PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam rangka
menambah wawasan khususnya asuhan kebidanan, serta dapat memperlajari
kesenjangan yang terjadi.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, dan menambah
pengalaman nyata tentang asuhan kebidanan secara continuity of care pada
Ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan kontrasepsi dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
b. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi yang
telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik lapangan
agar mampu menerapkan secara langsung dan berkesinambungan pada ibu
dalam masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir , nifas, neonatus, serta
KB dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
c. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara
komprehensif terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan
kontrasepsi.
d. Bagi Klien
Sebagai informasi, serta menambah pengetahuan dan motivasi bagi
klien, bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat
penting terutama asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonatus, dan kontrasepsi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.2
Ketidaknyamanan Masa Hamil Dan Cara Mengatasinya
d) Riwayat Menstruasi
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi
/ kandungan, meliputi hal – hal seperti ; umur menarche,
lamanya, siklus haid, banyaknya darah, HPHT, keluhan saat
haid.
(Marjati dkk, 2010:126)
e) Riwayat Penyakit Sekarang
Berhubungan dengan masalah atau alasan datang.
(1) Tanggal dan jam terjadinya serangan
(2) Bentuk serangan
(3) Faktor pencetus terjadinya serangan
(4) Alur penyakit sejak serangan, termasuk durasi atau
serangan ulang,
(5) Lokasi spesifik
(6) Tipe nyeri atau ketidaknyamanan dan intensitasnya
(7) Gejala lain yang berhubungan
(8) Hubungan fungsi tubuh dengan aktivitas
(9) Penjelasan kualitas (warna, konsistensi) dan kuantitas
(banyaknya, volume, atau jumlah)
(10) Bantuan kesehatan yang dilakukan dan dari siapa.
(11) Efektivitas perawatan dan pengobatan.
(Ummi Hani, 2011. 2011 : 87)
f) Riwayat Kesehatan yang Lalu
(1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi
(2) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit
infeksi
(3) Penyakit berat, misalnya pneumonia, hepatiti, demam
rematik, difteri, dan polio.
(4) Masuk rumah sakit : tanggal dan penyebab masuk
(5) Pembedahan : tanggal dan penyebab
(6) Kecelakaan : fraktur, luka dan lain-lain
(7) Transfusi darah : tanggal, penyebab dan reaksi
(8) Alergi, misalnya makanan, lingkungan, debu, hewan
dan asma
(9) Alergi obat
(10) Penggunaan alkohol
(11) Kebiasaan merokok,alkohol,kafein (kopi, teh, soda,
coklat) ; keselamatan (sabuk pengaman, helm)
(12) Pola tidur
(13) Diet
(14) Aktifitas
17
2) Pola Eliminasi
Hal yang ditanyakan adalah BAB berapa kali,
konsistensinya bagimana, warna dan baunya bagaimana.
BAK berapa kali sehari, warnanya bagaimana, baunya
bagaimana.
3) Istirahat
Istirahat sangat diperlukan ibu hamil. Oleh karena
itu bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya
diketahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat. Bidan dapat menayakan tantang berapa
lama ia tidur malam dan siang hari.
4) Aktivitas Sehari-Hari
Kita perlu mengkaji kebiasaan sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien dirumah.
5) Personal Hygiene
Data perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Hal
yang perlu dibtanyakan ditanyakan yaitu beberapa
kebersihan diri diantaranya adalah mandi, keramas,
mengganti baju dan celana dalan, serta kebersihan kuku.
6) Aktifitas Seksual
Hal yang ditanyakan berkaitan dengan aktifitas
seksual seperti frekwensi berhubungan dalam seminggu dan
gangguan / keluahan yang dirasakan.
l) Riwayat KB
Ditanyakan metode KB yang pernah digunakan klien
sebelumnya, berapa lama pemakaiannya, apakah ada keluhan,
alasan berhenti memakai KB. Rencana metode KB yang akan
digunakan mendatang.
(Romauli, 2011 : 170-172)
Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
a) Kesadaran : Compos mentis
b) Postur tubuh : pada saat ini diperhatikan pula bagaimana sikap
tubuh , keaddaan punggung, dan cara berjalan. Apakah cenderung
lordosis, kifosis, atau skoliosis.
(Romaulli,2011:172)
c) Tinggi Badan : Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
tergolong resiko tinggi. Normalnya > 145 cm, jika kurang dari 145
cm kemungkinan panggul sempit.
( Romaulli,2011:173)
d) Berat badan : Ditimbang tiap kali kunjungan untuk mengetahui
penambahan berat badan ibu. Normalnya penambahan berat badan
20
tiap minggu adalah 0,5 kg dan penambahan berat badan ibu dari
awal sampai akhir kehamilan addalah 6,5 sampai 16,5 kg.
Pertambahan BB > ½ kg - 1 kg perminggu pada trimester ke-III
waspadai Pre-Eklamsi.
(Romaulli,2011:173)
Berat badan dalam triwulan ke III tidak boleh lebih dari 1 kg
seminggu atau 3 kg sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-
batas tersebut di atas disebabkan oleh penimbunan (retensi)air
disebut praoedema.
( Ummi Hanni,2011:91)
e) LILA : (Lingkar Lengan Atas) pada bagian kiri: LILA kurang dari
23,5 cm merupakan indicator kuat untuk status gizi ibu yang kurang
/ buruk, sehingga ia beresiko untuk melahirkan BBLR( Bayi Berat
Lahir Rendah). Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal
kehamilan, petuggas dapat memotivasi ibu agar lebih
memperhatikan kesehatannya serta jumlah ddan kualitas
makanannya.
(Romaulli,2011:173)
2) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
a) Tekanan darah : tekanan darah dikatakaan tinggi bila ia lebih dari
140/ 90 mmHg. Bilaa tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih, dan tau diastolic 15 mmHg atau lebih, kelainan
ini dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi kalau tidak
ditangani dengan tepat.
(Romaulli,2011:173)
b) Nadi: dalam keadaan santai denyut nadi ibu seekitar 60- 80 kali /
menit. Denyut nadi 100 kali / menit atau lebih dalam keadaan santai
merupakan pertanda buruk. Jika denyut nadi ibu 100 kali / menit
atau lebih, mungkin ibu mengalami salah ssatu atau lebih keluhan
seperti tegang, ketakutan, cemas akibat masalah tertentu, perdarahan
berat, anemia, sakit/ demam, gangguan tyroid, gangguaan jantung.
(Romaulli,2011:173)
c) Pernafasan : untuk mengetahui fungsi system pernafasan.
Normalnya 16 – 24 kali/ menit.
(Romaulli,2011:173)
d) Suhu tubuh : suhu tubuh normal adalah 36 – 37,5 0C. suhu tubuh
lebih dari 370C perlu diwaspadai adanya infeksi
(Romaulli,2011:173)
3) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi adalah memeriksa dengan cara melihat atau memandang.
(1)Rambut : bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok
atau tidak. Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi
atau kelainan tertentu.
(Romaulli,2011:174)
21
2) Pemeriksaan Albumin
Albumin adalah protein yang terdapat dalam jaringan tubuh dan
darah larut dalam air, menggumpal pada pemanasan. Diperlukan
pemeriksaan untuk mengetahui apakah ibu menderita preeklamsi
atau tidak.
Tingkatan dari hasil pemeriksaan kadar albumin yaitu :
(-) : tidak ada kekeruhan
(+) : kekeruhan ringan tanpa butir – butir (0,01 – 0,05%)
(++) : kekeruhan mudah dilihat dan nampak butiran butiran
tersebut (0,05 – 0,2 %)
(+++) : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping- keping.(0,2 –
0,5 %)
(++++): sangat keruh dan bergumpal/ memadat (> 0,5 %)
3) Pemeriksaan Reduksi
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, dilakukan
pada waktu kunjungan pertama kehamilan. Tingkatan kadar
glukosa urin diukur dengan menggunakan fehling yaitu:
(-) : biru jernih sedikit kehijauan
(+) : hijau endapan kuning
(++) : endapan kuning, jelas, dan banyak.
(+++) : tidak bewarna, endapan warna jingga
(++++) : tidak bewarna, endapan merah bata
4) Pemeriksaaan USG
Kegunaan utama USG adalah sebagai berikut:
Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
(a) Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
(b) Diagnosis dan malformasi janin
(c) Perdarahan pervaginam dan penyebab yang tidak jelas.
(d) Mengetahui posisi plasenta.
(e) Mengetahui adanya kehamilan ganda.
(f) Mengetahui adanya hidramnion dan oligohidramnion.
(g) Mengetahui adanya IUFD.
(h) Menegtahui npresentasi janin pada kasus yang tidak jelas.
(i) Mengevaluasi pergerakan janin pada kasus yang tidak jelas.
(j) Mengevaluasi adanya keabnormalan pada uterus dan pelvis
selama kehamilan.
(ummi hani, 2011:97)
II. Interpretasi Data Dasar
a. Dx : G...P....Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak
kepala, puka/puki, keadaan umum ibu dan janin baik dengan kehamilan
normal
b. Ds :Ibu mengatakan hamil ke . . . dan UK . . . bulan
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir . . .
25
V. Intervensi
a. Dx : G...P....Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak
kepala, puka/puki, keadaan umum ibu dan janin baik dengan
kehamilan normal.
b. Intervensi
1 Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.
Rasional :Informasi yang dikumpulkan selama kunjungan antenatal
memungkinkan bidan dan ibu hamil untuk menentukan pola
26
Intervensi :
a) Jelaskan dasar fisiologis masalah sesak nafas dalam kehamilan
R : ibu memahami kondisi fisiologis yang pada kehamilan trimester
III ini.
b) Dorong Ibu untuk mengatur kecepatan dan kedalaman
pernafasannya pada kisaran normal saat ia menyadari sedang
mengalami hiperventilasi
R : menghindari terjadinya penurunan volume residu fungsional
lebih lanjut
c) Ajarkan wanita cara meredakan sesak nafas dengan pertahankan
postur tubuh yang baik kemudian lakukan teknik mengambil nafas
yang dalam dan melakukan pernafasan intercosta
R : menyediakan ruangan yang lebih untuk isi abdomen sehingga
mengurangi tekanan pada diafragma dan memfasilitasi fungsi paru
(Varney,2007:543)
4. Edema pada kaki
Tujuan : Ibu mengerti penyebab dan cara mengatasi oedema.
KH : Ibu tidak gelisah, bengkak pada kaki berkurang atau
mengempis.
Intervensi :
a) Jelaskan pada ibu perubahan fisiologis yang menyebabkan oedem.
Rasional: Pengetahuan ibu bertambah, ibu tidak cemas.
b) Anjurkan ibu untuk menghindari pakaian yang ketat.
29
VII. Evaluasi
Sesuai dengan hasil dan menggunakan metode SOAP
S : Data Subyektif klien setelah menerima asuhan kebidanan.
O : Data dari hasil pemeriksaan oleh petugas setelah dilakukan\
intervensi dan implementasi.
A : Kesimpulan dari keadaan klien saat ini.
P : Rencana selanjutnya yang dilakukan sesuai dengan keadaan klien.
2.1.2 Persalinan
a. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan.
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat
terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi
menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat
terjadi pada setiap tahap tersebut. Persalinan dapat terjadi karena
adanya kekuatan yang mendorong janin (Manuaba, 2009).
2. Proses Dari Persalinan.
a). Kala satu persalinan
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat
frekuensi dan kekuatannya yang menyebabkan pembukaan,
sampai serviks membuka lengkap (10cm). Kala 1 terdiri dari
dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1). Fase Laten
(a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
pembukaan sampai pembukaan 3 cm.
(b)Pada umumnya berlangsung 8 jam.
2). Fase Aktif
30
Bagian Perubahan
Sifat kontraksi Setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi
otot Rahim kembali seperti keadaan sebelum kontraksi,
tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun
tonusnya seperti sebelum kontraksi yang disebut
retraksi. Dengan retraksi ukuran rongga rahim
akan mengecil dan janin secara perlahan akan
berangsur didorong ke bawah. Retraksi ini
mengakibatkan SAR makin tebal dengan
majunya persalinan terutama setelah kelahiran
bayi lahir.
Perubahan bentuk Adanya kontraksi mengakibatkan sumbu panjang
Rahim rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang
berkurang.
Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran
melintang berkurang, rahim bertambah panjang.
Hal ini merupakan salah satu penyebab dari
pembukaan serviks
Ligamentu Mengandung otot-otot polos dan jika uterus
retundum berkontraksi sehingga ligamentum retundum
rotundum menjadi pendek.
Perubahan pada Pendataran serviks: pemendekan dari canalis
serviks servikalis yang semula berupa saluran yang
panjangnya 1-2 cm menjadi satu lubang dengan
pinggir yang tipis.
Pembukaan serviks: pembesaran dari ostium
externum yang awalnya hanya hanya berupa
dengan diameter beberapa milimeter menjadi
lubng yang berdiameter kira-kira 10 cm sehingga
dapat dilalui janin
Perubahan pada Pada kala 1 ketuban ikut meregangkan bagian
vagina dan dasar atas vagina. Setelah ketuban pecah segala
panggul perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh
bagian depan yang maju tersebut dasar panggul
teregang menjadi saluran dengan dinding-
dinding yang tipis. Pada saat kepala membuka
vulva, lubang vagina menghadap ke depan atas.
Dari luar, oleh bagian depan tampak pada
perinium yang menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka.
33
c) Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasinya
menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah. Oleh karena akan menekuk, menebal, kemudian
terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas plasentaakan turun
ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Rohani, Reni
dan Marisah, 2011).
d) Kala IV
(1) Uterus
Uterus terletak ditengah abdomen kurang lebih 2/3
sampai 3/4, antara symfisis pubis sampai umbilicus. Jika
uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilicus, maka
hal tersebut menandakan adanya darah dan bekuan di
dalam uterus yang perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus
yang berada diatas umbilicus dan bergeser paling umum
kekanan, cenderung menandakan kandung kemih penuh.
Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika
disentuh.
(2) Serviks, vagina perineum
Keadaan Serviks, vagina dan perineum di inspeksi
untuk melihat adanya laserasi, memar, dan pembentukan
hematoma awal. Segera setelah kelahiran, serviks akan
berubah menjadi bersifat patulous terkulai dan tebal.
Tonus vagina dan tampilan jaringan vagina dipengaruhi
oleh peregangan yang telah terjadi selama kala II
persalinan (Sondakh, 2013).
(3) Vital sign
Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil pada
tahap sebelum bersalin selama 1 jam post partum. Monitor
tekana darah dan nadi penting pada kala IV untuk
mendeteksi adanya syok yang akibatkan dari adanya
kehilangan darah.
(4) Menggigil
Tidak semua ibu bersalin akan menggigil. Jika
timbul rasa dingin kemudian ibu masih dipertimbangkan
dalam batas-batas normal bila tidak disertai infeksi.
(5) Sistem gastrointensial
Rasa mual muntah akan menghilang. pertama ibu
akan merasa haus dan lapar hal ini disebabkan karena
proses persalian yang mengeluarkan atau memerlukan
banyak energi.
(6) Sistem renal.
34
2) Alasan Datang
Merupakan alasan yang menyebabkan ibu datang ke sarana kesehatan
3) Keluhan Utama
Merupakan keadaan yang dirasakan ibu saat ini yang menyebabkan
ibu datang ke fasilitas kesehatan seperti : keluar cairan ketuban
bercampur darah, merasa kenceng- kenceng, dan lain sebagainya.
4) Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang Lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami, penyakit yang sedang
di derita dan mendapat pengobatan yang seang atau pernah dilakukan,
penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan penyakit yang
menyertai dan mempengaruhi proses persalinan, misalnya penyakit
keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi, asma, dan penyakit
menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami keluarga, penyakit
yang sedang di derita dan mendapat pengobatan yang seang atau
pernah dilakukan,penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan
penyakit yang menyertai dan mempengaruhi proses persalinan,
misalnya penyakit keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi,
asma, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS
(Manuaba, 2007 : 265).
6) Riwayat haid
Untuk mengetahui diagnose lamanya kehamilan dan untuk
mengetahui janin yang yang di kandung sudah aterm atau belum.
(a)Menarche adalah terjadinya haid yang pertama kali, menarch
terjadi pada usia pubertas yaitu sekitar 13 – 16 tahun (Manuaba,
2007 : 87)
(b)Siklus haid setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal
adalah 28 hari,tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari dan panjang
siklus haid yang biasa pada manusia adalah diantara 21 – 32 hari
(Manuaba, 2007 : 87)
(c)Lamanya haid biasanya antara 3– 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti
darah sedikit – sedikit dan ada yang sampai 7 – 8 hari, pada wanita
biasanya lama haid tetap (Manuaba, 2007 : 92)
(d)Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer. jumlah
perdarahan ± 50 cc/ hari atau 1 -2 tella perhari. (Manuaba, 2007 :
92)
(e)Warna darah pada hari – hari pertama yaitu merah segar kemudian
menjadi kecoklatan dan darah berhenti.
37
DJJ : 120-160x/menit
(5).Perkusi
Reflek patella : +/+
Tabel 2.4 Tabel Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan Dan Masalah Pada Ibu
Bersalin
a. Kebutuhan pasien
Bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya. Contoh kebutuhan konseling, bimbingan tentang kontrol
pernapasan dan posisi untuk meneran. (Sulistyawati dan Esty,2010:229)
Tabel 2.5 Tabel contoh perumusan diagnosis potensial pada persalinan kala I
V. Intervensi
a. Dx : G___P______Ab____Usia Kehamilan____Minggu Janin
T/H/I____kala I Fase Aktif / Laten
b. Intervensi
1. Persipan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
Rasional : untuk menyiapkan beberapa hal(Sondakh,2013:114).
2. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat – obatan yang
diperlukan
Rasional :Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, penolong
sebaiknya memastikan kelengkapan, jenis, dan jumlah bahan-bahan
yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai(Sondakh,2013:115)
3. Persiapan rujukan
Rasional :Jika terjadi penyulit dalam persalinan, keterlambatan untuk
merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa
ibu dan atau bayi(Sondakh,2013:115).
4. Pelayanan asuhan sayang ibu
Rasional :Asuhan sayang ibu dapat diberikan oleh bidan dengan
harapan persalinan akan berlangsung aman dan nyaman sesuai yang
diharapkan bidan, ibu dan keluarganya(Sondakh,2013:9).
5. Pengurangan rasa sakit
Rasional :Metode pengurangan rasa nyeri yang dilakukan secara terus-
menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat
sederhana, berbiaya rendah, beresiko rendah, membantu kemajuan
persalinan, serta hasil persalinan bertambah baik dan bersifat sayang
ibu(Sondakh,2013:116).
6. Berikan dukungan emosional
Rasional : Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan secara
fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu
memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal
(Sondakh,2013:116)
7. Mengatur posisi dan beritahu ibu untuk tidak berbaring terlentang
lebih dari 10 menit
Rasional :Hal ini tidak diperbolehkan karena akan menekan vena cava
inferior, penekanan ini akan mengakibatkan hipoksia atau kekurangan
pasokan oksigen pada janin, selain itu akan berpengaruh terhadap
proses kemajuan persalinan (Sondakh,2013:118).
42
Tabel 2.6 Tabel tentang rumusan diagnosis potensial berdasarkan interpretasi data
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu sudah
melahirkan dengan selamat
Rasional : informasi yang diberikan akan membuat ibu senang karena
bayi dan plasentanya sudah lahir (Rukiyah dkk, 2009: 199).
2. Lakukan evaluasi uterus, konsistensi dan atonia uteri
Rasional : uterus seharusnya terasa keras (kaku) bila diraba, uterus
yang lembek dan berayun menunjukkan uterus tidak berkontraksi
dengan baik, dengan kata lain mengalami atonia uteri (Rukiyah dkk,
2009: 156).
3. Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
Rasional : jika pada jalan lahir nampak perdarahan terus menerus atau
memancar perlu dicurigai adanya laserasi vagina atau serviks
(Rukiyah dkk, 2009: 157).
4. Bersihkan ibu
Rasional : membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang bersih dan
kering supaya ibu merasa nyaman (Rukiyah dkk, 2009: 199).
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman
Rasional : dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan atau membuat
kontraksi menjadi teratur dan kurang efektif (Rukiyah dkk, 2009:72)
6. Dekontaminasi alat-alat partus
Rasional : pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Rukiyah
dkk,2009:73).
7. Pemantauan dan evaluasi lanjut
Rasional : pemantauan dilakukan sehingga semaunya berjalan stabil
dalam batas-batas normal
(Rukiyah dkk, 2009: 157)
VI. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi
VII. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan
bayi dalam keadaan baik, yang ditunjukkan dnegan stabilitas fisik dan
psikologis pasien. Kriteria dari keberhasilah ini adalah :
1. Tanda vital pasien normal
2. Perkiraan jumlah perdarahan
3. Kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. Pasien dapat berapdatasi dengan peran barunya
(Sulistyawati dan Esty,2010:240)
2.1.3 Nifas
a.Konsep Nifas
1. Pengertian Nifas.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam
48
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama :Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan
nama dengan klien .
Umur :Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti seeperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
57
(Ambarwati,2008;131)
Agama :Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dala berdoa.
(Ambarwati,2008;132)
Pendidikan :Pendidikan adalah suatu pengembangan kemampuan
yang diinginkan, proses perubahan mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia
menerima dan menangkap informasi yang disampaikan.
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
(Notoatmodjo, 2005)
Pekerjaan : Perlu dikaji untuk mengetahui gambaran aktifitas dan
tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dari ibu
yang tidak bekerja. Karena pada ibu yang bekerja akan
lebih banyak memiliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan orang lain. Tenaga kesehatan perlu mengkaji hal
ini agar dapat memberikan informasi dan penyuluhan yang
tepat sesuai dengan kondisi pasien.
(Suryati Romauli, 2011)
Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya
alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk
memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk
dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah.
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules,sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perenium.
(Ambarwati,2008;132)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang Lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami, penyakit yang
sedang di derita dan mendapat pengobatan yang sering atau pernah
dilakukan, penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan
penyakit yang menyertai dan mempengaruhi pada masa nifas,
misalnya penyakit keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi,
asma, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS
(Ambarwati,2008;133)
2. Data Obyektif
Pemeriksaan pada ibu
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum = cukup
Kesadaran = composmentis
TTV
TD : normalnya 100/60 – 130/90 mmHg. pada beberapa
kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit –
penyakit lain yang menyertai dalam 2 bulan pengobatan.
(Ambarwati,2008;139)
c. Auskultasi :
Dada : ronchi (-/+), wheezing (-/+), rales (-/+)
d. Perkusi :
Refleks patela (-/+)
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/somnolen/apatis/koma
Pernapasan : 40-60x/menit
Nadi : 120-160x/menit
Suhu : 36,5-37,50C
Jenis kelamin : perempuan/laki-laki
BBL : normal 2500-4000 gram, BBL < 2500gr
atau BBLR potensial terjadi asfiksia uterus,
sepsis neonatorum, hiperbilirubin,
hipotermi. BBL > 4000 gr potensial terjadi
hipoglikemia
PBL : normal 48-53 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala :simetris/tidak, ada benjolan/tidak, caput
63
Tabel 2.9 Tabel Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan Dan Masalah Pada
Ibu Nifas
V. Intervensi
a. Dx: P… Ab… hari …… normal
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
Rasional : Informasi akan sangat penting untuk diberitahukan kepada
klien dan keluarga, karena berkaitan dengan psikologis klien.
2. Beritahu ibu tentang istirahat
Rasional : Istirahat cukup dapat menjadikan proses selama masa nifas
akan berlangsung secara normal dan akan memulihkan tenaga ibu
serta akan menambah produksi ASI
3. Beritahu ibu tentang gizinya
Rasional : Gizi yang seimbang harus terpenuhi agar kebutuhan bayi
pada masa laktasi bisa terpenuhi seperti minum susu dan lain-lain.
Selain itu gizi seimbang juga penting yang akan berkaitan dengan
proses pemulihan kembali organ-organ kandungan ibu sehingga
diharapkan dalam masa nifas ibu akan berlangsung normal.
4. Beritahu ibu tentang menjaga kehangatan bayinya
Rasional : Menjaga kehangatan bayi akan sangat diperlukan karena
hal ini akan mencegah terjadinya hipotermia pada bayi.
5. Beritahu ibu tentang perawatan payudara dan tentang menyusui bayi
Rasional : Perawatan payudara merupakan suatu kebutuhan dasar pada
masa nifas dimana hal ini akan berkaitan dengan proses laktasi pada
masa nifas, sehingga dengan perawatan payudara yang benar maka
proses menyusui akan baik.
6. Beritahu ibu tentang kebersihan diri
65
Rasional : Dengan ibu menjaga kebersihan diri maka hal ini akan
menghindarkan ibu dari berbagai infeksi yang mungkin dapat terjadi
pada masa nifas.
7. Beritahu ibu tentang pemberian ASI
Rasional : ASI merupakan makanan utama bagi bayi, karena dengan
ASI maka akan memberikan dan menambah kekebalan tubuh bagi
bayi.
8. Beritahu ibu tentang mengurangi nyeri pada hemoroid dan
memperlancar BAB
Rasional : Dapat dilakukan diantaranya adalah hindari duduk terlalu
lama, ketika berbaring cobalah berbaring miring, ibu harus banyak
minum terutama jus buah dan makan-makanan berserat.
9. Beritahu ibu cara mengurangi nyeri setelah melahirkan
Rasional : Cara mengurangi rasa nyeri diantaranya adalah berbaring
tengkurap dengan sebuah bantal dibawah perut ibu, cobalah mandi
duduk, berjalan, berubah-ubah posisi.
10. Beritahu ibu tentang pentingnya KB
Rasional : KB atau keluarga berencana merupakan suatu metode untuk
menunda, menjarangkan atau menghentikan untuk memiliki anak,
sehingga jika ibu merasa sudah tidak ingin menambah anak lagi maka
ibu perlu suatu konseling tentang alat kontrasepsi yang tepat dan
benar.
11. KIE tentang pola seksual
Rasional : Pola seksual merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
pasangan, namun pada saat nifas hal tersebut boleh dilakukan jika ibu
nifas sudah berhenti haid atau kurang lebih sekitar 40 hari (6 minggu).
VI. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi
VII. Evaluasi
Evaluasi yang telah dilakukan adalah ibu telah mengetahui hasil
pemeriksaan, ibu telah mengerti tentang apa yang disampaikan oleh bidan.
Dan semua asuhan telah didokumentasikan dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP ibu nifas.
(Yeyeh,2011:135-143)
4.1.1 Neonatus
a. Konsep Neonatus
1. Pengertian Neonatus.
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
66
a) Pengaturan suhu.
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu :
(1)Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak pada
kulit bayi.
(2)Konveksi: pendinginan melalui aliran udara melalui sekitar
bayi.
(3)Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada
kulit bayi yang basah.
(4)Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak
berkontak secara langsung dengan kulit bayi.
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir
menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui keempat
cara diatas. Kehilangan panas secara konduktif jarang terjadi
kecuali bayi diletakan pada alas yang dingin.
b) Inisiasi Menyusui Dini
Yang dimaksud inisiasi menyusu dini ialah suatu usaha
untuk memperkenalkan ASI sedini mungkin.
Hubungan sedini mungkin kulit ibu dan bayi serta
hisapan pertama bayi pada payudara ibu sangatlah penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta keberhasilan ibu
menyusu selanjutnya. Satu jam pertama kontak ibu bayi bagi
bayi baru lahir, sangatlah penting dalam keberhasilan bayi
menyusu selanjutnya.
c) Perawatan Tali Pusat.
Tali pusat biasanya lepas dalam 14 hari setelah lahir,
paling sering sekitar hari ke 10. Mengingat kemungkinan
infeksi, tindakan aseptik harus sangat diperhatikan sewaktu
merawat tali pusat.
Bahaya infeksi tali pusat, yaitu adanya kemungkinan
kuman-kuman melalui pembuluh darah tali pusat masuk ke
dalam badan anak dan menyebabkan kematian anak. Penjelaran
sedemikian kadang-kadang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi
dari bekas potongan (tumpul) tili pusat.
Dibeberapa rumah sakit, tali pusat tidak dibungkus lagi
karena ternyata lebih cepat kering dan jatuh jika dibungkus.
Ada juga yang membungkusnya dengan kain kasa steril yang
tidak diganti sampai tali pusat lepas (Firman dan Budi, 2009).
d) Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus di lekatkan pada
pergelangan tangan atau kaki sejak diruang bersalin.
Pemasangan dilakukan dengan sesuai agar tidak terlalu ketat
ataupun longgar sehingga mudah lepas (Prawirihardjo, 2013).
e) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia
(penyakit menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam
70
3) Pemeriksaan penunjang
Reflek moro :Reflek ini terjadi karena adanya reaksi
miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8
minggu pertama setelah lahir. Tidak
adanya refleks moro menandakan
terjadinya kerusakan atau
ketidakmatangan otak.
(Paula, 2010: 24)
II. Identifikasi Diagnosis Dan Masalah
Diagnosa : bayi baru lahir normal, Usia ...
Data subjektif : bayi lahir tanggal ... jam ... dengan….
Data obyektif : Tangisan kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik.
Suhu : normal 36,5 – 37,5 0C
Pernapasan : normal 40 – 60 kali/menit
Nadi : normal 130 – 160 kali/menit
Berat badan : normal 2500 – 4000 gram
Panjang badan : 48 – 52 cm
(Sondakh, 2013 : 165)
III. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
a. Hipotermi
b. Infeksi
c. Asfiksia
d. Ikterus
(Sondakh, 2013 : 165)
74
tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, dan efisien.
VII. Evaluasi
Sesuai dengan hasil dan menggunakan metode SOAP. Hasil dari
kegiatan / tindakan yang dilakukan pada klien.
S : Data subjektif klien setelah menerima asuhan kebidanan.
O : Data dari hasil pemeriksaan oleh petugas setelah dilakukan intervensi.
A : Kesimpulan dari keadaan klien saat ini.
P : Rencana yang dilakukan sesuai dengan keadaan klien
(Sondakh, 2013 : 167)
4.1.2 Keluarga Berencana (KB)
a. Konsep Keluarga Berencana (KB)
1. Pengertian KB.
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2011).
2. Manfaat Dari KB.
Menurut Bahiyatun (2009), manfaat Keluarga Berencana (KB), antara
lain :
a) Untuk ibu :
Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek dan adanya waktu
yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat, dan menikmati
waktu luang, serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
b) Untuk anak yang baru dilahirkan.
Dapat tumbuh secara normal dan anak tersebut akan memperoleh
perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup.
c) Untuk anak yang lain
Memberi kesempatan perkembangan fisik, mental, sosial lebih baik
dan Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
3. Macam-Macam Metode KB.
Menurut Manuaba Saifuddin (2013), metode KB terdiri dari:
a) Metode Amenore Laktasi (MAL).
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.
b) KB Alamiah, terdiri dari :
(1) Sistem kalender
Metode ini juga dikenal sebagai “metode irama” atau
“Russian roulette” (yang terkhir memiliki angka kegagalan
yang tinggi). Metode ini didasarkan pada suatu algoritme
yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari
sejumlah siklus menstruasi berurutan (Glasier dan Ailsa,
2009).
(2) Metode suhu basal.
76
b) Cara pemakaian:
1) Minum pil pertama pada hari 1-5 siklus menstruasi.
2) Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
3) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan
pascapersalinan dan tidak menstruasi, mini pil dapat
diminum setiap saat. Mini pil dapat diberikan segera
setelah pascakeguguran.
4) Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa
dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
Bila terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut
begitu ingat.
5) Walaupun belum menstruasi, mulailah paket baru
sehari setelah paket terakhir habis (Hidayati, 2009).
c. Suntik progestin
Sangat efektif dan aman, Dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi, Kembalinya kesuburan
lebih lambat, rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa menyusui,
karena tidak menekan produksi ASI.
a) Cara pemakaian:
1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak sedang
hamil.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
3) Selama 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik secara intra muskular dalam
didaerah pantat. suntikan diberikan setiap 90 hari.
d. Kontrasepsi implan
a) Profil:
(a) Efektif selama 5 tahun, untuk Norplant, 3 tahun untuk
Jadena, Indoplant, dan Implanon.
(b) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia
reproduksi.
(c) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
(d) Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut.
(e) Aman dipakai saat laktasi.
(f) Efek samping utama berupa perdarahan yang tidak
teratur, perdarahan bercak, dan amenorea.
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a) AKDR
1) Profil:
(a)Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun : CuT-380A).
(b)Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
(c)Pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan.
79
seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular
seksual(IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul
atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8
hari)
Apakah pernah mengalami disminorea berat yang
membutuhkan analgetika dan atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan atau perdarahan
bercak antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung
vascular atau kogenital
(a) Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascapersalinan maka pil kombinasi adalah metode pilihan
akhir
(b) Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan
(DMPA atau NET-EN), atau susuk
(c) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-
EN)
(4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hormonal : berikut ini perlu ditanyakan apakah orang tua atau
saudaranya ada yang menderita kanker organ genetalia, kanker
payudara, kencing manis (DM), penyakit tromboeboli, tekanan
darah tinggi, obesitas, atau hiperlidemia.
(Baziad, 2002)
(5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Hormonal
Wanita yang abortus/keguguran dapat menggunakan alat
kontrasepsi hormonal ataupun setelah melahirkan dan menyusui.
Tetapi jika diketahui hamil atau perdarahan yang belum jelas
dianjurkan tidak memakai alat kontrasepsi hormonal.
(Saifuddin, 2003 : MK-42)
Non-hormonal
(a) Kehamilan
IUD tidak untuk ibu yang memiliki riwayat kehamilan ektopik.
Pada ibu yang mengalami abortus, IUD segera dapat
diinsersikan segera atau dalam waktu 7 hari apabila tidak ada
gejala infeksi (Saifuddin, 2010: MK – 77).
(b) Persalinan
Paritas tinggi meningkatkan kejadian ekspulsi (Hartanto, 2004:
226).
IUD dapat diinsersikan segera setelah melahirkan, selama 48
84
(6) Riwayat KB
Penggunaan KB hormonal dapat digunakan pada akseptor pasca
penggunaan kontrasepsi hormonal maupun non hormonal. (Hanafi
Hartanto, 196 : 166-167).
(7) Pola kebiasaan sehari-hari
(a) Nutrisi
Hormonal : Makan lebih banyak dari biasanya (Hanafi
Hartanto, 2004 : 171).
Non-hormonal :
IUD tidak mempunyai efek hormonal (tidak
mengurangi/meningkatkan nafsu makan) sehingga tidak
mempengaruhi pola makan/minum (Saifuddin, 2010: MK – 73)
Ibu yang anemis akibat status gizi kurang tidak dianjurkan
memakai IUD.
(b) Istirahat/tidur
Hormonal : Gangguan istirahat yang dialami disebabkan efek
samping sakit kepala (Hanafi Hartanto, 2004 : 171).
(c) Aktifitas
Rasa lesu dan tidak bersemangat melakukan aktifitas karena
keluhan dari efek samping hormonal (sakit kepala, badan terasa
berat dan lain-lain) (Hanafi Hartanto, 2004 : 169).
(d) Personal hygiene
Hormonal : Pada akseptor KB suntik sering mengeluh
keputihan (Hanafi Hartanto, 2004 : 166).
Non-hormonal :
Kebersihan perlu lebih diperhatikan karena pada pemakaian
IUD potensial PID lebih tinggi (Saifuddin, 2010: MK – 73)
(e) Kehidupan seksual
Hormonal :
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengentalkan lendir
servik sehingga mengurangi kenyamanan hubungan seksual.
Non-hormonal :
IUD tidak mempengaruhi hubungan seksual, IUD
meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil. Setelah pemasangan IUD, kontak seksual dapat
dilakukan kembali setelah tidak ada perdarahan (Saifuddin,
2010: MK – 74)
(8) Riwayat Psikososial
85
b. Non-hormonal
1. Diagnosa : P_ _ _ _ Ab _ _ _ calon akseptor kontrasepsi IUD
2. Data Obyektif :
a) Tanda-tanda vital :T : 100/70-140/90 mmHg, N : 72-92 x/mnt,
S : 36,5-37,5oC, R : 16-24 x/mnt
b) Genetalia
1. Inspeksi : tidak ada fluor albus berlebihan/perdarahan
pervaginam, tidak terdapat condiloma
acuminate/matalata, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholini dan skene
Inspekulo : tidak ada tanda erosi, lesi, tumor, tidak ada tanda
kehamilan (tanda Chadwick)
Bimanual : tidak ada nyeri goyang serviks dan nyeri goyang
adneksa, posisi uterus dan tanda – tanda
kemungkinan hamil (tanda hegar dan tanda
goodels serta tanda piskacek)
tidak ada yang tidak memiliki efek samping; namun tidak adanya
kontrasepsi bahkan lebih membahayakan. (Leveno, 2009: 366)
3. Bahas metode yang diinginkan klien
Rasional : Petugas membantu keputusan mengenai pilihannya, dan
harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak
memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi
VI. Implementasi
Mengacu pada intervensi
VII. Evaluasi
Hasil evaluasi tindakan dituliskan lembar catatan perkembangan
dengan melaksanakan observasi dan pengumpulan data subyektif, obyektif,.
Jadi secara dini catatan perkembangan berisi uraian yang berbentu SOAP,
yang merupakan singkatan dari :
S : Merupakan informasi/data yang diperoleh dari keluhan pasien
O :Merupakan informasi yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh
bidan maupun oleh tenaga kesehatan lainnya.
A :Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif
dan obyektif
P :Merupakan rencana tindakan kebidanan yangt dibuat sesuai
dengan masalah klien
(Kepmenkes No 938:2007).
89
90
BAB III
METODE PENELITIAN
Kriteria
Subyek Ibu Hamil Fisiologis Trimester III di BPM
Anik Rohanjarwati Pakis-Malang
Wawancara mendalam
Observasi partisipatif
Melakukan dokumentasi
Pengolahan data:
Mencatat
Mengumpulkan
Berfikir (menemukan pola hubungan)
Analisis data
Dengan uji kredibilitas triangulasi sumber
Kesimpulan
3.8.1 Lokasi
Asuhan kebidanan secara continuity of care akan dilaksanakan di BPM
Anik Rohanjarwati Pakis Malang
3) Confidentitiality (kerahasiaan)
Confidentitiality kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah
responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan
informasi yang telah dikumpuklan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian (Hidayat, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
96
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Hani Ummi, Marjati Kusbandiyah, Yulifah Rita, 2010. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta :Salemba Medika
Manuaba,Ida Ayu Chandranita., Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, dan Ida Bagus
Gde Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi 2 . Jakarta : EGC
Nany,Vivian Lia Dewi dan Sunarsih Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rochjati, Poedji. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Edisi 2. Surabaya :
Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.
Rohani, Reni Saswita dan Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Salemba Medika
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Suherni, Hesti Widyasih dan Anita Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI.