

elektrofisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan

perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami

distritmia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan

kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark)

(Aspiani, 2015).

AMI terjadi ketika kekurangan oksigen yang terjadi berlangsung

cukup lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan

seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti

berkontraksi selamanya. Kekurangan oksigen yang terjadi paling banyak

disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau coronary artery disiese


15

(CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah

terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronari (arteri

yang mensuplai darah dan oksigen pada jantung). Plaque dapat rupture

sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan

plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran

darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner (Kasron, 2012).
16

Aterosklerosis trombosis
Kontriksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi turun

Jaringan miokard iskemik

Nekrosis lebih dari 30 menit

Suplai dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Suplai oksigen ke miokard turun

Infark miokard akut

Metabolisme anaerob seluler hipoksia

Timbunan asam laktat meningkat integritas membran sel berubah

Fatique kontraktilitas turun

Intoleransi aktivitas COP turun


Resiko
Nyeri
penurunan curah
Kerusakan jantung
pertukaran gas Ganggua
n perfusi
jaringan

Gambar 2.3 Pathway Akut Miokard Infak


(Sumber : Sieh, S. 2010)
17

2.3.1 Komplikas

Komplikasi yang terjadi pada penyakit Infark miokard akut antara

lain (Rendi dan Margareth, 2012):

1. Gagal jantung kongesti

2. Syok kardiogenik

3. Disfungsi otot papilaris

4. Defek sektum ventrikel

5. Ruptura jantung

6. Aneurisma ventrikel

7. Tromboembolisme

8. Perikarditis

9. Aritmia

2.4 Penaktalaksanaan

2.4.1 Prinsip umum penatalaksanaan AMI menurut (Kasron, 2012):

1. Diagnosa

Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/tanda-tanda EKG awal

tidak menentukan, hanya 24-60% dari AMI ditemukan dengan EKG

awal yang menunjukan luka akut (Acute injury).

2. Diet makanan lunak atau sering serta redah garam (bila ada gagal

jantung).

3. Terapi Oksigen

a. Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik

asidosis, yang menurunkan afektifitas obat-obatan dan terapi

elektrik (DC shock).


18

b. Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik.

c. Penolong harus siap dengan bantuan penafasan bila diperlukan.

4. Monitor EKG

Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI.

Penyebab utama kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia

jantung 3. Elevasi segmen ST > atau = 0,1 Mv pada 2 atau lebih

hantaran dari area yang terserang (anterior, lateral, inferior), merupakan

indikasi adanya serangan miokard akut.

5. Pemberian obat

Obat-obatan yang digunakan pada pasien AMI diantaranya:

a. Obat-obatan trombolitik

Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali

aliran pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah

kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obat ini digunakan untuk

melarutkan bekuan darah yang mnyumbat arteri koroner. Waktu

paling efektif pemberianya adalah 1 jam setelah timbul gejala

pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam paska serangan. Selain

itu tidak boleh diberikan pada pasien di atas 75 tahun contohnya

adalah streptokinase.

b. Beta blocker

Obat-obatan ini menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga

digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan

dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta blocker juga

digunakan untuk memperbaiki aritmia. Terdapat 2 jenis yaitu


19

cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acbutol) dan non-

cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol).

c. Anginotensin-Converting Enzyme (AACE) Inhibitors

Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi

cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk

memperlambat kelemahan pada otot jantung. Misalnya: captropil.

d. Obat-obatan antikoagulan

Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mencegah

pembentukan bekuan darah arteri. Misalnya: heparin dan

enoksaparin.

e. Obat-obatan antiplatelet

Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel)

menghentikan platelet untuk membentuk bekuan yang tidak

diinginkan.

2.4.2 Pemeriksaan penunjang

Menurut (Kasron, 2012) penegakan diagnosa serangan jantung

berdasarkan gejala, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta hasil test

diagnotik.

1. EKG (Electrocardiogram)

Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan

menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat

aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi,

jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.

Pada infark miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal
20

untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST.

Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cicin iskemik disekitar

area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan

parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan

menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada

awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi.

Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T

membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap

dan segmen ST kembali normal.

2. Tes laboratorium darah

a. Kreatinin pospokinase (CKP)

b. LDH (Laktat Dehidrogenisasi)

c. Troponin T dan I

d. Elektrolit

e. Leukosit

f. Kolesterol atau Trigliserida

g. GDA

3. Tes Radiologis

a. Coronary angiography

b. Foto dada

c. Pencitraan darah jantung (MUGA)

d. Angiografi koroner

e. Digital subtraksion angiografi (PSA)

f. Nuklear Magnetik Resonance (NMR)


21

2.5 Asuhan Keperawatan pada Klien Akut Miokard Infak

2.5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,

2012).

Menurut Muttaqin, 2009 pengkajian pada pasien infark miokard

adalah :

1. Keluhan Utama

Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan

pingsan.

2. Riwayat Penyakit Saat Ini

Pengkajian penyakit saat ini yang mendukung keluhan utama

dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri

dada pada klien secara PQRST yang meliputi :

a. Provoking Incident : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang

dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.

b. Quality of Paint : Seperti apa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau

diremas.

c. Region Radiation, Relief : Lokasi nyeri didaerah substernal atau

nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga


22

area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan

bahu dan tangan.

d. Severity (Scale)of Paint Klien ditanya dengan menggunakan

rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue scale – VAS) dan klien

akan menilai berapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat

angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9

(skala 0-10).

e. Time : Sifat mulai timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul

mendadak Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya

dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokard dapat

timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat

dan berlangsung lebih lama.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien

pada masa lalu yang masih relevan dengan obat-obat antiangina seperti

nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi. Catat

adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu, alergi obat, dan reaksi

alergi yang timbul.

4. Riwayat Keluarga

Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang

pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan

penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang

timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya

penyakit jantung iskemik pada keurunannya.


23

5. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup

Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkunyannya.

Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan

dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu.

6. Pengkajian Psikososial

Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut

mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan

yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, klien AMI biasanya baik

atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat

gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.

b. Breathing

Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan

mengeluh sesak napas seperti tercekik. Hal ini terjadi karena

terdapat kegagalan peningkatan curah jantung oleh ventrikel kiri

pada saat melakukan kegiatan fisik.

c. Blood

1) Inspeksi : Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien.

Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri

diatas perikardium Penyebaran nyrei dapat meluas didada

2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada AMI tanpa

komplikasi bisanya tidak ditemukan.


24

3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat

penurunan volume sekuncup yang disebabkan AMI. Bunyi

jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak

ditemukan pada AMI tanpa komplikas

4) Perkusi : Batar jantung tidak mengalami pergeseran

d. Brain

Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan

sianosis perifer. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis,

perubahan postur tubuh, menangis, merintih, menegang adanya

nyeri dadi akibat infark pada miokard.

e. Bladder

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan

intake cairan klien. Oleh karena itu perawat perlu monitor adanya

oliguria pada klien dengan AMI karena merupakan tanda awal

syok kardiogenik.

f. Bowel

Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi

abdomen ditemukan nyeri tekan pada kepada keempat kuadran,

penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama AMI.

g. Bone

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien

sering ,erasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup

menetap, dan jadwal olah raga tak teratur. Tanda klinis lain yang
25

ditemukan adalah takikardi, dipsnea pada saat istirahat maupun

saat beraktifitas.

2.5.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat (Dermawan, 2012).

Menurut Herdinan & Kamitsuru, 2015 diagnosa keperawatan

utama pasien mencakup yang berikut :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membran-kapiler(00030).

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes

melitus, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, kurang pengetahuan

tentang faktor pemberat, kurang pengetahuan tentang proses penyakit,

merokok (00204).

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, agen cidera

fisik, agen cidera kimiawi(00132).

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada

status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak

dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis maturasi,

pajanan pada toksin penularan interpersonal, penyalahgunaan zat,

perubahan besar, riwayat keluarga tentang ansietas, stresor(00146).


26

5. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik atau nekrotik

jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,

tekanan darah dalam aktifitas (00093).

2.5.3 Perencanaan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membran-kapiler

a. Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi.

b. Kriteria Hasil :

1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi

yang adekuat

2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda

distress pernapasan

3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang

bersih, tidak ada sianosi dan dyspneu (mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed

lips)

4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

c. Intervensi :

1) Manajemen jalan nafas (3140)

a) Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw trust,

sebagaimana mestinya
27

b) Posisikan pasien untuk memksimalkan ventilasi

c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan

d) Masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA) atau

oropharyngeal airway (OPA), sebagaimana mestinya

e) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya

f) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk

melakukan batuk atau menyedot lendir

g) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar

dan batuk

h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas

2) Terapi oksigen

a) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat

b) Batasi (aktivitas) merokok

c) Pertahankan kepatenan jalan nafas

d) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem

humidifier

e) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

f) Monitor aliran oksigen

g) Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen

h) Anjurkan pasien mengenai pentingnya meninggalkan

perangkat (alat) pengiriman oksigen dalam keadaan siap

pakai
28

i) Pastikan pengkantian masker oksigen atau kanul nasal

setiap kali perangkat di ganti

3) Monitor pernafasan (3350)

a) Monitor kecepatan, kedalaman, irama, dan kesulitan

bernafas

b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu nafas, retraksi pada otot

supraclavicular dan intercostal

c) Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok dan mengi

d) Catat lokasi tracea

e) Monitor kelelahan otot-otot diagfragma dengan

pergerakan parasoksikal

f) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak

adanya ventilasi dan suara tambahan

g) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi

crakles dan ronki pada jalan napas utama

h) Monitor kemampuan batuk efektif pasien

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes

melitus, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, kurang pengetahuan

tentang faktor pemberat, kurang pengetahuan tentang proses penyakit,

merokok.

a. Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi.


29

b. Kriteria Hasil :

1) Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang diharapkan

2) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

3) Menunjukkan funsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat

kesadaran membaik, tidak ada garakan-garakan involunter

4) Tidak ada ortostatik hipertensi

c. Intervensi

1) Manajemen sensasi perifer (2660)

a) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka

terhadap panas, dingin tajam atau tumpul

b) Monitor adanya paretese

c) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada

isi atau laserasi

d) Gunakan sarung tangan untuk proteksi

e) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

f) Monitor kemampuan BAB

g) Kolaborasi pemberian analgetik

h) Monitor adanya tromboplebitis

i) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, agen cidera

fisik, agen cidera kimiawi

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan nyeri

berkurang
30

b. Kriteria Hasil

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

3) Mampu mengenali nyeri

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

c. Intervensi

1) Manajemen nyeri (1400)

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik

d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

h) Kontrol lingkungan yang dapat mengontrol nyeri

i) Kurangi faktor presipitasi nyeri

j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri

k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

l) Ajarkan teknik non farmakologi

m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


31

o) Tingkatkan istirahat

p) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil

q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2) Pemberian analgesik (2210)

a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat

b) cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

c) Cek riwayat alergi

d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu

e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya

nyeri

f) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis

optimal

g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan

nyeri secara teratur

h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

j) Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada

status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak

dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis maturasi,


32

pajanan pada toksin penularan interpersonal, penyalahgunaan zat,

perubahan besar, riwayat keluarga tentang ansietas, stresor.

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

ansietas dapat teratasi.

b. Kriteria Hasil

1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala

cemas

2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik

untuk mengontrol cemas

3) Vital sign dalam batas normal

4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

c. Intervensi

1) Pengurangan kecemasan (5820)

a) Gunakan pendekatan yang menenangkan

b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama

prosedur

d) Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres

e) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

f) Dorong keluarga untuk menemani anak

g) Lakukan back / neck rub


33

h) Dengarkan dengan penuh perhatian

i) Identifikasi tingkat kecemasan

j) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan

k) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

l) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

m) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

5. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik

jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,

tekanan darah dalam aktifitas.

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

intoleran aktifitas dapat teratasi.

b. Kriteria Hasil

1) klien berpartisipasi dalam aktifitas sesui kemampuan klien

2) nadi 60-100 x/menit

3) TD 120/80 mmHg

c. Intervensi

1) Kaji TTV tiap dua jam

2) Tingkatkan istirahat (di tempat tidur)

3) Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori

yang tidak berat


34

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

2.5.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan (Brunner and Suddarth, 2013) :

1. Pasien menunjukan pengurangan nyeri

2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas

3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat

4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada Tn. S dan Ny. S yang mengalami Infark Miokard Akut

dengan nyeri akut di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

3.2 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada Tn. S dan Ny. S yang mengalami Akut

Miokard Infak dengan nyeri akut di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi,

maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang konsep Akut Miokard

Infak. Akut Miokard Infak merupakan nekrosis miokard yang disebabkan

karena berkurangnya suplai darah dan oksigen akibat gangguan aliran darah

ke otot jantung. Gangguan aliran darah ke otot jantung biasanya terdapat

materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam

lumen arteri koronari ( arteri yang mensuplai darah dan oksigen pada

jantung).

3.3 Partisipan

Secara umum partisipan yang akan diikut sertakan dalam Karya Tulis

Ilmiah ini adalah dua klien dengan penyakit Infark Miokard Akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

35
36

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini disusun di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

Pengambilan kasus dimulai tanggal 22 Mei 2017 sampai tanggal 3 juni 2017.

Lama waktu yang digunakan untuk satu klien yaitu sejak klien pertama kali

masuk rumah sakit sampai pulang atau klien yang dirawat minimal tiga hari.

Jika sebelum tiga hari klien sudah pulang, maka perlu penggantian klien

lainnya yang sejenis. Dan bila perlu dapat dilanjutkan dalam bentuk home

care.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

3.5.1 Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang,-dahulu-keluarga dll, Sumber data diperoleh

dari klien, keluarga, dan perawat lainnya)

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh manusia).

3.5.3 Studi dokumen dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan seperti rekam medis).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan

atau tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

tiga sumber data utama yaitu klien atau keluarga, perawat dan sumber pustaka

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


37

3.7 Analisis Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menhasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis adalah:

3.7.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.


38

3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan denga model induksi.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Klien di rawat diruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi, ruangan tersebut

termasuk bangsal dewasa dengan kelas VIP ada 4 kamar sedangkan kelas 1, 2

dan 3 sebanyak 8 bed, keadaan ruang rawat klien bersih, tenang terdapat

peralatan medis yang cukup lengkap.

4.2 Pengkajian

4.2.1 Identitas Klien

Tabel 4.2 identitas klien

Identitas Klien 1 Klien 2


Klien
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

Tanggal MRS
Diagnosa Medis
No Register Tn. S
47 Tahun

4.2.2 Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT Klien 1 Klien 2


PENYAKIT
Keluhan Utama

Riwayat Penyakit
Sekarang Tn. S mengatakan nyeri pada
dada kiri.

Klien mengatakan dadanya


ampek sejak 5 jam sebelum
masuk rumah sakit seperti
tertindih benda berat, saat

39
40

Riwayat Penyakit
Dahulu

Riwayat Kesehatan
Keluarga

Riwayat Kesehatan
Lingkungan dirasakan kurang lebih 30 menit
lalu menjalar ke dada sebelah
kanan, punggung dan disertai
keringat dingin, lemas keluhan
bertambah saat di pakai berjalan

4.2.3 Pengkajian Fokus

Tabel 4.2 Pengkajian Fokus

Pengkajian Fokus Klien 1 Klien 2


Breathing

Blood
RR: 25x/menit, tidak

Brain
menggunakan alat bantu
nafas, terpasang oksigen 5
lpm.

Tekanan Darah: 130/88


mmHg, akral teraba hangat
41

Bledder

Bowel
Output urine 600cc/6 jam,

Bone
warna kuning pekat, klien
tampak terpasang dower
cateter

4.2.4 Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2 Penkajian Fisik

Observasi Klien 1 Klien 2


1. Keadaaan atau penampilan
umum
a. Kesadaran
b. Tekanan darah
c. Nadi
d. Respirasi
e. suhu
2. Kepala
a. bentuk kepala
b. kulit kepala

c. rambut
d. mata
1) palpebra
2) konjungtiva
3) sklera
4) pupil
5) diameter mata
6) reflek cahaya
7) pnggunaan alat
bantu

e. hidung

f. mulut

g. gigi

3. leher

4. dada
a. paru-paru
inspeksi
42

palpasi

perkusi

auskultasi

b. jantung
inspeksi

palpasi

perkusi

auskultasi

5. abdomen
ispeksi

auskultasi

palpasi

perkusi

6. genetelia

7. rectum

8. ekstremitas
a. atas
Kekuatan otot kanan
kiri
ROM
Capillary refill time

Perubahan bentuk
tulang
Perabaan akral
Vocal fromitus teraba
b. bawah
43

Kekuatan otot kanan /


kiri
ROM
Capillary refill time

Perubahan bentuk
tulang
Perabaan akral 4/4

Aktif/aktif
4.2.5 Terapi
Kembali kurang dari 2

Klien 1

Tabel 4.2 Terapi

Jenis Dosis golongan kegunaan


therapy
NaCl 0,9%

Aspilet

Clopidogrel

Arixtra

ISDN
500 cc

Laxydin
1 x 80 mg
Klien 2

Jenis Dosis golongan kegunaan


therapy
NaCl 0,9%

Aspilet
500 cc

Clopidogrel
1 x 80 mg
Larutan elektrolit
44

ISDN

Laxydin

Atorvastatin

3 x 5 mg

Candesartan
3 x ci

4.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Klien 1

Tabel 4.2 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keteranagan


Hemoglobin
Hematokrit
Leokosit
Trombosit
Eritrosit
Index Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosofil
Golongan darah
Asam urat
Cholestrol total
Cholestrol LDL
Cholestrol HDL
Trigliserida
Glukosa darah
sewaktu
SGOT
SGPT
Albumin
Creatinine
Ureum
Natrim darah
Kalium darah 12.4
39
45

98 – 106
HbSAg Negative
CKMB 43.46 mg/ml < 2.9 Tinggi
Troponin I 0.00 – 0.01 1.01 ug/L Tinggi

Hasil Perekaman EKG

1. Pada tanggal 23 Mei 2017 :


a. Sinus takikardi
b. STEMI Lateral
2. Pada tanggal 24 Mei 2017 :
a. Sinus Takikardi
b. STEMI Lateral
3. Pada tanggal 25 Mei 2017 :
a. Sinus Aritmi
b. STEMI Lateral
Klien 2
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
13.5 – 17.5
Hematokrit 38 % 33 - 45 Normal
Leokosit 10.8 Ribu/ul 4.5 - 11 Normal
Trombosit 405 Ribu/ul 150 - 450 Normal
Eritrosit 4.11 Juta/ul 4.50 – 5.90 Rendah
Index Eritrosit
MCV 93.1 /um 80 - 96 Normal
MCH 29.9 pg 28 - 33 Normal
MCHC 32.1 g/dl 33 - 36 Rendah
RCW 11.4 % 11.6 – 14.6 Rendah
MPV 7.8 fl 7.2 - 11.1 Normal
Glukosa darah 133 mg/dl 60 – 140 Normal
sewaktu
SGOT 21 u/l < 35 Normal
SGPT 17 u/l < 45 Normal
Albumin 3.9 g/dl 3.5 – 5.2 Normal
Creatinine 0.9 mg/dl 0.9 - 1.3 Normal
Ureum 48 mg/dl < 50 Normal
Natrim darah 136 mmol/L 136 – 145 Normal
Kalium darah 4.4 mmol/L 3.3 – 5.1 Normal
Chlorida darah 106 mmol/L 98 – 106 Normal
HbAIc 6.7 % 4.8 – 5.9 Normal
Asam urat 8.3 mg/dl 2.4 – 6.1 Tinggi
Cholestrol total 210 mg/dl 50 – 200 Tinggi
Cholestrol LDL 131 mg/dl 97 – 202 Normal
Cholestrol HDL 43 mg/dl 30 – 64 Normal
Trigliserida 143 mg/dl < 150 Normal
HbSAg Negative
CKMB 4.27 mg/ml < 2.9 Tinggi
Troponin I 0.01 ug/L 0.00 – 0.01 Normal
Hasil Perekaman EKG
46

1. Pada tanggal 22 Mei 2017 :


a. Sinus takikardi
b. STEMI
2. Pada tanggal 23 Mei 2017 :
a. Sinus Takikardi
b. STEMI
3. Pada tanggal 24 Mei 2017 :
a. Sinus Takikardi
b. STEMI
4.3 Analisa Data

Tabel 4.3 Analisa Data

Data Masalah Etiologi


Klien 1
DS:
Klien mengatakan nyeri dada kiri
P: klien mengatakan nyeri bertambah
saat beraktifitas
Q: klien mengatakan nyeri seperti ampek
R: klien mengatakan nyeri dada menjalar ke
punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 6
T : klien mengatakan nyeri hilang timbul

DO :
1. Klien tampak tidak rileks
2. Tekanan darah : 130/88 mmHg
3. Nadi : 128 x/menit
4. Pernafasan : 25 x/menit
Suhu : 37,2 0 C 5. Nyeri akut Agen cidera
(00132) biologis
DS :
1. Klien mengataakan merasakan sesak
nafas setelah beraktifitas atupun saat
kelelahan
2. Klien mengatakan sesak bertambah saat
nyeri
DO :
1. Pernafasan klien 25 x/menit
2. Klien terpasang oksigen nasal kanul 5
lpm Ketidakefektifan
pola nafas
(00032) Keletihan atau
kelelahan
DS :
1. Klien mengatakan mudah kelelahan atau
cepat capek saat beraktifitas
2. Klien mengatakan dada sebelah kiri
sering berdebar debar
47

3. Hasil perekaman EKG sinus takikardi


4. Ada perubahan pada EKG
5. CKMB : 43.46 mg/ml
6. Troponin I : 1.01 ug/L
Klien 2
DS :
Klien mengatakan nyeri di dada
P: klien mengatakan nyeri pada dada kiri
Q:klien mengatakan nyeri seperti tertindih benda
berat
R:klien mengatakan nyeri bertambah saat daerah
dada ditekan
S: klien mengatakan skala nyeri 5
T: klien mengatakan nyeri datang hilang timbul
DO :
1. Klien tampak tidak rileks
2. Tekanan darah : 140/ 90mmHg
3. Nadi : 101 x/menit
4. Pernafasan 20 x/menit
5. Suhu : 36,6 0 C Nyeri akut Agen cidera
(00132) biologis
DS :
1. Klien mengatakan mudah leleah dan
kecapeaan sering ngos ngosan saat
beraktifitas
2. Klien mengatakan dada selalu berdebar

DO :
1. Nadi 101 x/menit
2. Terdapat perubahan pada gambaran
EKG
3. Detak jantung cepat
4. CKMB : 40.27 mg/ml Penurunan curah Perubahan
jantung (00029)
frekunsi atau
irama jantung
DS :
Klien mengatakan tidak kuat atau lemas saat
melakukan aktifitas, sering capek dan mudah
lelah
Klien juga mengatakan aktifitas dibatasi atas
saran dari dokter dan tim medis
DO :
1. Klien sering berada di tempat tidur
2. Detak jantung cepaat
3. Pernafasan 20 x/menit
Prioritas diagnosa

Klien 1 Klien 2
1. Penuruna curah jantung(00029)
berhubungan dengan perubahan
frekunsi atau irama jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas(00032)
berhubungan dengan keletihan atau
kelelahan 1. Penurunan curah jantung 00029)
berhubungan dengan perubahan
48

3. Nyeri akut(00132) berhubungan dengan kelemahan umum ( adanya


dengan agen cidera biologis
nekrotik jaringan miokard dtandai
dengan gangguan frekunsi jantung

4.4 Perencanaan

Tabel 4.4 Perencanaan

Tujuan, Kriteria Hasil Intervensi


Klien 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor
tanda-tanda vital ( 6680)
selama 3x24 jam diharapkan penurunan curah 1. Monitor tanda-tanda vital tiap jam
jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 3. Berikan posisi yang nyaman
2. Dapat mentoleransi aktifitas
3. Tidak ada edema paru, perifer dan
tidak ada ansietas
4. Tidak terjadi penurunan kesadaran

2. Anjurkan klien bedrest total

4. Kolaborasi pemberian terapi dengan tim


medis
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama
Monitor pernafasan (3350)
3x24 jam diharapkan ketidakefektifan pola 1. Atur posisi klien
nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Pernafasan adekuat
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal 4. Kolaborasi dengan tim medis lainya
3. Klien tampak rileks
4. Mampu bernafas dengan mudah

2. Observasi pola nafas


3. Bedrest total

dalam pemberian terapi oksigen


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Managemen nyeri (1400)
selama 3x24 jam diharapakan nyeri dapat 1. Kaji nyeri
teratasi dengan kriteria hasil:
1. Sekala nyeri berkurang dari 6 3. Ajarkan lien relaksasi benson
menjadi 1
2. Klien tampak rileks
3. Klien merasa nyaman
4. Tanda-tanda vital normal

2. Beri posisi yang nyaman

4. Kolaborasi pemberian terapi dengan tim


medis lainya
Kklien 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan penurunan curah
jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DAN Ny.S YANG MENGALAMI
AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DENGAN NYERI AKUT DI
RUANG ICVCU RSUD Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH :
RIDWAN SUTRISNO
NIM. P.14102

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DAN Ny. S YANG MENGALAMI
AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DENGAN NYERI AKUT
DI RUANG ICVCU RSUD Dr. MOEWARDI

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma 3 Keperawatan

DISUSUN OLEH :
RIDWAN SUTRISNO
NIM. P.14102

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
ii
MOTTO

1. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius).
2. Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang
(William J. Siegel).
3. Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya
dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain (William Wordsworth).

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Akut
Miokard Infak (AMI) dengan Nyeri Akut di Ruang ICVCU RSUD Dr.
Moewardi”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakartatelah memeberikan kesempatan untuk dapat menumba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Erlina Windyastuti M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Sutiyo Dani Saputro, S.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep, MPH selaku pengkuji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

vii
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Temen-temen Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 8 Agustus 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
MOTTO .......................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ............................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulis .......................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulis ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akut Miokard Infak .................................................................. 7
2.2 Konsep Penyakit ....................................................................... 8
2.3 Patofisiologis ............................................................................ 14
2.4 Penatalaksanaan ........................................................................ 17
2.5 Asuhan Keperawatan pada Klien Akut Miokard Infak ............ 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 35
3.2 Batasan Istilah ......................................................................... 35
3.3 Partisipan ................................................................................. 35
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 36
3.5 Pengumpulan Data ................................................................... 36
3.6 Uji Keabsahan Data ................................................................. 36
3.7 Analisa Data ............................................................................ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ....................................... 39
4.2 Pengkajian ................................................................................ 39
4.3 Analisa Data ............................................................................. 46
4.4 Perencanaan .............................................................................. 48
4.5 Pelaksanaan atau Implementasi ................................................ 50
4.6 Evaluasi .................................................................................... 55
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan .............................................................................. 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 72

ix
DARFTAR TABEL

Tabel 4.2 Identitas Klien .................................................................................. 39


Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ............................................................................. 39
Tabel 4.2 Pengkajian Fokus ............................................................................. 40
Tabel 4.2 Pengkajian Fisik ............................................................................... 41
Tabel 4.2 Therapy ............................................................................................ 43
Tabel 4.2 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 44
Tabel 4.3 Analisa Data ..................................................................................... 46
Tabel 4.4 Perencanaan ..................................................................................... 48
Tabel 4.5 Implementasi .................................................................................... 50
Tabel 4.6 Evaluasi ............................................................................................ 55

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Infark Miokard Akut .................................................... 16

xi
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2. Lembar Konsultasi
Lampiran 3. Lembar Audiens
Lampiran 4. Jurnal

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akut Miokard Infark (AMI) adalah nekrosis miokard akibat

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot jantung.

Salah satu penyebab Akut Miokard Infark yang paling banyak adalah

trombosis sehubungan dengan plak ateromatosa yang pecah dan ruptur

(Rendi, 2014). Akut Miokard Infark adalah nekrosis daerah miokardial

yang biasanya disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau berhenti

terlalu lama dan manifestasi klinis pertama adalah iskemia jantung, atau

adanya riwayat angina pectoris (Sunaryo, 2015). Akut Miokard Infark

merupakan kematian sel-sel otot jantung karena iskemia yang berlangsung

lama akibat adanya oklusi di arteri koroner (Thygesen & Verdy, 2012).

Menurut laporan WHO, pada tahun 2004 penyakit Akut Miokard

Infark merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak

7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia.

Akut Miokard Infark adalah penyebab kematian nomor dua pada negara

berpenghasilan rendah, dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%) (WHO,

2008). Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti pada tahun 2007,

jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan

di RS di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah penyakit

jantung iskemik, yaitu 110,183 kasus. Care fatelity rate (CFR) tertinggi

terjadi pada Akut Miokard Infark (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal

1
2

jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Depkes,

2009). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013)

prevalensi penyakit PJK (angina pektoris atau infark miokard) di Jawa

Tengah sebesar (0,5%) (RISKESDAS, 2013). Data dari rekam medis

RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2016 yang menderita penyakit Akut

Miokard Infark sebanyak 320 pasien (Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi,

2016).

Keluhan yang khas pada Akut Miokard Infark adalah nyeri dada

retrosternal (di belakang sternum) seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,

panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan

(umumnya kiri), bahu, leher, rahang dan ke punggung serta terkadang

pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.

Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak nafas, pusing, keringat

dingin berdebar-debar dan pasien sering tampak ketakutan (Sunaryo,

2015). Kematian sel-sel miokard pada proses penyakit Akut Miokard Infark

mengakibatkan kurangnya suplai oksigen ke miokard maka kompensasi

dari miokard adalah dengan melakukan metabolisme anaerob agar jantung

tetap dapat memberikan suplai oksigen keseluruh tubuh. Hasil dari

metabolisme anaerob inilah yang menyebabkan nyeri dada yaitu asam

laktat sehingga mengakibatkan penderita mengalami sesak nafas dan

merasa cemas atau takut (Budi, 2014).

Ketepatan penatalaksanaan nyeri dada kiri pada pasien dengan

sangat m p
Akut e r
Miokard n o
Infark e g
n n
t o
u s
k i
a s
n

Penatalaksanaan nyeri pada Akut Miokard Infark dapat dilakukan melalui


3

terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan

meliputi intervensi mandiri maupun kolaburatif, intervensi mandiri antara

lain berupa pemberian relaksasi (Sunaryo, 2014). Salah satu intervensi

keperawatan yang digunakan untuk mengurangi nyeri dada kiri adalah

relaksasi Benson. Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi pasif

dengan tidak menggunakan tegangan otot dan pengembangan metode

respons relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal yang tenang sehingga dapat

membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih

tinggi (Mitchell, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ilmiah dengan “asuhan keperawatan pada pasien

Akut Miokard Infark di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi”.


4

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengaplikasikan tindakan asuhan keperawatan pada Tn. S

dan Ny. S yang mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dan Ny. S yang

mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi.

2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dan

Ny. S yang mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

3. Penulis mampu menyusun intervensi pada Tn. S dan Ny. S yang

mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi.

4. Penulis mampu melakukan tindakan implementasi pada Tn. S dan Ny.

S yang mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dan Ny. S yang

mengalami Akut Miokard Infark dengan nyeri akut di ruang ICVCU

RSUD Dr. Moewardi.


5

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

Sebagai acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah

diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data

informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisis,

dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah, informatif,

bermanfaat, serta menambah kekayan intelektual.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien

Sebagai referensi dalam membantu meminimalkan neyri pada

pasien yang mengalami Akut Miokard Infark

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi bahwa teknik pemberian teknik relaksasi Bonson

merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan nyeri pada pasien

yang mengalami Akut Miokard Infark

3. Bagi perawat

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif

kepada klien penderita Akut Miokard Infark.

b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan,

khususnya pada pasien dengan nyeri akibat Akut Miokard Infark.

4. Bagi Insitusi Pendidikan Keperawatan


Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kajian lebih

mendalam tentang pemberian teknik relaksasi Bonson terhadap tingkat

nyeri pasien yang mengalami Akut Miokard Infark.


6

5. Bagi pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara

perawatan pasien dengan nyeri akibat Akut Miokard Infark.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Akut Miokard Infak

2.1.2 Pengertian

Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan kematian

jaringan otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

suplai oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab paling sering

adalah adanya sumbatan pembuluh jantung, sehingga terjadi gangguan

aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard (Setianto, et.al., 2003;

dalam Kasron 2012).

Akut Miokard Infark (AMI) didefinisikan sebagai nekrosis

miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat

sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar

disebabkan oleh rupture flak ateroma pada arteri koroner yang kemudian

diikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi dan

mikroembolisasi distal (Arif Muttaqin, 2009; dalam Wijaya dan Putri,

2013).

Akut Miokard Infark adalah nekrosis daerah miokardial yang

biasanya disebabkan oleh suplai darah yang terhambat atau berhenti terlalu

lama dan manifestasi klinis pertama adalah iskemia jantung, atau adanya

riwayat angina pectoris (Sunaryo, 2015).

7
8

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Klasifikasi

Menurut Rendi dan Margareth, (2012), jenis-jenis miokard

infark terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Miokard infark subendokardial

Daerah subendokardial merupakan daerah miokard yang amat

peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial

terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam

waktu lama sebagai akibat perubaha derajat penyempitan arteri

koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi,

perdarahan, hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai

peningkatan kebutuhan oksigen miokard misalnya akibat takikardia

atau hipertrofi ventrikel.

2. Miokard infark transmural

Pada lebih dari 90% pasien miokard infark transmural

berkaitan dengan thrombosis koroner. Trombosis sering terjadi di

daerah yang mengalami penyempitan arterioskleorotik. Penyebab lain

lebih jarang ditemukan, termasuk disini misalnya perdarahan dalam

plague arterioskleorotik dengan hematom intramural, spasme yang

umumnya terjadi ditempat arterioskleorotik yang emboli koroner.

Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi

hal ini amat jarang.


9

Menurut Morton, 2012 (dikutip dalam Nurafif & Kusuma,

2015) yang termasuk didalam Akut miokard infark :

1. Angina tidak stabil

Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang

disebabkan oleh penyakit arteri koronari, pasien dapat

menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas,

berat atau nyeri. Angina pictoris disebabkan oleh iskemia

myocardium reversible dan sementara yang dicetuskan oleh

ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen myocardium dan

suplai oksigen myocardium yang berasal dari penyempitan

arterosklerosis arteri koroner.

Klasifikasi angina :

a. Angina stabil (dikenal sebagai angina stabil kronis, angina

pasif, atau angina ekssersional). Nyeri yang dapat diprediksi,

nyeri terjadi pada saat aktivitas fisik atau stress emosional

dan berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin.

b. Angina tidak stabil juga disebut angina pra-infark atau angina

kresendo yang mengacu pada nyeri dada jantung yang

biasanya terjadi pada saat istirahat.

c. Angina varian yang juga dikenal sebagai angina prinzmetal

atau angina vasospatik, adalah bentuk angina tidak stabil.


10

2. Akut Miokard Infark tanpa elevasi ST (NSTEMI), disebabkan

oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan

oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.

3. Akut Miokard Infark dengan elevasi ST (STEMI), umumnya

terjadi jika aliran dalam koroner menurun secara mendadak

setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada

sebelumnya . Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh

faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.

2.2.2 Etiologi
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri koroner akibat

arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau thrombus.

Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan

hemoragi. Pada setiap kasus terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen miokard (Rendi dan Margareth, 2012).

Menurut (Murwani, 2011) ada beberapa penyebab lain terjadinya AMI

yaitu:

1. Sindroma klasik : sumbatan total yang terjadi secara tiba-tiba pada

arteri.

2. Koronaria besar oleh thrombosis.

3. Hiperkholesterolemia atau meningkatnya kadar kolesterol dalam

pembuluh darah.

Secara garis besar terdapar dua jenis faktor resiko bagi setiap orang

untuk terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa dimodifikasi dan faktor

resiko yang tidak bisa dimodifikasi (Kasron, 2012)


11

1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

Merupakan faktor resiko yang bisa dikendalikan sehingga

dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk

dalam kelompok ini diantaranya:

a. Merokok

b. Konsumsi Alkohol

c. Infeksi

d. Hipertensi sistemik

e. Obesitas

f. Kurang olahraga

g. Penyakit Diabetes

2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

Merupaka faktor yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan,

yaitu diantaranya:

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Riwayat keluarga

d. RAS

e. Geografi

f. Tipe kepribadian

g. Kelas sosial

2.2.3 Manifestasi klinis

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-

remas, ditekan, ditusuk, panas atau tertindih barang berat. Nyeri dapat
12

menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke

punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina

pektoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama

pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.

Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin,

berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun

AMI dapat merupakan manifestasi pertama peyakit jantung koroner

namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah

didahului keluhan-keluha angina, perasaan tidak enak di dada atau

epigastrium (Kasron, 2012).

Menurut Kasron (2012) tanda dan gejala Akut Miokard Infark

(TRIAGE AMI) adalah :

1. Klinis

a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus

tidak mereda, biasanya di atas region sternal bawah dan

abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.

b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri

tidak tertahankan lagi.

c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat

menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya

lengan kiri).

d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau

gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,


13

dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin

(NGT).

e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,

diaforesis berat, pening atau kepala terasa melanyang dan mual

muntah.

g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri

yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat

mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).

2. Laboratorium

Pemeriksaan Enzim jantung

a. CPK-MB/CPK (Creatine Phosphokinase), Isoenzim yang

ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,

memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.

b. LDH/HBDH (Laktat Dehidrogenase), Meningkat dalam 12-24

jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal.

c. AST/SGOT (Serum Glutamic Oxsalotransamine Test),

Meningkat (kurang nyata atau khusus) terjadi dalam 6-12 jam,

memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.

3. EKG (Electrocardiogram)

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya

gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen

ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q

atau QS yang menandakan adanya kematian jaringan.


14

2.3 Patofisiologis

Akut Miokard Infark sering terjadi pada orang yang memiliki satu

atau lebih faktor resiko seperti merokok, obesitas, hipertensi dan lain-lain.

Faktor ini disertai dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein di

tunika intima yang dapat menyebabkan interaksi fibrin dan patelet

sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah koroner. Interaksi

tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk

plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat

menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat

terjadi trombus. Trombus yang dapat menyumbat pembuluh darah

menyebabkan aliran darah berkurang sehingga suplai oksigen yang

diangkut darah ke jaringan miokardium berkurang yang berakibat

penumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri

dan perubahan pH endokardium yang menyebabkan perubahan

elektrofisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan

perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami

distritmia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan

kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark)

(Aspiani, 2015).

AMI terjadi ketika kekurangan oksigen yang terjadi berlangsung

cukup lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan

seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti

berkontraksi selamanya. Kekurangan oksigen yang terjadi paling banyak

disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau coronary artery disiese


15

(CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah

terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronari (arteri

yang mensuplai darah dan oksigen pada jantung). Plaque dapat rupture

sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan

plaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran

darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner (Kasron, 2012).
16

Aterosklerosis trombosis
Kontriksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi turun

Jaringan miokard iskemik

Nekrosis lebih dari 30 menit

Suplai dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Suplai oksigen ke miokard turun

Infark miokard akut

Metabolisme anaerob seluler hipoksia

Timbunan asam laktat meningkat integritas membran sel berubah

Fatique kontraktilitas turun

Intoleransi aktivitas COP turun


Resiko
Nyeri
penurunan curah
Kerusakan jantung
pertukaran gas Ganggua
n perfusi
jaringan

Gambar 2.3 Pathway Akut Miokard Infak


(Sumber : Sieh, S. 2010)
17

2.3.1 Komplikas

Komplikasi yang terjadi pada penyakit Infark miokard akut antara

lain (Rendi dan Margareth, 2012):

1. Gagal jantung kongesti

2. Syok kardiogenik

3. Disfungsi otot papilaris

4. Defek sektum ventrikel

5. Ruptura jantung

6. Aneurisma ventrikel

7. Tromboembolisme

8. Perikarditis

9. Aritmia

2.4 Penaktalaksanaan

2.4.1 Prinsip umum penatalaksanaan AMI menurut (Kasron, 2012):

1. Diagnosa

Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/tanda-tanda EKG awal

tidak menentukan, hanya 24-60% dari AMI ditemukan dengan EKG

awal yang menunjukan luka akut (Acute injury).

2. Diet makanan lunak atau sering serta redah garam (bila ada gagal

jantung).

3. Terapi Oksigen

a. Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik

asidosis, yang menurunkan afektifitas obat-obatan dan terapi

elektrik (DC shock).


18

b. Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik.

c. Penolong harus siap dengan bantuan penafasan bila diperlukan.

4. Monitor EKG

Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI.

Penyebab utama kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia

jantung 3. Elevasi segmen ST > atau = 0,1 Mv pada 2 atau lebih

hantaran dari area yang terserang (anterior, lateral, inferior), merupakan

indikasi adanya serangan miokard akut.

5. Pemberian obat

Obat-obatan yang digunakan pada pasien AMI diantaranya:

a. Obat-obatan trombolitik

Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali

aliran pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah

kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obat ini digunakan untuk

melarutkan bekuan darah yang mnyumbat arteri koroner. Waktu

paling efektif pemberianya adalah 1 jam setelah timbul gejala

pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam paska serangan. Selain

itu tidak boleh diberikan pada pasien di atas 75 tahun contohnya

adalah streptokinase.

b. Beta blocker

Obat-obatan ini menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga

digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan

dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta blocker juga

digunakan untuk memperbaiki aritmia. Terdapat 2 jenis yaitu


19

cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acbutol) dan non-

cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol).

c. Anginotensin-Converting Enzyme (AACE) Inhibitors

Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi

cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk

memperlambat kelemahan pada otot jantung. Misalnya: captropil.

d. Obat-obatan antikoagulan

Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mencegah

pembentukan bekuan darah arteri. Misalnya: heparin dan

enoksaparin.

e. Obat-obatan antiplatelet

Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel)

menghentikan platelet untuk membentuk bekuan yang tidak

diinginkan.

2.4.2 Pemeriksaan penunjang

Menurut (Kasron, 2012) penegakan diagnosa serangan jantung

berdasarkan gejala, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta hasil test

diagnotik.

1. EKG (Electrocardiogram)

Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan

menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat

aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi,

jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.

Pada infark miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal
20

untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST.

Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cicin iskemik disekitar

area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan

parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan

menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada

awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi.

Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T

membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap

dan segmen ST kembali normal.

2. Tes laboratorium darah

a. Kreatinin pospokinase (CKP)

b. LDH (Laktat Dehidrogenisasi)

c. Troponin T dan I

d. Elektrolit

e. Leukosit

f. Kolesterol atau Trigliserida

g. GDA

3. Tes Radiologis

a. Coronary angiography

b. Foto dada

c. Pencitraan darah jantung (MUGA)

d. Angiografi koroner

e. Digital subtraksion angiografi (PSA)

f. Nuklear Magnetik Resonance (NMR)


21

2.5 Asuhan Keperawatan pada Klien Akut Miokard Infak

2.5.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,

2012).

Menurut Muttaqin, 2009 pengkajian pada pasien infark miokard

adalah :

1. Keluhan Utama

Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan

pingsan.

2. Riwayat Penyakit Saat Ini

Pengkajian penyakit saat ini yang mendukung keluhan utama

dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri

dada pada klien secara PQRST yang meliputi :

a. Provoking Incident : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang

dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.

b. Quality of Paint : Seperti apa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau

diremas.

c. Region Radiation, Relief : Lokasi nyeri didaerah substernal atau

nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga


22

area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan

bahu dan tangan.

d. Severity (Scale)of Paint Klien ditanya dengan menggunakan

rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue scale – VAS) dan klien

akan menilai berapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat

angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9

(skala 0-10).

e. Time : Sifat mulai timbulnya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul

mendadak Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya

dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark miokard dapat

timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat

dan berlangsung lebih lama.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien

pada masa lalu yang masih relevan dengan obat-obat antiangina seperti

nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi. Catat

adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu, alergi obat, dan reaksi

alergi yang timbul.

4. Riwayat Keluarga

Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang

pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan

penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang

timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya

penyakit jantung iskemik pada keurunannya.


23

5. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup

Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkunyannya.

Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan

dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu.

6. Pengkajian Psikososial

Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut

mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan

yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, klien AMI biasanya baik

atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat

gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.

b. Breathing

Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan

mengeluh sesak napas seperti tercekik. Hal ini terjadi karena

terdapat kegagalan peningkatan curah jantung oleh ventrikel kiri

pada saat melakukan kegiatan fisik.

c. Blood

1) Inspeksi : Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien.

Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri

diatas perikardium Penyebaran nyrei dapat meluas didada

2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada AMI tanpa

komplikasi bisanya tidak ditemukan.


24

3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat

penurunan volume sekuncup yang disebabkan AMI. Bunyi

jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak

ditemukan pada AMI tanpa komplikas

4) Perkusi : Batar jantung tidak mengalami pergeseran

d. Brain

Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan

sianosis perifer. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah meringis,

perubahan postur tubuh, menangis, merintih, menegang adanya

nyeri dadi akibat infark pada miokard.

e. Bladder

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan

intake cairan klien. Oleh karena itu perawat perlu monitor adanya

oliguria pada klien dengan AMI karena merupakan tanda awal

syok kardiogenik.

f. Bowel

Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi

abdomen ditemukan nyeri tekan pada kepada keempat kuadran,

penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama AMI.

g. Bone

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien

sering ,erasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup

menetap, dan jadwal olah raga tak teratur. Tanda klinis lain yang
25

ditemukan adalah takikardi, dipsnea pada saat istirahat maupun

saat beraktifitas.

2.5.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat (Dermawan, 2012).

Menurut Herdinan & Kamitsuru, 2015 diagnosa keperawatan

utama pasien mencakup yang berikut :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membran-kapiler(00030).

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes

melitus, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, kurang pengetahuan

tentang faktor pemberat, kurang pengetahuan tentang proses penyakit,

merokok (00204).

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, agen cidera

fisik, agen cidera kimiawi(00132).

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada

status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak

dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis maturasi,

pajanan pada toksin penularan interpersonal, penyalahgunaan zat,

perubahan besar, riwayat keluarga tentang ansietas, stresor(00146).


26

5. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik atau nekrotik

jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,

tekanan darah dalam aktifitas (00093).

2.5.3 Perencanaan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membran-kapiler

a. Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi.

b. Kriteria Hasil :

1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi

yang adekuat

2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda

distress pernapasan

3) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang

bersih, tidak ada sianosi dan dyspneu (mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed

lips)

4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

c. Intervensi :

1) Manajemen jalan nafas (3140)

a) Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw trust,

sebagaimana mestinya
27

b) Posisikan pasien untuk memksimalkan ventilasi

c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan

d) Masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA) atau

oropharyngeal airway (OPA), sebagaimana mestinya

e) Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya

f) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk

melakukan batuk atau menyedot lendir

g) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar

dan batuk

h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas

2) Terapi oksigen

a) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat

b) Batasi (aktivitas) merokok

c) Pertahankan kepatenan jalan nafas

d) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem

humidifier

e) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

f) Monitor aliran oksigen

g) Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen

h) Anjurkan pasien mengenai pentingnya meninggalkan

perangkat (alat) pengiriman oksigen dalam keadaan siap

pakai
28

i) Pastikan pengkantian masker oksigen atau kanul nasal

setiap kali perangkat di ganti

3) Monitor pernafasan (3350)

a) Monitor kecepatan, kedalaman, irama, dan kesulitan

bernafas

b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu nafas, retraksi pada otot

supraclavicular dan intercostal

c) Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok dan mengi

d) Catat lokasi tracea

e) Monitor kelelahan otot-otot diagfragma dengan

pergerakan parasoksikal

f) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak

adanya ventilasi dan suara tambahan

g) Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi

crakles dan ronki pada jalan napas utama

h) Monitor kemampuan batuk efektif pasien

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes

melitus, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, kurang pengetahuan

tentang faktor pemberat, kurang pengetahuan tentang proses penyakit,

merokok.

a. Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi.


29

b. Kriteria Hasil :

1) Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang diharapkan

2) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

3) Menunjukkan funsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat

kesadaran membaik, tidak ada garakan-garakan involunter

4) Tidak ada ortostatik hipertensi

c. Intervensi

1) Manajemen sensasi perifer (2660)

a) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka

terhadap panas, dingin tajam atau tumpul

b) Monitor adanya paretese

c) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada

isi atau laserasi

d) Gunakan sarung tangan untuk proteksi

e) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

f) Monitor kemampuan BAB

g) Kolaborasi pemberian analgetik

h) Monitor adanya tromboplebitis

i) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, agen cidera

fisik, agen cidera kimiawi

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan nyeri

berkurang
30

b. Kriteria Hasil

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

3) Mampu mengenali nyeri

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

c. Intervensi

1) Manajemen nyeri (1400)

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik

d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

h) Kontrol lingkungan yang dapat mengontrol nyeri

i) Kurangi faktor presipitasi nyeri

j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri

k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

l) Ajarkan teknik non farmakologi

m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


31

o) Tingkatkan istirahat

p) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil

q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2) Pemberian analgesik (2210)

a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat

b) cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

c) Cek riwayat alergi

d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu

e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya

nyeri

f) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis

optimal

g) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan

nyeri secara teratur

h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

i) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

j) Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada

status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak

dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis maturasi,


32

pajanan pada toksin penularan interpersonal, penyalahgunaan zat,

perubahan besar, riwayat keluarga tentang ansietas, stresor.

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

ansietas dapat teratasi.

b. Kriteria Hasil

1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala

cemas

2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik

untuk mengontrol cemas

3) Vital sign dalam batas normal

4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

c. Intervensi

1) Pengurangan kecemasan (5820)

a) Gunakan pendekatan yang menenangkan

b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama

prosedur

d) Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres

e) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

f) Dorong keluarga untuk menemani anak

g) Lakukan back / neck rub


33

h) Dengarkan dengan penuh perhatian

i) Identifikasi tingkat kecemasan

j) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan

k) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

l) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

m) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

5. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik

jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung,

tekanan darah dalam aktifitas.

a. Tujuan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

intoleran aktifitas dapat teratasi.

b. Kriteria Hasil

1) klien berpartisipasi dalam aktifitas sesui kemampuan klien

2) nadi 60-100 x/menit

3) TD 120/80 mmHg

c. Intervensi

1) Kaji TTV tiap dua jam

2) Tingkatkan istirahat (di tempat tidur)

3) Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori

yang tidak berat


34

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

2.5.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan (Brunner and Suddarth, 2013) :

1. Pasien menunjukan pengurangan nyeri

2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernapas

3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat

4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada Tn. S dan Ny. S yang mengalami Infark Miokard Akut

dengan nyeri akut di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

3.2 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada Tn. S dan Ny. S yang mengalami Akut

Miokard Infak dengan nyeri akut di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi,

maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang konsep Akut Miokard

Infak. Akut Miokard Infak merupakan nekrosis miokard yang disebabkan

karena berkurangnya suplai darah dan oksigen akibat gangguan aliran darah

ke otot jantung. Gangguan aliran darah ke otot jantung biasanya terdapat

materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam

lumen arteri koronari ( arteri yang mensuplai darah dan oksigen pada

jantung).

3.3 Partisipan

Secara umum partisipan yang akan diikut sertakan dalam Karya Tulis

Ilmiah ini adalah dua klien dengan penyakit Infark Miokard Akut di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

35
36

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini disusun di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi.

Pengambilan kasus dimulai tanggal 22 Mei 2017 sampai tanggal 3 juni 2017.

Lama waktu yang digunakan untuk satu klien yaitu sejak klien pertama kali

masuk rumah sakit sampai pulang atau klien yang dirawat minimal tiga hari.

Jika sebelum tiga hari klien sudah pulang, maka perlu penggantian klien

lainnya yang sejenis. Dan bila perlu dapat dilanjutkan dalam bentuk home

care.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

3.5.1 Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang,-dahulu-keluarga dll, Sumber data diperoleh

dari klien, keluarga, dan perawat lainnya)

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh manusia).

3.5.3 Studi dokumen dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan seperti rekam medis).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan

atau tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

tiga sumber data utama yaitu klien atau keluarga, perawat dan sumber pustaka

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


37

3.7 Analisis Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menhasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis adalah:

3.7.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.


38

3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan denga model induksi.

Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Klien di rawat diruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi, ruangan tersebut

termasuk bangsal dewasa dengan kelas VIP ada 4 kamar sedangkan kelas 1, 2

dan 3 sebanyak 8 bed, keadaan ruang rawat klien bersih, tenang terdapat

peralatan medis yang cukup lengkap.

4.2 Pengkajian

4.2.1 Identitas Klien

Tabel 4.2 identitas klien

Identitas Klien 1 Klien 2


Klien
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

Tanggal MRS
Diagnosa Medis
No Register Tn. S
47 Tahun

4.2.2 Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT Klien 1 Klien 2


PENYAKIT
Keluhan Utama

Riwayat Penyakit
Sekarang Tn. S mengatakan nyeri pada
dada kiri.

Klien mengatakan dadanya


ampek sejak 5 jam sebelum
masuk rumah sakit seperti
tertindih benda berat, saat

39
40

Riwayat Penyakit
Dahulu

Riwayat Kesehatan
Keluarga

Riwayat Kesehatan
Lingkungan dirasakan kurang lebih 30 menit
lalu menjalar ke dada sebelah
kanan, punggung dan disertai
keringat dingin, lemas keluhan
bertambah saat di pakai berjalan

4.2.3 Pengkajian Fokus

Tabel 4.2 Pengkajian Fokus

Pengkajian Fokus Klien 1 Klien 2


Breathing

Blood
RR: 25x/menit, tidak

Brain
menggunakan alat bantu
nafas, terpasang oksigen 5
lpm.

Tekanan Darah: 130/88


mmHg, akral teraba hangat
41

Bledder

Bowel
Output urine 600cc/6 jam,

Bone
warna kuning pekat, klien
tampak terpasang dower
cateter

4.2.4 Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2 Penkajian Fisik

Observasi Klien 1 Klien 2


1. Keadaaan atau penampilan
umum
a. Kesadaran
b. Tekanan darah
c. Nadi
d. Respirasi
e. suhu
2. Kepala
a. bentuk kepala
b. kulit kepala

c. rambut
d. mata
1) palpebra
2) konjungtiva
3) sklera
4) pupil
5) diameter mata
6) reflek cahaya
7) pnggunaan alat
bantu

e. hidung

f. mulut

g. gigi

3. leher

4. dada
a. paru-paru
inspeksi
42

palpasi

perkusi

auskultasi

b. jantung
inspeksi

palpasi

perkusi

auskultasi

5. abdomen
ispeksi

auskultasi

palpasi

perkusi

6. genetelia

7. rectum

8. ekstremitas
a. atas
Kekuatan otot kanan
kiri
ROM
Capillary refill time

Perubahan bentuk
tulang
Perabaan akral
Vocal fromitus teraba
b. bawah
43

Kekuatan otot kanan /


kiri
ROM
Capillary refill time

Perubahan bentuk
tulang
Perabaan akral 4/4

Aktif/aktif
4.2.5 Terapi
Kembali kurang dari 2

Klien 1

Tabel 4.2 Terapi

Jenis Dosis golongan kegunaan


therapy
NaCl 0,9%

Aspilet

Clopidogrel

Arixtra

ISDN
500 cc

Laxydin
1 x 80 mg
Klien 2

Jenis Dosis golongan kegunaan


therapy
NaCl 0,9%

Aspilet
500 cc

Clopidogrel
1 x 80 mg
Larutan elektrolit
44

ISDN

Laxydin

Atorvastatin

3 x 5 mg

Candesartan
3 x ci

4.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Klien 1

Tabel 4.2 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keteranagan


Hemoglobin
Hematokrit
Leokosit
Trombosit
Eritrosit
Index Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosofil
Golongan darah
Asam urat
Cholestrol total
Cholestrol LDL
Cholestrol HDL
Trigliserida
Glukosa darah
sewaktu
SGOT
SGPT
Albumin
Creatinine
Ureum
Natrim darah
Kalium darah 12.4
39
45

98 – 106
HbSAg Negative
CKMB 43.46 mg/ml < 2.9 Tinggi
Troponin I 0.00 – 0.01 1.01 ug/L Tinggi

Hasil Perekaman EKG

1. Pada tanggal 23 Mei 2017 :


a. Sinus takikardi
b. STEMI Lateral
2. Pada tanggal 24 Mei 2017 :
a. Sinus Takikardi
b. STEMI Lateral
3. Pada tanggal 25 Mei 2017 :
a. Sinus Aritmi
b. STEMI Lateral
Klien 2
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
13.5 – 17.5
Hematokrit 38 % 33 - 45 Normal
Leokosit 10.8 Ribu/ul 4.5 - 11 Normal
Trombosit 405 Ribu/ul 150 - 450 Normal
Eritrosit 4.11 Juta/ul 4.50 – 5.90 Rendah
Index Eritrosit
MCV 93.1 /um 80 - 96 Normal
MCH 29.9 pg 28 - 33 Normal
MCHC 32.1 g/dl 33 - 36 Rendah
RCW 11.4 % 11.6 – 14.6 Rendah
MPV 7.8 fl 7.2 - 11.1 Normal
Glukosa darah 133 mg/dl 60 – 140 Normal
sewaktu
SGOT 21 u/l < 35 Normal
SGPT 17 u/l < 45 Normal
Albumin 3.9 g/dl 3.5 – 5.2 Normal
Creatinine 0.9 mg/dl 0.9 - 1.3 Normal
Ureum 48 mg/dl < 50 Normal
Natrim darah 136 mmol/L 136 – 145 Normal
Kalium darah 4.4 mmol/L 3.3 – 5.1 Normal
Chlorida darah 106 mmol/L 98 – 106 Normal
HbAIc 6.7 % 4.8 – 5.9 Normal
Asam urat 8.3 mg/dl 2.4 – 6.1 Tinggi
Cholestrol total 210 mg/dl 50 – 200 Tinggi
Cholestrol LDL 131 mg/dl 97 – 202 Normal
Cholestrol HDL 43 mg/dl 30 – 64 Normal
Trigliserida 143 mg/dl < 150 Normal
HbSAg Negative
CKMB 4.27 mg/ml < 2.9 Tinggi
Troponin I 0.01 ug/L 0.00 – 0.01 Normal
Hasil Perekaman EKG
46

1. Pada tanggal 22 Mei 2017 :


a. Sinus takikardi
b. STEMI
2. Pada tanggal 23 Mei 2017 :
a. Sinus Takikardi
b. STEMI
3. Pada tanggal 24 Mei 2017 :
a. Sinus Takikardi
b. STEMI
4.3 Analisa Data

Tabel 4.3 Analisa Data

Data Masalah Etiologi


Klien 1
DS:
Klien mengatakan nyeri dada kiri
P: klien mengatakan nyeri bertambah
saat beraktifitas
Q: klien mengatakan nyeri seperti ampek
R: klien mengatakan nyeri dada menjalar ke
punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 6
T : klien mengatakan nyeri hilang timbul

DO :
1. Klien tampak tidak rileks
2. Tekanan darah : 130/88 mmHg
3. Nadi : 128 x/menit
4. Pernafasan : 25 x/menit
Suhu : 37,2 0 C 5. Nyeri akut Agen cidera
(00132) biologis
DS :
1. Klien mengataakan merasakan sesak
nafas setelah beraktifitas atupun saat
kelelahan
2. Klien mengatakan sesak bertambah saat
nyeri
DO :
1. Pernafasan klien 25 x/menit
2. Klien terpasang oksigen nasal kanul 5
lpm Ketidakefektifan
pola nafas
(00032) Keletihan atau
kelelahan
DS :
1. Klien mengatakan mudah kelelahan atau
cepat capek saat beraktifitas
2. Klien mengatakan dada sebelah kiri
sering berdebar debar
47

3. Hasil perekaman EKG sinus takikardi


4. Ada perubahan pada EKG
5. CKMB : 43.46 mg/ml
6. Troponin I : 1.01 ug/L
Klien 2
DS :
Klien mengatakan nyeri di dada
P: klien mengatakan nyeri pada dada kiri
Q:klien mengatakan nyeri seperti tertindih benda
berat
R:klien mengatakan nyeri bertambah saat daerah
dada ditekan
S: klien mengatakan skala nyeri 5
T: klien mengatakan nyeri datang hilang timbul
DO :
1. Klien tampak tidak rileks
2. Tekanan darah : 140/ 90mmHg
3. Nadi : 101 x/menit
4. Pernafasan 20 x/menit
5. Suhu : 36,6 0 C Nyeri akut Agen cidera
(00132) biologis
DS :
1. Klien mengatakan mudah leleah dan
kecapeaan sering ngos ngosan saat
beraktifitas
2. Klien mengatakan dada selalu berdebar

DO :
1. Nadi 101 x/menit
2. Terdapat perubahan pada gambaran
EKG
3. Detak jantung cepat
4. CKMB : 40.27 mg/ml Penurunan curah Perubahan
jantung (00029)
frekunsi atau
irama jantung
DS :
Klien mengatakan tidak kuat atau lemas saat
melakukan aktifitas, sering capek dan mudah
lelah
Klien juga mengatakan aktifitas dibatasi atas
saran dari dokter dan tim medis
DO :
1. Klien sering berada di tempat tidur
2. Detak jantung cepaat
3. Pernafasan 20 x/menit
Prioritas diagnosa

Klien 1 Klien 2
1. Penuruna curah jantung(00029)
berhubungan dengan perubahan
frekunsi atau irama jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas(00032)
berhubungan dengan keletihan atau
kelelahan 1. Penurunan curah jantung 00029)
berhubungan dengan perubahan
48

3. Nyeri akut(00132) berhubungan dengan kelemahan umum ( adanya


dengan agen cidera biologis
nekrotik jaringan miokard dtandai
dengan gangguan frekunsi jantung

4.4 Perencanaan

Tabel 4.4 Perencanaan

Tujuan, Kriteria Hasil Intervensi


Klien 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor
tanda-tanda vital ( 6680)
selama 3x24 jam diharapkan penurunan curah 1. Monitor tanda-tanda vital tiap jam
jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 3. Berikan posisi yang nyaman
2. Dapat mentoleransi aktifitas
3. Tidak ada edema paru, perifer dan
tidak ada ansietas
4. Tidak terjadi penurunan kesadaran

2. Anjurkan klien bedrest total

4. Kolaborasi pemberian terapi dengan tim


medis
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama
Monitor pernafasan (3350)
3x24 jam diharapkan ketidakefektifan pola 1. Atur posisi klien
nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Pernafasan adekuat
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal 4. Kolaborasi dengan tim medis lainya
3. Klien tampak rileks
4. Mampu bernafas dengan mudah

2. Observasi pola nafas


3. Bedrest total

dalam pemberian terapi oksigen


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Managemen nyeri (1400)
selama 3x24 jam diharapakan nyeri dapat 1. Kaji nyeri
teratasi dengan kriteria hasil:
1. Sekala nyeri berkurang dari 6 3. Ajarkan lien relaksasi benson
menjadi 1
2. Klien tampak rileks
3. Klien merasa nyaman
4. Tanda-tanda vital normal

2. Beri posisi yang nyaman

4. Kolaborasi pemberian terapi dengan tim


medis lainya
Kklien 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan penurunan curah
jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
49

1. Klien mampu beraktifitas dengan


normal
2. Tidak merasa kelelahan saat
beraktifitas
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal 3. Bantu aktifitas sensori yang tidak berat
4. Kolaborasi pemberian terapi dengan tim
50

4.5 Pelaksanaan atau Implementasi

Tabel 4.5 implementasi

Diagnosa 23 Mei 2017 24 Mei 2017


keperawatan
Klien 1
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam
Penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan
perubahan atau
irama jantung
(00029) 08.00

08.30

08.30
Menganjurkan klien bedret total

10.00
S: -
O: klien tampak beristrahat di
Ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
keletihan atau
kelelahan
(00032) 08.00

08.30

08.30
Menganjurkan klien bedrest total

10.00
S:-
O : klien tampak beristrahat di
tempat tidur

Mengkolaborasikan pemberian
terapi medis
S : klien mengatakan bersedia
diberikan terapi dan sesak
mulai berkurang
O : klien terpasang oksigen nasal
kanul 5lpm
52

kiri

10.30
P : klien mengatakan nyeri
bertambah saat beraktifitas
Q : klien mengatakan nyeri terasa
ampek
R : klien mengatakan nyeri menjalar
ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 6
T : klien mengatakan nyeri terasa
hilang timbul
DO : klien tampak tidak rileks

Mengajarkan teknikrelaksasi benson


S : klien mengatakan mau mengikuti
apa yang di ajarkan
O :klien tampak lebih nyaman dan
tenang kiri
53

Pernafasan : 20 x/menit

09.30

08.00
Memberikan posisi yang nyaman
S:-
O : klien tampak nyaman

Mengkolaborasikan pemberian
terapi medis
S : klien mengatakan bersedia
diberikan terapi
O : klien tidak mengalami alergi
obat setelah klien meminum
obat Pernafasan : 24 x/menit

09.30

08.00
Memberikan posisi yang nyaman
S:-
O : klien tampak lebih nyaman

Mengkolaborasikan pemberian
terapi medis
S : klien mengatakan bersedia
diberikan terapi
O : klien tidak mengalami alergi
obat setelah klien meminum
obat Pernafasan : 21 x/menit
54

P : klien mengatakan nyeri


bertambah saat area dada
ditekan
Q : klien mengatakan nyeri terasa
ditindih benda berat
R : klien mengatakan nyeri menjalar
ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 5
T : klien mengatakan nyeri terasa
hilang timbul
O : klien tampak tidak rileks P : klien mengatakan nyeri
bertambah saat area dada
ditekan
Q : klien mengatakan nyeri terasa
ditindih benda berat
R : klien mengatakan nyeri
menjalar ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 3
T : klien mengatakan nyeri terasa
hilang timbul
O : klien tampak lebih rileks bertambah saat area dada
ditekan
Q : klien mengatakan nyeri terasa
ditindih benda berat
R : klien mengatakan nyeri menjalar
ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 1
T : klien mengatakan nyeri terasa
hilang timbul
O : klien tampak lebih rileks
Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
kelemahan
55

4.6 Evaluasi

Klien 1

Tabel 4.6 Evaluasi

Hari atau No dx Evaluasi


tanggal
Selasa, 23 mei 1 S : klien mengatakan dada sering berdebar dan mudah lelah
2017
O : nadi 128 x/menit, takikardi
Detak jantung cepat
A : masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Monitor ttv tiap jam
Bedrest total
Kolaborasi pemberian terapi
2 S : klien mengatakan dada terasa sesak

Selasa, 23 mei
2017
O : klien tampak sesak, terpasang oksigen 5 liter
A : masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Obserfasi pola nafas
Bedret total
Atur posisi klien
Kolaborasi pemberian oksigen nasal kanul
3 S : klien mengatakan nyeri di dada kiri

Selasa, 23 mei
2017
P : klien mengatakan nyeri bertambah saat beraktifitas
Q : klien mengatakan nyeri terasa ampek
R : klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 6
T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul
O : klien tampak tidak rileks
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji nyeri
56

R : klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung


S : klien mengatakan skala nyeri 3
T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul
O : klien tampak lebih rileks
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji nyeri
Beri posisi yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi benson
Kolaborasi pemberian terapi
Kamis, 25 mei 1 S : klien mengatakan dada sudah tidak berdeb
2017
lelah lagi
O : nadi 100 x/menit
A : masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Monitor ttv tiap jam
Bedrest total
Kolaborasi pemberian terapi
2 S : klien mengatakan dada sudah tidak terasa

Kamis, 25 mei
2017
O : klien tampak terpasang oksigen 3 liter
A : masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Obserfasi pola nafas
Bedret total
Atur posisi klien
Kolaborasi pemberian oksigen nasal kanul
3 S : klien mengatakan nyeri di dada kiri

Klien 2

Hari atau No dx Evaluasi


tanggal
Senin, 22 mei 1 S : klien mengatakan sering kelelahan saat beraktifitas
2017
O : nadi 101 x/menit
A : masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Monitor ttv tiap jam
Bedrest total
Beri posisi yang nyaman
Kolaborasi pemberian terapi
2 S : klien mengatakan nyeri di dada kiri
57

R : klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung


S : klien mengatakan skala nyeri 5
T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul
O : klien tampak tidak rileks
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji nyeri
Beri posisi yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi benson
Kolaborasi pemberian terapi
3 S : klien mengatakan mudah lelah dan cepat c
O : detak jantung cepat
A : masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji ttv tiap jam
Tinkatkan istirahat
Berikan aktifitas yang tidak terlaluu berat
Kolaborasi pemberian terapi medis
Selasa, 23 mei 1 S : klien mengatakan sering kelelahan saat ber
2017
O : nadi 104 x/menit
A : masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Monitor ttv tiap jam
Bedrest total
Beri posisi yang nyaman
Kolaborasi pemberian terapi
2 S : klien mengatakan nyeri di dada kiri sudah

Selasa, 23 mei
2017
P : klien mengatakan nyeri bertambah saat daerah dada
ditekan
Q : klien mengatakan nyeri terasa tertindih benda berat
R : klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 3
T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul
O : klien tampak lebih rileks
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji nyeri
Beri posisi yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi benson
Kolaborasi pemberian terapi
3 S : klien mengatakan mudah lelah dan cepat c
58

2 S : klien mengatakan nyeri di dada kiri sudah berkurang


P : klien mengatakan nyeri bertambah saat daerah dada
ditekan
Q : klien mengatakan nyeri terasa tertindih benda berat
R : klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung
S : klien mengatakan skala nyeri 1
T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul
O : klien tampak lebih rileks
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji nyeri
Beri posisi yang nyaman
Ajarkan teknik relaksasi benson
Kolaborasi pemberian terapi
3 S : klien mengatakan mudah lelah dan cepat c
O : detak jantung cepat
A : masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji ttv tiap jam
Tinkatkan istirahat
Berikan aktifitas yang tidak terlaluu berat
Kolaborasi pemberian terapi medis
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan secara konsep

dasar teori dan kasus nyata Tn. S dan Ny. S dengan akut miokard infatk di

ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi. Proses asuhan keperawatan seperti

pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang komprehensif meliputi biologis,

psikologis, sosial, dan spiritual melalui tahap pengkajian, perumusan

masalah, rencana tindakan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

5.1.1 Pengkajian

STEMI (infark mikard akut ST elevasi) adalah kerusakan otot jantung

yang progresif akibat terhentinya aliran arteri koroner secara total. Proses ini

biasanya ditandai dengan keluhan nyeri dada khas dan perubahan gambaran

EKG menjadi ST-elevasi pada lead tertentu sesuai dengan lokasi kerusakan

miokardiumnya. Kerusakan miokardiumnya dimulai setelah sumbatan lebih

dari 20 menit dan terus meluas dalam hitungan jam, dimulai dari

endokardium bergerak menuju epikardium yang dikenal sebagai fenomena

wavefront, bagai gerakan hempasan ombak dari pantai menuju daratan.

Proses ini dapat dihentikan selama perjalanan infark maka perluasan

kerusakan miokardium dapat dibatasi dan luasnya infark berkurang.

Morbiditas dan mortalitas akibat serangan jantung berhubungan dengan

luasnya miokardium yang infark, maka usaha untuk menghentikan proses

infark sesegera mungkin harus segera dilakukan dalam penanganan

59
60

serangan jantung akut (Rifqi, 2012). Sedangkan identifikasi lokasi injuri dan

infark dari pola EKG yaitu pada area anterior di lead I, aVL,V1-V4, dan

pada area inferior di lead II, III, aVF (Udjianti, 2010).

Penulis melakukan pengkajian terhadap dua klien yang berbeda dengan

kasus yang sama. Berdasarkan data yang didapatkan oleh pada tanggal 23

dan 22 Mei 2017 keluhan utama Tn. S adalah klien mengatakan dada

sebelah kiri terasa nyeri dengan karateristik P : nyeri terasa saat beraktifitas

berlebihan, Q : nyeri seperti ampek R : nyeri dada kiri mrnjalar ke

punggung, S : skala nyeri terasa 6 dari 0-10, T : nyeri terasa hilang timbul.

Sedangkan klien ke 2 Ny. S mengatakan merasakan nyeri pada dada sebelah

kiri dengan kriteria hasil P : nyeri terasa saat daerah semua bagian dada

ditekan, Q : nyeri seperti di tekan benda berat, R : nyeri di dada kiri dan

bertambah jika daerah dada di tekan, S : sekala nyeri 5, T : nyeri terasa

hilang timbul

Nyeri dada pada pasien disebabkan karena timbulnya kekurangan

oksigen ke miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang.

Serangan sakit dada biasanya berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin

pasien mendapat serangan akut miokard infak dan bukan disebabkan nyeri

dada biasa. Pada pasien nyeri dada dapat pula timbul keluhan lain seperti

sesak nafas, perasaan kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin

(Kasron, 2012).

Berdasarkan hasil data pengkajian diatas didapatkan tanda dan gejala

yang dalami Tn. S dan Ny. S terdapat persamaan dengan tanda dan gejala

yang ada di teori, yaitu klien mengalami nyeri pada dada kiri, nyeri terasa
61

khas seperti tertindih benda berat ataupun seperti ampek dan nyeri juga

dirasakan pada daerah punggung, dengan skala nyeri masing-masing klien

berbeda yaitu Tn.S dengan skala nyeri 6 dan Ny S dengan skala nyei 5 maka

penulis disini membuat kesimpulan bahwa dalam pengkajian Tn. S dan Ny.

S didapatkan data yang sama dengan teori yang sudah ada.

5.1.2 Diagnosa

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(International Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba

ataau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (Herdman

2014). Menurut kebutuhan Maslow nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis masuk dalam kebutuhan rasa aman dan nyaman.

Hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut

berhubungan denga agen cidera biologis yaitu mencakup adata subyektif

dan data obyektif. Data subyektif klien Tn. S yaitu klien mengatakan

meraskan nyeri di bagian dada kiri dengan karateristik P : nyeri terasa saat

beraktifitas berlebihan, Q : nyeri seperti ampek R : nyeri dada kiri mrnjalar

ke punggung, S : skala nyeri terasa 6 dari 0-10, T : nyeri terasa hilang

timbul, data obyektif klien tampak gelisah dan tidak tenang tekanan darak:

130/88 mmHg, nadi: 128 x/menit, pernafasan: 25 x/menit, suhu: 37,2 0 C.

Selanjutnya data subyektif klien Ny. S klien megatakan mengalami nyeri

pada dada sebelah kiri dengan karateristik P : nyeri terasa saat daerah semua
62

bagian dada ditekan, Q : nyeri seperti di tekan benda berat, R : nyeri di dada

kiri dan bertambah jika daerah dada di tekan, S : sekala nyeri 5, T : nyeri

terasa hilang timbul.

Berdasarkan masalah Tn. S dan Ny. S yang didapatkan dari hasil

pengkajian baik observasi, wawancara, pemeriksaan fisik maupun studi

dokumentasi kemudian data tersebut dibandingkan dengan teori yang ada

dan ternyata terdapat persamaan fakta kasus dengan teori maka penulis

mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis.

5.1.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan meliputi intervensi mandiri maupun

kolaburatif. Intervensi mandiri antara lain berupa pemberian relaksasi,

sedangkan intervensi kolaburatif berupa pemberian farmakologis. Intervensi

nonfarmakologis mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku

kognitif. Salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk

mengurangi nyeri dada kiri adalah relaksasi Benson. Relaksasi Benson

merupakan teknik relaksasi pasif dengan tidak menggunakan tegangan otot

sehingga sangat tepat untuk mengurangi nyeri pada kasus Akut Miokard

Infak. Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respons

relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal yang tenang sehingga dapat

membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih

tinggi.
63

Berdasarkan tujuan tersebut, penulis membuat rencana tindakan

yaitu kaji nyeri klien untuk mengetahui batasan karateristik nyeri pada klien

seperti tempat terjadinya nyeri, faktor yang menambah nyeri, kualitas nyeri,

skala dan waktu terjadinya nyeri. Beri posisi yang nyaman agar klien dapat

beristirahat dengan nyaman bila nyeri muncul, ajarkan dan dampingi klien

menggunakan teknik relaksasi benson gunanya untuk mengurangi nyeri dan

menenangkan pikiran dengan teknik nonfarmakologi jika sewaktu-waktu

nyeri datang, selanjutnya kolaborasi pemberian terapi medis dengan dokter

untuk mengatasi nyeri dengan farmakologi.

Pemberian terapi relaksasi benson yang dilakukan oleh penulis

pada Tn. S dan Ny. S dilakukan 1 kali dalam sehari selama kurang lebih

dalam durasi waktu 10-15 menit ini betujuan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri dengan cara nonfamakologi yang dilakukan

dengan cara relaksasi yang melibatkan pada keyakinan klien sehingga dapat

menciptakan suasana yang tenang, diharapakan dapat mengurangi nyeri

secara siknifikan tanpa harus dengan farmakologi.

5.1.4 Implementasi keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan

juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon

pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang

baru (Wartonah 2014).


64

Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang

telah disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam

rentang normal yang diharapkan. Tindakan keperawatan yang dilakukan

penulis selama 3 hari kelolaan pada asuhan keperawatan Tn. S dan Ny. S

dengan akut miokard infark pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis.

Implementasi terhadap Tn. S yang dilakukan pada tanggal 23

sampai 25 Mei 2017. Tanggal 23 Mei 2017 penulis memberikan posisi yang

nyamaan kepada klien respon subyektif dari klien tidak ada, dan obyektif

klien tampak lebih nyaman. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam

pemberian terapi medis, data subyektif klien mengatakan bersedia diberikan

terapi, data obyektif klien tampak meminum obat dan setelah meminum

tidak terjadi alergi terhadaap terapi yang diberikan. Mengkaji nyeri, data

subyektif klien mengatakan nyeri di daerah dada P : klien mengatakan nyeri

bertambah saat beraktifitas, Q : klien mengatakan nyeri terasa ampek, R :

klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung, S : klien mengatakan skala

nyeri 6, T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, mengajarkan dan

mendampingi klien melakukan teknik relaksasi benson, data subyektif klien

mengatakan bersedia mengikuti yang diajarkan dan mengerti, data obyektif

klien tampak lebih rileks dan tenang.

Tanggal 24 Mei 2017 penulis memberikan posisi yang nyamaan

kepada klien respon subyektif dari klien tidak ada, dan obyektif klien

tampak lebih nyaman. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian

terapi medis, data subyektif klien mengatakan bersedia diberikan terapi, data
65

obyektif klien tampak meminum obat dan setelah meminum tidak terjadi

alergi terhadaap terapi yang diberikan. Mengkaji nyeri, data subyektif klien

mengatakan nyeri di daerah dada P : klien mengatakan nyeri bertambah saat

beraktifitas, Q : klien mengatakan nyeri terasa ampek, R : klien mengatakan

nyeri menjalar ke punggung, S : klien mengatakan skala nyeri 3, T : klien

mengatakan nyeri terasa hilang timbul, mengajarkan dan mendampingi klien

melakukan teknik relaksasi benson, data subyektif klien mengatakan

bersedia mengikuti yang diajarkan dan mengerti, data obyektif klien tampak

lebih rileks dan tenang.

Tanggal 25 Mei 2017 penulis memberikan posisi yang nyamaan

kepada klien respon subyektif dari klien tidak ada, dan obyektif klien

tampak lebih nyaman. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian

terapi medis, data subyektif klien mengatakan bersedia diberikan terapi, data

obyektif klien tampak meminum obat dan setelah meminum tidak terjadi

alergi terhadaap terapi yang diberikan. Mengkaji nyeri, data subyektif klien

mengatakan nyeri di daerah dada P : klien mengatakan nyeri bertambah saat

beraktifitas, Q : klien mengatakan nyeri terasa ampek, R : klien mengatakan

nyeri menjalar ke punggung, S : klien mengatakan skala nyeri 1, T : klien

mengatakan nyeri terasa hilang timbul. Mengajarkan dan mendampingi

klien melakukan teknik relaksasi benson, data subyektif klien mengatakan

bersedia mengikuti yang diajarkan dan mengerti, data obyektif klien tampak

lebih rileks dan tenang, Mengajarkan dan mendampingi klien melakukan

teknik relaksasi benson, data subyektif klien mengatakan bersedia mengikuti


66

yang diajarkan dan mengerti, data obyektif klien tampak lebih rileks dan

tenang.

Implementasi pada Ny. S dilakukan pada tanggal 22 sampai 24

Mei 2017. Tanggal 22 Mei 2017 penulis mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pemberian terapi medis, data subyektif klien mengatakan bersedia

diberikan terapi, data obyektif klien tampak meminum obat dan setelah

meminum tidak terjadi alergi terhadaap terapi yang diberikan. Mengajarkan

dan mendampingi klien melakukan teknik relaksasi benson, data subyektif

klien mengatakan bersedia mengikuti yang diajarkan dan mengerti, data

obyektif klien tampak lebih rileks dan tenang. Memberikan posisi yang

nyamaan kepada klien respon subyektif dari klien tidak ada, dan obyektif

klien tampak lebih nyaman. Mengkaji nyeri klien, data subyektif klien

mengatakan nyeri di daerah dada P : klien mengatakan nyeri bertambah saat

bagian daerah dada ditekan, Q : klien mengatakan nyeri terasa tertindih

benda berat, R : klien mengatakan nyeri dada kiri menjalar ke punggung, S :

klien mengatakan skala nyeri 5, T : klien mengatakan nyeri terasa hilang

timbul.

Tanggal 23 Mei 2017 penulis mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pemberian terapi medis, data subyektif klien mengatakan bersedia

diberikan terapi, data obyektif klien tampak meminum obat dan setelah

meminum tidak terjadi alergi terhadaap terapi yang diberikan. Mengajarkan

dan mendampingi klien melakukan teknik relaksasi benson, data subyektif

klien mengatakan bersedia mengikuti yang diajarkan dan mengerti, data

obyektif klien tampak lebih rileks dan tenang. Memberikan posisi yang
67

nyamaan kepada klien respon subyektif dari klien tidak ada, dan obyektif

klien tampak lebih nyaman. Mengkaji nyeri klien, data subyektif klien

mengatakan nyeri di daerah dada P : klien mengatakan nyeri bertambah saat

bagian daerah dada ditekan, Q : klien mengatakan nyeri terasa tertindih

benda berat, R : klien mengatakan nyeri dada kiri menjalar ke punggung, S :

klien mengatakan skala nyeri 3, T : klien mengatakan nyeri terasa hilang

timbul.

Tanggal 24 Mei 2017 penulis mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pemberian terapi medis, data subyektif klien mengatakan bersedia

diberikan terapi, data obyektif klien tampak meminum obat dan setelah

meminum tidak terjadi alergi terhadaap terapi yang diberikan. Mengajarkan

dan mendampingi klien melakukan teknik relaksasi benson, data subyektif

klien mengatakan bersedia mengikuti yang diajarkan dan mengerti, data

obyektif klien tampak lebih rileks dan tenang. Memberikan posisi yang

nyamaan kepada klien respon subyektif dari klien tidak ada, dan obyektif

klien tampak lebih nyaman. Mengkaji nyeri klien, data subyektif klien

mengatakan nyeri di daerah dada P : klien mengatakan nyeri bertambah saat

bagian daerah dada ditekan, Q : klien mengatakan nyeri terasa tertindih

benda berat, R : klien mengatakan nyeri dada kiri menjalar ke punggung, S :

klien mengatakan skala nyeri 1, T : klien mengatakan nyeri terasa hilang

timbul.
68

Implementasi tindakan keperawatan pemberian relaksasi Benson

pada Tn.S dan Ny.S yang dilakukan dalam frekunsi 3 hari sekali selama 10-

15 menit di dapatkaan bahwa kedua klien mengalami penurunan skala nyeri

menjadi 1, hal ini membuktikan bahwa penelitin (Sunaryo dkk 2014)

tentang relaksasi benson terbukti dapat menurunkan skala nyeri tanpa obat

atau farmakologi pada penderita penyakit AMI

5.1.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi yang diharapkan dalam proses asuhan keperawatan yang

diberikan pada Tn. S dan Ny. S ini dilakukan untuk penentuan masalah

teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi adalah dengan cara

membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

ditetapkan. Evaluasi yang digunakan menggunakan metode SOAP

(Subyektif, Obyektif, Analisa dan Planning) (Dermawan 2012).

Evaluasi hari pertama pada pasien Tn. S dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis masalah teratasi sebagian, klien

mengatakan merasakan nyeri di dada dengan kriteria hasil nyeri bertambah

saat beraktifitas berlebih, nyeri seperti ampek, nyeri di dada dirasakan

menjalar kepunggung, sekala nyeri 6 dan nyeri datang hilang timbul. Data

obyektif klien tampak gelisah, intervensi yang dilanjukan antaraa lain kaji

nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi benson dan

kolaborasi pemberian terapi.

Evaluasi hari pertama Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis masalah teratasi sebagian, klien mengatakan

nyeri di dadaa sebelah kiri dengan kriteria hasil nyeji bertambah jika daerah
69

bagian dada ditekan, nyeri seperti tertindih benda berat, nyeri dada kiri

kadang menjalar kebagian punggung, dengan skala nyeri 5 dan nyeri datang

hilang timbul, klien tampak gelisah. Intervensi yang dilanjutkan antara

lainkaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi benson dan

kolaborasi pemberian terapi medis.

Evaluasi hari kedua pada pasien Tn. S dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidra biologis masalah teratasi sebagian, klien

mengatakan merasakan nyeri di dada dengan kriteria hasil nyeri bertambah

saat beraktifitas berlebih, nyeri seperti ampek, nyeri di dada dirasakan

menjalar kepunggung, sekala nyeri 3 dan nyeri datang hilang timbul. Data

obyektif klien tampak lebih rileks, intervensi yang dilanjukan antaraa lain

kaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi benson dan

kolaborasi pemberian terapi.

Evaluasi hari kedua Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis masalah teratasi sebagian, klien mengatakan

nyeri di dadaa sebelah kiri dengan kriteria hasil nyeri bertambah jika daerah

bagian dada ditekan, nyeri seperti tertindih benda berat, nyeri dada kiri

kadang menjalar kebagian punggung, dengan skala nyeri 3 dan nyeri datang

hilang timbul dan klien tampak lehih rileks dan tenang. Intervensi yang

dilanjutkan antara lainkaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik

relaksasi benson dan kolaborasi pemberian terapi medis.

Evaluasi hari kedua pada pasien Tn. S dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidra biologis masalah teratasi sebagian, klien

mengatakan merasakan nyeri di dada dengan kriteria hasil nyeri bertambah


70

saat beraktifitas berlebih, nyeri seperti ampek, nyeri di dada dirasakan

menjalar kepunggung, sekala nyeri 3 dan nyeri datang hilang timbul. Data

obyektif klien tampak lebih rileks, intervensi yang dilanjukan antaraa lain

kaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi benson dan

kolaborasi pemberian terapi.

Evaluasi hari kedua Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis masalah teratasi sebagian, klien mengatakan

nyeri di dadaa sebelah kiri dengan kriteria hasil nyeri bertambah jika daerah

bagian dada ditekan, nyeri seperti tertindih benda berat, nyeri dada kiri

kadang menjalar kebagian punggung, dengan skala nyeri 3 dan nyeri datang

hilang timbul dan klien tampak lehih rileks dan tenang. Intervensi yang

dilanjutkan antara lainkaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik

relaksasi benson dan kolaborasi pemberian terapi medis.

Evaluasi hari ketiga pada pasien Tn. S dengan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidra biologis masalah teratasi sebagian, klien

mengatakan merasakan nyeri di dada dengan kriteria hasil nyeri bertambah

saat beraktifitas berlebih, nyeri seperti ampek, nyeri di dada dirasakan

menjalar kepunggung, sekala nyeri 1 dan nyeri datang hilang timbul. Data

obyektif klien tampak lebih rileks, intervensi yang dilanjukan antaraa lain

kaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi benson dan

kolaborasi pemberian terapi.

Evaluasi hari ketiga Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis masalah teratasi sebagian, klien mengatakan

nyeri di dadaa sebelah kiri dengan kriteria hasil nyeri bertambah jika daerah
71

bagian dada ditekan, nyeri seperti tertindih benda berat, nyeri dada kiri

kadang menjalar kebagian punggung, dengan skala nyeri 1 dan nyeri datang

hilang timbul dan klien tampak lehih rileks dan tenang. Intervensi yang

dilanjutkan antara lainkaji nyeri, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik

relaksasi benson dan kolaborasi pemberian terapi medis.

Hasil penelitian pemberian relaksasi benson kepada klien yang

mengalami nyeri pada penderita AMI yang dilakukan oleh (Sunaryo dkk

2014). Penelitian tersebut terbukti di dalam studi kasus ini yaitu didapatkan

bahwa relaksasi Benson dapat mengurangi frekuensi nyeri pada klien yang

menderita AMI pada Tn.S dan Ny.S yaitu kedua klien mengalami

penurunan skala nyeri yang sama , yaitu sama-sama menjadi 1 yang masing-

masing awalnya dengan skala nyeri 6 dan 5.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

tentang asuhan keperawatan pada Tn. S dan Ny. S dengan Akut Miokard

Infak di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi dengan mengaplikasikan hasil

penelitian dengan pemberian relaksasi benson sebagai upaya menurunkan

nyeri dengan nonfarmakologi pada penderita Akut Miokard Infak maka dapat

ditarik kesimpulan.

6.1.1 Pengkajian

Setelah penulis melakukan pengkajian pada Tn. dengan AMI

adalah pasien mengeluh nyeri pada dada kiri, P : klien mengatakan nyeri

bertambah saat beraktifitas, Q : klien mengatakan nyeri terasa ampek, R :

klien mengatakan nyeri menjalar ke punggung, S : klien mengatakan skala

nyeri 1, T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul dan klien tampak

rileks, Tekanan darah : 142/86 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Suhu : 36,5 0 C,

Pernafasan: 19 x/menit sedangkan klien Ny.S mengatakan mengatakan

nyeri di dada kiri, P : klien mengatakan nyeri bertambah saat area dada

ditekan, Q : klien mengatakan nyeri terasa ditindih benda berat, R : klien

mengatakan nyeri menjalar ke punggung, S : klien mengatakan skala nyeri

1, T : klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul dan klien tampak lebih

72
73

rileks, tekanan darah: : 122/84 mmHg, Nadi : 100 x/menit, Suhu : 37 0 C,

Pernafasan : 21 x/menit

6.1.2 Diagnosa Keperawatan

Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian keperawatan

sesuai dengan hirarki kebutuhan dasar Maslow yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidra biologis.

6.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada Tn. S dan Ny. S dengan diagnosa

nyeri akut berhubungan dengan agen cidra biologis penulis memberikan

posisi yang nyamaan kepada klien, mengkolaborasikan dengan dokter dalam

pemberian terapi medis, mengkaji nyeri klien, mendampingi dan mengajari

relaksasi benson.

6.1.4 Implementasi Keeperawatan

Asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. S dan Ny. S di ruang

ICVCU RSUD Dr. Moewardi, penulis menggunakan relaksasi benson

yang bertujuan untuk mengurangi nyeri pada klien AMI dengan cara

nonfarmakologi.

6.1.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi akhir diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidra biologis setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam terjadi

penurunan nyeri pada klien Tn S dan Ny. S dengan sekala nyeri yang sama

yaitu 1.
74

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Dr. Moewardi dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan

kerjasama baik antar tim kesehatan maupun pasien seta keluarga pasien.

Dapat melengkapi sarana dan prasarana yang sudah ada secara optimal

dalam pemenuhan asuhan keperawatan dengan nyeri pada penderita Akut

Miokard Infak yang menjalani latihan relaksasi benson.

6.2.2 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang

lebih dan selalu berkoordinasi dengan tim keseshatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskuler terutama Akut Miokard infak dan

melakukan perawatan sesuai dengan standart operasional prosedur.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat yang

kompeten, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan

asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik

keperawatan serta dapat meningkatkan sarana dan prasaran sesuai dengan

perkembangan dan kemajuan teknologi khususnya didunia kesehatan.


75

6.2.4 Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan dapat sebagai sumber referensi dalam memberikan pilihan

terhadap penanganan nyeri akut dengan latihan relaksasi benson sebagai

upaya mengurangi rasa nyeri tanpa obat atau nonfarmakologi pada klien

yang mengalami Akut Miokar Infak.

6.2.5 Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada

penderita Akut Miokar Infak baik individu, keluarga dan masyarakat serta

dapat menjadi pegangan atau manfaat bagi penulis dalam hal pemberian

latihan relaksasi benson sebagai upaya mengurangi rasa nyeri tanpa obat

atau nonfarmakologi pada klien yang mengalami Akut Miokar infak .


DAFTAR PUSTAKA

Aspiani Reny Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular. Jakarta: EGC
Budi Widiyanto & Yamin, 2014. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Ssturasi
Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark Miokard
Akut. ProSiding Konfrensi Nasional II PPNI Jawa Tengah 2014 Vol. 3 No.
Budiman, Mulyadi, Jill Lolong. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat cemas pada pasien infark miokard akut di ruang CVCU RSUP
Prof. DR. R. D. Kandao Manado. e-Journal Keperawatan. volume 3. Nomor
3
Bulecheck, et al. Nursing Intervention Clasification (NIC). Edisi 6. 2016.
Elsevier: Singapore
Hariyanto, Hadisaputro, Supriyadi, 2015. Efektivitas foot hand massage terhadap
respon fisiologis dan intensitas nyeri pada pasien infark miokard akut: studi
diruang ICCU RSUD.Dr.Iskak Tulungagung. J. Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, Vol. 2 No. 3
Herdman T Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika
Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5. Elsevier:
Singapore.
Muttaqin A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: 2009.
Nurarif Amin H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Suzane C Smeltzer & Brenda G Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Tri Sunaryo, Siti Lestari, Sunaryo, 2014. Pengaruh Relaksasi Benson
terhadap Penurunan Skala Nyeri Dada Kiri pada Pasien ACUTE
MYOCARDIAL INFARC DI RS Dr.MOEWARDI SURAKARTA Tahun
2014. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 4 No. 2
Wijaya Andra S & Putri Yessie P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai