Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

PUPUK ORGANIK CAIR

Nama : Muhammad Agung Wardiman


Nim : G011181091
Kelas : DDA I
Kelompok : 18
Nama Asisten : Nurhidayat

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang
bermata pencaharian sebagai petani. Banyak produk yang berasal dari sektor
pertanian seperti tanaman pangan, merupakan komoditas yang sangat prospektif
serta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan gizi dan
kebutuhan pasar akan hasil tanaman pangan sangat tinggi (Hanisar, 2015).
Sistem pertanian di Indonesia saat ini mengalami perubahan drastis
dimana cara pemupukan yang dilakukan lebih banyak menggunakan bahan-bahan
kimia. Sehingga muncullah inisiatif dari petani lain untuk menggunakan sistem
pertanian berkelanjutan, dimana pertanian berkelanjutan merupakan pertanian
yang menerapkan sistem jangka panjang bukan untuk sesaat dan memanfaatkan
sumber daya alam dengan seefisien mungkin. Penggunaan bahan kimiawi
bukanlah sebuah pertanian berkelanjutan walaupun dapat mensejahterakan petani
karena hal tersebut hanya sesaat dan jangka panjangnya akan berdampak pada
kerusakan lingkungan itu sendiri (Rohendi, 2010).
Pupuk organik yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan
sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau
cair yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis proses fermentasi, dimana pupuk
organik cair ini lebih cocok digunakan untuk perangsang tumbuh tanaman
terutama saat tanaman mulai bertunas. Pupuk organik cair ini tidak dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama dandalam pembuatannya perlunya
dilakukan penambahan aktivator seperti EM4 untuk mempercepat proses
fermentasi pada POC (Djuarni, 2012).
Para petani yang belum mengerti akan manfaat pertanian berkelanjutan
hanya memikirkan proses awalbukan proses akhir. Namun sebenarnya faktor
utama dalam pertanian berkelanjutan adalah memikirkan secara jangka panjang
suatu sistem pertanian dengan memanfaatkan alam sebagai sumber daya utama
bagi manusia tanpa merusak lingkungan.Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan
mendaur ulang sampah sebagai perlakuan organikdalamlahanpertanian. Pertanian
organik bertumpu pada keanekaragaman hayatidengan tidak mematikan musuh
alami hama sehingga mendukung pertanian berkelanjutan (Rohendi, 2010).
Tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus
berdampak tidak baik bagi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, hal ini
menyebabkan kemampuan tanah mendukung ketersediaan hara dan kehidupan
mikroorganisme dalam tanah menurun, oleh karena itu jika tidak segera diatasi
maka dalam jangka waktu tidak terlalu lama lahan-lahan tersebut tidak mampu
lagi berproduksi secara optimal (Seni, I Wayan dan Ni Wayan, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum pembuatan poc
agar kita dapat mengetahui proses pembuatan poc melalui proses pengomposan
dan fermentasi sebagai pupuk bagi tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat memberikan pengetahuan mengenai
pembuatan pupuk organik cair dari bahan-bahan sederhana yang biasa dijumpai.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar dapat memanfaatkan bahan limbah
rumah tangga dan mengetahui kandungannya sehingga tepat guna dalam
aplikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Cair Secara Umum


Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang
diperlukan bagi tanaman. Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada
tanaman guna menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari
bahan organik ataupun anorganik (Sutedjo, 2010).
Pada umumnya pengaruh pupuk organik dalam tanah mencakup tiga
cara yaitu melalui sifat sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Melalui fungsi
fisik, pupuk organik dengan bagian-bagian serat-seratnya memainkan peran
penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Komponen penyusunnya yang
halus, dan kandungan karbon yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan
miselia fungi, dan meningkatkan agregat tanah. Bahan organik akan membuat
tanah yang berwarna cerah menjadi kelam. Selain itu bahan organik juga
membuat tanah menjadi gembur sehingga aerasi menjadi lebih baik serta lebih
mudah ditembus perakaran tanaman (Sutedjo, 2010).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun
yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo,
Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa
manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan
klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan
penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga
tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan
pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan
perkembangan bakal buah (Huda, 2013).
2.1.1 Pengertian Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur . Kelebihan dari pupuk organik
ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah di
pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Jika dibandingkan
dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair tidak merusak tanah dan tanaman
meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga
memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan
tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012).
Pupuk organik berbentuk cair tidak padat mudah sekali larut pada tanah
dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk
organik cair mempunyai banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut
mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk
organik padat dalam bentuk kering (Mufida, 2013).
2.1.2 Manfaat Pupuk Organik Cair
Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk
membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu pupuk organik cair. Pupuk
organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran.
Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai
pupuk cair daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial. Pupuk organik
cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat mendorong dan
meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada
tanaman leguminosae, sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman
dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman, sehingga
tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
kekeringan, cekaman cuaca, dan serangan patogen penyebab penyakit,
merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan
bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah.
Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah
alam, hormon tumbuhan, dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara
alamiah selama 2 bulan (Marpaung, 2014).
2.2 Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk cair memang lebih bau dibandingkan
pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki berbagai keunggulan. Pupuk
cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu terdiri dari nitrogen (N),
fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen digunakan untuk pertumbuhan tunas dan
batang dan daun. fosfor (P) digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, buah
dan biji. Sementara kalium (K) digunakan untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Aldhita, 2013).
Bahan organik yang digunakan sebagai pupuk juga bertanggung jawab
terhadap kapasitas tukar kation tanah. Kemampuan tukar kation yang tinggi
selain penting dalam memfiksasi pupuk yang digunakan juga dapat menjaga
buffer tanah sehingga tanaman dapat bertahan hidup lebih baik dalam kondisi
yang tidak menguntungkan seperti keasamaan dan kelebihan nutrien. Fungsi
kemik lain yang penting dari pupuk organik adalah memberikan hara pada
tanaman. Mineralisasi unsur bahan organik membebaskan bermacam-macam
hara yang berbeda seperti N, P, K, S dan unsur makro lain dan unsur mikro
pada laju yang berbeda. Penggunaan berbagai kombinasi pupuk organik
mungkin dapat menggantikan pupuk kimia (Sutedjo, 2010).
2.3 Kandungan Mikroba Pupuk Organik Cair
Mikroorganisme lokal yang dikenal di pasaran adalah EM4 (Effective
Microorganism 4) bokhasi buatan Jepang. EM4 ini mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus
dan mikroorganisme dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam fermentasi
bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang
pokok, yaitu bakteri Fotosintetik, Lactobacillus sp., Saccharomyces sp.,
Actino-mycetes sp, dan Jamur Fermentasi (Yuniwati, 2012).
Karbohidrat akan mengalami proses hidrolisis oleh mikroba selulotik
dengan bantuan enzim selulose yang dapat mengubah selulosa menjadi selubiosa.
Selanjutnya selubiosa ini dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya
difermentasi menjadi asam laktat, etanol, C02 dan H2O. Mikroba amilotik akan
menghasilkan enzim amilase yang berperan mengubah karbohidrat menjadi
glukosa. Air pada proses fermentasiberfungsi sebagai media untuk pertumbuhan
bakteri selain berfungsi sebagai pelarut ( Latifah, 2012).
Pupupk organik cair yang mengandung alkohol dapat membantu
proses sterilisasi pada tumbuhan yaitu dengan mengurangi dan menghentikan
pertumbuhan mikroba pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan
batang, seperti bercak daun. Alkohol alifatis yang sering digolongkan sebagai zat
pengatur tumbuh dapat mempengaruhi metabolisme tanaman yaitu dengan jalan
meningkatkan laju fotosintesis melalui peningkatan kandungan klorofil daun dan
mengontrol gerak stomata (Rahmah, 2014).
Pupuk organik cair juga mengalami reaksi perombakan protei
menjadiasam amino (aminisasi) yang kemudian menjadi gas amoniak yang
mengakibatkan munculnya aroma busuk. Gas amoniak ini akan bereaksi dengan
air dan berubah menjadi ammonium (NH4+) yang mudah tersedia untuk mikroba
dan tanaman (proses amonifikasi) (Latifah, 2012).
2.4 Keberhasilan Pupuk Organik Cair
2.4.1 Ciri-ciri Pupuk Organik Cair yang Berhasil
Ciri fisik yang terdapat pada pupuk organik cair yang telah matang dengan
sempurna adalah berwarna kuning kecoklatan dan berbau bahan pembentuknya
sudah membusuk serta adanya bercak-bercak putih (semaking banyak semakin
bagus). Kisaran pH yang baik untuk pupuk organik adalah sekitar antara pH 6,5 –
7,5 (netral). Biasanya pH agak turun pada awal pengomposan karena aktivitas
bakteri yang menghasilkan asam, dengan munculnya mikroorganisme lain bahan
yang di dekomposisikan, maka pH bahan akan naik dengan sendirinya setelah
beberapa hari dan kemudian berada pada kondisi yang netral (Rasyid, 2017).
2.4.2 Faktor Yang Memengaruhi Keberhasilan POC
Menurut Rasyid (2017), Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam pembuatan pupuk organik antara lain:
1. Nilai C/N bahan
Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri akan
semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio
sehingga menjadi 12-20.
2. Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya
karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.
3. Komposisi bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat.
Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah
dengan kotoran hewan.
4. Jumlah mikroorganisme
Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses
pengomposan diharapkan akan semakin cepat. Jumlah mikroorganisme
fermentasi didalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme
tersebut dipilih yang dapat bekerja efektif dalam memfermentasikan bahan
organik. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan yang pokok
yaitu, bakteri fotosintesis, Lactobasilius sp, Aspergillus sp, ragi (yeast) dan
Actinomycetes.
5. Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban sekitar
40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja
secara optimal.
6. Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena
berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Bila suhu terlalu
tinggi mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme
belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman. Proses fermentasi mikroba
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penuruna. Bila suhu atau temperatur terlalu tinggi maka
mikroorganisme akan mati. Bila suhu atau temperatur relatif lebih rendah
maka mikroorganisme belum dapat bekerja atau masih dalam keadaan
dorman. Aktifitas mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk organik
umumnya menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal
sering dilakukan pembalikan atau pengadukan. Suhu atau temperatur optimal
pupuk organik sekitar 30 – 50o C.
7. Keasaman (pH)
Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara
menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa diturunkan
dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung nitrogen)
seperti urea atau kotoran hewan. Derajat keasaman pada proses awal proses
pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme
yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam
organik. Pada proses selanjutnya mengkonversikan asam organik yang telah
terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan
mendekati netral. Pada proses fermentasi pH agak turun pada awal proses
pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam. Dengan
munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang didekomposisikan, maka
pH bahan akan naik setelah beberapa hari dan kemudian berapa pada kondisi
netral (Indriani, 2004). pH yang optimum setelah proses pengomposan adalah
berkisar 5,5-6,5 dan kurang dari 8.
8. Warna dan Bau
Ciri fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan sempurna adalah
berwarna kuning kecoklatan dan berbau bahan pembentuknya sudah
membusuk serta adanya bercak-bercak putih (semaking banyak semakin
bagus).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 19 Februari 2019 pukul
16.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember, pisau, karung,
selang, lakban dan gunting. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
daun gamal, EM4, pisang 2 sisir yang sudah di blender, air cucian beras, sabun
colek, gula merah, dan terasi yang sudah di cairkan,
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
3.3.1 Pembuatan POC
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menghaluskan pisang dengan cara diblender dan mencacah daun gamal.
3. Memasukkan seluruh bahan yang sudah dihaluskan kedalam karung,
kemudian karung tersebut diikat dengan erat.
4. Membuat lubang atau celah pada karung menggunakan pisau dengan cara
menusuk-menusuk beberapa sisi karung.
5. Mengisi ember dengan air 3/4 bagian.
6. Memasukkan karung yang berisi limbah tersebut kedalam ember yang
berisi air.
7. Menambahkan air cucian beras, gula merah cair, air terasi dan EM4.
8. Melubangi penutup ember dan penutup botol aqua sebesar ukuran selang
kecil lalu tutup ember tersebut.
9. Setelah tertutup masukkan selang tersebut ke dalam lubang yang berada
pada penutup ember kemudian sambungkan selang tersebut dengan
penutup botol yang sudah terisi air.
10. Mengoleskan mulut ember dengan sabun colek.
11. Kemudian menutup ember dan merekatkan dengan lakban agar udara
tidak masuk.
3.4 Parameter Pengamatan
Adapun parameter pengamatan pada praktikum ini adalah:
1. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
2. Mengamati perubahan aroma yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan POC
Pengamatan Ke- Warna Aroma

1 Kuning Berbau bahan


2 Kuning Mulai berbau fermentasi
3 Kuning kecoklatan Berbau fermentasi
4 Kuning kecoklatan Berbau fermentasi
Sumber: Data primer, 2019
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa setiap minggunya
terjadi perubahan warna ataupun aroma terhadap fermentasi pupuk organik cair
(POC). Pada minggu pertama baunya masih sama ketika kita mencampur semua
bahan, warnanya coklat kekuning-kuningan. Pada minggu kedua bau pada pupuk
organik cair (POC) tersebut sudah mulai berubah menjadi bau asam fermentasi
begitu juga dengan warnanya yang menjadi kecoklatan. Pada minggu ketiga dapat
dilihat perubahan yang dimana bau yang dihasilkan sama dengan aroma tape
fermentasi. Pada minggu ketiga warna dari pupuk organik cair ini berwarna coklat
dan mulai timbul bercak-bercak putih pada permukaan POC. Pada minggu ke 4
yakni minggu panen aroma pupuk organik cair sudah berbau fermentasi dan
berwana coklat serta terdapat bercak-bercak putih pada permukaan POC.
Pupuk organik cair berbau fermentasi karena disebabkan oleh bakteri EM4
yang terdapat pada pupuk organik cair. Hal ini sesuai dengan pendapat Maulina
(2015) yang mengatakan bahwa pupuk organik cair berbau fermentasi diakibatkan
adanya EM4 yang mengandung bakteri dan digunakan untuk memfermentasikan
bahan-bahan organik. Selain itu mengapa berbau fermentasi karena pupuk organik
cair tersebut diolah dengan cara memfermentasikan limbah-limbah sayur agar
hasil fermentasinya dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. EM4 dapat
digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi
sampah organic. Setiap bahan organic akan terfermentasi oleh EM4 pada suhu 40-
50 0C. Pada proses fermentasiakan dilepaskan hasil berupa gula,alkohol, vitamin,
asam laktat, asam amino, dan senyawa organic lainnya serta melarutkan unsure
hara yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh
tanaman.

Pada proses pembuatan POC juga terjadi perubahan warna pada pupuk
organik cair tersebut yang disebabkan oleh proses fermentasi bahan-bahan pada
pupuk organik cair tersebut. Penyebab terjadinya perubahan warna pada pupuk
organik cair ini disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada EM4 yang
mendekomposisi bahan-bahan atau limbah sayuran serta adanya bahan-bahan
seperti gula merah yang menguraikan semua baha-bahan pembuatan pupuk
organik cair, hal ini sesuai pendapat Parnata (2014) yang menyatakan bahwa
mikroba akan bekerja menguraikan bahan-bahan tersebut dan perlunya diberikan
makanan awal untuk kelangsungan proses dekomposisi tersebut pada saat
didiamkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
proses pembuatan pupuk organik cair yaitu dengan cara memfermentasikan
bahan-bahan organik yang dapat berguna bagi tanaman. Dalam penggunaan
bahan-bahan tersebut kita juga dapat berhemat sekaligus mengurangi jumlah
sampah yang ada di sekitar lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
POC adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, ukuran bahan, komposisi media,
dan waktu pembuatan POC.
5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum mengenai pembuatan pupuk organik cair,
yaitu sebaiknya jika ingin melakukan atau ingin membuat POC harus mengikuti
prosedur kerja atau langkah-langkah yang telah ditetapkan agar mengurangi atau
menghindari yang namanya kegagalan dalam praktikum. Karena pembuatan
pupuk organik cair ini tidak serta merta langsung berhasil. Harus melewati
beberapa proses terlebih dulu untuk menghasilkan kualitas pupuk yang baik,
sehingga dapat bermanfaat bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Aldhita, T, R. 2013. Skripsi “Persepsi Petani Peternak terhadap Penggunaan


Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi Potong di Desa Pattallasang
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”. Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Djuarni, K. 2012. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia. FNCA
Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear
Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Huda, 2013. Manfaat Kegunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1.No. 1.
Latifah, R. N., Winarsih., & Rahayu, Y. S. (2012). Pemanfaatan sampah organik
sebagai bahan pupuk organik cair untuk pertumbuhan tanaman bayam
merah (Alternanthera ficoides). Lentera Bio, 1(3), 139–144.

Marpaung, dkk. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman
Dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kentang, dalam jurnal J.Hort.
24 (1): hal 49-55

Maulina, M, I., K, Khalimi., G, N, Wirya., D, Ngurah. 2015. Potensi Rizobakteri


yang Diisolasi dari Rizosfir Tanaman Graminae Non-Padi untuk Memacu
Pertumbuhan Bibit Padi.

Mufidah, L. 2013. Pengaruh Penggunaan Konsentrasi FPE (Fermented Plant


Extract) Kulit Pisang Terhadap Jumlah Daun. Semarang: IKIP PGRI
Semarang

Parnata, Ayub. 2014. Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Rahmah, A, dkk, 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah
Sawi Putih (Brassica chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung Manis (Zea mays L. Var. Saccharata), dalam Jurnal Buletin
Anatomi dan Fisiologi Vol XXII, No. 1

Rasyid, W. 2017. Skripsi “Kandungan Fosfor (P) Pupuk Organik Cair (POC) Asal
Urin Sapi Dengan Penambahan Akar Serai (Cymbopogon citratus) Melalui
Fermentasi”. Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas SAINS dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Rohendi, E. 2010. Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta. Bogor: IPB Press.
Sutanto, 2014. Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik Cair
Limbah.
Yulipriyanto Sutedjo, 2010. Pembuatan Pupuk Agak Cair Menggunakan
Biotifakator dan Biosca dan EM4. Jurusan teknik Kimia Fakultas
teknologi Industri Universitas Bung Hatta.

Anda mungkin juga menyukai