Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI

“PEMBERANTASAN KORUPSI UPAYA PENINDAKAN”

Dosen Pembimbing :
Binti Yunariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Disusun Oleh :
1. Deli Refi Mustika Sari (P27820517004)
2. Deva Ria Anggraeni (P27820517016)
3. Gita Sherlyana (P27820517018)
4. Finny Maghfirotun Nisa’ (P27820517030)
5. Galuh Meta Prameswari (P27820517033)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN TUBAN
Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 2 Tuban
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya kami telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Pemberantasan korupsi
upaya penindakan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.

Tuban, 16 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pemberantasan korupsi upaya penindakan…….............................................3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 4
3.2 Saran...............................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................5

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Korupsi di Indonesia dimulai sejak lama bahkan sejak masa penjajahan.
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi, pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Sikap rakyat menjadi
apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum
pejabat lokal, maupun nasional. Kelompok mahasiswa sering menanggapi
permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat
adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”. Mereka memberikan saran kepada
pemerintah untuk bertindak tegas kepada para koruptor.
Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka
tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu,
mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem
pemerintahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan
kesejahteraan yang merata. Hal itu terus terjadi sampai saat ini. Ketika keadaan di
sistem pemerintahan mulai tidak kondusif, para mahasiswa berbondong-bondong
melakukan orasi di jalan-jalan maupun di depan kantor-kantor pemerintahan.
Perilaku korupsi yang di lakukan oleh para oknum pejabat membuat rakyat
sengsara. Peraturan hukum yang di buat oleh pemerintah tidak serta merta membuat
para koruptor tersebut jera ataupun takut. Hal itu terjadi karena pemerintah kurang
tegas dalam menindaklanjuti masalah korupsi yang ada. Sehingga membuat para
pejabat pemerintahan semakin gencar untuk berbuat korupsi.
Oleh karena itu, semua pihak harus ikut serta dalam memberantas korupsi.
Tidak hanya pemerintah, tetapi juga kalangan intelektual, para pemuka agama, serta
kalangan pejabat itu sendiri. Peran masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam
memberantas korupsi akan membuat perubahan yang jauh lebih baik. Penulisan
makalah ini di maksudkan untuk memahami dan mengetahui upaya-upaya yang dapat
di lakukan untuk memberantas korupsi.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan kami bahas
adalah:
1. Bagaimanakah penindakan korupsi?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui upaya pencegahan dan penindakan korupsi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dari masa ke masa tindak pidana korupsi semakin merajalela. Tidak hanya di
kalangan pejabat pemerintahan pusat, tetapi sudah merambah ke pejabat-pejabat
daerah. Hampir semua instansi-instansi pemerintahan selalu terjadi tindak pidana
korupsi.Korupsi sudah di anggap hal yang biasa. Oleh karena itu, perlu di lakukan
upaya-upaya yang dapat mencegah korupsi. Begitu juga upaya penindakan korupsi,
pihak berwenang harus lebih teliti, fokus, dan sungguh-sungguh dalam menangani
kasus korupsi.
Teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pelayanan publik
sebagai salah satu cara melakukan pencegahan korupsi. Sedangkan di sisi penindakan,
undang-undang memberi ruang bagi para penegak hukum yaitu Kepolisian,
Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi elektronik guna memperkuat pembuktian kasus korupsi. Saat
ini kita tengah menanti kehadiran Peraturan Pemerintah yang akan mengatur lebih
lanjut intersepsi dalam rangka penegakan hukum, sesuai amanah undang-undang.

A. Upaya Penindakan Tindak Pidana Korupsi (represif)


Upaya penindakan dilakukan kepada seorang dengan mengadukan, menyelidiki,
menuntut, dan mengeksekusi yang terbukti melanggar dengan diberikan peringatan,
dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana berdasarkan saksi-saksi
dan bukti yang kuat. Upaya represif atau upaya melalui jalur penal yaitu upaya
penanganan yang menitikberatkan pada sifat penumpasan setelah kejahatan korupsi
terjadi. Upaya ini dilakukan dengan cara menggunakan hukum pidana. Adapun
tahapannya sebagai berikut:
1. Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan oleh masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi KPK,
namun untuk memutuskan apakah suatu pengaduan bisa dilanjutkan ke tahap
penyelidikan harus dilakukan proses verifikasi dan penelaahan. Apabila penyelidik
menemukan bukti permulaan yang cukup mengenai dugaan tindak pidana korupsi,
dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja, penyidik melaporkan ke KPK.
2. Penyidikan
Dalam tahap penyidikan seorang yang ditetapkan tersangka tindak pidana
korupsi wajib memberikan keterangan kepada penyidik.
3. Penuntutan
Dalam tahap penuntutan, penuntut umum melimpahkan kasus ke pengadilan
Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan pelimpahan ini,
kewenangan penahanan secara yuridis beralih kepada hakim yang menangani.
4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan(Eksekusi)
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh
jaksa.Untuk itu panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.Dalam memahami
upaya represif ini ada beberapa istilah status yangpenting dipahami, yaitu sebagai
berikut.
2
a. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yangia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
b. Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindakpidana.
c. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadilidi sidang
pengadilan.
d. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan pengadilan yangtelah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Upaya penindakan ini diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap pelaku
dan jajaran para penguasa yang berpotensi melakukan tindak pidana korupsi. Oleh
karena itu, penegakan hukum harus tegas dalam menyelesaikan kasus-kasus korupsi.
Hal itu dapat dilakukan dengan:
1. Penerapan hukuman maksimal atas tindak pidana Korupsi
Peraturan perundang-undangan telah mengatur hukuman maksimal untuk
berbagai macam tindak pidana korupsi, mulai dari membayar denda, penjara
bahkan sampai hukuman mati. Dalam praktiknya hukuman ini sangat jarang
ditegakkan secara maksimal, padahal undang-undang saja mengakui Korupsi
sebagai kejahatan luar biasa.Seharusnya untuk suatu kejahatan luar biasa
makahukuman yang ditimpakan atasnya punseharusnya juga luar biasa.Maka dari
itu sangat penting Pemerintah mengambil langkah untuk mewajibkan vonis
hukuman maksimal dankumulatif untuk tiap-tiap tindak pidana korupsi yang
dilakukan. Hal ini agar tercipta penegakanhukum yang konsisten dan tegas,
sertamenimbulkan efek jera agar di masa yang akandatang tidak ada lagi yang
berani melakukantindak pidana korupsi.
2. Pengembalian atas Kerugian Negara
Atas korupsi yang telah dilakukan oleh oknum-oknum dalam
pemerintahan, tidak cukup hanyadengan pelaksanaan hukuman berupa penjara
sajanamun harus diikuti dengan pengembalian ataskerugian Negara yang timbul
atas perbuatankorupsinya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan
bahwa semua yang bukan milik kita tidak boleh diambil tanpa izin, dan jika telah
dilakukan maka pelakunya harus menerima hukuman dan mengembalikan apa
yang telah diambil sebelumnya.

3
BAB III
PENIUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi memberikan dampak negatif yang sangat besarbagi kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu, upaya pencegahan dan penindakan korupsi di
Indonesia memiliki arti dan peranan yang sangat penting.Untuk menjamin
konsistensi dan efektifitas implementasi Desain Pencegahan dan Penindakan
Korupsi, diperlukan komitmen yang tinggi dari pimpinan instansi-
instansi pemerintah terkait, serta dukungan serta elemen-elemen masyarakat.

B. Saran
Penulis menyarankan hal-hal berikut dalam desain pencegahan dan
penindakan korupsi diIndonesia:
a. Membagun situasi politik yang sehat dan bersih
b. Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini
c. Pembenahan sistem pendidikan moral value
d. Penegakan Hukum secara Tegas dalam menyelesaikan kasus-kasus korupsi

4
DAFTAR PUSTAKA
Adwirman, ddk. Pendidikan dan Budaya AntiKorupsi (PBAK).Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan : Jakarta
Anonim. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. [Online].
Tersedia:https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Ind
onesia. [16 Agustus 2019].
Ramadhani Ardiansyah. [Online]. Tersedia :
http://www.academia.edu/4692976/Pencegahan_dan_Pemberantasan_Korupsi_di_Ind
onesia. [16 agustus 2019].
Rianto, Bibit S. Koruptor gotohell!: mengupas anatomi korupsi di Indonesia. Mizan
Publika: Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai