Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Model merupakan pola umum

dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi /tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah pola interaksi antara guru dan siswa yang terjadi

dalam kelas. Dalam model pembelajaran bukan hanya apa yang harus

dilakukan oleh guru, tapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsif reaksi guru

dan siswa.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas

(Arends, 2010 : 51).

2.1.2 Manfaat model pembelajaran

Bagi Guru:

a. Memudahkan dalam melaksanakan proses pembelajaran

b. Memudahkan melihat perilaku siswa secara individu atau

kelompok

c. Membantu guru untuk pembelajaran yang terarah

d. Untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran

Bagi Siswa:
a. Siswa dapat berperan dengan aktif saat proses pembelajaran

b. Memotivasi siswa dalam belajar

c. Memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran

2.2 Model Pembelajaran Discovery Learning

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran penemuan “discovery learning” diartikan

sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan

informasi secara langsung tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan

pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk

terbiasa menjadi seorang yang saintis “ilmuan”. Mereka tidak hanya sebagai

konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku

dari pencipta ilmu pengetahuan.

2.2.2 Prinsif Pembelajaran Discovery Learning

Model discovery learning menurut Mulyasa (2007:110) merupakan

model yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran

dengan model ini lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Kemendikbud (2014) menjelaskan bahwa prinsip belajar yang nampak jelas

discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan

disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa

didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan

dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk

(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir. Jadi, pada dasarnya discovery learning merupakan kegiatan

pembelajaran yang menitik beratkan pada masalah yang dihadapkan kepada

siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

2.2.3 Manfaat Model Pembelajaran Discovery Learning

Beberapa keunggulan model penemuan juga diungkapkan oleh Suherman,

dkk (2001:179)sebagai berikut:

a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama

diingat

c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya

meningkat

d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan

lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks

e. Model ini melatih siswa untuk lebih banyak belejar sendiri

2.2.4 Tahapan dalam pembelajaran Model Discovery Learning

Langkah-langkah model discovery learning

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning

di kelas, ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan

belajar mengajar secara umum sebagai berikut:


a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu

guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran

membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi

belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam

mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan

menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang

mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai

teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan

mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara

atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut

permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban


sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis

permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam

membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada

tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar

tidaknya hipotesis.

Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif

untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang

dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan

masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah

data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,

observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,

wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,


diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu

serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).

Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang

berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi

tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif

jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,

2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,

pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian

dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua

kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi

(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-


prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa

harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya

penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas

yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan

dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.3 Teks

2.3.1 Pengertian Teks

Teks adalah media atau cara seseorang untuk mengungkapkan sebuah

peristiwa secara komunikatif. Teks terbagi menjadi beberapa jenis dan setiap

jenis memiliki ciri, struktur kalimat dan kriteria tertentu yang berbeda antara

satu teks dengan yang lainnya. Krtiteria teks bersifat objektif menyesuaikan

dengan pengamatan seseorang, untuk membedakan jenis-jenis teks yang

pertama dan paling menonjol adalah dengan melihat struktur kalimat. ‘’

2.3.2 Jenis Teks

a. Teks Narasi

Teks narasi adalah

2.4 Teks Anekdot

2.4.1 Pengertian Teks Anekdot

Teks anekdot merupakan cerita singkat yang lucu dan mengesankan, biasanya

mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang

sebenarnya (KBBI V). Teks anekdot menjadi salah satu hiburan bagi

pembaca. Tidak hanya sekedar lelucon tetapi mengungkapkan suatu

kebenaran yang benar terjadi.


2.4.2 Ciri-Ciri Teks Anekdot

Ciri-ciri teks anekdot antara lain:

a. Memiliki sifat humor/lucu dan menyindir

b. Bisa menceritakan manusia/hewan

c. Berisi cerita fakta

d. Menceritakan tokoh atau kehidupansehari-hari

e. Terdapat tujuan pesan berisi kritikan

2.4.3 Struktur Teks Anekdot

Teks anekdot terdiri dari lima struktur antara lain:

a. Abstraksi

Abstraksi adalah bagian awal paragrafyang berfungsi memberi gambaran

tentang isi teks.

b. Orientasi

Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau

awal terjadinya peristiwa.

c. Krisis

Krisis adalah bagian teks anekdot yang menunjukkan terjadinya konflik.

d. Reaksi

Reaksi adalah bagian teks anekdot yang berisi penyelesaian dari krisis.

e. Koda

Koda adalah bagian akhir dari cerita atau simpulan cerita.

2.4.4 Aspek Kebahasaan


Dalam teks anekdot terdapat kaidah-kaidah yang harus diperhatikan

dalam menulis teks anekdot. Adapun kaidahnya sebagai berikut:

a. Menggunakan ungkapan kata kerja lampau

b. Ditandai dengan adverb

c. Dapat menggunakan kata kiasan

d. Bersifat naratif

e. Menggunakan kata sifat

f. Pertanyaan retorik

g. Dapat memadu anta fakta dan kejadian yang dibuat-buat

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan model discovery lerning digunakan secara baik dan terarah,

maka dapat meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot pada siswa

kelas X SMK Negeri 1 teweh Timur. Penggunaan model discovery learning

dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis teks anekdot.

Anda mungkin juga menyukai