Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu
keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu
keadaan yang dapat mengancam jiwa Ibu dan bayi bahkan dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir harus ditangani oleh petugas kesehatan yang berwenang demi
kesehatan dan keselamatan Ibu dan bayi. Setiap tahun sekitar 160 juta
perempuan diseluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung
dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan
sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa Ibu. Komplikasi
ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta Ibu setiap tahun.
Indikator yang umum di gunakan dalam kematian Ibu adalah Angka
Kematian Ibu (AKI) (Prawirohardjo, 2013).
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%,
biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%),
dan sebab-sebab lain (8%). Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan
bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Penelitian telah
menunjukan bahwa dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh
terjadi pada waktu perinatal atau usia dibawah 1 bulan. Tiga perempat dari
kematian ini terjadi pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh, untuk setiap
bayi baru lahir meninggal, terjadi pula 1 lahir mati. Penyebab kematian
adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan
sebab-sebab lain. Jika tidak meninggal, keadaan ini akan meninggalkan
masalah bayi dengan cacat (Prawirohardjo, 2013).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan, sepanjang periode 2007-2012
kasus kematian ibu melonjak cukup tajam. Pada 2012, AKI mencapai
359/100.000 kelahiran hidup atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan
dengan kondisi pada 2007 yang hanya sebesar 228/100.000 kelahiran hidup
(Ruslan, 2014). Sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat yaitu
32/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian Ibu dan bayi karena komplikasi
obstetri dimana komplikasi ini tidak diduga sebelumnya (Depkes, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Timur sudah berada di
bawah target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, sebesar
102/100.000 kelahiran hidup. Secara rinci, data laporan kematian ibu (LKI)
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota melaporkan tahun 2011 sebesar
101,4/100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 sebesar 97,43/100.000 kelahiran
hidup, dan tahun 2013 sebesar 97,39/100.000 kelahiran hidup (Depkes,
2014). Adapun tujuan/sasaran dari MDGs itu sendiri diantaranya adalah

1
2

memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar


bagi semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan,
menurunkan angka kematian balita, meningkatkan kesehatan ibu,
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, menjamin
kelestarian fungsi lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan.Pada tingkatan masyarakat penanggulangan bukan
semata mata dilakukan dari pihak pemerintah atau penyedia pelayanan
kesehatan (meliputi tenaga kesehatan juga) saja tapi juga harus ada peran
serta dari masyarakat sendiri. Selain untuk dapat mempercepat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar lebih cepat, juga untuk
masyarakat menjadi aktif.Adapun program-program yang sudah dilakukan
saat ini dimasyarakat antara lain seperti Program Keluarga Berencana.
Program KB di BPM Anik sendiri di ikuti oleh 832 KB suntik, 31 KB pil,
10 IUD, dan 15 implan.
Pada tahun 2006 Angka Kematian Ibu (AKI) di Dinkes Malang
sejumlah 30 jiwa/tahun. Sedangkan 2007 menurun mencapai 25 jiwa/tahun,
dan pada tahun 2008 menurun lagi menjadi 34 jiwa/tahun.Sementara itu
pada tahun 2009 AKI menurun menjadi 9 jiwa, sehingga ini merupakan
bagian dari prestasi Dinkes Kabupaten Malang dr H Agus Wahyu Arifin,
Kamis (2009). Sedangkan Dinkes Kabupaten Malang juga menjelaskan
bahwa AKB pada tahun 2006 masih tinggi, yakni mencapai 214 jiwa, angka
tersebut menurun pada 2007 mencapai 153 jiwa dan kembali menurun pada
tahun 2008 mencapai 147 jiwa. Sedangkan pada 2009 mei, angka kematian
bayi mencapai 31 jiwa. Penyebab langsung Angka Kematian Ibu di
Kabupaten Malang antara lain karena perdarahan 28%, eklamsia 24%,
infeksi 11%, partus lama 5%, dan lain-lain 39%. Sedangkan penyebab angka
kematian bayi baru lahir 0-6 hari adalah gangguan pernapasan
36,9%,prematuritas 32,4 %, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainan
darah/ikterus 6,6% dan lain-lain 11,9%. (Dinkes Kabupaten Malang, 2010).
Sedangkan untuk data di BPM Anik Amd Keb sendiri persalinan yang di
tolong secara normal 303 orang, persalinan dengan resiko seperti secsio
secaria 34 orang, dan kehamilan dengan resiko seperti gemeli, plasenta
previa, PEB 28 orang.
Salah satu ibu hamil di Kecamatan Pakis Malang yang bernama
Ny.”S“ dengan skor poedji rochjati 2 mengeluhkan kram pada kaki saat pagi
hari, mudah capek, sering buang air kecil, dan kurang nyaman pada saat
tidur. Namun hal tersebut merupakan ketidaknyamanan pada trimester 3
yang bersifat fisiologis. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketidaknyamanan
tersebut maka dilakukan asuhan kebidanan yang berkesinambungan
(Continuity Of Care) untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Dari data tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan
bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara
komperehensif (Continuity Of Care). Hal ini, sesuai dengan target global
Millennium Development Goals (MDG’s) 2015 yang menargetkan AKI di
Indonesia dapat diturunkan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada
3

tahun 2015,sedangkan untuk AKB adalah 23/100.000. Upaya penurunan


AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi
90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.Maka, upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak salah satunya adalah
melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity Of Care.
Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin
hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan
yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu
yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga
profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan mulai
prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan
melahirkan sampai enam minggu pertama postpartum (Pratami, 2014).
Apabila tidak dilakukan asuhan pada ibu dan bayi dapat menyebabkan
perkembangan kesehatan klien tidak dapat dipantau sehingga tidak dapat
mengetahui masalah potensial yang terjadi pada klien dan apabila terjadi
kegawatdaruratan tidak dapat segera ditangani dan kemungkinan
terburuknya adalah terjadinya kematian ibu dan anak.
Dari latar belakang yang telah dikemukan diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of
care) pada pasien dimulai dari masa hamil sampai KB sebagai laporan
tugas akhir dan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Malang.

1.2 Batasan Masalah


Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini dibantasi pada Asuhan Kebidanan
yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.

1.3 Tujuan Penyusunan LTA


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus
dan KB.
b) Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB.
c) Merencanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu hamil, bersalin,
nifas, neonatus dan KB.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu hamil, bersalin,
nifas, neonatus dan KB.
e) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.
f) Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan SOAP notes.
4

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sarana belajar komprehensif bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam rangka
menambah wawasan khususnya asuhan kebidanan, serta dapat memperlajari
kesenjangan yang terjadi.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, dan menambah
pengalaman nyata tentang asuhan kebidanan secara continuity of care pada
Ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan kontrasepsi dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
b. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi yang
telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik lapangan
agar mampu menerapkan secara langsung dan berkesinambungan pada ibu
dalam masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir , nifas, neonatus, serta
KB dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
c. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara
komprehensif terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan
kontrasepsi.
d. Bagi Klien
Sebagai informasi, serta menambah pengetahuan dan motivasi bagi
klien, bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat
penting terutama asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonatus, dan kontrasepsi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar/Teori (Kehamilan, Persalinan dan BBL, Nifas, Neonatus,


Serta KB Yang Menggambarkan Continuity Of Care).
2.1.1 Kehamilan
a. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari perama haid terakhir. Kehamilan dibagi
menjadi 3 triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan, triwulan
kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-
7 sampai 9 bulan (Pudjiastuti, 2012).
2. Proses Dari Kehamilan.
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan
(konsepsi). Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan
ovum perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil
dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk
bergerak dalam media cair dan dapat mempertahankan
fertilisasinya selama 2 sampai 4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup
maksimal 48 jam setelah ovulasi.
Proses pembuahan tidak lepas dari sistem reproduksi pria
dan wanita. Pembuahan akan dimulai dengan terbentuknya zigot
setelah inti sel telur bertemu dengan sel sperma. Ovum yang
sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6 sampai 8 hari untuk
berjalan ke dalam uterus. Selama perjalanan tersebut, zigot
berkembang melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12
sampai 15 jam sekali, namun ukurannya tidak berubah.
Secara khusus zigot mengalami pertumbuhan dan
perkembangan seperti berikut ini :
a) Zigot membelah menjadi 2 sel, 4 sel, dan seterusnya.
b) Dalam waktu bersamaan lapisan dinding dalam uterus
menjadi tebal seperti spons, penuh dengan pembuluh darah,
dan siap menerima zigot.
c) Oleh karena kontraksi otot dan gerak silia dinding tuba
fallopi, zigot menuju ke uterus dan menempel di dinding
uterus untuk tumbuh dan berkembang.
d) Selanjutnya terbentuk plasenta dan tali pusat yang merupakan
penghubung antara embrio dan jaringan ibunya.
e) Embrio dikelilingi cairan amnion yang berfungsi melindungi
embrio dari bahaya benturan yang mungkin terjadi.
f) Dalam empat minggu, embrio berusaha menunjukkan adanya
pertumbuhan mata, tangan, dan kaki.
6

g) Setelah berusia enam minggu, embrio sudah berukuran 1,5


cm. Otak, mata, telinga, dan jantung sudah berkembang.
Tangan dan kaki, serta jari-jarinya mulai terbentuk.
h) Setelah berusia delapan minggu, embrio sudah tampak
sebagai manusia dengan organ-organ tubuh lengkap. Kaki,
tangan, serta jari-jarinya telah berkembang.
i) Setelah mencapai usia kehamilan kira-kira sepuluh bulan
(280 hari), bayi siap dilahirkan (Hutahaean, 2013).
3. Perubahan Fisiogis Kehamilan.
a) Perubahan fisik ibu.
1) Trimester 1
Tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada
beberapa ibu adalah perdarahan sedikit atau spotting
sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat embrio melekat
pada lapisan uterus. Perdarahan implantasi ini biasanya
kurang dari lamanya menstruasi yang normal. Setelah
terlambat satu periode menstruasi, perubahan fisik
berikutnya biasanya adalah nyeri dan pembesaran
payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang kronis/menetap
dan sering buang air kecil. Ibu akan mengalami dua gejala
yang terakhir selama tiga bulan berikutnya. Morning
sickness atau mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8
minggu dan mungkin berakhir sampai 12 minggu. Pada
usia kehamilan 12 minggu, pertumbuhan uterus di atas
simfisis pubis dapat dirasakan. Ibu biasanya mengalami
kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester
pertama.
Adapun perubahan dari bulan ke bulan adalah
sebagai berikut :
(a) Minggu ke-4/bulan ke-1.
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi nyeri
dan membesar. Kelelahan yang kronis (menetap) dan
sering buang air kecil mulai terjadi. Keadaan ini
berlangsung selama tiga bulan berikutnya. HCG ada
di dalam urine dan serum 9 hari setelah konsepsi.
(b) Minggu ke-8/bulan ke-2.
Mual dan muntah (morning sickness) mungkin
terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus
berubah dari bentuk pir menjadi globular. Tanda-tanda
hegar dan Goodell muncul. Serviks fleksi dan
leukorea meningkat. Penambahan berat badan belum
terlihat nyata.
(c) Minggu ke-12/bulan ke-3.
Tanda Chadwick muncul dan uterus naik diatas
simfisis. Kontraksi Braxton Hicks mulai dan mungkin
terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk
7

menderita infeksi saluran kemih meningkat dan ada


selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1-2
kg selama trimester pertama. Plasenta sekarang
berfungsi penuh dan memproduksi hormone.
2) Trimester II
Uterus akan terus tumbuh. Pada usia kehamilan 16
minggu, uterus biasanya berada pada pertengahan antara
simfisis pubis dan pusat. Penambahan berat badan sekitar
0,4-0,5 kg/mg. Ibu mungkin akan merasa banyak energi.
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus berada di dekat
pusat. Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu dapat
merasa gerakan bayinya dan juga mengalami perubahan
yang normal pada kulitnya, meliputi adanya chloasma,
linea nigra, dan striae gravidarum.
Adapun perubahan dari bulan ke bulan adalah
sebagai berikut:
(a) Minggu ke-16/bulan ke-4.
Fundus berada di tengah antara simfisis dan
pusat. Berat ibu bertambah 0,4-0,5 kg/mg selama sisa
kehamilan dan mungkin mempunyai banyak energi.
Sekresi vagina meningkat (tetapi normal jika tidak
gatal, iritasi, atau berbau busuk). Tekanan pada
kandung kemih berkurang sehingga frekuensi sering
buang air kecil berkurang.
(b) Minggu ke-20/bulan ke-5.
Fundus mencapai pusat payudara memulai
sekresi kolostrum. Kantong ketuban menampung 400
ml cairan. Rasa akan pingsan dan pusing mungkin
terjadi, terutama jika posisi berubah secara mendadak.
Varises pembuluh mungkin terjadi. Ibu mersakan
gerakan janin. Aerola bertambah gelap. Hidung
tersumbat mungkin dialami.
(c) Minggu ke-24/bulan ke-6.
Fundus diatas pusat. Sakit punggung dan kram
pada kaki mungkin terjadi. Perubahan kulit bisa
berupa striae gravidarum, chloasma, linea nigra dan
jerawat. Mimisan dapat terjadi dan mungkin
menglami gatal-gatal pada abdomen karena uterus
membesar dan kulit meregang.
3) Trimester III
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada
pertengahan antar pusat dan sifoideus. Pada usia
kehamilan 32-36 minggu, fundus mencapai prosesus
sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sering
buangair kecil kembali terjadi. Sekitar usia 38 minggu
bayi masuk/turun kedalam panggul. Sakit punggung dan
8

sering buang air kecil meningkat. Ibu mungkin menjadi


sulit tidur. Kontraksi Braxton Hicks meningkat.
Adapun perubahan dari bulan ke bulan adalah
sebagai berikut.
(a) Minggu ke-28/bulan ke-7.
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan
sifoideus. Hemoroid mungkin terjadi. Pernapasan
dada menggantikan pernapasan perut. Garis bentuk
janin dapat di palpasi. Rasa panas dalam perut
mungkin mulai terasa.
(b) Minggu ke-32/bulan ke-8.
Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara
penuh, dan nyeri tekan. Sering buang air kecil
mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin juga
mengalami dispnea.
(c) Minggu ke-38/bulan ke-9.
Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu
(lightening). Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia
kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-0,6 kg. sakit
punggung dan sering buang air kecil meningkat.
Braxton Hicks meningkat karena serviks dan segmen
bawah rahim disiapkan untuk persalinan (Dewi,
2011).
b) Perubahan psikologis ibu
1) Pada kehamilan trimester I (periode penyesuaian).
(a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci
dengan kehamilannya.
(b) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan,
dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar
dirinya tidak hamil saja.
(c) Ibu kan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-
benar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk
meyakinkan dirinya.
(d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan
selalu mendapat perhatian dengan seksama.
(e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin akan
diberitahukannya kepada orang lain atau malah
mungkin dirahasiakannya.
(f) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda
pada setiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami
penurunan (Romauli, 2011).
2) Pada kehamilan trimester II.
Pada masa ini wanita mulai merasa sehat dan
mengharapkan bayinya. Ibu sudah menerima kehamilanya
dan mulai dapat menggunakan energi dan pikiranya secara
9

lebih kontruktif. Pada trimester ini ibu mulai mersakan


kehadiran bayinya sebagai seseorang di luar dari dirinya
sendiri. Pengenalan pada pergerakan fetus, pertumbuhan
dan pembesaran abdomen, serta gerakan bayi saat di USG,
membuat gambaran tersebut nyata.
3) Pada kehamilan trimester III (periode penantian dengan
penuh kewaspadaan).
Trimester III sering disebut periode menunggu dan
waspada sebab ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu.
Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan
timbulnya tanda dan gejala persalinan serta ketidak
normalan bayinya. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan
timbul kembali, merasa diri aneh dan jelek, serta gangguan
body image. Perubahan body image dapat berdampak besar
pada wanita dan pasanganya saat kehamilan (Jannah, 2012).
4. Kebutuhan Kesehatan Pada Ibu Hamil.
a) Persiapan persalinan
Meskipun hari perkiraan persalinan masih lama tidak
ada salahnya jika ibu dan keluarga mempersiapkan persalinan
sejak jauh hari sebelumnya. Ini dimaksudkan agar jika terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan atau persalinan maju dari
hari perkiraan, semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah
siap. Beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk persalinan
adalah sebagai berikut.
1) Biaya dan penentuan tempat serta penolong persalinan.
2) Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil
keputusan jika terjadi sesuatu komplikasi yang
membutuhkan rujukan.
3) Baju ibu dan bayi beserta perlengkapan lainnya.
4) Surat-surat fasilitas kesehatan (misalnya asuransi
kesehatan, jaminan kesehatan dari tempat kerja, kartu
sehat, dan lain-lain).
5) Pembagianperan ketika ibu berada di rumah sakit (ibu dan
mertua, yang menjaga anak lainya jika bukan persalinan
yang pertama).
Selain beberapa hal diatas yang tidak kalah penting
untuk dipersiapkan dari ibu adalah pemahaman akan tanda-
tanda pasti persalinan. Bidan sebaiknya memberikan
informasi mengenai tanda-tanda persalinan kepada ibu ketika
pada kunjungan ANC trimester III yang meliputi hal-hal
berikut ini:
(a) Rasa sakit atau mules diperut dan menjalar diperut bagian
bawah sampai kepinggang bagian belakang, yang disebut
sebagai kontraksi. Kontraksi ini terjadi secara teratur dan
semikin lama semakin sering dengan intensitas yang
10

meningkat. Minimal 3x dalam 10 menit dengan durasi 30-


40 detik.
(b) Adanya pengeluaran pervagina berupa sekret yang
berwarna merah muda disertai dengan lendir(Sulistyawati,
2009).
(c) Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah
ketuban. Sebagian besar keadaan ini terjadi menjelang
pembukaan lengkap, setelah adanya pecah ketuban
diharapkan proses persalinan berlangsung kurang dari 24
jam (Sondakh, 2013).
b) Dukungan Keluarga.
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih
sayang dari orang-orang terdekatnya, terutama suami. Kadang
ibu dihadapkan pada suatu situasi yang ia sendiri mengalami
ketakutan dan kesendirian, terutama pada trimester akhir.
c) Dukungan Dari Tenaga Kesehatan
Bagi seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khususnya
bidan mempunyai tempat tersendiri dalam dirinya. Harapan
pasien adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman dekat
dimana Ia dapat mencurahkan isi hati dan kesulitanya dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan.
d) Persiapan Menjadi Orang Tua
Ini sangat penting dipersiapkan karena setelah bayi lahir
akan banyak perubahan peran yang terjadi, mulai ibu, ayah,
dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama punya anak,
persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi
dengan orang yang mampu untuk membagi pengalamannya
dan memberikan nasihat mengenai pesiapan menjadi orang
tua.
Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari 1
anak, dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak
sebelumnya. Selain persiapan mental, yang tak kalah
pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena bertambah
anggota, bertambah pula kebutuhannya (Sulistyawati, 2009).
e) Aktivitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktivitas ringan sampai
sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika
duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika
tingkat aktivitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat
harus cukup. Olah raga dapat ringan sampai sedang,
sebaiknya dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi
140 kali per menit. Jiak ada gangguan/keluhan yang dapat
membahayakan (misalnya perdarahan pervagina), maka
aktivitas fisik harus dihentikan.
f) Imunisasi
Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang
11

terutama adalah tetanus toksoid. Imunisasi lain diberikan


sesuai indikasi.
Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi Interval Perlindungan


TT 1 Selama kunjunagn I -
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun seumur
hidup

g) Mandi dan cara berpakaian


1) Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun
khusus/antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru
dapat menggangu flora normal vagina. Selain itu, aplikasi
sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan
emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya.
2) Pakaian tidak boleh ketat/tidak menekan karena dapat
menyebabkan bendungan vena dan mempercepat varises.
3) Berpakaian nyaman sebaiknya memungkinkan pergerakan,
pernafasan dan perspirasi yang leluasa.
4) Pakaian menyerap keringat karena pada ibu hamil fungsi
ekskresi dan keringat bertambah.
5) Bh yang menyanggah.
h) Senggama/koitus.
Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali
jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, maka
harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus
sebelumnya, koitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16
minggu.
i) Perawatan mammae dan abdomen
Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papilla untuk
ditarik secara manual dengan pelan. Striae/hiperpigmentasi
dapat terjadi, tidak perlu dikhawatirkan berlebihan.
j) Gizi/nutrisi.
Makanan sehari-hari yang dianjurkan adalah yang
memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil. Untuk
pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan
tablet tambah darah (Dewi, 2011).
k) Ketidaknyamanan dan cara mengatasi.
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem
dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu
adabtasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses
adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami
12

ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis


namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan
perawatan. Beberapa ketidaknyamanan dan cara
mengatasinya adalah sebagi berikut:

Tabel 2.2
Ketidaknyamanan Masa Hamil Dan Cara Mengatasinya

No. Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Sering buang air a. Penjelasan mengenai sebab terjadinya.
kecil. b. Kosongkan saat ada dorongan untuk
Trimester I dan III kencing.
c. Perbanyak minum pada siang hari.
d. Jangan kurangi minum untuk mencegah
noktoria, kecuali jika noktoria sangat
mengganggu ptidur pada malam hari.
e. Batasi minum kopi, teh, dan soda.
f. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran
kemih dengan menjaga posisi tidur yaitu
dengan berbaring miring ke kiri dan kaki
ditinggikan untuk mencegah deorises.
2. Striae gravidarum. a. Gunakan emolien topikal atau anti proritik
Tampak jelas pada jika ada indikasinya.
bulan ke 6-7. b. Gunakan baju longgar yang dapat menopang
payudara dan abdomen.
3. Hemoroid. a. Hindari konstipasi.
Timbul trimester II b. Makan makanan yang berserat dan banyak
dan III minum.
c. Gunakan kompres es atau air hangat.
d. Dengan perlahan masukkan kembali anus
setiap selesai buang air besar
4. Kelelahan / fatigue a. Yakinkan bahwa ini normal pada awal
Pada trimester I kehamilan
b. Dorong ibu untuk sering beristirahat.
c. Hindari istirahat yang berlebihan.
5. Keputihan . a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap
Terjadidi termester hari
I, II, dan III b. Memakian pakaian dalam dari bahan katun
dan mudah menyerap
c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan
buah dan sayur
6. Keringat bertambah. a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
Secara perlahan b. Tingkatkan asupan cairan.
terus meningkat c. Mandi secara teratur.
sampai akhir
kehamilan.
13

7. Sembelit. a. Tingkatkan diet asupan cairan


Tromester II dan III b. Buah prem dan jus prem
c. Minum cairan dingin atau hangat, terutama
saat perut kosong
d. Istirahat cukup
e. Senam hamil
f. Membiasakan buang air besar secara teratur
g. Buang air besar segera setelah ada dorongan
8. Kram pada kaki, a. Kurangi konsumsi susu ( kandungan
setelah usia fosfornya tinggi).
kehamilan 24 b. Latihan dorsofleksi pada kaki dan
minggu mereganggkan otot yang terkena.
c. Gunakan penghangat untuk otot.
9. Mengidam (pica) a. Tidak perlu dikawatirkan selama diet
Trimester I memenuhi kebutuhannya.
b. Jelaskan tentang bahaya makanan yang tidak
bisa diterima, mencakup gizi yang
diperlukan seta memuaskan rasa mengidam
atau kesukaan menurut kultur.
10. Nafas sesak a. Jelaskan penyebab fisiologisnya.
Trimester II dan III. b. Dorong agar secara mengatur laju dan
dalamnya pernafasan pada kecepatan
normal yang terjadi.
c. Merentangkan tangan diatas kepala serta
nenarik nafas panjang.
d. Mendorong postur tubuh yang baik,
melakukan pernafasan interkostal.
11. Nyeri ligamentum a. Berikan penjelasan mengenai penyebab
rotundum. nyeri.
Trimester II dan III. b. Tekuk lutut kearah abdomen.
c. Mandi air hangat.
d. Gunakan bantalan pemanas pada area yang
terasa sakit hanya jika tidak terdapat kontra
indikasi.
e. Gunakan sebuah bantalan untuk menopang
uterus dan bantal lainnya letakkan diantara
lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring.
12. Berdebar-debar a. Jelaskan bahwa hal ini normal pada
(palpitasi jantung). kehamilan.
Mulai akhir
trimester I.
13 Panas perut a. Makan sedikit-sedikit tapi sering.
(heartburn). b. Hindari makan berlemak dan berbumbu
Mulai bertambah tajam.
sejak trimester II c. Hindari rokok, asab rokok, alkohol, dan
14

dan bertambah coklat.


semakin lamanya d.Hindari berbaring setelah makan.
kehamilan. Hilang e.Hindari minum air putih saat makan.
pada waktu f.Kunyah permen karet.
persalinan. g.Tidur dengan kaki ditinggikan.
14. Perut kembung. a.Hindari makn yang mengandung gas.
Trimester II dan III b.Mengunyah makanan secara sempurna.
c.Lakukan senam secara teratur.
d.Pertahankan saat buang air besar yang
teratur.
15. Pusing / sinkop. a. Bangun secara perlahan dari posisi
Trimester II dan III istirahat.
b. Hindari berdiri terlalu lama dalam
lingkungan yang hangat dan sesak.
c. Hindari berbaring dalam posisi terlentang.
16 Mual dan muntah. a. Hindari bau atau faktor penyebabnya.
Trimester I b. Makan biskuit kering atau roti bakar sesaat
sebelum bangun dari tempat tdur di pagi
hari.
c. Makan sedikit tapi sering.
d. Duduk tegak setiap kali selesai makan.
e. Hindari makanan yang berminyak
danberbumbu.
f. Makan makanan kering diantara waktu
makan.
g. Minum minuman berkarbonat.
h. Bangun tidur secara berlahan.
i. Hindari menggosok gigi setelah makan.
j. Minum tehherbal.
k. Istirahat sesuai kebutuhan.
17 Sakit punggung atas a. Gunakan posisi tubuh yang baik.
dan bawah. b. Gunakan bra yang menopang dengan ukuran
Trimester II dan III yang tepat.
c. Gunakan kasur yang keras.
d. Gunakan bantal ketika tidur untuk
meluruskan punggung.
18 Varices pada kaki. a. Tinggikan kaki sewaktu berbaring.
Trimester II dan III b. Jaga kaki agar tidak bersilang.
c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
d. Senam untuk melancarkan peredaran darah.
e. Hindari pakian atau korset yang ketat.
(Sulistyawati, 2009).
b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
. I. Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Biodata
15

(1) Nama : Untuk dapat mengenal atau memanggil nama


ibu dan untuk mencegah kekeliruan bila ada
nama yang sama
(Romauli.2011)
(2) Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun.
(Romauli. 2011)
(3) Suku/bangsa : Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu
yang mempengaruhi perilaku kesehatan
(Romauli. 2011 )
(4) Agama : Dalam hal ini berhubungan dengan
perawatan penderita yang berkaitan dengan
ketentuan agama.
(Romauli. 2011 )
(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang.
(Romauli. 2011 )
(6) Pekerjaan : hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan
sosial ekonomi agar nasehat kita sesuai.
Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pada
kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok,
percetakan, dan lain-lain.
(Romauli. 2011 )
(7) Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal dimana,
menjaga kemungkinan bila ada ibu yang
memiliki nama yang sama. Ditanyakan
alamatnya, agar dapat dipastikan ibu yang
mana hendak ditolong itu. Alamat juga
diperlukan untuk mengadakan kunjungan
kepada penderita.
(Romauli. 2011 )

(8) Telepon : ditanyakan bila ada, untuk memudahkan


komunikasi.
(Romauli. 2011 :)
b) Alasan Kunjungan
Apakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya
untuk memeriksakan kehamilannya.Ibu datang ke pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya (trimester I, II,
atau III) atau klien ingin melakukan kunjungan ulang.
(Romauli. 2011 : 163)
c) Riwayat Pernikahan
1) Nikah atau tidak
16

2) Berapa kali nikah


3) Berapa lama nikah
(Ummi Hani, 2011. 2011 : 87)

d) Riwayat Menstruasi
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi
/ kandungan, meliputi hal – hal seperti ; umur menarche,
lamanya, siklus haid, banyaknya darah, HPHT, keluhan saat
haid.
(Marjati dkk, 2010:126)
e) Riwayat Penyakit Sekarang
Berhubungan dengan masalah atau alasan datang.
(1) Tanggal dan jam terjadinya serangan
(2) Bentuk serangan
(3) Faktor pencetus terjadinya serangan
(4) Alur penyakit sejak serangan, termasuk durasi atau
serangan ulang,
(5) Lokasi spesifik
(6) Tipe nyeri atau ketidaknyamanan dan intensitasnya
(7) Gejala lain yang berhubungan
(8) Hubungan fungsi tubuh dengan aktivitas
(9) Penjelasan kualitas (warna, konsistensi) dan kuantitas
(banyaknya, volume, atau jumlah)
(10) Bantuan kesehatan yang dilakukan dan dari siapa.
(11) Efektivitas perawatan dan pengobatan.
(Ummi Hani, 2011. 2011 : 87)
f) Riwayat Kesehatan yang Lalu
(1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi
(2) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit
infeksi
(3) Penyakit berat, misalnya pneumonia, hepatiti, demam
rematik, difteri, dan polio.
(4) Masuk rumah sakit : tanggal dan penyebab masuk
(5) Pembedahan : tanggal dan penyebab
(6) Kecelakaan : fraktur, luka dan lain-lain
(7) Transfusi darah : tanggal, penyebab dan reaksi
(8) Alergi, misalnya makanan, lingkungan, debu, hewan
dan asma
(9) Alergi obat
(10) Penggunaan alkohol
(11) Kebiasaan merokok,alkohol,kafein (kopi, teh, soda,
coklat) ; keselamatan (sabuk pengaman, helm)
(12) Pola tidur
(13) Diet
(14) Aktifitas
17

(15) Risiko dalam pekerjaan: posisi (berdiri,duduk), tarikan


(mata,otot), ventilasi, paparan racun kimiawi
(16) Risiko dari lingkungan ; udara, air dan lain-lain.
(17) Tes skrining genetik, misal sel sabit
(18) Penyait spesifik : diabetes, penyakit jantung, TB, asma,
hepatitis/liver, ISK, tromboflebitis, penyakit endokrin,
gastrointestina, kanker, hipertensi, AIDS, penyakit
jiwa, epilepsi, penyakit darah seperti anemia.
(19) Pengobatan yang didapat.
(Ummi Hani, 2011 :88)
g) Riwayat Ksehatan Keluarga
(1) Usia ayah dan ibu, juga statusnya (hidup atau mati)
(2) Kanker
(3) Penyakit jantung
(4) Hipertensi
(5) Diabetes
(6) Penyakit gunjal
(7) Penyakit jiwa
(8) Kelainan bawaan
(9) Kehamilan ganda
(10) TB (Tuberkulosis)
(11) Epilepsi
(12) Kelainan darah (anemia dan lain-lain)
(Ummi Hani, 2011:88)
h) Riwayat Obstetri yang Lalu
Riwayat obstetri (Gravida (G)… Para (P)… Abortus (Ab)…
Anak hidup (Ah)…), meliputi: perdarahan pada kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir bayi < 2500 gram atau
>4000 gram serta masalah selama kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu.
i) Riwayat Kehamilan Sekarang
(1) HPHT : Tanggal dimana ibu baru mengeluarkan darah
menstruasi dengan frekuensi dan lama seperti menstruasi
yang seperti biasa.
(Ummi Hani, 2011 : 79)
(2) Gerakan Janin :
Pada multigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,
sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu.
(Ummi Ummi Hani, 2011. 81)
(3) Tanda Bahaya dan Masalah
Pada Trimester III
(a) Perdarahan pervaginam
(b) Sakit kepala hebat dan menetap
(c) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan
kabur,rabun senja)
18

(d) Pembengkakan pada wajah/tangan


(e) Nyeri abdomen yang hebat
(f) Bengkak pad muka atau tangan
(g) Bayi kurang bergerak seperti biasa
(Ummi Hani, 2011: 116-121)
(4) Keluhan-keluhan fisiologis yang lazim pada kehamilan atau
ketidaknyamanan pada trimester III seperti : nyeri
punggung bawah, sesak nafas, edema dependen,
peningkatan frekuensi berkemih, nyeri ulu hati, konstipasi,
kram tungkai, insomnia, kesemutan
(Varney, 2007 : 536-543)

(5) Komposisi nutrisi harus sesuai dengan kebutuhan pada


Trimester III.
(a) Kalori yang diperlukan ibu hamil setiap harinya adalah
2500 kalori
(b) Protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram
per hari.
(c) Kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram perhari
(d) Zat besi diperlukan untuk menjaga konsentrasi
hemoglobin yang normal yaitu sejumlah 30 mg/hari
(e) Asam folat
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil
yaitu 400 mikrogram per hari untuk pematangan sel-sel
darah merah.
(Sarwono, 2008 : 286)
j) Riwayat Ksehatan Keluarga
(1) Usia ayah dan ibu, juga statusnya (hidup atau mati)
(2) Kanker
(3) Penyakit jantung
(4) Hipertensi
(5) Diabetes
(6) Penyakit gunjal
(7) Penyakit jiwa
(8) Kelainan bawaan
(9) Kehamilan ganda
(10) TB (Tuberkulosis)
(11) Epilepsi
(12) Kelainan darah (anemia dan lain-lain)
(Ummi Hani, 2011. 2010 :88)
k) Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Hal yang perlu ditanyakan adalah makan berapa kali
sehari, porsinya berapa piring, nafsu makannya bagaimana,
menunya apa saja, minum berapa gelas sehari, jenisnya apa
saja., apakah ada pantangan.
19

2) Pola Eliminasi
Hal yang ditanyakan adalah BAB berapa kali,
konsistensinya bagimana, warna dan baunya bagaimana.
BAK berapa kali sehari, warnanya bagaimana, baunya
bagaimana.
3) Istirahat
Istirahat sangat diperlukan ibu hamil. Oleh karena
itu bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya
diketahui hambatan ibu yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan
kebutuhan istirahat. Bidan dapat menayakan tantang berapa
lama ia tidur malam dan siang hari.
4) Aktivitas Sehari-Hari
Kita perlu mengkaji kebiasaan sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien dirumah.
5) Personal Hygiene
Data perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Hal
yang perlu dibtanyakan ditanyakan yaitu beberapa
kebersihan diri diantaranya adalah mandi, keramas,
mengganti baju dan celana dalan, serta kebersihan kuku.
6) Aktifitas Seksual
Hal yang ditanyakan berkaitan dengan aktifitas
seksual seperti frekwensi berhubungan dalam seminggu dan
gangguan / keluahan yang dirasakan.
l) Riwayat KB
Ditanyakan metode KB yang pernah digunakan klien
sebelumnya, berapa lama pemakaiannya, apakah ada keluhan,
alasan berhenti memakai KB. Rencana metode KB yang akan
digunakan mendatang.
(Romauli, 2011 : 170-172)
Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
a) Kesadaran : Compos mentis
b) Postur tubuh : pada saat ini diperhatikan pula bagaimana sikap
tubuh , keaddaan punggung, dan cara berjalan. Apakah cenderung
lordosis, kifosis, atau skoliosis.
(Romaulli,2011:172)
c) Tinggi Badan : Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
tergolong resiko tinggi. Normalnya > 145 cm, jika kurang dari 145
cm kemungkinan panggul sempit.
( Romaulli,2011:173)
d) Berat badan : Ditimbang tiap kali kunjungan untuk mengetahui
penambahan berat badan ibu. Normalnya penambahan berat badan
20

tiap minggu adalah 0,5 kg dan penambahan berat badan ibu dari
awal sampai akhir kehamilan addalah 6,5 sampai 16,5 kg.
Pertambahan BB > ½ kg - 1 kg perminggu pada trimester ke-III
waspadai Pre-Eklamsi.
(Romaulli,2011:173)
Berat badan dalam triwulan ke III tidak boleh lebih dari 1 kg
seminggu atau 3 kg sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-
batas tersebut di atas disebabkan oleh penimbunan (retensi)air
disebut praoedema.
( Ummi Hanni,2011:91)
e) LILA : (Lingkar Lengan Atas) pada bagian kiri: LILA kurang dari
23,5 cm merupakan indicator kuat untuk status gizi ibu yang kurang
/ buruk, sehingga ia beresiko untuk melahirkan BBLR( Bayi Berat
Lahir Rendah). Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal
kehamilan, petuggas dapat memotivasi ibu agar lebih
memperhatikan kesehatannya serta jumlah ddan kualitas
makanannya.
(Romaulli,2011:173)
2) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
a) Tekanan darah : tekanan darah dikatakaan tinggi bila ia lebih dari
140/ 90 mmHg. Bilaa tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih, dan tau diastolic 15 mmHg atau lebih, kelainan
ini dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi kalau tidak
ditangani dengan tepat.
(Romaulli,2011:173)
b) Nadi: dalam keadaan santai denyut nadi ibu seekitar 60- 80 kali /
menit. Denyut nadi 100 kali / menit atau lebih dalam keadaan santai
merupakan pertanda buruk. Jika denyut nadi ibu 100 kali / menit
atau lebih, mungkin ibu mengalami salah ssatu atau lebih keluhan
seperti tegang, ketakutan, cemas akibat masalah tertentu, perdarahan
berat, anemia, sakit/ demam, gangguan tyroid, gangguaan jantung.
(Romaulli,2011:173)
c) Pernafasan : untuk mengetahui fungsi system pernafasan.
Normalnya 16 – 24 kali/ menit.
(Romaulli,2011:173)
d) Suhu tubuh : suhu tubuh normal adalah 36 – 37,5 0C. suhu tubuh
lebih dari 370C perlu diwaspadai adanya infeksi
(Romaulli,2011:173)

3) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi adalah memeriksa dengan cara melihat atau memandang.
(1)Rambut : bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok
atau tidak. Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi
atau kelainan tertentu.
(Romaulli,2011:174)
21

(2)Muka : Muka bengkak/oedema tanda eklamsi, terdapat cloasma


gravidarum sebagai tanda kehamilan yaitu akibat deposit pigmen
yang berlebihan, muka pucat tanda anemia, perhatikan ekspresi ibu
(kesakitan atau meringis).
(Romaulli,2011:174)
(3)Mata : Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu yang akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan yaitu perdarahan, sclera
ikterus perlu dicurigai ibu mengidap hepatitis, bila merah
kemungkinan ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak
kemungkinan adanya pre eklamsia.
(Romaulli,2011:174)
(4)Mulut: adakah sariawan, bagaimana kebersihannya. Dalam
kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis yang
menganddung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka perlu
perawatan mulut agar selalu bersih.
(5)Gigi : adanya karies atau keropos yang menandakan ibu
kekurangan kalsium. Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan
dengan emesis, hiperemesis gravidarum, adanya kerusakan gigi
dapat menjadi sumber infeksi.
(Romaulli,2011:174)
(6)Leher : Normal tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, dan tidak ditemukan bendungan vena
jugularis. Pembesaran Vena jugularis menandakan adanya kelainan
jantung
(Romaulli,2011:174)
(7)Payudara : Terlihat hiperpigmentasi ada areola mamae tanda
kehamilan, putting susu datar atau tenggelam membutuhkan
perawatan payudara untuk persiapan
(8)Abdomen : Pembesaran perut yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan perlu dicurigai adanya kelainan seperti kehamilan mola
atau bayi kembar. Adakah bekas operasi yang perlu identifikasi
lanjut tentang cara persalinan.
(9)Genetalia : normal tidak terdapat varises pada vulva dan vagina,
tidak ada condyloma akuminata, tidak ada condyloma lata.
(Romaulli,2011:175)
Genetalia eksterna
(a) Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan(warna, konsistensi,
jumlah, bau)
(b) Dengan mengurut uretra dan skene:adakah cairan atau nanah.
(c) Kelenjar bartholini adakah: pembengkakan, massa atau kista,
dan cairan.
(Ummi Hanni, 2011:93)
(10) Ekstremitas: Adanya oedema pada ekstremitas atas atau bawah
dapat dicurigai adanya hipertensi hingga adanya Pre-Eklamsi dan
Diabetes Melitus.
(Romaulli,2011:175)
22

b) Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.


Pemeriksaan palpasi meliputi:
(1) Leher : Adanya pembesaran kelenjar tyroid yang menandakan ibu
kekurangan iodium sehingga dapat menyebabkan terjadinya
Kretinisme pada bayi. Pembesaran kelenjar limfe dan ada
tidaknya bendungan vena jugularis yang mendakan kelainan
jantung.
(Romaulli,2011:175)
(2) Abdomen
Menurut buku Obstetri Fisiologi Unpad, cara melakukan palpasi
ialah menurut Leopold yang terdiri atas 4 bagian:
(a) Leopold I : normal tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan. Tujuannya adalah untuk mengetahui tinggi
fundus uteri dan bagian yang berada di fundus.
(Romaulli,2011:175)
Tinggi fundus yang tidak konsisten dengan usia kehamilan
dapat mengindikasikan :
- anatomi yang tidak reliable, seperti abdomen yang
panjang
- Tanggal yang tidak akurat
- Janin lebih kecil atau lebih besar dari yang seharusnya.
- Jumlah cairan amnion lebih sedikit atau lebih banyak
dari yang seharusnya.
- Kehamilan kembar
- Letak abnormal
- Ada massa di uterus seperti kista atau tumor.
- Teknik yang salah.
- IUGR
(Indrayani,2011:244)
(b) Leopold II : normal teraba bagian panjang, keras seperti
papan(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sissi lain
teraba bagian kecil.
Tujuan nya adalah untuk mengetahui batas kiri / kanan pada
uterus ibu, yaitu : punggung pada letak bujur atau kepala
pada letak lintang.
(Romaulli,2011:175)
(c) Leopold III : normal pada bagian bawah janin teraba bagian
yang bulat, keras, melenting (kepala janin)
Tujuan : untuk mengetahui presentasi / bagian terbawwah
janin yang ada di simfisis ibu.
(Romaulli,2011:175)
(d) Leopold IV
Leopold IV tidak dilakukan jika kepala masih
tinggi. Palpasi secara Leopold lengkap ini baru dapat
dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira – kira dari VI
ke atas. Sebelum bulan ke-IV biasanya bagian – bagian
23

anak belum jelas, jadi kepalla belum dapat ditentukan


begitu pula punggung anak.
(Bag.Obgyn Unpad,1983: 166)
(3) Ekstremitas
Edema fisiologis terjadi setelah bangun pagi dan makin parah
pada siang hari. Ini sering dikaitkan dengan aktivitas fisik dan
cuaca panas. Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh
toxemia gravodarum/ keracunan kehamilan oleh tekanan rahim
yang memebesar pada vena – vena dalam panggul yang
mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh hipovitaminose
B1, hipoproteinaemia, dan penyakit jantung.
(ummi hanny,2011:92)
c) Auskultasi
(1) Dada
Adanya Ronchi/Wheezing perlu dicurigai adanya asma atau TBC
yang dapat memperberat kehamilan.
(2) Abdomen
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120 – 160
denyut per menit. Takikardi menentukan adanya reaksi kompensasi
terhadap bebean / stress pada janin(fetal stress), sementara
brakikardia menunjukkan kegagalan kompensasi beban atau stress
pada janin(fetal distress/ gawat janin)
(Vivian Nanny Lia Dewi,2011:155)
d) Perkusi
Reflek patella +/+
Normal: tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk.
Bila gerakan berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin merupakan
tanda preeklamsi. Bila reflex patella negative, kemungkinan pasien
mengalami kekurangan B1.
(Romaulli,2011:176)
4) Pemeriksaan Penunjang
Terdiri dari :
a) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan golongan darah ibu, kadar
hemoglobin dan Hbs Ag. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko kehamilan yang adanya anemia.
Wanita yang mempunyai Hb kurang dari 10 gr/100 ml baru
disebut menderita anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan Hb minimal
dilakukan dua kali selama hamil, yaitu pada trimester I dan trimester
III. Sedangkan pemeriksaan Hbs Ag digunakan untuk mengetahui
apakah ibu menderita hepatitis atau tidak(Romaulli,2011:187).
1) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan yang dilakukan adalah reduksi urine dan kadar
albumin dalam urine sehingga diketahui apakah ibu menderita
preeklamsi atau tidak.
(Romaulli,2011:176-177)
24

2) Pemeriksaan Albumin
Albumin adalah protein yang terdapat dalam jaringan tubuh dan
darah larut dalam air, menggumpal pada pemanasan. Diperlukan
pemeriksaan untuk mengetahui apakah ibu menderita preeklamsi
atau tidak.
Tingkatan dari hasil pemeriksaan kadar albumin yaitu :
(-) : tidak ada kekeruhan
(+) : kekeruhan ringan tanpa butir – butir (0,01 – 0,05%)
(++) : kekeruhan mudah dilihat dan nampak butiran butiran
tersebut (0,05 – 0,2 %)
(+++) : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping- keping.(0,2 –
0,5 %)
(++++): sangat keruh dan bergumpal/ memadat (> 0,5 %)

3) Pemeriksaan Reduksi
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, dilakukan
pada waktu kunjungan pertama kehamilan. Tingkatan kadar
glukosa urin diukur dengan menggunakan fehling yaitu:
(-) : biru jernih sedikit kehijauan
(+) : hijau endapan kuning
(++) : endapan kuning, jelas, dan banyak.
(+++) : tidak bewarna, endapan warna jingga
(++++) : tidak bewarna, endapan merah bata
4) Pemeriksaaan USG
Kegunaan utama USG adalah sebagai berikut:
Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
(a) Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
(b) Diagnosis dan malformasi janin
(c) Perdarahan pervaginam dan penyebab yang tidak jelas.
(d) Mengetahui posisi plasenta.
(e) Mengetahui adanya kehamilan ganda.
(f) Mengetahui adanya hidramnion dan oligohidramnion.
(g) Mengetahui adanya IUFD.
(h) Menegtahui npresentasi janin pada kasus yang tidak jelas.
(i) Mengevaluasi pergerakan janin pada kasus yang tidak jelas.
(j) Mengevaluasi adanya keabnormalan pada uterus dan pelvis
selama kehamilan.
(ummi hani, 2011:97)
II. Interpretasi Data Dasar
a. Dx : G...P....Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak
kepala, puka/puki, keadaan umum ibu dan janin baik dengan kehamilan
normal
b. Ds :Ibu mengatakan hamil ke . . . dan UK . . . bulan
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir . . .
25

c. Do :Keadaan umum :Baik


Kesadaran :Composmentis
Nadi :70 -90 x / menit
TD :110/70 – 130/90 mmHg
Suhu :36,5 - 37,5oC
RR : 16-24 x / menit
Palpasi Abdomen : Leopold I-IV
Auskultasi :Denyut Jantung Janin (DJJ) 120–160
x/menit.
d. Masalah :
1 Obstipasi sehubungan dengan pengaruh hormone kehamilan yang
meningkat.
Ds : Ibu mengatakan sulit BAB.
Do: Pada palpasi teraba skibala.
2 Sering kram pada kaki sehubungan dengan pembesaran uterus.
Ds :Ibu mengatakan sering kram selama hamil.
Do : Pada perkusi reflex patella +/+. Nyeri tekan pada bekas kram
3 Sesak nafas sehubungan dengan pembesaran uterus sehingga
mendesak diafragma.
Ds :Ibu mengatakan akhir-akhir ini mengalami kesulitan dalam
bernafas.
Do : Nafas ibu tampak cepat, pendek dan dalam.
4 Oedema pada ekstremitas bawah akibat penekanan uterus pada vena
femoralis.
Ds :Ibu mengatakan kakinya bengkak.
Do :Tampak oedem pada ekstremitas bawah +/+.

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Pada langkah ini bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah
potensial. Diagnosis atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah teridentifikasi langkah ini penting dalam
melakukan asuhan yang aman(Hani dkk, 2011 ; 100).

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Menetapkankebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi
klien(Hani dkk, 2011 ; 101).

V. Intervensi
a. Dx : G...P....Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak
kepala, puka/puki, keadaan umum ibu dan janin baik dengan
kehamilan normal.
b. Intervensi
1 Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.
Rasional :Informasi yang dikumpulkan selama kunjungan antenatal
memungkinkan bidan dan ibu hamil untuk menentukan pola
26

perawatan antenatal yang tepat (Fraser,2011:266).


2 Komunikasikan dengan ibu tentang perubahan fisiologis dan
ketidaknyamanan umum yang terjadi pada masa kehamilan
(Varney,2007:531).
Rasional :Persiapkan untuk mengajukan pertanyaan, memberikan
informasi dan mendiskusikan isu-isu tentang kesejahteraan fisik dan
emosi/psikologis wanita(Medforth,2012:47).
3 Sarankan pada ibu untuk istirahat cukup selama hamil.
Rasional :Kesejahteraan janin ditunjang dari suplai O2 yang cukup
pada ibu.
4 Wanita hamil harus makan paling sedikit bertambah 1 porsi untuk
setiap harinya, makan dalam jumlah sedikit tetapi frekuensinya sering,
makanlah mikronutrien secara alami(Indrayani,2011:175).
Rasional :Pada masa kehamilan memerlukan asuhan nutrien yang
tinggi untuk proses perkembangan janin selanjutnya.
5 Diskusikan dengan ibu tentang rencana persalinan.
Rasional :Rencana persalinan akan efektif jika dibuat dalam bentuk
tertulis bersama bidan yang berbagi informasi sehingga ibu dapat
membuat rencana sesuai dengan praktik dan layanan yang tersedia
(Fraser,2011:248). Beberapa hal yang mungkin didiskusikan dalam
perencanaan persalinan diantaranya tempat kelahiran, pendamping
kelahiran, posisi untuk persalinan, pereda nyeri, makan dan minum
saat persalinan, kala III persalinan, kebutuhan untuk penjahitan
perineum (Medforth,2012:125).
6 Diskusikan tanda dan gejala persalinan dan kapan harus menghubungi
bidan (Varney,2007:557).
Rasional :Informasi yang perlu diketahui seorang wanita (ibu hamil)
demi kesehatan dan keamanan diri dan bayinya (Varney,2007:554).
7 Jelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala
hebat, perdarahan pervaginam. Mengidentifikasi tanda dan gejala
penyimpangan yang mungkin dari kondisi normal atau komplikasi
(Varney,2007:531).
Rasional :Menemukan penyakit ibu sejak dini, jika didapatkan
kelainan sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin,
harus diikuti upaya untuk memberikan pengobatan yang
adekuat(Fraser,2011:187).
8 Diskusikan untuk melakukan tes laboratorium atau tes penunjang lain
untuk menyingkirkan, mengonfirmasi atau membedakan antara
berbagai komplikasi yang mungkin timbul (Varney,2007:531).
Rasional :Antisipasi masalah potensial terkait. Penentuan kebutuhan
untuk melakukan konsultasi dokter atau perujukan ke tenaga
professional(Varney, 2007:531).
9 Diskusikan dengan ibu dalam menentukan jadwal kunjungan
selanjutnya.
Rasional :penjadwalan kunjungan ulang bagi wanita yang mengalami
perkembangan normal selama kehamilan biasanya dijadwalkan
27

sebagai berikut, antara minggu 28-36 setiap 2 minggu , antara 36


hingga persalinan dilakukan setiap minggu (Manuaba,2007:531).
c. Masalah
1. Obstipasi sehubungan dengan pengaruh dari hormon kehamilan yang
meningkat.
Tujuan : Ibu dapat mengerti penyebab obstipasi yang dialami.
KH : Ibu dapat mengatasi obstipasi, kebutuhan nutrisi ibu
tercukupi.
Intervensi
a) Jelaskan perubahan fisiologis pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan ibu mengalami obstipasi.
Rasional:Pengetahuan ibu bertambah sehingga kecemasan
berkurang dan ibu lebih kooperatif dalam menerima asuhan.
b) Anjurkan ibu untuk memperbanyak minum air putih (8 gelas/hari).
Minum air hangat (misal air putih , teh) saat bangkit dari tempat
tidur.
Rasional : Untuk menstimulasi peristaltis usus.
c) Makan makanan yang berserat, dan mengandung serat alami (misal
selada, daun seledri, kulit padi).
Rasional : konsistensi dalam pilihan diet membantu meningkatkan
keefektifan pola defekasi.
d) Anjurkan ibu untuk memiliki pola defekasi yang baik dan teratur.
Rasional : Hal ini mencakup penyediaan waktu yang teratur untuk
melakukan defekasi dan kesadaran untuk tidak menunda defekasi.
Dan menghindari penumpukan feses yang dapat menyebabkan
feses menjadi keras.
e) Anjurkan ibu melakukan latihan secara umum, berjalan setiap hari,
pertahankan postur yang baik, mekanisme tubuh yang baik, latihan
kontraksi otot abdomen bagian bawah secara teratur.
Rasional : kegiatan-kegiatan tersebut memfasilitasi sirkulasi vena
sehingga mencegah kongesti pada usus besar.
(Varney,2007:539)
2. Kram pada kaki
Tujuan : Ibu mengerti dan paham tentang penyebab kram pada
kehamilan fisiologis, ibu dapat beradaptasi dan mengatasi
kram yang terjadi.
KH : Ibu tidak mengeluh adanya kram pad kaki dan nyeri kram
berkurang.
Intervensi
a) Jelaskan penyebab kram pada kaki selama kehamilan
Rasional: Pengetahuan ibu bertambah dan ibu lebih kooperatif serta
ibu tidak cemas.
b) Ajarkan ibu cara meredakan kram tungkai kaki
Luruskan lutut dan tekuk telapak kaki ke atas, membawa jari-jari
kearah garas. Berdiri dengan berat badan bertumpu pada tungkai
yang kram. Jaga kaki tetap lurus dan tumit menapak pada lantai,
28

kemudian bersandarlah kedepan untuk mengangkat otot betis.


Ajarkan ibu cara meredakan kram pada telapak kaki. Untuk
meredakan kram ini, regangkan jari kaki dan telapak kaki dengan
menarik jari ke garas. Untuk mencegah kram jangan menekuk jari
anda.
(Simkin,2008:118)
Rasional:Menurunkan ketidaknyamanan berkaitan dengan
perubahan kadar kalsium fosfor atau karena tekanan dari uterus
pada syaraf ekstremitas bawah.
c) Jelaskan pada ibu untuk mengonsumsi makanan yang mengandung
kalsium dan pospor (Varney, 2007:540), misalnya susu, pisang
hijau, dll
Rasional:kram kaki diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan
kalsium atau asupan kalsium yang tidak adekuat atau
ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh (Varney,
2007:540).
3. Sesak napas sehubungan dengan pembesaran uterus sehingga
mendesak diafragma.
Tujuan : Ibu mampu beradaptasi dengan adanya sesak napas
KH : KU : Baik , RR :Dalam batas normal (16 - 24 x/menit),
aktivitas ibu sehari-hari tidak terganggu dan sesak napas
berkurang

Intervensi :
a) Jelaskan dasar fisiologis masalah sesak nafas dalam kehamilan
R : ibu memahami kondisi fisiologis yang pada kehamilan trimester
III ini.
b) Dorong Ibu untuk mengatur kecepatan dan kedalaman
pernafasannya pada kisaran normal saat ia menyadari sedang
mengalami hiperventilasi
R : menghindari terjadinya penurunan volume residu fungsional
lebih lanjut
c) Ajarkan wanita cara meredakan sesak nafas dengan pertahankan
postur tubuh yang baik kemudian lakukan teknik mengambil nafas
yang dalam dan melakukan pernafasan intercosta
R : menyediakan ruangan yang lebih untuk isi abdomen sehingga
mengurangi tekanan pada diafragma dan memfasilitasi fungsi paru
(Varney,2007:543)
4. Edema pada kaki
Tujuan : Ibu mengerti penyebab dan cara mengatasi oedema.
KH : Ibu tidak gelisah, bengkak pada kaki berkurang atau
mengempis.
Intervensi :
a) Jelaskan pada ibu perubahan fisiologis yang menyebabkan oedem.
Rasional: Pengetahuan ibu bertambah, ibu tidak cemas.
b) Anjurkan ibu untuk menghindari pakaian yang ketat.
29

Rasional:Pakaian yang ketat akan menghambat aliran darah balik


dari tungkai ke tubuh bagian atas.
c) Anjurkan ibu untuk istirahat dengan kaki lebih tinggi dari badan
(elevasi tungkai teratur setiap hari)
Rasional:Meningkatkan aliran balik vena sehingga kaki tidak
oedem.
d) Anjurkan ibu untuk tidak memakai penopang perut. (penyokong
atau korset abdomen maternal)
Rasional:Penggunaan penopang perut dapat mengurangi tekanan
pada akstrimitas bawah (melonggarkan tekanan pada vena-vena
panggul) sehingga aliran darah balik menjadi lancar.
(Varney,2007:540)
VI. Implementasi
Merupakan aplikasi yang telah direncanakan pada intervensi secara
efisien dan aman (Hani dkk, 2011 : 103).

VII. Evaluasi
Sesuai dengan hasil dan menggunakan metode SOAP
S : Data Subyektif klien setelah menerima asuhan kebidanan.
O : Data dari hasil pemeriksaan oleh petugas setelah dilakukan\
intervensi dan implementasi.
A : Kesimpulan dari keadaan klien saat ini.
P : Rencana selanjutnya yang dilakukan sesuai dengan keadaan klien.

2.1.2 Persalinan
a. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan.
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat
terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi
menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat
terjadi pada setiap tahap tersebut. Persalinan dapat terjadi karena
adanya kekuatan yang mendorong janin (Manuaba, 2009).
2. Proses Dari Persalinan.
a). Kala satu persalinan
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat
frekuensi dan kekuatannya yang menyebabkan pembukaan,
sampai serviks membuka lengkap (10cm). Kala 1 terdiri dari
dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1). Fase Laten
(a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
pembukaan sampai pembukaan 3 cm.
(b)Pada umumnya berlangsung 8 jam.
2). Fase Aktif
30

Dibagi menjadi 3 fase, yaitu:


(a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4cm.
(b) Fase dilatasi maksimum
Dalam waktu 2 jam perubahan serviks berlangsung
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(c) Fase deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada
multipara sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks
1cm/jam (primipara) atau lebih dari 1 hingga 2cm
(multipara)(Nurasiah, 2012).
b). Kala dua persalinan
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaaan dalam untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6cm.Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
(1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan
durasi 50-100 detik.
(2) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan meneran karena tertekannya fleksus
frankenhouser.
(3) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong
kepala bayi sehingga kepala bayi membuka pintu;
suboksiput bertindak sebagai hipomoklion, berturut-turut
lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka, serta kepala
seluruhnya.
(d)Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit(Sulistyawati, 2010).
c). Kala tiga persalinan
Persalina kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas
dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
atau dengan tekanan dari fundus uteri.
d).Kala IV (empat) persalinan
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta
sampai 2 jam post partum (Nurasiah, 2012).Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan,
paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut.
(1) Tingkat kesadaran pasien.
31

(2) Pemeriksaaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan


pernafasan.
(3) Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc(Sulistyawati,
2010).
3). Perubahan Fisiologis Persalinan.
a). Kala I
(1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya
kontraksi (sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastol naik
5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali
seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan
cemas juga akan meningkat tekanan darah.
(2) Metabolisme.
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan
meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena
kecemasan dan aktivitas otot skeletal, peningkatan ini
ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut
nadi, curah jantung, pernapasan dan kehilangan cairan.
(3) Suhu tubuh
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka
suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan. Selama
dan setelah persalinan akan terjadi peningkatan, jaga agar
peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-10C.
(4) Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme
detak jantung akan meningkat secara dramatis selama
kontraksi.
(5) Pernafasan
Oleh karena peningkatan metabolisme, maka terjadi
sedikit peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal
hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkalosis.
(6) Ginjal
Poliuria terjadi selama proses persalinan karena
adanya peningkatan cardiac output, peningkatan
filtrasiglomelorus dan terjadi peningkatan aliran plasma
ginjal.
(7) Hematoglobin.
Meningkat sampai 1,2 gr/100ml selama persalinan
dan akan kembali sebelum persalinan sehari pasca
persalinan, terdapat perdarahan post partum (Rohani,dkk,
2011).
b) Kala II
Tabel 2.3
32

Perubahan Fisiologis Kala II

Bagian Perubahan
Sifat kontraksi Setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi
otot Rahim kembali seperti keadaan sebelum kontraksi,
tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun
tonusnya seperti sebelum kontraksi yang disebut
retraksi. Dengan retraksi ukuran rongga rahim
akan mengecil dan janin secara perlahan akan
berangsur didorong ke bawah. Retraksi ini
mengakibatkan SAR makin tebal dengan
majunya persalinan terutama setelah kelahiran
bayi lahir.
Perubahan bentuk Adanya kontraksi mengakibatkan sumbu panjang
Rahim rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang
berkurang.
Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran
melintang berkurang, rahim bertambah panjang.
Hal ini merupakan salah satu penyebab dari
pembukaan serviks
Ligamentu Mengandung otot-otot polos dan jika uterus
retundum berkontraksi sehingga ligamentum retundum
rotundum menjadi pendek.
Perubahan pada Pendataran serviks: pemendekan dari canalis
serviks servikalis yang semula berupa saluran yang
panjangnya 1-2 cm menjadi satu lubang dengan
pinggir yang tipis.
Pembukaan serviks: pembesaran dari ostium
externum yang awalnya hanya hanya berupa
dengan diameter beberapa milimeter menjadi
lubng yang berdiameter kira-kira 10 cm sehingga
dapat dilalui janin
Perubahan pada Pada kala 1 ketuban ikut meregangkan bagian
vagina dan dasar atas vagina. Setelah ketuban pecah segala
panggul perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak. Oleh
bagian depan yang maju tersebut dasar panggul
teregang menjadi saluran dengan dinding-
dinding yang tipis. Pada saat kepala membuka
vulva, lubang vagina menghadap ke depan atas.
Dari luar, oleh bagian depan tampak pada
perinium yang menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka.
33

c) Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasinya
menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah. Oleh karena akan menekuk, menebal, kemudian
terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas plasentaakan turun
ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Rohani, Reni
dan Marisah, 2011).

d) Kala IV
(1) Uterus
Uterus terletak ditengah abdomen kurang lebih 2/3
sampai 3/4, antara symfisis pubis sampai umbilicus. Jika
uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilicus, maka
hal tersebut menandakan adanya darah dan bekuan di
dalam uterus yang perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus
yang berada diatas umbilicus dan bergeser paling umum
kekanan, cenderung menandakan kandung kemih penuh.
Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika
disentuh.
(2) Serviks, vagina perineum
Keadaan Serviks, vagina dan perineum di inspeksi
untuk melihat adanya laserasi, memar, dan pembentukan
hematoma awal. Segera setelah kelahiran, serviks akan
berubah menjadi bersifat patulous terkulai dan tebal.
Tonus vagina dan tampilan jaringan vagina dipengaruhi
oleh peregangan yang telah terjadi selama kala II
persalinan (Sondakh, 2013).
(3) Vital sign
Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil pada
tahap sebelum bersalin selama 1 jam post partum. Monitor
tekana darah dan nadi penting pada kala IV untuk
mendeteksi adanya syok yang akibatkan dari adanya
kehilangan darah.
(4) Menggigil
Tidak semua ibu bersalin akan menggigil. Jika
timbul rasa dingin kemudian ibu masih dipertimbangkan
dalam batas-batas normal bila tidak disertai infeksi.
(5) Sistem gastrointensial
Rasa mual muntah akan menghilang. pertama ibu
akan merasa haus dan lapar hal ini disebabkan karena
proses persalian yang mengeluarkan atau memerlukan
banyak energi.
(6) Sistem renal.
34

Air seni yang tertahan menyebabkan kandung kemih


membesar. Kondisi ini terjadi karena trauma yang
disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada uretra selama
persalinan. Dalam 2 jam post partum ibu harus bisa buang
air kecil, jika belum bisa buang air kecil bisa dilakukan
kateterisasi (Sulistyawati, 2013).
4). Kebutuhan Kesehatan Pada Ibu Bersalin.
Asuhan yang mendukung selama persalinan sangat penting
dalam persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara
emosional maupun fisiologis, sehingga persalinan dapat
berlangsung secara aman. Menurut Lesser dan Keane, ada lima
kebutuhan dasar ibu bersalin ;
a) Asuhan fisik dan spikologis.
Asuhan fisik dan spikologis bertujuan untuk memberikan
rasa aman dan nyaman serta menghindari ibu dari infeksi.
Asuhan fisik dan psikologis meliputi :
(1) Personal hygiene
Membilas kemaluan dengan air bersih setelah buang
air kecil, dan menggunakan sabun setelah buang air besar.
Menjaga vagina dalam kondisi tetap bersih sangat penting
karena pengeluaran air ketuban, lendir darah, ketuban
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman untuk ibu.
Sehingga ibu dianjurkan untuk mandi agar lebih segar dan
bertenaga.
(2) Memberikan informasi dan penjelasan sebanyak-banyak
nya yang ibu inginkan.
Informasi dari penjelasan, dapat mengurangi
ketakutan atau kecemasan akibat ketidak tahuan.
Pengurangan rasa takut dapat menurunkan nyeri akibat
ketegangan dari rasa sakit tersebut.
(3) Memberikan asuhan dalam persalinan dan kelahiran hingga
ibu merasa aman dan percaya diri.
Pemberian asuhan atau tindakan bidan secara
profesional/berkualitas baik dari aspek tindakan,
komunitasi, tempat dan lingkungan tempat bersalin,
merupakan tindakan yang diharapkan oleh semua ibu
bersalin sehingga mereka merasa percaya dan bisa
mengurangi kecemasan.
(4) Mengupanyakan komunikasi yang baik antara penolong,
ibu dan pendampingnya.
Bicara kepada ibu bersalin dengan nada dan cara
yang dapat dimengerti olehnya selama persalinan
(Nurasiah, 2012).
(5) Kehadiran Seorang Pendamping Secara Terus-Menerus.
Anjurkan ibu untuk ditemui oleh suami atau anggota
35

keluarga atau temannya yang ia inginkan selama proses


persalinan, menganjurkan mereka untuk melakukan peran
aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasi langkah-
langkah yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk
menghindari teman atau saudara yang khusus untuk
menemaninya. Adapun dukungan yang dapat di berikan
oleh pendamping persalinan seperti mengusap keringat,
menemani jalan-jalan, memberikan minum (Indrayani dan
Moudy, 2013).
(6)Pengurangan rasa sakit.
Metode pengurangan rasa sakit diberikan secara
terus-menerus, mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
(a) Sederhana.
(b) Efektif.
(c) Biaya rendah.
(d) Resiko rendah.
(e) Membantu kemajuan persalinan.
(f) Hasil kelahiran bertambah baik.
(g) Bersifat sayang ibu (Nurasiah, 2012).

b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin


KALA 1
I. Pengkajian Data
a). Data Subjektif
1) Biodata
Nama : Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan
menghindari terjadinya terjadinya kekeliruan
Umur : umur ibu, terutama pada ibu hamil yang pertama kali
hamil, bila umur < 16 tahun disebut primimuda gravida,
wanita < 16 tahun pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya, sehingga kesulitan untuk melahirkan,
sedangkan wanita yang umurnya > 35 tahun juga
memiliki resiko tinggi karena badannya kurang lentur
Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan terhadap
kebiasaan kesehatan pasien atau klien dan agar bidan
lebih mudah melakukan asuhan kebidanan
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual mempengaruhi
sikap saat konseling dan health education.
Pekerjaan : yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu itu sendiri.
Menanyakan pekerjaan itu untuk mengetahui bagaimana
taraf hidup dan social ekonomi penderita itu agar nasehat
kita sesuai
Penghasilan: untuk menegtahui masalah pendanaan dalam kehidupan
keluarga.
Alamat : untuk mengetahui ibu itu tinggal dimana, menjaga
36

kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan.


Ditanyakan alamatnya, agar tidak dipastikan ibu yang
hendak ditolong itu. Kecuali yang tersebut diatas, alamat
juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada
penderita

2) Alasan Datang
Merupakan alasan yang menyebabkan ibu datang ke sarana kesehatan
3) Keluhan Utama
Merupakan keadaan yang dirasakan ibu saat ini yang menyebabkan
ibu datang ke fasilitas kesehatan seperti : keluar cairan ketuban
bercampur darah, merasa kenceng- kenceng, dan lain sebagainya.
4) Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang Lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami, penyakit yang sedang
di derita dan mendapat pengobatan yang seang atau pernah dilakukan,
penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan penyakit yang
menyertai dan mempengaruhi proses persalinan, misalnya penyakit
keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi, asma, dan penyakit
menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami keluarga, penyakit
yang sedang di derita dan mendapat pengobatan yang seang atau
pernah dilakukan,penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan
penyakit yang menyertai dan mempengaruhi proses persalinan,
misalnya penyakit keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi,
asma, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS
(Manuaba, 2007 : 265).
6) Riwayat haid
Untuk mengetahui diagnose lamanya kehamilan dan untuk
mengetahui janin yang yang di kandung sudah aterm atau belum.
(a)Menarche adalah terjadinya haid yang pertama kali, menarch
terjadi pada usia pubertas yaitu sekitar 13 – 16 tahun (Manuaba,
2007 : 87)
(b)Siklus haid setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal
adalah 28 hari,tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari dan panjang
siklus haid yang biasa pada manusia adalah diantara 21 – 32 hari
(Manuaba, 2007 : 87)
(c)Lamanya haid biasanya antara 3– 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti
darah sedikit – sedikit dan ada yang sampai 7 – 8 hari, pada wanita
biasanya lama haid tetap (Manuaba, 2007 : 92)
(d)Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer. jumlah
perdarahan ± 50 cc/ hari atau 1 -2 tella perhari. (Manuaba, 2007 :
92)
(e)Warna darah pada hari – hari pertama yaitu merah segar kemudian
menjadi kecoklatan dan darah berhenti.
37

(f) Keputihan biasanya terjadi pada saat menjelang menstruasi dan


warnanya putih jernih, tidak bau dan tidak gatal.
(g)Disminorre dapat terjadi pada saat menstruasi dan setelah
menstruasi (Sarwono, 2007 : 46).
(h)Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk mengetahui usia
kehamilan dan tafsiran persalinan.
7) Riwayat Perkawinan
Ibu menikah berapa kali, lamanya umur pertama kali menikah
(a)Jika menikah ≥ 4 tahun dan belum hamil bisa menyebabkan pre-
eklmpsia, persalinan tidak lancar
(b)Lama menikah ≥ 2 tahun dan punya 1 anak mamiliki bahaya
perdarahan setelah lahir karena kondisi ibu masih lemah, bisa juga
bayi lahir prematur, dan BBLR
(c)Umur pertama menikah <18 tahun panggul belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil terjadi resiko.
(d)Jika hamil >35 tahun bahaya bisa terjadi hipertensi,pre-eklmpsi,
KPD persalinan tidak lancar, macet. (Manuaba,2007).
8) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Berapa kali hamil, anak lahir hidup, persalinan tepat waktu,
persalinan premature, persalinan dengan tindakan, jenis kelahiran
plasenta, riwayat perdarahan yang lalu, menyusui atau tidak, imunisasi
bayinya, masalah lain yang ditemui, tidak ada komplikasi. Kemudian
tidak ada kelainan abnormal pada kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu.
9) Riwayat kehamilan sekarang
(a)Kapan mulai merasakan pergerakan anak
(b)Tidak ada masalah seperti perdarahan pervaginam, saki kepala
lebih dari biasa, gangguan penglihatan, rabun senja, pembengkakan
pada wajah kaki dan tangan, nyeri abdomen dan janin tidak
bergerak.
(c)Waktu hamil ada keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan
(d)Penggunaan obat-obatan termasuk jamu –jamuan
(e)Kekhawatiran lain yang dirasakan
(f) ANC sudah berapa kali
(g)Pelayanan yang sudah didapatkan
(h)Gerakan janin
10) Pola kebiasaan sehari-hari
(a) Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita
hamil juga di anjurkan tudur siang (Christina,2006 : 168)
(b) Aktivitas
Wanita yang sedang hamil boleh bekerja tapi sifatnya tidak
melelahkan dan tidak menggenggu kehamilannya.
(c) Nutrisi
Yang diperlukan ibu adalah kalori, protein, kalsium, zat besi,
38

vitamin A, vitamin D, C, B, dan air


(d) Eliminasi
Pada bulan pertama dan terakhir kehamilan biasanya ibu
mengeluh sering kencing karena tekanan oleh uterus dan kepala
janin,perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas usus halus,dan
usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi seperti sering BAK
lebih dari 4 – 5 x / hari, BAB normal 1 x / hari.
4) Kebersihan
Rambut harus sering di cuci,gigi harus mendapat perawatan
untuk mencegah karies, payudara harus bersih, kebersihan vulva,
dalam keadaan bersih, kebersihan kuku tidak boleh dilupakan,
kebersihan kulit, dilakukan mandi 2 kali sehari, kebersihan pakaian
wanita hamil, ganti pakaina yang bersih kalau bisa pagi dan sore.
5) Kebiasaan
Merokok, minum alkohol,dan kecanduan narkotika merupakan
kebiasaan yang secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin.
11) Keadaan psikososial
Bagaimana tanggapan ibu dan suami tentang kehamilannya
dan bagaimana dukungan ibu mengenai persainan,dimana dan
bagaimana hubungan ibu mengenai persalianan, dimana dan
bagaimana hubugan ibu denagan keluarga dan masyarakat
sekitar,dan petugas kesehatan
12) Latar belakang sosial Budaya
Kepercayaan terhadap tahayul,upacara adat yang pernah dilakukan
ada pantangan makanan atau tidak.
13) Riwayat spiritual
Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah ibu sesuai dengan agama
dan kepercayaan dan apakah terjadi gangguan ibadah selama
kehamilannya ini.
b). Data Objektif
(1) Pemeriksaan fisik secara umum
Keadaan umum : Baik
Kesdaran : composmentis
TB : normal > 145 cm, bila kurang dari 145 cm
kemungkinan memiliki panggul sempit (Manuaba,
2007).
BB : pada umumnya selama kehamilan TM II dan III
penambahan berat badan ± 0,5 kg perminggu.
Pertambahan > 0,5 kg perminggu pada TM III harus
diwaspadai mengalami preeklampsi. Hingga akhir
kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-
13,5 kg.
LILA : normal ≥ 23,5 cm, bila kurang merupakan indikator
kuat untuk status gizi ibu yang kurang baik / buruk
39

sehingga ia berisiko untuk melahirkan BBL (Depkes


RI, 2008 : 62 ).
TD : tekanan systole yang biasa pada orang dewasa rata –
rata 100–140 mmHg dan diastole 70 – 90 mmHg
Nadi : 60-100x/menit (Manuaba, 2007)
RR : 16-24x/menit (Manuaba, 2007)
Suhu : 36,6 – 37,2° C (Sarwono, 2007)
(2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak bengkak,ada cloasma gravidarum
Mata : sklera tidak ikterus, konungtiva tidak pucat
Mulut dan gigi : bibir tidak pucat, tidak stomatitits, tidak ada karies
gigi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe
dan tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : simetris, membesar, putting susu menonjol, tidak
ada benjolan abnormal, hiperpigmentasi,
hipervaskularisasi dan pembesaran kelenjar
Montgomery. Tampak adanya keluar kolostrum atau
tidak.
Perut : adanya pembesaran pada perut sesuai UK, menonjol,
strie gravidarum dan livide, tidak ada luka bekas
operasi.
Genetalia : bersih, tidak ada varises, tidak udema, adanya
cadwik
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak odema, tidak varises, tidak sianosis
(3) Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid/ bedungan vena
jugularis
Payudara : tidak ada benjolan, ada pengeluaran kolostrum
Perut :
Leopold I : untuk mengetahui TFU yaitu pada usia kehamilan
38 – 39 minggu 3 jari dibawah px (32 cm) dan
bagian janin yang ada di fundus serta untuk
menghitung TBJ yaitu (TFU – 11) x 155
Leopold II : untuk menentukan letak punggung dan letak bagian
terkecil janin.
Leopold III: menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan
apakah bagian bawah anak ini sudah masuk PAP
Leopold IV: menentukan seberapa jauh masuknya bagian bawah
bila sudah masuk PAP
Gerakan janin : dalam 2 jam ada 10 x gerakan
His : ≥ 3.10’.41’’
(4) Auskultasi
40

DJJ : 120-160x/menit
(5).Perkusi
Reflek patella : +/+

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Tabel 2.4 Tabel Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan Dan Masalah Pada Ibu
Bersalin

No Diagnosis kebidanan Masalah


1 Seorang G1P0Ab0 usia kehamilan 38 1. Takut dengan gambaran
minggu dalam persalinan kala I fase rasa sakit selama proses
laten dengan anemia ringan persalinan
2. Bingung dengan apa
yang harus dilakukan
selama proses persalinan
2 Seorang G2P1Ab0 usia kehamilan 37 1. Tidak tahan dengan nyeri
minggu dalam persalinan kala I fase akibat kontraksi
aktif
Sumber : Sulistyawati dan Esty Nugraheny,2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin.Jakarta:Salemba Medika,halaman 229

a. Kebutuhan pasien
Bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya. Contoh kebutuhan konseling, bimbingan tentang kontrol
pernapasan dan posisi untuk meneran. (Sulistyawati dan Esty,2010:229)

III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial

Tabel 2.5 Tabel contoh perumusan diagnosis potensial pada persalinan kala I

No Hasil Interprestasi data Diagnosis potensial


1 Anemia berat Perdarahan intrapartum
2 Takanan darah 160/100 mmHg, Eklampsia
protein urine (++)
3 Keletihan dan dehidrasi Partus lama
4 Ketuban pecah dini Infeksi intrapartum
5 Tinggi badan 140 cm, kepala belum Persalinan tak maju karena DKP
masuk panggul
6 Kala I fase aktif melewati garis Partus lama
waspada partograf
7 DJJ lebih dari normal Asfiksia intrauterus
Sumber : Sulistyawati dan Esty Nugraheny,2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin.Jakarta:Salemba Medika,halaman 230
41

IV.Identifikasi Kebutuhan Segera


Dengan data yang didapat dapat menentukan perlu tidaknya
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau pemeriksaan diagnosis
(laboratorium). Bidan harus mampu menentukan tindakan yang paling
tepat dan penting untuk klien.
(Muslihatun dkk,2009:144)

V. Intervensi
a. Dx : G___P______Ab____Usia Kehamilan____Minggu Janin
T/H/I____kala I Fase Aktif / Laten
b. Intervensi
1. Persipan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
Rasional : untuk menyiapkan beberapa hal(Sondakh,2013:114).
2. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat – obatan yang
diperlukan
Rasional :Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, penolong
sebaiknya memastikan kelengkapan, jenis, dan jumlah bahan-bahan
yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai(Sondakh,2013:115)
3. Persiapan rujukan
Rasional :Jika terjadi penyulit dalam persalinan, keterlambatan untuk
merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa
ibu dan atau bayi(Sondakh,2013:115).
4. Pelayanan asuhan sayang ibu
Rasional :Asuhan sayang ibu dapat diberikan oleh bidan dengan
harapan persalinan akan berlangsung aman dan nyaman sesuai yang
diharapkan bidan, ibu dan keluarganya(Sondakh,2013:9).
5. Pengurangan rasa sakit
Rasional :Metode pengurangan rasa nyeri yang dilakukan secara terus-
menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat
sederhana, berbiaya rendah, beresiko rendah, membantu kemajuan
persalinan, serta hasil persalinan bertambah baik dan bersifat sayang
ibu(Sondakh,2013:116).
6. Berikan dukungan emosional
Rasional : Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan secara
fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu
memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal
(Sondakh,2013:116)
7. Mengatur posisi dan beritahu ibu untuk tidak berbaring terlentang
lebih dari 10 menit
Rasional :Hal ini tidak diperbolehkan karena akan menekan vena cava
inferior, penekanan ini akan mengakibatkan hipoksia atau kekurangan
pasokan oksigen pada janin, selain itu akan berpengaruh terhadap
proses kemajuan persalinan (Sondakh,2013:118).
42

8. Pemberian cairan dan nutrisi


Rasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif(Sondakh,2013:118)
9. Kebutuhan psikologis
Rasional : Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu
lekas lelah(Sondakh,2013:90-91).
10. Anjurkan ibu ke kamar mandi
Rasional :kandung kemih yang penuh dapat meperlambat turunya
janin,mengganggu kemajuan persalinan, meningkatkan resiko
perdarahan pascapersalinan karena atonia uteri, dan dapat
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih(Sondakh, 2013:119).
11. Pencegahan infeksi
Rasional :Kepatuhan dalam menjalankan tindakan – tindakan
pencegahan infeksi yang baik, juga akan melindungi penolong
persalinan dan keluarga ibu dari infeksi(Sondakh, 2013:120).
12. Persiapan persalinan
Rasional: Sebelum persalinan, banyak hal yang perlu dipersiapkan
yang bersifat beragam(Sondakh,2013:120).
13. Pengisian partograf
Rasional :Partograf adalah alat bantu untuk membantu untuk
mengobservasi kemajuan kala I persalinan dan memberikan informasi
untuk membuat keputusan klinik(Sondakh,2013:121).
V. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi
VI. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien
1. Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam melakukan evaluasi mengenai seberapa efektif tindakan dan
asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respon
pasien dan peningkatan kondisi yang kita targerkan pada saan
penyusunan perencanaa. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
2. Hasil asuhan
Hasil asuhan adalah bentuk nyata dari perubahan kondisi serta
respon pasien dan keluarga meliputi :
a. Penerimaan pasien terhadap kondisi dan kesiapan dalam menghadapi
setian tahap persalinan
b. Stabilitas psikologi suami dan keluarga dalam mendampingi pasien
c. Pasien kooperatif dalam proses persalinan
d. Suami dan keluarga senantiasa siap memberikan dukungan
(Sulistyawati dan Esty,2010:233)
KALA II
I. Pengumpulan Data Kala II
a. Data Subjektif
Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalianan
43

kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran(Sulistyawati dan


Esty,2010:233).
b Data Objektif
a. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh yang menggambarkan
suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi kala II persalinan
b. Vulva dan anus membuka, perineum meninjol
c. Hasil pemantauan kontraksi : durasi lebih dari 40 detik, frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 10 menit, intensitas kuat, hasil pemeriksaan
dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap
(Sulistyawati dan Esty,2010:233)
II. Identifikasi Diagnosis dan Masalah
a. Diagnose nomenklatur
1. Data dasar subjektif: Ibu mengatakan perut semakin sakit dan ingin
meneran.
2. Data dasar objektif : Perineum menonjol, vulva dan anus membuka,
rekuensi his semakin sering, intensitas semakin kuat dan durasi HIS >
40 detik(Sulistyawati dan Esty,2010:234).
Diagnosa : G...P....Ab.... aterm kala II janin hidup tunggal intrauterin
presentasi kepala (Rukiah dkk, 2009:195).
III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial

Tabel 2.6 Tabel tentang rumusan diagnosis potensial berdasarkan interpretasi data

No Interpretasi data dasar Diagnosis potensial


1 Seorang P…Ab…dalam persalinan kala II Kala II lama
dengan anemia berat
2 Seorang P….Ab…. dalam persalinan kala II Asfiksia intra uterus
dengan induksi
3 Seorang P….Ab…..dalam persalinan kala II a.Infeksi intra uterus
dengan ketuban pecah dini b. Kala II lama
4 Seorang P…..Ab…. dalam persalinan kala II Asfiksia pada bayi
dengan presentasi sungsang
Sumber : Sulistyawati dan Esty Nugraheny,2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin.Jakarta:Salemba Medika,halaman 234

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Perumusan diagnosis potensial bertujuan untuk memberikan
patokan bagi bidan dalam hal antisipasi serta persiapan apa saja yang harus
dilakukan sebelum merujuk jika memang langkah merujuk benar-benar
diputuskan sebagai langkah yang paling tepat.
V. Intervensi
a. Dx : G...P....Ab.... aterm kala II janin hidup tunggal intrauterin presentasi
kepala
1. Persiapan Penolong persalinan
Rasional : salah satu persiapan penting bagi penolong adalah
memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan
44

infeksi(Rukiyah dkk, 2009:104).


2. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
Rasional : Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, penolong
sebaiknya memastikan kelengkapan, jenis, dan jumlah bahan-bahan
yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai(Sondakh,2013:115)
3. Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Rasional : Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi
untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan
pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu
sendiri(Rukiyah dkk, 2009:104).
4. Persiapan ibu dan keluarga
Rasional : dalam memenuhi upaya asuhan sayang ibu, maka anjurkan
kepada keluarga agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya selama
proses persalinan dan kelahiran bayinya(Rukiyah dkk, 2009:104).
5. Bersihkan perineum ibu
Rasional : bersihkan perineum ibu adalah praktik terbaik pencegahan
infeksi pada kala II persalinan diantaranya adalah melakukan
pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang(Rukiyah
dkk, 2009:104).
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
Rasional : Kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala
bayi, menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan pasca
persalinan(Rukiyah dkk, 2009:104).
7. Amniotomi
Rasional : apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi(Rukiyah dkk,
2009:104).
8. Pertolongan persalinan
Rasional : Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alamiah
bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi
sudah dimulai(Rukiyah dkk, 2009:104).
VI. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi
VII. Evaluasi
Pada akhir kala II, bidan melakuka evaluasi antara lain :
1. Keadaan umum bayi ( jenis kelamin, warna kulit, spontanitas menangis
segera setelah lahir )
2. Keadaan umum pasien ( kontraksi, perdarahan, dan kesadaran )
3. Kepastian adanya janin kedua
(Sulistyawati dan Esty, 2010:237)
KALA III
I. Pengumpulan Data Kala III
a. Data Subjektif
1. Pasien mengatakan bahwa bayi nya lahir normal
2. Pasien mengatakan bahwa ari arinya belum lahir
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas
45

(Sulistyawati dan Esty,2010:237)


b. Data Objektif
1. Bayi lahir spontan pervagina pada tanggal….jam….jenis
kelamin….normal/ada kelainan, menangis spontan kuat, warna kulit
kemerahan
2. Plasenta belum lahir
3. Tidak teraba janin kedua
4. Teraba kontraksi uterus
(Sulistyawati dan Esty,2010:237)
II. Identifikasi Diagnosis dan Masalah
Berdasarkan data pengkajian diatas, bidan mengintrpretasikan bahwa
pasien sekarang benar-benar sudah dalam persalianan kala III
Diagnosis nomenklatur : P…Ab… dalam persalinan kala III
(Sulistyawati dan Esty,2010:238)
III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Bidan tetap harus waspada terhadap berbagai kemungkinan buruk
pada kala III,diagnosis potensial yang mungkin terjadi pada kala III :
1. Gangguan kontraksi pada kala III
2. Retensi sisa plasenta
(Sulistyawati dan Esty,2010:238)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Berdasarkan diagnosis potensial yang telah dirumuskan :
1. Rangsangan putting susu
2. Pengeluaran plasenta secara lengkap
(Sulistyawati dan Esty,2010:238)
V. Intervensi
a. Dx : P…Ab… dalam persalinan kala III
1. Informasikan pada ibu bahwa ibu sudah memasuki persalinan kala III
Rasional : berikan informasi pada ibu bahwa rasa mulas yang ibu
rasakan adalah normal karena ari-arinya belum keluar, supaya ibu
tenang(Rukiyah dkk,2009:197).
2. Lakukan manajemen aktif kala III
Rasional : menajemen aktif kala III untuk mengupayakan kontraksi
yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala III,
mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian restensio
plasenta (Rukiyah dkk,2009:146).
3. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan ibu makan dan minum
Rasional : Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan atau membuat
kontraksi menjadi teratur dan kurang efektif (Rukiyah dkk,2009:72).
4. Lakukan massase
Rasional : Massase dilakukan untuk mempertahankan kontraksi
uterus(Sulistyawati dan Esti, 2013:180).
VI. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi
VII. Evaluasi
Evaluasi dari manajemen persalianan kala III
46

1. Plasenta lahir lengkap, spontan, pada tanggal…….jam…….


2. Kontraksi uterus : baik atau tidak
3. TFU berapa jari dibawah pusat
4. Perdarahan : sedikit / sedang / banyak
5. Laserasi jalan lahir : ada atau tidak
6. Kondisi umum pasien
7. Tanda vital pasien
(Sulistyawati dan Esty,2010:239)
KALA IV
I. Pengkajian Data Kala IV
a. Data Subjektif
1. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya sudah lahir
2. Pasien mengatakan perutnya mulas
3. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia
(Sulistyawati dan Esty,2010:239)
b. Data Objektif
1. Plasenta telah lahir spontan, lengakap, pada tanggal……jam…….
2. TFU berapa jari diatas pusat
3. Kontraksi uterus baik / tidak
(Sulistyawati dan Esty,2010:239)
II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Diagnosis nomenklatur : Seorang P…….Ab…… dalam persalinan
kala IV. Masalah yang dapat muncul pada kala IV :
1. Pasien kecewa karena jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan
keinginannya
2. Pasien tidak kooperatif dalam proses IMD
3. Pasien cemas dengan keadaannya
(Sulistyawati dan Esty,2010:239)
III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kala IV seperti :
1. Hipotoni sampai dengan atonia uteri
2. Perdarahan karena robekan serviks
3. Syok hipovolemik
(Sulistyawati dan Esty,2010:239)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Berdasarkan diagnosis potensial, bidan melakukan tindakan antisipasi
untuk menyelamatkan jiwa pasien. Tapi ingat, tindakan antisipasi harus
selalu menyesuaikan batas kewenangan bidan dan standar pelayanan
kebidanan. Langkah antisipasi yang dapat dilakukan seperti :
1. Eksplorasi sisa plasenta
2. Kopresi bimanual plasenta sampai interna
3. Pemberian infus dan uterotonika
(Sulistyawati dan Esty,2010:240)
V. Intervensi
a. Dx : P…….Ab…… dalam persalinan kala IV
47

1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu sudah
melahirkan dengan selamat
Rasional : informasi yang diberikan akan membuat ibu senang karena
bayi dan plasentanya sudah lahir (Rukiyah dkk, 2009: 199).
2. Lakukan evaluasi uterus, konsistensi dan atonia uteri
Rasional : uterus seharusnya terasa keras (kaku) bila diraba, uterus
yang lembek dan berayun menunjukkan uterus tidak berkontraksi
dengan baik, dengan kata lain mengalami atonia uteri (Rukiyah dkk,
2009: 156).
3. Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
Rasional : jika pada jalan lahir nampak perdarahan terus menerus atau
memancar perlu dicurigai adanya laserasi vagina atau serviks
(Rukiyah dkk, 2009: 157).
4. Bersihkan ibu
Rasional : membersihkan ibu dan mengganti pakaian yang bersih dan
kering supaya ibu merasa nyaman (Rukiyah dkk, 2009: 199).
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman
Rasional : dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan atau membuat
kontraksi menjadi teratur dan kurang efektif (Rukiyah dkk, 2009:72)
6. Dekontaminasi alat-alat partus
Rasional : pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Rukiyah
dkk,2009:73).
7. Pemantauan dan evaluasi lanjut
Rasional : pemantauan dilakukan sehingga semaunya berjalan stabil
dalam batas-batas normal
(Rukiyah dkk, 2009: 157)
VI. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi
VII. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan
bayi dalam keadaan baik, yang ditunjukkan dnegan stabilitas fisik dan
psikologis pasien. Kriteria dari keberhasilah ini adalah :
1. Tanda vital pasien normal
2. Perkiraan jumlah perdarahan
3. Kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. Pasien dapat berapdatasi dengan peran barunya
(Sulistyawati dan Esty,2010:240)

2.1.3 Nifas
a.Konsep Nifas
1. Pengertian Nifas.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam
48

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 jam (42 hari) setelah


itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan
anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi
dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali. Sekitar
50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum
sehingga pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara
pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Dewi dan
Tri, 2013).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlakuan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suhernidan Anita, 2009).
2. Proses Dari Nifas.
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :
a) Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal
lainnya.
b) Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c) Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi (Dewi dan Tri, 2013).
3 Perubahan Fisiologis Nifas.
a) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya (tinggi
fundus uteri.
1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan
berat 1000 gram.
2) Pada akhir kala III, TFU teraba pertengahan pusat simpisis
dengan berat 500 gram.
3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis
dengan berat 350 gram.
4) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak
teraba) dengan berat 50 gram.
Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan
miometrium yang bersifat proteolisis (Sulistyawati, 2009).
49

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :


(a) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat
uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
(b) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat
juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
(c) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen
dan kembali menjadi organ pelvis.
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan
perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium
terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis.
Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah
bening.
b) Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar
telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir
minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada
permukaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi
parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal
ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan
dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di
bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir
luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi
plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi
meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar
uterus serta dibawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa
50

kelenjar basilar endometrial di dalam desidua basalis.


Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung didalam
desidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakikatnya
mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat
implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi terkelupas
dan tidak dipakai lagi pada pembuangan lokhea.
c) Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,
beragsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang
pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang
alat genetalia menjadi agak kendur.
d). Perubahan Pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum
adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-
retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran
retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis
servikallis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang
mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Walaupun
begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum lebih besar
dan tetap terdapat letak-letak dan robekan-robekan pada
pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh karena
robekan ke samping ini terbentuklah bibir depan dan bibir
belakang pada serviks.
d) Lokhea
Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisasi berkembang lebih
cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-
beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbabu tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan
51

warna dan volume karena adanya proses involusi.


Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna
dan waktu kelurnya:
1) Lokhea rubra/merah.
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4
masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan
mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta.
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
post partum.
3). Lokhea serosa.
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
4) Lokhea alba/putih.
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang
mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6
minggu post partum (Sulistyawati, 2009).
e) Perubahan Pada Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.
Dalam beberapa hari perta sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulvadan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
f) Perienium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak
meju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan
kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum hamil (Sulistyawati, 2009).
g) Perubahan Tanda-Tanda Vital
1) Suhu badan
(a) Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin
naik sedikit, antara 37,2˚C-37,5˚C. Kemungkinan
disebabkan karena ikatan aktivitas payudara.
(b) Bila kenaikan mencapai 38˚C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
atau sepsis nifas.
2) Denyut nadi
52

(a) Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar


60x/menit, yakni pada waktu habis persalinan karena
ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya
pada minggu pertama post partum.
(b) Pada ibu yang nervous nadinya bisa cepat, kira-kira
110x/menit. Bisa juga terjadi gejala syok karena
infeksi, khususnya bila desertai peningkatan suhu
tubuh.
3) Tekanan darah
(a) Tekanan darah <140x/menit mmHg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3
hari post partum.
(b) Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-
eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal
seperti itu jarang terjadi.
4) Respirasi
a) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.
Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
b) Bila ada respirasi cepat post partum (>30x/menit),
mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok
(Suhernidan Anita, 2009).
h) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
1) Volume Darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa
faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum
hamil. Pada persalinan pervagina, ibu kehilangan darah
sekitar 300-400cc. Bila kelahiran melalui sectio caecarea,
maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan
terdiri atas volume darah dan hematokrit
(haemoconcentration). Pada persalinan pervagina,
hematokrit akan naik, sedangkan pada sectio caecarea,
hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-
6 minggu.
2) Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekucup dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita
53

melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi


selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.
3) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-miggu kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah
meningkat, pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen
dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai
15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa
hari pertama dari masa post partum (Dewi dan Tri, 2011).
4) Sistem Pencernaan Pada Masa Nifas
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu
persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan
dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
5) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinker dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-
36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
4 Kebutuhan Kesehatan Pada Ibu Nifas.
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan
pengembalian bentuk tubuh seperti sebelum hamil. Dalam masa
nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna berangsur-angsur
pulih seperti sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat
proses involusi ini ibu nifas membutuhkan perlakuan secara
khusus diantaranya adalah :
1) Nutrisi Dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi
pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan
54

meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan


makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat
dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan
yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
2) Ambulasi
Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat
konservatif, dimana puerperal harus tidur terlentang selama 40
hari. Kini perawatan lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini.
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu
sebagai berikut:
a) Melancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi
puerperium.
b) Mempercepat involusi uterus.
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestional dan alat kelamin.
d) Meningkatkan kelancaran peredaran peredaran darah.
e) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat
mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya
dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2
jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah
adanya trombosit). Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah
sebagai berikut.
a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c) Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu
merawat/memelihara anaknya.
d) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
e) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka di perut.
f) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retrofleksi
(Dewi dan Tri, 2011).
3) Kebersihan diri dan bayi
Ibu nifas dianjurkan:
a) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
b) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin.
c) Menyarankan ibu mengganti pembalut satiap kali mandi,
buang air besar/buang air kecil, paling tidak dalam waktu 3-
4 jam supaya ganti pembalut.
d) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum menyentuh daerah kelamin.
55

e) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan


laserasi.
f) Pada ibu postsectio caesaria, luka tetap dijaga agar tetap
bersih dan kering, tiap hari diganti balutan.
Kebersihan bayi
Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi
tetap terjaga kebersihannya.
a) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi.
b) Memandikan bayi 2 kali setiap pagi dan sore.
c) Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali
basah atau kotor karena buang air besar/buang air kecil.
d) Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih
dan kering.
e) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena
ini adalah tempat tinggal bayi.
f) Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih
(Suhernidan Anita, 2009).
4) Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan
terasa lebih lelah bila partus berlangsung lama. Seorang ibu
baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau
tidak setelah lahir. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan
lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau
mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan ibu:
a) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b) Sarankan ia kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b) Memperlambat proses involusi dan memperbanyak
pendarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Dewi dan Tri, 2011).
5) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak
budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan
seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati, 2009).
6) Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua
56

tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama


menyusui ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum
mendapatkan haid (metode anemorhe laktasi). Sekipun setiap
metode kontrasepsi berisiko, tetapi menggunakan kontrasepsi
jauh lebih aman.
Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi
yang diperolehkan selama menyusui, yang meliputi:
a) Cara penggunaan.
b) Efek samping.
c) Kelebihan dan kekurangan.
d) Indikasi dan kontra indikasi.
e) Efektifitas.
Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen-
progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang
menyusui. Oleh karena itu janganlah menganjurkannya kurang
dari 6 minggu pasca persalinan. Umumnya bagi ibu menyusui
tidak perlu melakukan sampai saat ini, karena dapat
mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya hormon
steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam/ASI (Suhernidan
Anita, 2009).
7) Latihan/Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,
sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin
dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan
tidak ada penyulit post partum.
Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas,
sebaiknya bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien
mengenai pentingnya otot perut dan panggul, akan mengurangi
keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas.
Latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat
membantu untuk mengencangkan otot bagian perut
(Sulistyawati, 2009).

b.Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Post Partum Normal


I. Pengkajian
Tanggal........jam..........tempat.........

1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama :Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan
nama dengan klien .
Umur :Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti seeperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
57

(Ambarwati,2008;131)
Agama :Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dala berdoa.
(Ambarwati,2008;132)
Pendidikan :Pendidikan adalah suatu pengembangan kemampuan
yang diinginkan, proses perubahan mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia
menerima dan menangkap informasi yang disampaikan.
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
(Notoatmodjo, 2005)
Pekerjaan : Perlu dikaji untuk mengetahui gambaran aktifitas dan
tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dari ibu
yang tidak bekerja. Karena pada ibu yang bekerja akan
lebih banyak memiliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan orang lain. Tenaga kesehatan perlu mengkaji hal
ini agar dapat memberikan informasi dan penyuluhan yang
tepat sesuai dengan kondisi pasien.
(Suryati Romauli, 2011)
Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya
alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk
memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk
dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah.
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules,sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perenium.
(Ambarwati,2008;132)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang Lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami, penyakit yang
sedang di derita dan mendapat pengobatan yang sering atau pernah
dilakukan, penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan
penyakit yang menyertai dan mempengaruhi pada masa nifas,
misalnya penyakit keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi,
asma, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS
(Ambarwati,2008;133)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami keluarga, penyakit
yang sedang di derita dan mendapat pengobatan yang seang atau
58

pernah dilakukan,penting dilakukan untuk mengerahui kemungkinan


penyakit yang menyertai dan mempengaruhi pada masa nifas,
misalnya penyakit keturunan seperti jantung, diabetes, hipertensi,
asma, dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, dan HIV/AIDS.
(Ambarwati,2008;133)
e. Riwayat haid
Dalam riwayat haid, hal yang dikaji adalah menarche, siklus, lama
haid, banyaknya,dan keluhan. Anamnesa riwayat haid memberikan
kesan pada kita tentang faal alat kandungan.
(Prof.Sulaiman Sastrawita, 2005)
Siklus yang berbeda pada ibu hamil juga mempengaruhi
bagaimana kita menentukan taksiran persalinan ibu hamil. Berikut
adalah cara menentukan taksiran persalinan menggunakan cara
Neagele :
Siklus 21 : hari +10 bulan -3 tahun+1
Siklus 28 : hari +7 bulan -3 tahun+1
Siklus 33 : hari +0 bulan -3 tahun+1
Siklus 35: hari +14 bulan -3 tahun+1
(Prof.Sulaiman Sastrawita, 2005)
f. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Berapa kali hamil, anak lahir hidup, persalinan tepat waktu,
persalinan premature, persalinan dengan tindakan, jenis kelahiran
plasenta, riwayat perdarahan yang lalu, menyusui atau tidak, imunisasi
bayinya, masalah lain yang ditemui, tidak ada komplikasi. Kemudian
tidak ada kelainan abnormal pada kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu.
g. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB,BB,penolong persalinan. hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
(Ambarwati,2008;134)
h. Riwayat Nifas sekarang
Perdarahan = lochea rubro s/d alba
Kontraksi uterus = baik
TFU = Bayi lahir - setinggi pusat
Uri lahir - 2 jr b pusat
1 Mgg - ½ simpisis & pst
2 Mgg - tidak teraba
6 Mgg - bertambah kecil
8 Mgg - sebesar normal
laktasi = keluar / belum
Infeksi : -

i. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Istirahat
59

Istirahat/tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan


kelelahan setelah proses persalinan. Kebutuhan istirahat/tidur
normal dalam sehari + 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari.
(Depkes RI, 2008)
2) Aktivitas
a) Klien PP dengan ku balik tanpa kelainan sebaiknya
melakukan mobilsasi 2 jam PPscr bertahap dimulai miring
kanan-kiri, duduk berdiri kemudian berjalan
b) Senam nifas baik untuk membantu kembalinya organ tubuh
seperti sebelum hamil secara optimal (Saifuddin, 2010)
Senam nifas dapat dilakukan selama 6 jam PP untuk ibu yang
sehat & tidak ada kelainan. (Manuaba, 2007)
3) Nutrisi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan
kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta
untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori
tiap hari
b) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
d) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
e) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
4) Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:
a) Kalori
b) Protein
c) Kalsium dan vitamin D
d) Magnesium
e) Sayuran hijau dan buah
f) Karbohidrat kompleks
g) Lemak
h) Garam
i) Cairan
j) Vitamin
k) Zinc
l) DHA
Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. gangguan pada bayi
meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan
mudah terkena infeksi. kekurangan zat-zat esensial
menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.
(Dewi, 2011;72)
5) Eliminasi
BAB sudah harus dipenuhi dalam 3 hari PP. Bia ada obtipasi
60

akan timbul febris karena obstipasi menekan serviks sehingga


menimbulkan sumbatan dan bendungan lochea yang
menyebabkan infeksi, (Saifuddin, 2010). Segera setelah PP ibu
harus dapat berkemih. Klien PP harus bisa kencing scr spontan
dalam 6.
6) Kebersihan
Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan
seluruh tubuh, baju, alas tempat tidur & lingkungan terutamadae
generatulia untuk mencegah infeksi pada bekas episiotomi &
jalan lahir, kebersihan menae juga perlu diperhatikan agar tidak
terjadi infeksi.
(Depkes RI, 2008)
7) Pola seksual
Coitus boleh dilakukan setelah 40 hari PP menurut ajaran
agama atau ketika rasa nyeri sudah hilang.
(Saifudin, 2010)
j. Keadaan psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluaga terhadap bayinya.
wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. cukup
sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah
kelahiran. depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues.
post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya.
(Ambarwati,2008;134-135)
k. Latar belakang sosial Budaya
Kepercayaan terhadap tahayul,upacara adat yang pernah dilakukan
ada pantangan makanan atau tidak.

2. Data Obyektif
Pemeriksaan pada ibu
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum = cukup
Kesadaran = composmentis
TTV
TD : normalnya 100/60 – 130/90 mmHg. pada beberapa
kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit –
penyakit lain yang menyertai dalam 2 bulan pengobatan.
(Ambarwati,2008;139)

N : normalnya 60 – 90x/mnt. denyut nadi diatas 100


X/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan
sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. jika takikardi
61

tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium


kordis. beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami
brakikardi puerperial, yang denyut nadinya mencapai serendah-
rendahnya 40-50X/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai
penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang
membuktikan hal itu adalah suatu kelainan.
(Ambarwati,2008;138)

S : normalnya 365 – 375 ºC. peningkatan suhu badan


mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya
disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada waktu melahirkan, serlain itu bisa juga disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. tetapi
pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali
normal. kenaikan suhu yang mencapai > 380 C adalah mengarah ke
tanda-tanda infeksi.
(Ambarwati,2008;138)
RR : normalnya 16 – 24 x/mnt
BB/TB : Penurunan antara 5-6 /> 145 cm
(Mochtar, 2005 : 62)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Rambut : hitam, tidak rontok
2) Muka : oedem/tidak,tidak pucat, sisa kloasma gravidarum
3) Hidung : ada secret/tidak,tidak pernafasan cuping idung
4) Mulut : bibir lembab, tidak pucat, stomatitis ada/tidak,
caries gigi ada/tidak
5) Leher : tidak tampak pembasaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis
6) Dada : tidak terlihat retraksi dada
7) Payudara: bersih, puting menonjol, hiperpigmentasi areola
mammae
8) Abdomen: tampak striae lividae
9) Genitalia: tampak luka jahitan/tidak, tidak ada tanda infeksi
pada jahitan, pengeluaran lochea
lochea normal : merah hitam(lochea rubra),bau biasa,tidak
ada bekuan darah atau butir-butir darah beku, jumblah
perdarahan ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti
pembalut setiap 3-5 jam)
lochea abnormal: merah terang,bau busuk,mengeluarkan
darah beku,perdarahan berat (memerlukan penggantian
pembalut setiap 0-2 jam)
(Ambarwati,2008;140-141)
10) Ekstremitas: oedema (-/+),varises (-/+)
b. Palpasi :
62

1) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid, tidak


teraba bendungan vena jugularis
2) Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, kolostrum sudah
keluar atau belum, teraba pembengkakan abnormal/tidak
3) Abdomen : bagaimana kontraksi uterus, kandung kemih
kososng/tidak, TFU sesuai masa involusi/tidak, diastasis
rectus abdominalis (-)
Tabel 2.4
Pemeriksaan Palpasi Abdomen TFU Sesuai Masa Involusi

Involusi TFU Berat


Bayi Lahir Setinggi pusat 1000gr
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750gr
1 minggu Pertengahan pusat dan symfisis 500gr
2 minggu Tidak teraba diatas symfisis 350gr
6 minggu Bertambah kecil 50gr
8 minggu Sebesar normal 30gr
(Manuaba,2010:192)

4) Ekstremitas : oedema (-/+), varises (-/+), tanda Homan (-)

c. Auskultasi :
Dada : ronchi (-/+), wheezing (-/+), rales (-/+)
d. Perkusi :
Refleks patela (-/+)

Pemeriksaan pada bayi


Nama bayi : bayi Ny. ”... “
Tanggal lahir : (untuk menentukan usia bayi)
Jam lahir : (untuk menentukan usia bayi)

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/somnolen/apatis/koma
Pernapasan : 40-60x/menit
Nadi : 120-160x/menit
Suhu : 36,5-37,50C
Jenis kelamin : perempuan/laki-laki
BBL : normal 2500-4000 gram, BBL < 2500gr
atau BBLR potensial terjadi asfiksia uterus,
sepsis neonatorum, hiperbilirubin,
hipotermi. BBL > 4000 gr potensial terjadi
hipoglikemia
PBL : normal 48-53 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala :simetris/tidak, ada benjolan/tidak, caput
63

succedaneum/tidak, cephal hematoma ada/tidak


Wajah :pucat/tidak, kuning/tidak, sianosis/tidak
Mata :simetris/tidak, bersih/kotor, sklera putih/tidak,
konjungtiva merah/tidak
Hidung :ada pernapasan cuping hidung/tidak, ada
sekret/tidak
Mulut :bibir merah/pucat, labioscisis/tidak,
palatoscisis/tidak
Telinga : simetris/tidak, sekret ada/tidak
Dada : retraksi otot dada/tidak, bentuk dada, ronchi
ada/tidak, weezing/tidak, rales ada/tidak
Perut :keadaan tali pusat basah/kering, bersih/kotor,
berbau/tidak, perdarahan tali pusat ada/tidak,
kembung/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
Genetalia :bersih/kotor, testis sudah turun/belum, labia
mayora sudah menutup labia minora/belum
Anus : berlubang/tidak
Ekstremitas : oedema/tidak, pergerakan aktif/tidak, jumlah jari
lengkap/tidak, fraktur/tidak
3. Pemeriksaan reflek
Kedipan (-/+), menghisap (-/+), sucking reflex (-/+), tonick neck
reflex (-/+), grasping reflex (-/+), reflek mor (-/+), babinsky reflex
(-/+)
(APN, 2008:131)
II.Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Tabel 2.9 Tabel Contoh Rumusan Diagnosis Kebidanan Dan Masalah Pada
Ibu Nifas

No Diagnosa Kebidanan Masalah


1 Seorang P… Ab… hari Takut BAK karena luka jahitan perineum
…… normal Cemas dengan perubahan bentuk badan
Merasa tidak percaya diri untuk merawat
bayinya
2 Seorang P… Ab… hari … Nyeri tekan pada perut
dengan peritonitis
3 Seorang P… Ab… post Takut beraktivitas karena nyeri luka
operasi sesar hari ketiga operasi
Khawatir tidak dapat merawat bayinya
4 Seorang P… Ab… hari Ketergantungan dalam perawatan bayi
kelima dengan postpartum sehari-hari
blues
Sumber : Sulistyawati,Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Yogyakarta:Andi
halaman 131
64

III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah


Diagnosa Potensial/Masalah Potensial :
a. Gangguan perkemihan
b. Gangguan buang air besar
c. Gangguan hubungan seksual
d. Gangguan proses menyusui
(Sulistyawati,2009:131)
IV.Antisipasi/Kebutuhan Masalah
a. Gangguan perkemihan
1 Beri tahu klien bagaimana cara merangsang agar mudah untuk
berkemih
2 Jika klien benar-benar kesulitan untuk buang air kecil maka
pertimbangkan untuk dilakukan kateterisas
b. Gangguan buang air besar
1 Anjurkan pasien untuk minum air putih serta makan sayuran dan
buah
2 Berikan obat pencahar supositoria (dimasukkan melalui anus,
misalnya dulcolax sup)
b Gangguan proses menyusui
1. Kaji penyebab gangguan dan lakukan antisipasi sesuai penyebab
2. Libatkan suami dan keluarga dalam proses pelaksanaan

V. Intervensi
a. Dx: P… Ab… hari …… normal
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
Rasional : Informasi akan sangat penting untuk diberitahukan kepada
klien dan keluarga, karena berkaitan dengan psikologis klien.
2. Beritahu ibu tentang istirahat
Rasional : Istirahat cukup dapat menjadikan proses selama masa nifas
akan berlangsung secara normal dan akan memulihkan tenaga ibu
serta akan menambah produksi ASI
3. Beritahu ibu tentang gizinya
Rasional : Gizi yang seimbang harus terpenuhi agar kebutuhan bayi
pada masa laktasi bisa terpenuhi seperti minum susu dan lain-lain.
Selain itu gizi seimbang juga penting yang akan berkaitan dengan
proses pemulihan kembali organ-organ kandungan ibu sehingga
diharapkan dalam masa nifas ibu akan berlangsung normal.
4. Beritahu ibu tentang menjaga kehangatan bayinya
Rasional : Menjaga kehangatan bayi akan sangat diperlukan karena
hal ini akan mencegah terjadinya hipotermia pada bayi.
5. Beritahu ibu tentang perawatan payudara dan tentang menyusui bayi
Rasional : Perawatan payudara merupakan suatu kebutuhan dasar pada
masa nifas dimana hal ini akan berkaitan dengan proses laktasi pada
masa nifas, sehingga dengan perawatan payudara yang benar maka
proses menyusui akan baik.
6. Beritahu ibu tentang kebersihan diri
65

Rasional : Dengan ibu menjaga kebersihan diri maka hal ini akan
menghindarkan ibu dari berbagai infeksi yang mungkin dapat terjadi
pada masa nifas.
7. Beritahu ibu tentang pemberian ASI
Rasional : ASI merupakan makanan utama bagi bayi, karena dengan
ASI maka akan memberikan dan menambah kekebalan tubuh bagi
bayi.
8. Beritahu ibu tentang mengurangi nyeri pada hemoroid dan
memperlancar BAB
Rasional : Dapat dilakukan diantaranya adalah hindari duduk terlalu
lama, ketika berbaring cobalah berbaring miring, ibu harus banyak
minum terutama jus buah dan makan-makanan berserat.
9. Beritahu ibu cara mengurangi nyeri setelah melahirkan
Rasional : Cara mengurangi rasa nyeri diantaranya adalah berbaring
tengkurap dengan sebuah bantal dibawah perut ibu, cobalah mandi
duduk, berjalan, berubah-ubah posisi.
10. Beritahu ibu tentang pentingnya KB
Rasional : KB atau keluarga berencana merupakan suatu metode untuk
menunda, menjarangkan atau menghentikan untuk memiliki anak,
sehingga jika ibu merasa sudah tidak ingin menambah anak lagi maka
ibu perlu suatu konseling tentang alat kontrasepsi yang tepat dan
benar.
11. KIE tentang pola seksual
Rasional : Pola seksual merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
pasangan, namun pada saat nifas hal tersebut boleh dilakukan jika ibu
nifas sudah berhenti haid atau kurang lebih sekitar 40 hari (6 minggu).
VI. Implementasi
Mengacu Pada Intervensi

VII. Evaluasi
Evaluasi yang telah dilakukan adalah ibu telah mengetahui hasil
pemeriksaan, ibu telah mengerti tentang apa yang disampaikan oleh bidan.
Dan semua asuhan telah didokumentasikan dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP ibu nifas.
(Yeyeh,2011:135-143)

4.1.1 Neonatus
a. Konsep Neonatus
1. Pengertian Neonatus.
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir
66

2.500 gram sampai dengan 4.000 gram (Sudarti, 2010).


2. Proses Dari Neonatus.
Tahapan bayi baru lahir
a) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit
pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring
apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan
ibu.
b) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
c) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah
24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

Tabel 2.6 Tanda Apgar Score

1 Nilai: 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada < 100 >100
(denyut jantung)
Grimace Tidak ada Ekstermitas Gerak aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernapasan) teratur
Interpretasi :
1. Nilai 1-3 asfiksia berat ;
2. Nilai 4-6 asfiksia sedang;
3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal) (Dewi, 2011).

1). Perubahan Fisiologis Neonatus.


a) Sistem Pernafasan
Sistem pulmuner terjadi sejak masa embrio, tepatnya
pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini
bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan 26-28 hari
kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu
terbentuk segmenbronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu
terjadi diferensiasi lobus.
Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus.
Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada
umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang,
artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi.
67

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam


kurun waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain
adanya surfaktan yang dengan menarik napas dan
mengeluarkan napas dengan merintih sehingga udara tertahan
didalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernapasan
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan
dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka
alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi
atelektasis. Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik (Maslihatun, 2010).
b) Suhu Tubuh
Ketika bayi lahir bayi berada pada suhu lingkungan yang
lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25˚C maka bayi akan kehilangan
panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi sebanyak 200
kal/kg bb/menit.
Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi
hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu
tubuh sebanyak 2˚C dalam waktu 15 menit, akibat suhu yang
rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan
oksigen pun meningkat (Arief dan Weni, 2009).
c) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa sehingga, metabolisme basal per kg berat
badan akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada jam kedua energi didapat dari pembakaran
lemak, setelah mendapatkan susu kurang lebih enam hari
pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% dari lemak 40% dari
karbohidrat (Maslihatun, 2010).
d) Peredaran Darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta
melalui vena umbilikus lalu sebagian ke hati dan sebagian
lainnya langsung ke serambi kiri jantung. Kemudian ke bilik
kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke
seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah dipompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke
orta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
68

dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal


tersebutlah yang membuat foramen ovale secara fungsional
menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah
kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan
dalam aorta desenden yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada
hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-
5 liter per menit/m2 (Gassner,1965). Aliran darah sistolik pada
hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m 2 dan bertambah
pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutup
duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi
oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang pada
jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi
dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg (Dewi, 2010).
e) Keseimbangan air dan fungsi ginjal.
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan
kadar natrium relatif lebih besar dan kalium karena ruangan
ekstra seluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena
jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidak
seimbangan luas glomerulus dan volume tubulus proksimal,
serta renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan
orang dewasa.
f) Imunoglobulin.
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-
sum tulang lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta
merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress
imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin
G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui palsenta karena
berat molekulnya kecil. Tetapi apabila ada infeksi yang dapat
melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks dll).
Reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan antibody gamma A, G, M.
g) Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia
dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan
kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai
berkurang walaupun memakan waktu yang agak lama. Enzim
hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir daya
detoksifikasi hati pada neonatu juga belum sempurna,
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih
dari 50 mg/kg bb/hari dapat menimbulkan gray baby syndrom.
h). Keseimbangan asam basa
Derajat kesaman (PH) darah pada waktu lahir rendah,
karena glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam neonatus telah
mengkompensasi asidosis ini (Maslihatun, 2010).
Kebutuhan Kesehatan Pada Neonatus.
69

a) Pengaturan suhu.
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu :
(1)Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak pada
kulit bayi.
(2)Konveksi: pendinginan melalui aliran udara melalui sekitar
bayi.
(3)Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada
kulit bayi yang basah.
(4)Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak
berkontak secara langsung dengan kulit bayi.
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir
menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui keempat
cara diatas. Kehilangan panas secara konduktif jarang terjadi
kecuali bayi diletakan pada alas yang dingin.
b) Inisiasi Menyusui Dini
Yang dimaksud inisiasi menyusu dini ialah suatu usaha
untuk memperkenalkan ASI sedini mungkin.
Hubungan sedini mungkin kulit ibu dan bayi serta
hisapan pertama bayi pada payudara ibu sangatlah penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta keberhasilan ibu
menyusu selanjutnya. Satu jam pertama kontak ibu bayi bagi
bayi baru lahir, sangatlah penting dalam keberhasilan bayi
menyusu selanjutnya.
c) Perawatan Tali Pusat.
Tali pusat biasanya lepas dalam 14 hari setelah lahir,
paling sering sekitar hari ke 10. Mengingat kemungkinan
infeksi, tindakan aseptik harus sangat diperhatikan sewaktu
merawat tali pusat.
Bahaya infeksi tali pusat, yaitu adanya kemungkinan
kuman-kuman melalui pembuluh darah tali pusat masuk ke
dalam badan anak dan menyebabkan kematian anak. Penjelaran
sedemikian kadang-kadang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi
dari bekas potongan (tumpul) tili pusat.
Dibeberapa rumah sakit, tali pusat tidak dibungkus lagi
karena ternyata lebih cepat kering dan jatuh jika dibungkus.
Ada juga yang membungkusnya dengan kain kasa steril yang
tidak diganti sampai tali pusat lepas (Firman dan Budi, 2009).
d) Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus di lekatkan pada
pergelangan tangan atau kaki sejak diruang bersalin.
Pemasangan dilakukan dengan sesuai agar tidak terlalu ketat
ataupun longgar sehingga mudah lepas (Prawirihardjo, 2013).
e) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia
(penyakit menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam
70

pertama setelah persalinan. Pengobatan yang umumnya dipakai


adalah larutan perak nitrat atau neosporin yang langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir (Sondakh,
2013).
f) Pengukuran Berat dan Panjang Lahir.
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Dua
hal yang selalu ingin diketahui orang tua tentang bayinya yang
baru lahir adalah jenis kelamin dan beratnya. Pengukuran
panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak
bermakna. Pengukuran dengan penggunaan pita ukur tidak
akurat. Bila diperlukan data mengenai panjang lahir, maka
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan stadiometer bayi
dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam
keadaan ekstensi.
g) Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan,
tetapi masih banyak kebiasaan yang salah dalam memandikan
bayi, pada beberapa kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi
belum lepas dari tali pusat atau dalam perjalanan, tidak perlu
dipaksakan mandi berendam. Bayi cukup di seka dengan sabun
dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih.
Saat mandi bayi berada dalam keadaan telanjang dan basah
sehingga mudah kehilangan panas. Suhu ruangan saat
memandikan bayi harus hangat (>25oC) dan suhu air yang
optimal adalah 40oC untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat
berangsur turun sampai 30oC untuk bayi diatas 2 bulan
(Prawirihardjo, 2013).

b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


1. Pengkajian
Tanggal :
Tempat :
Oleh :
a) Data Subyektif
1) Biodata
Identitas meliputi identifikasi anak dan kedua orang tuanya.
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal… jam…
WIB kondisi ibu dan bayi sehat.
(Sondakh, 2013: 162)
3) Riwayat Prenatal dan Natal
(a) Riwayat Prenatal
Pada trimester I adanya riwayat ibu yang terinfeksi virus
dapat menimbulkan kelainan kongenital pada bayi, ( virus
rubella: bayi dapat menderita kelainan kongenital katarak,
tuli dan kelainan jantung bawaan. Virus sitomegalovirus
71

dapat menjadikan bayi hidrosefalus, mikrosefalus )


(Maryuani & Nurhayati, 2009:148)
Riwayat kurang gizi buruk/ kekurangan nutrisi merupakan
penyebab dari terjadinya berat badan lahir rendah pada bayi
cukup bulan
(Maryuani & Nurhayati, 2009:23)
Ibu yang mengkonsumsi Jamu-jamuan pada saat hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya hiperbilirubinemia pada
bayi(Maryuani & Nurhayati, 2009: 104) dan yang
mengkonsumsi obat-obatan pada trimester I dapat
menyebabkan terjadinya kelainan kongenital.
(Maryuani & Nurhayati, 2009:148)
(b) Riwayat Natal
Ketuban Pecah Dini dan Proses kelahiran yang lama dan sulit
dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 121)
(c) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga klien mempunyai
penyakit keturunan, menular yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien
b) Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Kesadaran :letargi merupakan tanda terjadinya sepsis neonatorum.
(Maryuani & Nurhayati, 2009:124)
Nadi : sebagai indicator keadaan system kardiovaskular
yang di peroleh dengan mudah. Gangguan system
kardiovaskuar, efek demam dan efek terapi
pengobatan dapat di pantau melalui pengkajian nadi.
(Sri Sukamti, 2009: 47)
Pernapasan : adanya kesulitan bernapas (gasping) merupakan
gejala paling umum dari sindrom gawat napas atau
penyakit membrane hialin.
( Maryuani& Nurhayati, 2009: 72)
gangguan napas yaitu kecepatan >60x/ menit
merupakan tanda dan gejala adanya sepsis
neonatorum.
(Maryuani & Nurhayati, 2009:123)
Suhu : terjadi hipertermia (suhu >37,7oC) atau hipotermia
(suhu<35,5oC) merupakan tanda terjadinya sepsis
neonatorum
(Maryuani & Nurhayati, 2009:124)
Lika : ukuran yang lebih besar dari normal dapat
menunjukkan adanya hidrosefalus.
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 170)
BB : bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram
termasuk berat badan lahir rendah.
72

( Maryuani& Nurhayati, 2009: 22)


2) Pemerikasaan fisik
a) Inspeksi
Kepala : ada tidaknya caput suksadenum ( pengumpulan
cairan di bawah kulit kepala yang biasa terjadi pada
persalinan lama/ sulit. Caput dapat melewati garis
sutura. Cairan ini di serap kembali dalam waktu 12
jam atau beberapa hari setelah lahir)
(Sri Sukamti, 2009: 23)
Mata :adanya sklera ikterik merupakan tanda adanya
hiperbilirubinemia.
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 104)
Bibir : adanya celah pada bibir atau celah pada tekak/
uvula, palate lunak dan kasar dan atau foramen
incisive menunjukkan adanya labiopalatoskizis
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 178 ) adanya
sianosis merupakan gejala paling umum dari
sindrom gawat napas atau penyakit membrane hialin
( Maryuani & Nurhayati, 2009: 72)
Hidung : cuping hidung merupakan gejala paling umum
dari sindrom gawat napas atau penyakit membrane
hialin
( Maryuani& Nurhayati, 2009: 72)
Dada : adanya retraksi dada intercostal yang berat
merupakan gejala paling umum dari sindrom gawat
napas atau penyakit membrane hialin.
( Maryuani& Nurhayati, 2009: 72)
Abdomen : kemerahan sekitar umbilicus merupakan tanda
terjadinya sepsis neonatorum.
(Maryuani & Nurhayati, 2009:124)
Punggung : terdapat penonjolan seperti di kantung tengah
sampai bawah merupakan tanda dari spina bifida
yang dapat mengakibatkan kelumpuhan.
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 162)
Genetalia :bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
bewarna putih atau kemerahan. Keluarnya cairan ini
menandakan rahim bayi telah memberikan respon
secara sehat.
(Simkin, 2008:340)
Anus : bayi tidak mengeluarkan meconium dalam waktu
24-48 jam pertama setelah kelahiran menunjukkan
adanya atresia ani.
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 174)
Ekstremitas : kulit warna bayi diperiksa untuk melihat
adanya sianosis Kaki dan tangan dapat sedikit
sianotik selama 48 jam terutama pada cuaca dingin.
73

(Bobak, dkk, 2005: 411) sianosis merupakan tanda


paling umum dari sindrom gawat napas atau
penyakit membrane hialin.
( Maryuani& Nurhayati, 2009: 72)
b) Palpasi
Ekstremitas : adanya warna kekuningan pada kulit
merupakan tanda adanya
hiperbilirubinemia.
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 104)
c) Perkusi
Abdomen : adanya perut kembung/ distensi
abdomen merupakan tanda adanya
hirsprung.
(Maryuani & Nurhayati, 2009: 193)
d) Auskultasi
Dada : adanya suara tridor merupakan gejala
paling umum dari sindrom gawat napas
atau penyakit membrane hialin.
( Maryuani& Nurhayati, 2009: 72)

3) Pemeriksaan penunjang
Reflek moro :Reflek ini terjadi karena adanya reaksi
miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8
minggu pertama setelah lahir. Tidak
adanya refleks moro menandakan
terjadinya kerusakan atau
ketidakmatangan otak.
(Paula, 2010: 24)
II. Identifikasi Diagnosis Dan Masalah
Diagnosa : bayi baru lahir normal, Usia ...
Data subjektif : bayi lahir tanggal ... jam ... dengan….
Data obyektif : Tangisan kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik.
Suhu : normal 36,5 – 37,5 0C
Pernapasan : normal 40 – 60 kali/menit
Nadi : normal 130 – 160 kali/menit
Berat badan : normal 2500 – 4000 gram
Panjang badan : 48 – 52 cm
(Sondakh, 2013 : 165)
III. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
a. Hipotermi
b. Infeksi
c. Asfiksia
d. Ikterus
(Sondakh, 2013 : 165)
74

IV. Identifikasi kebutuhan segera


a. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan bayi
setidaknya 6 jam dan membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan
hangat agar tidak infeksi dan hipotermi.
b. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan metode
kangguru.
c. Menganjurkan ibu untuk segera memberi ASI.
(Sondakh, 2013 : 165)
V. Intervensi
a. Diagnosis : Bayi baru lahir normal, umur ... jam
b. Tujuan : Bayi tetap dalam keadaan normal
Bayi tidak mengalami infeksi dan hipotermi
c. Kriteria hasil: Bayi dalam keadaan sehat
TTV dalam batas normal
Suhu : 36,5 – 37,5 0C
Pernapasan : 40 – 60 kali/menit
Nadi : 130 – 160 kali/menit
d. Intervensi :
1. Lakukan informed consent.
Rasional : informed consent merupakan langkah awal untuk
melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional : cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi
silang.
3. Beri identitas bayi.
Rasional : identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari
kekeliruan.
4. Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut.
Rasional : membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi.
5. Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa.
Rasional : tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah
infeksi.
6. Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi setiap jam dalam
dua jam pertama setelah kelahiran.
Rasional : deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.
7. Pemberian vitamin K1.
Rasional : untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K1 pada bayi baru lahir.
8. Ajarkan kepada ibu/orang tua bayi tentang perawtan bayi sehari-hari.
Rasional : orang tua dapat merawat bayinya sendiri.
(Sondakh, 2013 : 166)
VI. Implementasi
Pelaksanaan merupakan realitas daripada rencana tindakan yang telah
ditetapkan pada tahap perencanaan. Dalam melakukan ini seorang bidan
dapat melakukannya secara mandiri maupun kolaborasi. Pelaksanaan
75

tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, dan efisien.

VII. Evaluasi
Sesuai dengan hasil dan menggunakan metode SOAP. Hasil dari
kegiatan / tindakan yang dilakukan pada klien.
S : Data subjektif klien setelah menerima asuhan kebidanan.
O : Data dari hasil pemeriksaan oleh petugas setelah dilakukan intervensi.
A : Kesimpulan dari keadaan klien saat ini.
P : Rencana yang dilakukan sesuai dengan keadaan klien
(Sondakh, 2013 : 167)
4.1.2 Keluarga Berencana (KB)
a. Konsep Keluarga Berencana (KB)
1. Pengertian KB.
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah
beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2011).
2. Manfaat Dari KB.
Menurut Bahiyatun (2009), manfaat Keluarga Berencana (KB), antara
lain :
a) Untuk ibu :
Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek dan adanya waktu
yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat, dan menikmati
waktu luang, serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
b) Untuk anak yang baru dilahirkan.
Dapat tumbuh secara normal dan anak tersebut akan memperoleh
perhatian, pemeliharaan, dan makanan yang cukup.
c) Untuk anak yang lain
Memberi kesempatan perkembangan fisik, mental, sosial lebih baik
dan Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
3. Macam-Macam Metode KB.
Menurut Manuaba Saifuddin (2013), metode KB terdiri dari:
a) Metode Amenore Laktasi (MAL).
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.
b) KB Alamiah, terdiri dari :
(1) Sistem kalender
Metode ini juga dikenal sebagai “metode irama” atau
“Russian roulette” (yang terkhir memiliki angka kegagalan
yang tinggi). Metode ini didasarkan pada suatu algoritme
yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari
sejumlah siklus menstruasi berurutan (Glasier dan Ailsa,
2009).
(2) Metode suhu basal.
76

Cara lain untuk menentukan masa aman ialah


dengan suhu basal tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal
tubuh akan turun dan kurang lebih 24 jam setelah ovulasi
suhu basal akan naik sampai lebih tinggi dari pada suhu
sebelum ovulasi.
(3) Metode lender serviks.
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan
terhadap perubahan lender serviks selama siklus
menstruasi yang menggambarkan masa subur dalam siklus
dan waktu fertilitas maksimal dalam masa subur
(Sulistyowati, 2012).
c) Senggama terputus.
Metode senggama terputus adalah mengeluarkan
kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Senggama terputus
merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada
kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat (Manuaba, 2010).
d) Metode barier, terdiri dari :
(1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks
(karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk
silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila
digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
puting susu.
(2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,
terbuat dari lateks (karet) yang di insersikan kedalam
vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
(3) Spermisida.
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non
oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan sperma atau
membunuh sperma.
e) Pil, terdiri dari:
(1) Pil kombinasi, berisi hormon estrogen dan progesteron.
(2) Pil progestin, berisi hormon progesteron.
f) Suntik, terdiri dari:
(1) Suntik 1 bulan, berisi hormon estrogen dan progesteron.
(2) Suntik 3 bulan, berisi hormon progesterone.
g) Implan
Implant memiliki durasi kerja yang sangat panjang (1
sampai 5 tahun) dan efektivitas kontrasepsi yang sangat tinggi
tanpa memerlukan tindakan dari pihak pemakai.
h) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
AKDR adalah metode kontrasepsi reversible yang paling
77

sering digunakan di seluruh dunia. AKDR memiliki efektivitas


lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1
tahun atau lebih (Glasier dan Ailsa, 2009).
1) Alat kontrasepsi mantap, terdiri dari:
(1) Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang
perempuan.
(2) Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
(penyatuan dengan ovum) (Saifuddin,dkk.(ed), 2010).
4. Macam-Macam Metode KB Pada Ibu Post Partum.
Menurut Saifuddin, (2013), metode KB yang cocok bagi ibu
post partum, terdiri dari:
a. Metode Amenore Laktasi (MAL) merupakan alat kontrasepsi
yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) ( Hidayati,
2009).
1) MAL sebagai kontrasepsi bila:
(a) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian ≥
8x sehari.
(b) Belum haid.
(c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
(d) Efektif sampai 6 bulan.
(e) Harus dilanjutkan dengan metode kontrasepsi yang
lain.
2) Cara kerja:
Penundaan/penekanan ovulasi.
3) Cara pemakaian:
(a) Bayi disusui menurut kebutuhan bayi.
(b) Biarkan bayi menghisap sampai melepaskan sendiri
hisapannya.
(c) Susui bayi anda juga pada malam hari, karena
menyusu pada waktu malam membantu
mempertahankan kecukupan kebutuhan ASI.
(d) Bayi terus disusukan walau ibu atau bayi sedang sakit.
(e) Ketika mendapat haid pertanda ibu sudah subur
kembali dan harus segera mulai metode KB lainnya.
b. Pilprogestin
Cocok untuk ibu menyusui, tidak menurunkan produksi
ASI, dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat,dosis
rendah,sangat efektif pada masa laktasi.
a) Efek samping: gangguan perdarahan (perdarahan bercak
atau perdarahan tidak teratur) (Saifuddin, dkk.(ed), 2010).
78

b) Cara pemakaian:
1) Minum pil pertama pada hari 1-5 siklus menstruasi.
2) Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
3) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan
pascapersalinan dan tidak menstruasi, mini pil dapat
diminum setiap saat. Mini pil dapat diberikan segera
setelah pascakeguguran.
4) Bila lupa 1 atau 2 pil, minum segera pil yang terlupa
dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
Bila terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut
begitu ingat.
5) Walaupun belum menstruasi, mulailah paket baru
sehari setelah paket terakhir habis (Hidayati, 2009).
c. Suntik progestin
Sangat efektif dan aman, Dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi, Kembalinya kesuburan
lebih lambat, rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa menyusui,
karena tidak menekan produksi ASI.
a) Cara pemakaian:
1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak sedang
hamil.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
3) Selama 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik secara intra muskular dalam
didaerah pantat. suntikan diberikan setiap 90 hari.
d. Kontrasepsi implan
a) Profil:
(a) Efektif selama 5 tahun, untuk Norplant, 3 tahun untuk
Jadena, Indoplant, dan Implanon.
(b) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia
reproduksi.
(c) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
(d) Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut.
(e) Aman dipakai saat laktasi.
(f) Efek samping utama berupa perdarahan yang tidak
teratur, perdarahan bercak, dan amenorea.
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a) AKDR
1) Profil:
(a)Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun : CuT-380A).
(b)Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
(c)Pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan.
79

(d)Dapat dipakai oleh semua perempuan usia


reproduksi.
(e)Tidak boleh dipakai oleh wanita yang terpapar
Infeksi Menular Seksual.
(f) Ada beberapa jenis AKDR yang cocok bagi ibu
post partum, yaitu: CuT-380A, NOVA-T, dan Lípez
Loops.
b) IUD Pasca Plasenta, Menurut Saifuddin (2013) dalam
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
1) Periode pasca persalinan terdiri dari:
(a) Setiap waktu siklus haid, yang dapat dipastikan
klien tidak hamil.
(b) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama
atau setelah 4 minggu pasca persalina, setelah 6
bulan apabila menggunakan metode MAL.
(c) Selama 1 sampai 5 hari senggama tidak
dilindungi.
(d) Setelah menderita abortus (segera atau dalam
waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
2) Ada 2 tipe AKDR yang tersedia:
(a) AKDR yang mengandung tembaga, dibuat dari
batang plastik kecil dan kumparan tembaga pada
batang utama dan lengannya.
(b) AKDR progestin yang melepaskan sejumlah kecil
lenovonorgestrel secara kontinu.
AKDR tembaga tersedia secara cuma-cuma jika
menggunakan fasilitas program KB Pemerintah,
digunakan untuk insersi pasca plasenta/pasca
persalinan dini.
3) Efektivitas
(a) AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak
menambah resiko infeksi, perforasi dan
perdarahan.
(b) Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10 %) dan
ini harus disadari oleh pasien bila mau akan dapat
pasang lagi.
(c) Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat
memperkecil resiko ekspulsi oleh karena
diperlukan pelatihan.
(d) Kontaindikasi pemasangan post-plasenta ialah :
ketuban pecah lama, infeksi intrapartum,
perdarahan post-partum.
c) Tubektomi.
(a) Profil:
1. Sangat efektif dan permanen.
2. Tindak pembedahan yang aman dan sederhana.
80

3. Tidak ada efek samping.


4. Konseling dan informed consent (persetujuan
tindakan) mutlak diperlukan.
(b) Yang dapat menjalani tubektomi, yaitu:
1. Usia > 26 tahun.
2. Anak > 2.
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya.
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko
kesehatan yang serius.
5. Setelah melahirkan.
6. Setelah keguguran.
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur
ini (Saifuddin, dkk.(ed), 2010).

b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kontrasepsi Hormonal


I.Pengkajian Data
Pengkajian data dilakukan dimana, kapan dan oleh siapa. Dalam pengkajian
data, data yang harus dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subyektif
1) Biodata
Umur :
Hormonal : cocok pada umur 20-30 tahun, karena pada umur
lebih dari 35 tahun (lebih tua) dikhawatirkan terdapat gangguan
penyakit metabolisme / memperburuk penyakit tersebut.
(Hanafi Hartanto, 2004 : 169)
Fase menunda kesuburan yaitu umur kurang dari 20 tahun dengan
menggunakan KB IUD ini.
Fase menjarangkan kehamilan yaitu umur 20 – 30/35 tahun sebagai
pilihan utama yang dapat menentukan efektifitas dari KB IUD.
(Hartanto, 2004 : 30 – 31)
Agama : Menurut agama Islam ada 2 pendapat membolehkan dan
melarang pemakaian IUD. Jadi, tergantung pada keyakinan
ibu/keluarga sendiri. Menurut agama Nasrani IUD sangat dilarang,
karena bersifat abortif dan lebih menganjurkan KB alamiah.
(Wachid, 2001: 125)
2) Keluhan utama
Mengetahui apa yang menyebabkan klien ingin berKB. Adapun
tujuan pelayanan kontrasepsi adalah: (Hartanto, 2004 : 30 – 31)
a). Fase menunda
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia isteri kurang
dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya
b). Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia
81

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan


jarak antara kelahiran 2-4 tahun
c). Fase menghentikan/mengakhiri kesuburan
Periode umur isteri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.
3) Riwayat Menstruasi
Hormonal : Penggunaan kontrasepsi hormonal tidak
diperbolehkan pada ibu dengan haid tidak teratur dan ada
perdarahan abnormal dari uterus.
(Hanafi Hartanto, 2004 : 169).
Non-hormonal :
a) Bagi ibu dengan riwayat
dismenorhoe, jumlah darah haid yang banyak, perdarahan
banyak di luar siklus haid yang tidak diketahui sebabnya,
perdarahan bercak, dan keputihan tidak dianjurkan
menggunakan IUD. Karena efek samping IUD adalah haid
lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting), keputihan dan
saat haid lebih sedikit.
(Saifuddin, 2010: MK – 73)
b) IUD dapat di pasang setiap saat dalam waktu haid, yang dapat
dipastikan klien tidak hamil.
(Saifuddin, 2010: MK – 77)
c) Pemasangan AKDR selama masa menstruasi secara
konvensional dianjurkan karena beberapa alasan berikut : kecil
kemungkinan ada kehamilan;serviks lebih lunak dan os
internus sedikit membuka, kemungkinan pemasangan lebih
mudah, dan perdarahan setelah pemasangan tersamar oleh
darah menstruasi.Namun juga ada kekurangan-angka ekspulsi
sedikit lebih tinggi karena kontraktilitas uterus meningkat dan
sebagian wanita tidak senang bila diperiksa saat menstruasi.
(Anna Glasier, 2006: 128)
4) Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : IUD tidak untuk klien yang memiliki partner
seksual yang banyak.
(Hanafi Hartanto, 2004 : 208)
5) Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Hormonal : Penggunaan alat kontrasepsi hormonal tidak
diperbolehkan pada ibu dengan/pernah mengalami ca/keganasan,
penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, DM dan paru-paru
berat.
(Hanafi Hartanto, 2004 : 169)
Non-hormonal :
Riwayat kesehatan dahulu
Pada pemasangan IUD, ibu tidak ada riwayat penyakit tertentu
yang termasuk kontraindikasi IUD, seperti: infeksi pelvis, kelainan
82

darah/pembekuan darah, AIDS, DM dan pengobatan


kortikosteroid, penyakit katub jantung, adanya keganasan/tumor
alat kelamin, endometritis, myoma uteri dan polips endometrium,
infeksi vagina, riwayat operasi pelvis, alergi terhadap
logam/tembaga.
(Hartanto, 2004: 208)
Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pemasangan IUD ibu tidak sedang menderita: infeksi
pelvis, erosi pada serviks uteri, ISK, IMS, cervicitis akut/purulent,
stenosis serviks, anemia, actinomycosis genetalia.
(Hartanto, 2004: 208)
Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR: sedang hamil,
perdarahan vagina yang tidak diketahui, sedang menderita infeksi
alat genital, tiga bulan terakhir sedang mengalami PRP (penyakit
radang panggul) atau abortus septic, kelainan bawaan uterus yang
abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum
uteri, penyakit trofoblast yang ganas, menderita TBC pelvik,
kanker alat genital, ukuran rongga rahim  5 cm (Saifuddin, 2010:
MK – 75).
Tanyakan kepada klien hal-hal di bawah ini, bila semua jawaban
klien adlah TIDAK, klien yang bersangkutan bisa memakai metode
yang diinginkannya.
(Saifuddin, 2010)
Tabel 2.7 Penapisan KB

Metode hormonal Ya Tidak


(pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau
lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pasca persalinan 1,2
Apakah mengalami pendarahan/pendarahan bercak
antara haid setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit tau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan
visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada,
atau tungkai bengkak(edema)
Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
Apakah ada masa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang
(epilepsi) 3
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan
83

seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular
seksual(IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul
atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8
hari)
Apakah pernah mengalami disminorea berat yang
membutuhkan analgetika dan atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan atau perdarahan
bercak antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung
vascular atau kogenital
(a) Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascapersalinan maka pil kombinasi adalah metode pilihan
akhir
(b) Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan
(DMPA atau NET-EN), atau susuk
(c) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-
EN)
(4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hormonal : berikut ini perlu ditanyakan apakah orang tua atau
saudaranya ada yang menderita kanker organ genetalia, kanker
payudara, kencing manis (DM), penyakit tromboeboli, tekanan
darah tinggi, obesitas, atau hiperlidemia.
(Baziad, 2002)
(5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Hormonal
Wanita yang abortus/keguguran dapat menggunakan alat
kontrasepsi hormonal ataupun setelah melahirkan dan menyusui.
Tetapi jika diketahui hamil atau perdarahan yang belum jelas
dianjurkan tidak memakai alat kontrasepsi hormonal.
(Saifuddin, 2003 : MK-42)
Non-hormonal
(a) Kehamilan
IUD tidak untuk ibu yang memiliki riwayat kehamilan ektopik.
Pada ibu yang mengalami abortus, IUD segera dapat
diinsersikan segera atau dalam waktu 7 hari apabila tidak ada
gejala infeksi (Saifuddin, 2010: MK – 77).
(b) Persalinan
Paritas tinggi meningkatkan kejadian ekspulsi (Hartanto, 2004:
226).
IUD dapat diinsersikan segera setelah melahirkan, selama 48
84

jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan dan 6 bulan


setelah KB MAL (Saifuddin, 2010: MK – 77).
(c) Nifas
IUD dapat diinsersikan pada ibu nifas 8 jam pertama atau
setelah 4 minggu pascapersalinan dan pada ibu menyusui
(Saifuddin, 2010: MK – 73).

(6) Riwayat KB
Penggunaan KB hormonal dapat digunakan pada akseptor pasca
penggunaan kontrasepsi hormonal maupun non hormonal. (Hanafi
Hartanto, 196 : 166-167).
(7) Pola kebiasaan sehari-hari
(a) Nutrisi
Hormonal : Makan lebih banyak dari biasanya (Hanafi
Hartanto, 2004 : 171).
Non-hormonal :
IUD tidak mempunyai efek hormonal (tidak
mengurangi/meningkatkan nafsu makan) sehingga tidak
mempengaruhi pola makan/minum (Saifuddin, 2010: MK – 73)
Ibu yang anemis akibat status gizi kurang tidak dianjurkan
memakai IUD.
(b) Istirahat/tidur
Hormonal : Gangguan istirahat yang dialami disebabkan efek
samping sakit kepala (Hanafi Hartanto, 2004 : 171).
(c) Aktifitas
Rasa lesu dan tidak bersemangat melakukan aktifitas karena
keluhan dari efek samping hormonal (sakit kepala, badan terasa
berat dan lain-lain) (Hanafi Hartanto, 2004 : 169).
(d) Personal hygiene
Hormonal : Pada akseptor KB suntik sering mengeluh
keputihan (Hanafi Hartanto, 2004 : 166).
Non-hormonal :
Kebersihan perlu lebih diperhatikan karena pada pemakaian
IUD potensial PID lebih tinggi (Saifuddin, 2010: MK – 73)
(e) Kehidupan seksual
Hormonal :
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengentalkan lendir
servik sehingga mengurangi kenyamanan hubungan seksual.
Non-hormonal :
IUD tidak mempengaruhi hubungan seksual, IUD
meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil. Setelah pemasangan IUD, kontak seksual dapat
dilakukan kembali setelah tidak ada perdarahan (Saifuddin,
2010: MK – 74)
(8) Riwayat Psikososial
85

(a) Apakah pasien menginginkan anak dalam waktu dekat atau


tidak punya rencana lagi untuk hamil?
(b) Apakah yang sebenarnya diharapkan pasien terhadap
kontrasepsi yang akan digunakan tersebut? Apakah kontrasepsi
tersebut harus memiliki keamanan 100%? Andaikata terjadi
efek samping, apakah pasien dapat menerimanya? Apakah ia
akan menggunakan kontrasepsi tersebut sebentar saja? Apakah
ada rasa ketakutan akan terganggunya fertilisasi di kemudian
hari? Apakah pasien takut akan timbulnya kanker atau takut
nantinya dapat memperberat penyakit yang kebetulan sedang
dimiliki pasien?
(c) Apakah pasien bekerja atau seorang ibu rumah tangga?
(d) Apakah pasien memiliki pengalaman jelek terhadap kontrasepsi
yang pernah digunakan, seperti kegemukan, perdarahan bercak,
perdarahan banyak, nyeri perut bagian bawah, sakit kepala
hebat dan turunnya libido?
(e) Apakah mungkin pasien dapat menggunakan pil secara teratur?
2) Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital
Hormonal :
Tekanan darah : pada awal pemakaian KB suntik tekanan darah
harus dalam batas normal, yaitu antara 110/60-120/70 mmHg.
Karena beberapa minggu setelah penyuntikan, tekanan darah dapat
meningkat antara 10-15 mmHg.
Respirasi : pada pemakaian kontrasepsi hormonal (suntik) dapat
menyebabkan pernafasan cepat dan dangkal pada ibu dengan
kemungkinan mempunyai penyakit jantung atau paru-paru (Hanafi
Hartanto, 2004 : 169).
Berat badan
Dapat meningkat 1-5 kg dalam tahun pertama, tetapi dapat pula
menurun (Hanafi Hartanto, 2004 : 171).
b) Pemeriksaan fisik
Hormonal
Muka : Tampak adanya jerawat (kontrasepsi kombinasi)
Mata : Konjungtiva merah muda tetapi apabila terjadi
perdarahan diluar siklus haid konjungtiva pucat,
sklera putih.
Leher : Tidak ditemukan peninggian vena jugularis yang
kemungkinan ibu menderita penyakit jantung.
Payudara : Tidak terdapat benjolan abnormal yang dicurigai
adanya kanker payudara, tidak ada
hiperpigemntasi areola mammae, yang dapat
86

dicurigai kemungkinan kehamilan, payudara


sedikit tegang dan membesar.
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal. (Saifuddin, 2010: MK-)
Abdomen : Uterus tak teraba keras yang dicurigai adanya
kehamilan, tidak ada pembesaran hepar
Ekstremitas : tidak ada varices,
Non-hormonal
Mata : conjungtiva palpebra tidak anemis/pucat, IUD
dapat dipasang. Anemia merupakan salah satu
kontraindikasi insersi IUD. (Hanafi Hartanto, 2004 :
209)
Abdomen : palpasi tidak ada pembesaran perut, tidak ada nyeri
tekan tumor massa.
Genetalia
Inspeksi : tidak ada fluor albus berlebihan/perdarahan
pervaginam, tidak terdapat condiloma
acuminate/matalata, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini dan skene
Inspekulo : tidak ada tanda erosi, lesi, tumor, tidak ada tanda
kehamilan (tanda Chadwick)
Bimanual : tidak ada nyeri goyang serviks dan nyeri goyang
adneksa, posisi uterus dan tanda – tanda
kemungkinan hamil (tanda hegar dan tanda goodels
serta tanda piskacek).
Pemeriksaan laboratorium (Siswishanto, 2004: 19)
(a) Pemeriksaan Hb, anemia bila Hb  9 gram %
(b) Pemeriksaan dengan kertas lakmus
(c) Pemeriksaan dengan larutan saline dan KOH
(d) Identifikasi
(1) Sel epitel vagina
(2) Tricomoniasis
(3) Moniliasis
(4) Clue cells
(e) Pemeriksaan dengan pengecatan gram dan identifikasi
(1) Leukosit
(2) Gram positif diplokokus intraselular
II. Identifikasi dan Diagnosis Masalah
a. Hormonal
1. Diagnoasa : P_ _ _ _ Ab _ _ _ calon
akseptor kontrasepsi hormonal
2. Data Obyektif :
Tanda-tanda vital :T D: 100/70-140/90 mmHg, N : 72-92 x/mnt
S : 36,5-37,5oC, R : 16-24 x/mnt
87

b. Non-hormonal
1. Diagnosa : P_ _ _ _ Ab _ _ _ calon akseptor kontrasepsi IUD
2. Data Obyektif :
a) Tanda-tanda vital :T : 100/70-140/90 mmHg, N : 72-92 x/mnt,
S : 36,5-37,5oC, R : 16-24 x/mnt
b) Genetalia
1. Inspeksi : tidak ada fluor albus berlebihan/perdarahan
pervaginam, tidak terdapat condiloma
acuminate/matalata, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholini dan skene
Inspekulo : tidak ada tanda erosi, lesi, tumor, tidak ada tanda
kehamilan (tanda Chadwick)
Bimanual : tidak ada nyeri goyang serviks dan nyeri goyang
adneksa, posisi uterus dan tanda – tanda
kemungkinan hamil (tanda hegar dan tanda
goodels serta tanda piskacek)

III. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial


a. Ekspulsi IUD / Implan
b. Infeksi

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-
V. Intervensi
a. Dx : P…Ab… calon akseptor KB hormonal(suntik
progestin,minipil,implant) / non hormonal (IUD, kondom, MAL)
b. Tujuan :
1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
2. Mengatur interval diantara kehamilan.
3. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
c. Kriteria Hasil
1. Tidak terjadi kehamilan tidak diinginkan.
2. Didapatkannya kehamilan yang memang diinginkan.
3. Interval diantara kehamilan dapat diatur.
4. Waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami dan istri
dapat terkontrol.
5. Dapat diaturnya jumlah anak dalam keluarga.
d. Intervensi
1. Berikan KIE tentang macam-macam metode kontrasepsi
pascapersalinan
Rasional : Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat
untuk menentukan pilihan. Informasi yang jelas akan meningkatkan
kepatuhan pasien untuk terus melanjutkan penggunaan suatu
kontrasepsi.
2. Jelaskan efek samping dari masing-masing metode kontrasepsi
Rasional : Belum ada metode kontrasepsi yang mutlak aman, dan
88

tidak ada yang tidak memiliki efek samping; namun tidak adanya
kontrasepsi bahkan lebih membahayakan. (Leveno, 2009: 366)
3. Bahas metode yang diinginkan klien
Rasional : Petugas membantu keputusan mengenai pilihannya, dan
harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak
memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi
VI. Implementasi
Mengacu pada intervensi
VII. Evaluasi
Hasil evaluasi tindakan dituliskan lembar catatan perkembangan
dengan melaksanakan observasi dan pengumpulan data subyektif, obyektif,.
Jadi secara dini catatan perkembangan berisi uraian yang berbentu SOAP,
yang merupakan singkatan dari :
S : Merupakan informasi/data yang diperoleh dari keluhan pasien
O :Merupakan informasi yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh
bidan maupun oleh tenaga kesehatan lainnya.
A :Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif
dan obyektif
P :Merupakan rencana tindakan kebidanan yangt dibuat sesuai
dengan masalah klien
(Kepmenkes No 938:2007).
89
90

BAB III
METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu


pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah (Soekedjo Notoadmodjo, 2010).

1.1 Jenis/Desain/Rancangan Penelitian


Jenis penelitian atau desain penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Disebut
penelitian kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati (Moleong; 2007: 4).
Menurut Moleong (2007; 4) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan analisa data berlangsung
secara simultan, lebih mementingkan kedalaman daripada keluasan
penelitian, sementara peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
Sehingga dalam penelitian ini mendiskripsikan dan mempelajari
tentang berbagai faktor-faktor resiko dengan efek, pendekatan, observasi
atau pengumpulan data pada saat dilakukan pemeriksaan pada ibu hamil
minimal 36 minggu yang mengalami serangkaian peristiwa hamil,
melahirkan, nifas, bayi yang dilahirkannya dan KB.
91

3.1 Kerangka Operasional Asuhan COC (Continuity of Care)

Kriteria
Subyek Ibu Hamil Fisiologis Trimester III di BPM
Anik Rohanjarwati Pakis-Malang

Wawancara mendalam
Observasi partisipatif
Melakukan dokumentasi

Kehamilan Persalinan Nifas Neonatus KB

Pengolahan data:
Mencatat
Mengumpulkan
Berfikir (menemukan pola hubungan)

Analisis data
Dengan uji kredibilitas triangulasi sumber

Kesimpulan

Gambar 3.2.1 Gambar Kerangka Operasional Asuhan Kebidanan Continuity


of Care

3.3 Subjek Penelitian/Studi Kasus


Menurut Loflland (1984) dalam Moloeng (2007; 157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Pada pokoknya
kualitatif dapat berupa apa saja termasuk kejadian atau gejala yang tidak
menggambarkan hitungan, angka atau kuantitas (Sarwono,2006; 210).
Teknik pengambilan sampel (informasi) yang digunakan adalah purposive
92

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber


data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006; 54).
Subyek penelitian atau studi kasus ini adalah ibu hamil yang usia
kehamilannya minimal 36 minggu yang mengalami serangkaian peristiwa
hamil, melahirkan, nifas, bayi yang dilahirkannya dan KB. Informasi ini
dapat didapatkan dari ibu yang bersangkutan, bidan yang merawat dari masa
hamil sampai KB, keluarga, dan bisa didapatkan dari pihak-pihak lain yang
bersangkutan didalamnya serta dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan.

1.4 Fokus studi


Fokus studi dalam penelitian ini adalah asuhan kebidanan kehamilan,
asuhan kebidanan bersalin, asuhan kebidanan nifas, asuhan kebidanan bayi
baru lahir dan asuhan kebidanan KB.

1.5 Definisi Operasional

Tabel 3.5.1 Definisi Operasional Continuity Of Care

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Asuhan Pendampingan dan pemantauan Format pengkajian,


Kebidanan secara berkelanjutan selama 3X kartu ibu hamil, Buku
Kehamilan kunjungan yang dilakukan pada ibu KIA, alat tulis,
hamil usia minimal 36 minggu timbangan berat
untuk mencegah komplikasi pada badan, microtois, pita
ibu hamil yang dimulai dari pengukur lingkar
pengkajian (wawancara pada Ny.S), lengan atas, tensi
mengangkat diagnosa yang dialami meter, termometer,
Ny.S, merencanakan tindakan stetoskop, metlin, jam
sesuai dengan diagnosa Ny.S, tangan, reflek
melakukan implementasi sesuai hammer,
intervensi yang diberikan kemudian funandoskop/doppler
melakukan evaluasi terhadap Ny.S

Asuhan Pendampingan dan pemantauan Format pengkajian,


Kebidanan secara berkelanjutan untuk kartu ibu hamil, Buku
Persalinan mencegah komplikasi pada Ny.S KIA, alat tulis,
pada saat persalinan dimulai dari timbangan berat
adanya his yang semakin kuat dan badan, tensi meter,
teratur yang mendorong adanya termometer, stetoskop,
pembukaan sampai bayi lahir serta metlin, jam tangan,
melakukan pengkajian, mengangkat APD, Partograf, partus
diagnosa, merencanakan tindakan, set, heacting set,
melakukan implementasi sesuai
93

intervensi dan melakukan evaluasi. funandoskop/doppler

Asuhan Pendampingan dan pemantauan Format pengkajian,


Kebidanan secara berkelanjutan selama 3X Buku KIA, alat tulis,
Nifas kunjungan untuk mencegah timbangan berat
komplikasi pada Ny.S pada saat badan, tensi meter,
nifas dimulai dari 2 jam setelah termometer, stetoskop,
lahirnya plasenta sampai dengan 6 jam tangan, reflek
jam (42 hari) setelah itu dan hammer, Buku KIA
mengangkat diagnosa,
merencanakan tindakan, melakukan
implementasi sesuai intervensi dan
melakukan evaluasi.

Asuhan Pendampingan dan pemantauan Format pengkajian,


Kebidanan secara berkelanjutan selama 3X Buku KIA, alat tulis,
Bayi Baru kunjungan untuk mencegah alat resusitasi, sarung
Lahir komplikasi pada bayi yang tangan, termometer,
dilahikan Ny.S serta mengangkat stetoskop, metlin,
diagnosa, merencanakan tindakan, timbangan berat badan
melakukan implementasi sesuai bayi, jam tangan, buku
intervensi, dan melakukan evaluasi. KIA

Asuhan Pendampingan dan pemantauan Format pengkajian,


Kebidanan secara berkelanjutan selama 2X kartu akseptor, alat
KB kunjungan untuk memilih alat tulis, timbangan berat
kontrasepsi yang tepat dan inginkan badan, tensi meter,
Ny.S serta mengangkat diagnosa, stetoskop, jam tangan,
merencanakan tindakan, melakukan alat bantu pengambil
implementasi sesuai intervensi dan keputusan
melakukan evaluasi

3.6 Kriteria subyek


a. Bersedia menjadi subyek penelitian asuhan kebidanan
b. Ibu hamil yang rentang usia antara 20-35 tahun
c. Ibu dengan kehamilan resiko rendah (2 SPR)
d. Ibu hamil dengan usia kehamilan minimal 36 minggu
e. Ibu hamil yang bersedia dilakukan kunjungan rumah oleh peneliti

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian deskriptif alat
pengumpulan data yang digunakanan disini menggunakan panduan
wawancara, pemeriksaan seperti pemeriksaan menggunakan leopold, dan
dokumentasi seperti foto-foto, data kunjungan, hasil USG, buku KIA ibu.
3.8 Lokasi dan waktu pelaksanaan
94

3.8.1 Lokasi
Asuhan kebidanan secara continuity of care akan dilaksanakan di BPM
Anik Rohanjarwati Pakis Malang

3.8.2 Waktu Pelaksanaan


Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan studi kasus mulai dari
penyusunan proposal sampai dengan penulisan Laporan Tugas Akhir
dimulai bulan Januari sampai dengan Juli 2015.

1.9 Metode pengumpulan data (pendekatan menejemen kebidanan di


dokumentasikan menggunakan dokumentasi/catatan SOAP).
Data-data yang menyebar pada masing-masing sumber data atau
subyek penelitian perlu dikumpulkan untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.
Dalam proses pengumpulan data, terdapat berbagai metode yang lazim
digunakan adalah :
1) Wawancara (Anamnesa)
Pada metode ini, pengumpulan data dilakukan dengan tanya
jawab (dialog) langsung antara pewawancara dengan responden. Oleh
karena kegiatan dilakukan secara berhadapan langsung, maka faktor
internal pewawancara sangat berpengaruh sehingga pewawancara perlu
latihan. Untuk memudahkan jalannya wawancara perlu adanya
pedoman wawancara, sehingga pewawancara dapat berfikir cepat,
sistematis, holistik dan mengurangi rasa cemas (grogi). Fungsi lain dari
pedoman wawancara adalah agar tidak ada pokok-pokok yang
tertinggal dan pencatatannya lebih cepat. Di sini wawancara itu sendiri
digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara
langsung dengan cara bertatap muka. Hal yang diperlukan dalam
wawancara antara lain untuk memantau keadaan ibu masa hamil sampai
KB, sehingga dapat mengetahui lebih awal tentang keluhan dan kondisi
Ny.S saat ini.
2) Dokumentasi
Kajian Dokumen merupakan sarana membantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca laporan,
surat-surat, catatan-catatan, dan bahan-bahan berupa tulisan yang lain
Dokumentasi yang digunakan diantaranya dari buku KIA ibu, catatan
medik bidan, foto-foto (USG) serta buku regrister periksa yang dimiliki
oleh bidan.
3) Pemeriksaan/Observasi
Pada penelitian dibidang kesehatan, banyak jenis pemeriksaan
dapat dilakukan, seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan labolatorium
dan lain-lain. Pemeriksaan ini memegang peranan yang penting dalam
pengumpulan data. Kelainan klinis dapat dikumpulkan dari hasil
pemeriksaan fisik. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Saryono, 2011).
Pelaksanaan observasi akan dilakukan dengan mengobservasi
ibu dengan melakukan pemeriksaan TTV (nadi, suhu, BB, TB),
95

pemeriksaan fisik, pemeriksaan kehamilan (Leopold), memantau


kemajuan persalinan, pemeriksaan ibu nifas dan pemeriksaan pada bayi
baru lahir.
3.10 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan adalah pengolahan data
kualitatif yaitu dengan cara mendiskripsikan temuan-temuan dalam
pengumpulan data yang dikonfirmasikan dengan teori-teori yang telah
di tulis dalam tinjauan pustaka.Data yang dapat dianalisis secara
deskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan kebidanan
menurut varney dari menggunakan SOAP untuk catatan perkembangan.

1.11 Etika penelitian (informed consent, anonimity, dan confidentitiality).


Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga
penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi
kebebasan manusia (Hidayat, 2010).
1) Informed Consent ( persetujuan menjadi responden).
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi
responden, tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian dan pengetahuan dampaknya. Jika subjek bersedia
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam Informed consent tersebut
antara lain: partisispasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data
yang dibutuhakan, komitmen, prosedur pelaksanaan,potensial masalah
yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah
dihubungi, dan lain-lain.
2) Anonimity ( tanpa nama)
Anonimity menjelaskan bentuk penulisan kuestioner dengan tidak
perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya
menuliskan kode pada lembar penulisan data.

3) Confidentitiality (kerahasiaan)
Confidentitiality kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah
responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan
informasi yang telah dikumpuklan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian (Hidayat, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
96

Ambarwati.2008.Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta:Mitra Cendika.

Arikunto, S.,2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka


Cipta.

Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Depkes RI.Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta :Depkes RI.2008

Doenges, Marilyn E. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3 Jakarta : EGC

Hani Ummi, Marjati Kusbandiyah, Yulifah Rita, 2010. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta :Salemba Medika

Hidayat,A.A.A.,2010.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.


Jakarta:Salemba Medika

Manuaba,I.B.G.,I.A.Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.Pengantar


Kuliah Obsetri.Jakarta: Buku Kedokteran EGC,2007.

Manuaba,Ida Ayu Chandranita., Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, dan Ida Bagus
Gde Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi 2 . Jakarta : EGC

Millinium Development Goals.(1990-2015). Survey Demografi Kesehatan


Indonesia Kematian Dewasa dan Maternal.Departemen Kesehatan RI

Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Moleong,L.J.,2005.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:Rosda.

Nany,Vivian Lia Dewi dan Sunarsih Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Prawirohardjo.2007.Ilmu Kandungan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.


97

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Robson,S. Elisabeth dan Jason Waugh. 2011. Patologi pada Kehamilan


Manajemen dan Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Rochjati, Poedji. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Edisi 2. Surabaya :
Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.

Rohani, Reni Saswita dan Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Romauli,S. Dan Vindari, A. 2011. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha


Medik

Saifuddin, Abdul Bari, dkk (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Sastro Winata,Sulaiman.2004.Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstretri Patologi.


Jakarta :EGC

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Salemba Medika

Sudarti dan Arofah Fauziah. 2011. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.


Yogjakarta: Nuha Medika

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Suherni, Hesti Widyasih dan Anita Rahmawati. 2009. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: ANDI.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wylie,Linda dan Helen Bryce. 2010. Manajemen Kebidanan Gannguan Medis


Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai