5854-Article Text-24821-1-10-20160830 PDF
5854-Article Text-24821-1-10-20160830 PDF
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6781
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: rizky.fandika@yahoo.com
221
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
PENDAHULUAN
Menurut Farkhati (2012) SLE kualitas hidup, dan tingkat keparahan SLE
merupakan penyakit autoimun yang bersifat dengan beberapa kriteria SLE ringan dan
sistemik. Selama lebih dari empat dekade berat.
angka kejadian SLE meningkat tiga kali Faktor-faktor yang berkaitan dengan
lipat yaitu 51 per 100.000 menjadi 122-124 kelelahan pada pasien SLE berupa faktor
per 100.000 penduduk di dunia. Prevalensi yang tidak dapat diubah (tingkat keparahan
SLE di Amerika Serikat adalah 15-50 per penyakit) dan faktor yang dapat diubah
100.000 populasi. Setiap tahun ditemukan (aktivitas fisik, kualitas tidur) (Grace, 2012).
lebih dari 100.000 penderita SLE baru di Kematian pasien SLE yang diakibatkan
seluruh dunia. Semua ras dapat menjadi kelelahan juga belum diketahui secara pasti,
golongan penderita SLE. Wanita Afrika- tetapi kelelahan dapat memicu pasien SLE
Amerika mempunyai insidensi tiga kali mengalami kekambuhan. Kekambuhan
lebih tinggi dibandingkan kulit putih. pada penyakit SLE jika tidak segera
Kecenderungan perkembangan SLE terjadi ditangani akan mengakibatkan komplikasi
pada usia muda dan dengan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Penyakit SLE
yang lebih serius (Manson dan Rahman, tersebut memperlihatkan 2 puncak kejadian
2006). kematian, yaitu satu puncak akibat
Data antara tahun 1988-1990 di komplikasi yang tidak terkontrol, dan satu
Indonesia, insidensi rata-rata penyandang puncak lain akibat komplikasi kortikoterapi.
SLE adalah sebesar 37,7 per 10.000 Penyebab utama kematian pasien SLE 90%
perawatan dan cenderung meningkat dalam diakibatkan oleh infeksi dan 10% kematian
dua dekade terakhir. Jumlah penderita SLE pasien SLE diakibatkan organ yang sudah
di Indonesia cenderung meningkat. mengalami komplikasi seperti gagal ginjal
Berdasarkan data tahun 2002, Yayasan dan kerusakan SSP (Urowitz, 2005;
Lupus Indonesia mencatat 1.700 orang dan Squance et al, 2014).
pada tahun 2007 berjumlah 8.672 penderita
SLE, dengan 90 % wanita (Savitri, 2005). METODE
Tahun 2014 yang tercatat menurut Yayasan
Lupus Indonesia Panggon Kupu Semarang Jenis penelitian ini adalah penelitian
yaitu 58 orang. deskriptif analitik dengan rancangan
Kelelahan pada penderita SLE penelitian cross sectional. Penelitian ini
merupakan hal biasa yang sering dirasakan. dilakukan di Yayasan Lupus Indonesia
Penelitian telah menunjukkan bahwa 53- Panggon Kupu Semarang. Populasi dalam
80% pasien SLE mengalami kelelahan penelitian ini adalah pasien SLE di
sebagai salah satu gejala utama mereka. Yayasan Lupus Panggon Kupu. Sampel
Pada 30-50% pasien SLE, kelelahan adalah penelitian berjumlah 30 responden yang
gejala yang paling melemahkan dan memeuhi kriteria inklusi dan eksklusi
mengganggu fungsi fisik, sosial dan sampel penelitian dan diperoleh dengan
emosional (Avina, 2007). Menurut menggunakan teknik Total Sampling. Cara
Indonesian Rheumatology Association pengambilan sampel diambil dari rekam
(2011) penyebab utama morbiditas pada medik hasil tes Anti nuclear antibodi (ANA),
pasien SLE adalah kelelahan, penurunan hasil tes double stranded-DNA (Anti DS
222
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
DNA) dan pasien yang sesuai dengan Analisis Multivariat dilakukan untuk
kriteria American College of Rheumatology mengetahui variabel bebas (tingkat
(ACR) 1997. keparahan penyakit, aktivitas fisik dan
Instrumen yang digunakan dalam kualitas tidur) yang paling dominan
penelitian ini adalah: 1) dokumentasi mempengaruhi kelelahan pada pasien
catatan medik hasil tes Ds-DNA dan ANA, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di
2) kuesioner penelitian (FSS, MEX-SLEDAI, Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu
IPAQ, PSQI). Data yang diperoleh dalam Semarang tahun 2014.
penelitian ini dianalisis menggunakan
rumus statistik uji Rank Spearman dan uji HASIL DAN PEMBAHASAN
multivariat Regresi Logistik Ganda.
Analisis univariat dilakukan untuk Karakteristik Responden
melihat distribusi karakteristik responden Hasil analisis univariat bertujuan
yang terdiri atas distribusi usia, jenis untuk melihat distribusi karakteristik
kelamin dan status pekerjaan, sedangkan responden di Yayasan Lupus Indonesia
analisis bivariat dilakukan untuk Panggon Kupu Semarang tahun 2014 dan
mengetahui apakah terdapat hubungan untuk mendeskripsikan variabel penelitian
antara tingkat keparahan penyakit, aktivitas yang disajikan dalam distribusi frekuensi
fisik dan kualitas tidur dengan kelelahan dalam bentuk persentase dari tiap variabel.
pada pasien Systemic Lupus Erythematosus Hasil analisis univariat dapat dilihat pada
(SLE) di Yayasan Lupus Indonesia Tabel 1 dan Tabel 2.
Panggon Kupu Semarang tahun 2014.
223
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
yang paling tua yaitu 36 tahun berjumlah 1 Status pekerjaan responden dalam
orang (3,33%). penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu bekerja
Jenis kelamin responden dibagi dan tidak bekerja. Responden yang tidak
menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. memiliki pekerjaan atau tidak bekerja
Responden dengan jenis kelamin sebanyak 30 orang (100%) dan tidak ada
perempuan sebesar 30 orang (100%) dan responden yang memiliki pekerjaan atau
tidak ada responden dengan jenis kelami bekerja (0%).
laki-laki (0%).
224
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
225
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
226
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
227
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
berat. Aktivitas fisik pada penderita SLE dibandingkan responden dengan kualitas
berbeda dengan aktivitas fisik pada orang tidur baik. Hal ini terlihat dari hasil
normal. Aktivitas fisik pada penderita SLE penelitian yang menunjukkan responden
dihitung dari aktivitas fisik berat (vigorous dengan kualitas tidur buruk sebanyak 28
activity), aktivitas fisik sedang (moderate orang (93,3%) dan responden dengan
activity), aktivitas berjalan kaki (walking kualitas tidur baik sebanyak 2 orang (6,7%).
activity) dan aktivitas duduk (sitting activity) Hasil penelitian ini sesuai dengan
pada seseorang dalam satu minggu terakhir teori yang dikemukakan oleh Tayer (2001)
(Stephen et al, 2006; Oates et el, 2013). bahwa frekuensi tidur atau kualitas tidur
Aktivitas fisik berat seperti senam, yang kurang dapat menyebabkan kelelahan.
menggali, dan lainnya. Aktivitas fisik Gangguan tidur yang berhubungan dengan
sedang yang dilakukan responden seperti kelelahan biasanya disebabkan oleh faktor-
bersepeda dan olah raga tenis. Aktivitas faktor seperti kebisingan, pencahayaan,
ringan seperti berjalan untuk melakukan kebiasaan minum yang berlebihan, dan
perjalanan dari tempat ke tempat lain dan faktor lainnya. Gangguan tidur juga dapat
waktu yang dihabiskan untuk duduk di memperburuk gejala penyakit termasuk
rumah atau duduk berbaring untuk kelelahan dan menurunkan kualitas hidup
menonton televisi (Ader, 2000; Mok dan pasien (Mok dan Lau, 2007; Danchenko et
Lau, 2007). al, 2006).
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Hubungan antara Kualitas Tidur terhadap Costa (2005) pada 100 wanita dengan SLE,
Kelelahan pada pasien Systemic Lupus menilai kualitas tidur selama 1 bulan.
Erythematosus (SLE) Hasilnya menunjukkan gangguan tidur
Berdasarkan hasil penelitian, dalam 56% dari populasi SLE dan
menunjukkan bahwa tingkat stres didapatkan hasil korelasi yang signifikan
mempunyai hubungan dengan kelelahan antara gangguan tidur terhadap kelelahan
pada pasien Systemic Lupus Erythematosus di pada pasien SLE. Selain itu, penelitian lain
Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu yang meneliti tentang hubungan kualitas
Semarang. Hal ini didasarkan pada hasil uji tidur terhadap kelelahan yaitu Tench (2009)
Rank-Spearman yang diperoleh yaitu r value di Connective Tissue Disease Clinic (Rheumato-
sebesar 0,796 (r value > r tabel) dan nilai p logy Department of St Bartholoew’s London)
atau sig sebesar 0,00 < 0,05. Nilai Odd Ratio dan Grace (2012) di klinik dan
(OR) adalah 4,541 yang berarti responden laboratorium Amerika (The American of
dengan kualitas tidur buruk memiliki risiko Rheumatology's) menunjukkan hasil bahwa
untuk mengalami kelelahan 5 kali lebih kualitas tidur memiliki hubungan yang
besar daripada responden dengan kualitas signifikan terhadap kelelahan pada pasien
tidur baik. Systemic Lupus Erythematosus (Ader, 2000;
Hasil penelitian terhadap karakteristik Abu et al, 2005; Costa dkk, 2006;
30 responden penderita Systemic Lupus Kasitanon, 2012)
Erythematosus (SLE) di Yayasan Lupus Berdasarkan studi JAMA Internal
Indonesia Panggon Kupu Semarang Medicine, seseorang yang tidur kurang dari 7
berdasarkan kualitas tidur menunjukkan jam per malam bisa 3 kali lebih rentan
bahwa responden dengan kualitas tidur mengalami rasa dingin dan akan
buruk mendominasi penelitian ini mengalami kegagalan untuk menjaga
228
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
respon imun atau kekebalan tubuh secara berhubungan dengan kelelahan yaitu:
normal setelah menerima suntikan flu. tingkat keparahan penyakit (r value = 0,853,
Mereka yang kurang tidur, antibodi yang p value = 0,00, OR=4,224) dan kualitas
bekerja setelah dilakukan vaksinasi hanya tidur (r value = 0,796, p value = 0,00,
bisa bertahan paling lama 10 hari. Kondisi OR=4,541), dan faktor yang tidak
tersebut sangat berbahaya. Oleh karena itu, berhubungan yaitu aktivitas fisik (r value = -
pentingnya kualitas tidur untuk 0,79, p value=0,678, OR=1,575). Faktor
meningkatkan kekebalan tubuh. Jika terlalu yang paling dominan yang berhubungan
sedikit waktu tidur seseorang, sistem dengan kelelahan yaitu kualitas tidur (p
kekebalan tubuhnya bisa terganggu (Padgett value = 0,043, exp (OR) = 16,500) memiliki
dan Glaser, 2003; Kasitanon, 2012). probabilitas terhadap terjadinya kelelahan
Dalam penelitian ini kualitas tidur sebesar 61,89%.
memiliki hubungan terhadap kelelahan
pada pasien Systemic Lupus Erythematosus, UCAPAN TERIMA KASIH
hal ini disebabkan karena pasien yang
memiliki kualitas tidur buruk lebih besar Ucapan terima kasih kami sampaikan
dibandingkan pasien dengan kualitas tidur kepada Dekan Fakultas Ilmu
baik. Kualitas tidur yang buruk pada Keolahragaan, Ketua Jurusan Ilmu
responden dapat dilihat dari lamanya Kesehatan Masyarakat, dosen penguji 1
responden tidur di malam hari hanya 4-5 dan dosen penguji 2, serta seluruh staf
jam, masalah-masalah yang sering Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu
dirasakan yang mengganggu tidur mereka Semarang dan seluruh responden yang
seperti tidak mampu tertidur selama 30 terlibat dalam penelitian ini.
menit sejak berbaring, terbangun ditengah
malam, terbangun untuk ke kamar mandi, DAFTAR PUSTAKA
kedinginan atau kepanasan dimalam hari,
dan mengalami mimpi buruk. Abu-Shakra M, Urowitz MB, Gladman DD, Gough
J. 2005. Mortality studies in systemic lupus
Penyakit dengan gejala nyeri atau
erythematosus. Results from a single center. I.
distress fisik juga dapat menyebabkan Causes of death. Journal of Rheumatology.
gangguan tidur. Individu yang sakit 22(7):1259-1264.
membutuhkan waktu tidur yang lebih
Ader R. 2000. On the Development of
banyak dari pada biasanya. Aspek-aspek
psychoneuroimmunology. European Journal of
kualitas tidur yaitu : (1) nyenyak selama Pharmacology. 405, pp 167-176.
tidur, (2) waktu tidur minimal enam jam,
(3) tidur lebih awal dan bangun lebih awal, Avina J. Antoni. 2007. The Importance of Fatigue in
(4) merasa segar setelah bangun tidur, (5) Lupus. BC Lupus Society Symposium : Arthritis
Research Centre of Canada.
tidak bermimpi (Nashori, 2004; Gaitanis et
Costa DD, Bernatsky S, Dritsa M. 2005.
al, 2005), Determinants of sleep quality in women with
systemic lupus erythematosus. Journal Arthritis
SIMPULAN Rheumathology. 53(2),272–278.
229
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
Grace E Ahn, Rosalind Ramsey-Goldman. 2012. Oates J.C., Mashmoushi A.K., Shaftman S.R.,
Fatigue in Systemic Lupus Erythematosus. Gilkeson G.S., 2013. NADPH oxidase and
International Journal Clinical nitric oxide synthase-dependent superoxide
Rheumatology. 7(2):217-227. production is increased in proliferative lupus
nephritis. Journal Lupus. November 2013 vol.
Iaboni A. dan Moldofsky H., 2016. Fatigue in 22 no. 13 1361-1370
Systemic Lupus Erythematosus. Remedica
Journals. CML Rheumatology. Volume 27 Padgett D.R dan Glaser R 2003. How stress
Issue 2 influences the immune response. Trends in
Immunology. 24 (8) 444-448.
Ian N Bruce, Vincent C Mak, David C Hallett, Dafna
D Gladman, Murray B Urowitz. 2004. Russell R. Pate. 2011. Physical Activity and Public
Factors associated with fatigue in patients Health — A Recommendation from the Centers for
with systemic lupus erythematosus. Journal Disease Control and Prevention and the American
Annaal Rheumatology Disease. 58:379–381. College of Sports Medicine. Diakses tanggal 8
Oktober 2011.
Indonesian Rheumatology Association (IRA). 2011.
Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Segal BM, Thomas W, Zhu X, Diebes A, McElvain
Eritematosus Sistemik. Perhimpunan G, Baechler E, Gross M. 2012. Oxidative
Reumatologi Indonesia : Jakarta. stress and fatigue in systemic lupus
erythematosus. Journal of Lupus. Aug;
Kasitanon N, Louthrenoo W, Sukitawut W, 21(9):984-92. doi:
Vichainun R. 2012. Causes of death and 10.1177/0961203312444772.
prognostic factors in Thai patients with
systemic lupus erythematosus. Asian Pacific Shah D, Mahajan N, Sah S, Nath S.K, dan Paudyal
Journal Allergy Immunology. Vol : 20 (2):85-91. B., 2014. Oxidative stress and its biomarkers
230
Rizky Ayu Fandika A dan Dyah Mahendrasari S / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)
Tayer WG, Nicassio PM, Weisman MH, Schuman Stephen A. W, Fiona M. O’P, Derrick J. R, Rick D.
C, Daly J. 2001. Disease status predicts P., Andrew J. G., William J. L., Adrian B.
fatigue in systemic lupus D., McGivern R.C., Johnston DG, Finch
erythematosus. Journal Rheumatol.ogy MB, Bell AL, McVeigh GE. 2006.
28(9),1999–2007. Microcirculatory Hemodynamics and
Endothelial Dysfunction in Systemic Lupus
Tench C.M, McCurdie I, White P.D, D’crus D.P. Erythematosus. Journal Arteriosclerosis,
2009. The Prevalence and associations of Thrombosis, and Vascular Biology. Published
fatigue in Systemic Lupus Erythematosus. online before print July 27, 2006. DOI 2006;
Oxford Journal Rheumatology. 39:1249-1254. 26: 2281-2287
Tutuncu ZN, Kalunian KC. 2007. The Definition and Yuen HK dan Cunningham MA. 2014. Optimal
clasification of systemic lupus erythematosus. management of fatigue in patients with
In: Wallace DJ, Hahn BH, editors. Duboi’s systemic lupus erythematosus: a systematic
lupus erythematosus. 7th ed. Philadelphia. review. Journal of Therapeutics and Clinical Risk
Lippincott William & Wilkins:16-19. Management. Volume 2014:10 Pages 775—786
231