Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI KEISLAMAN

“ASPEK-ASPEK KEHIDUPAN BERAGAMA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Studi Keislaman

Dosen Pembimbing:

Fathul Ihsani, S.Sy.,M.H.

Disusun Oleh

Kelompok 1:

1. Damar Danishwara (12204183304)


2. Adelia Pramay Sella (12204183279)
3. Nur Anggraini Rizki (12204183272)
4. Mohommad Sulthonul Umam (12204183301)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya untuk Allah Swt., Tuhan Semesta Alam, Atas segala
limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw., serta
keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penyusun menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penyusun berharap
kepada semua pihak atas segala saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah
ini. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada seluruh pihak yang mendukung
penyusunan makalah ini, antara lain:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Fathul Ihsani, S.Sy., M.H.selaku dosen pembimbing.
3. Orang tua yang memberikan dukungan baik berupa moral maupun
finansial.
4. Sivitas akademik IAIN Tulungagung
5. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, khusunya kelas TMT
2-F
Akhirnya, mohon maaf atas segala keterbatasan yang penyusun miliki apabila
terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan menjadi bekal pengetahuan bagi penyusun di kemudian hari.
AmiinyaaRobbal `alamin

Tulungagung, 22 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama ............................................................................... 3


B. Bentuk-Bentuk Agama........................................................................ 4
C. Etika Manusia Menjalankan Agamanya ............................................. 7
D. Pentingnya Agama Bagi Manusia ....................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ............................................................................................. 11
B. Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama adalah sesuatu yang kebanyakan manusia menganggapnya
sebagai sesuatu yang suci, sakral, dan agung. Banyak yang menyebut
agama adalah sebagai kepercayaan atau keyakinan dalam diri setiap
pengikutnya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, agama
mempunyai arti sebagai ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia,
serta manusia dengan lingkungannya.
Keterlibatan manusia, yaitu sebagai pengikut agama terkadang
memunculkan rasa pengabdian dan kesediaan untuk rela berkorban untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran yang terkandung dalam agama yang
dianut. Namun, karena adanya hal inilah menimbulkan banyak hal. Bisa
mengarah kepada hal yang baik, juga hal yang buruk. Hal yang baik yaitu
adanya umat beragama yang menjadikan agama sebagai media untuh
sarana mendekatkan diri dengan Tuhan dengan melalui ajaran-ajaran
agama yang dianut. Selain mendekatkan diri kepada Tuhan, juga menjaga
hubungan baik kepada manusia lainnya, juga terhadap alam sekitar.
Sedangkan hal buruk sebagai akibat pengabdian terhadap agama adalah
munculnya kaum yang anarkis. Menghancurkan tatanan kehidupan
dengan tanpa adab. Dengan semangat kaum yang demikian memberikan
alasan bahwa itu demi mempertahankan agamanya. Pada dasarnya, hal
demikian terjadi karen kurangnya pemahaman manusia mengenai apa itu
agama. Mereka hanya mengetahui dasarnya saja, tanpa mengkaji lebih
lanjut. Mereka mengira, agama hanya mengatur hubungan antara seorang
hamba dengan Tuhannya. Padahal tidak demikian.
Karena adanya masalah-masalah seperti yang telah dijelskan di
atas, penulis mencoba menyusun makalah dengan judul “Aspek-Aspek
Kehidupan Beragama”. Dalam makalah ini akan sedikit dibahas mengenai
pengertian agama, bentuk-bentuk agama yang diikuti oleh manusia, etika

1
beragama, dan juga menjelaskan bagaimana pentingnya agama bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Dengan adanya sedikit bahasan dalam
makalah ini, diharapkan pembaca yang mulanya kurang memahami
konsep dasar agama dapat mendapatkan sedikit pemhaman yang
sebagimana mestinya.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian agama baik secara etimologis, terminologis,
dan para ahli?
b. Bagaimanakah penjelasan mengenai bentuk-bentuk agama?
c. Bagaimanakah cara manusia dalam menjalankan agamanya?
d. Bagaimanakah pentingnya agama bagi manusia?

C. Tujuan
a. Mendiskripsikan pengertian agama secara etimologis, terminologis,
dan para ahli.
b. Mendeskripsikan mengenai bentuk-bentuk agama.
c. Mendeskripsikan cara manusia dalam menjalankan agamanya.
d. Mendeskripsikan pentingnya agama bagi manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti “tradisi”.
Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi, yang berasal dari
bahasa Latin “religio” dan berakar pada kata kerja “re-ligare” yang berarti
mengikat kembali. Maksudnya, dengan bereligi seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan. Menurut Filolog Max Muller, akar kata bahasa
Inggris “religion”, yang dalam bahasa Latin “religio”, awalnya digunakan
untuk yang berarti hanya “takut akan Tuhan atau dewa-dewa,
merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan” (kemudian
selanjutnya, Cicero menurunkan menjadi berarti “ketekunan”). Dalam
bahasa Arab, agama berasal dari istilah “din” yang memiliki pengertian
keberhutangan, ketundukan, kekuatan yang mengadili, dan kecenderungan
alami.1
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah
sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan
pada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut istilah agama adalah suatu sistem keyakinan yang dianut dan
tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat
dalam menginterpretasi dan memberikan tanggapan terhadap apa yang
dirasakan dan diyakini sebagai yang ghaib dan suci.
Banyak para ahli yang merumuskan definisi agama diantaranya
adalah:
a. E.B.Tylor merumuskan agama sebagai kepercayaan terhadap
wujud spiritual.

1
M. Amin Abdullah, Metodologi Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 16.

3
b. Allan Menzies menganggap agama sebagai penyembahan
terhadap kekuatan yang lebih tinggi karena adanya rasa
membutuhkan.
c. George Galloway yang merumuskan agama sebagai keyakinan
manusia kepada sebuah kekuatan yang melampaui dirinya,
kemana ia mencari kepuasan kebutuhan emosional dan
mendapatkan ketenangan hidup yang diekspresikan dalam
bentuk penyembahan dan pengabdian.
d. W. Pannenberg merumuskan agama sebagai pengalaman-
pengalaman di mana manusia meraskan komunikasi dengan
realitas ilahi.
e. Carl Max mengatakan agama adalah nafas dari makhluk
tertindas, hati dari dunia tak berarti, jiwa dari kebekuan tak
bernyawa, candu masyarakat.2
f. Sutan Takdir Alisyahbana, agama adalah suatu sistem,
kelakuan dan perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan
dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan
demikian memberi arti kepada hidupnya dan alam semesta
yang mengelilinginya.3

B. Bentuk-Bentuk Agama
1. Monoteisme
Monoteisme berasal dari bahasa Yunani “monos” yang berarti tunggal
dan “theos” yang berarti Tuhan. Yakni kepercayaan bahwa Tuhan
adalah satu dan berkuasa penuh atas segala sesuatu. Jenis-jenis
monoteisme di antaranya:
a) Islam
Islam sering diklaim oleh mayoritas pemeluknya sebagai agama
tauhid yang murni (strict monoteism) dalam arti yang sebenarnya.
Monoteisme islam tidak mengenal dan tidak berkompromi dengan

2
M. Amin Abdullah, Metodologi Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000), h. 17 –
18.
3
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 13.

4
tuhan-tuhan kecil yang lain. Sejak pertama Nabi Muhammad Saw.
mengenalkan Islam dengan risalah monoteismenya, tidak pernah
ada usaha-usaha destruktif ( merusak) dari umatnya untuk
menyimpangkan doktrin ini.
Hal tersebut sesuai Q.S Al-Ikhlas ayat 1 – 4.

‫﴾ َلم‬٢﴿ ‫د‬
ْ َُ
‫هم‬ ‫﴾ اه‬١﴿ ‫د‬
‫َّللُ الص‬ ‫َح‬
ٌَ ‫َ اه‬
‫َّللُ أ‬ ‫هو‬ ‫ُل‬
ُ ْ ‫ق‬
ٌَ
‫د‬ ‫َح‬ ‫ُو‬
‫ًا أ‬ ‫ُف‬ ُ‫ُن هل‬
‫ه ك‬ ‫يك‬َ ْ ‫﴾ و‬٣﴿ ‫د‬
‫ََلم‬ َ ‫ي‬
ْ‫ول‬ ُ ْ‫ََلم‬ ‫د و‬ِْ
‫يل‬َ
﴾٤ ﴿
Artinya:
(1)Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. (2) Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (3) Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan. (4) dan tak seorang pun
setara dengan Dia.
b) Kristen
Trinitas adalah konsep monoteisme Kristen yang sangat populer.
Umat Kristen dalam menjelaskan bahwa Trinitas merupakan
pengakuan iman rasuli yang pasti dipercayai secara mutlak dan
tidak perlu diutak-atik secara akali, karena masalah ini berada
pada wilayah imani, bukan rasio. Namun demikian, tetap perlu
ditegaskan bahwa umat Kristen hanya percaya pada satu Tuhan
Yang Maha Esa, yang memanifestasi dalam tiga oknum tuhan.
c) Buddha dan Tao
Agama Buddha dan Tao adalah agama yang paling konsisten untuk
tidak mau memberi nama atau predikat kepada Tuhan secara
personal, sehingga Buddha sering dipahami sebagai paham
ateisme, meskipun ateisme Buddha sangat berbeda dari pengertian
ateisme pada umumnya.
d) Hindu
Hindu adalah agama yang tidak lepas dari tuduhan politeis karena
konsep Trimurti, yakni percaya, tunduk, dan menyembah tiga dewa
utama: Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Syiwa

5
(perusak), juga karena konsep dewa-dewi yang lainnya. Orang
Hindu sendiri beriman pada Brahma, Tuhan Yang Maha Esa,
Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta, Tuhan segala dewa-
dewi. Karena itu, mereka dengan tegas menolak segala tuduhan
tersebut.
e) Yahudi
Agama Yahudi, bersama-sama dengan Kristen dan Islam
(terutama Islam), sering mengkaliam sebagai penganut
monoteisme murni, karena merasa sebagai keturunan langsung dari
Nabi Ibrahim as. yang berhasil menemukan Tuhan YME secara
langsung melalui kekuatan nalar intelektual dan kedalaman
religoinitasnya. Bani Israel sudah diketahui sebagai penganut setia
ajaran yang mengesakan Tuhan sejak nenek moyang mereka
(Ibrahim, Ishak, Yakub). Namun, menurut kenyataan historis, Bani
Israel tidakpernah menyembah tetap menyembah Tuhan YME
seperti yang diajarkan oleh Nabi. Mereka gemar sekali dengan
Tuhan yang berbentuk, berbilang, dan bertubuh. Tuhan bangsa
Israel yang paling populer adalah Yahweh atau “YeHoVaH”.
f) Konghucu
Pemeluk agama Konghucu bertuhan kepada Thian yng dianggap
sebagai Tuhan YME mereka. Dalam ritualnya, umat Konghucu
selalu memuja arwah leluhur, namun bukan dalam pengertian
menyembah mereka sperti menyembah TYME. Memuja berarti
menghormati arwah leluhurnya sebagai orang-orang yang semasa
hidupnya telah berjasa kepada anak, cucu, dan kerabat yng masih
hidup.4
2. Politeisme
Politeisme berasal dari bahasa Yunani “poly” yang artinya banyak dan
“theos” berarti Tuhan. Sedangkan secara istilah Politeisme adalah
bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan atau
menyembah banyak dewa.

4
Media Zainul Bahri, Tasawuf Mendamaikan Dunia (Jakarta:Erlangga, 2010) h. 236 – 249.

6
3. Henoteisme
Henoteisme adalah suatu paham yang hanya ada satu dewa berkuasa di
dalam dunia tanpa memungkiri keberadaan dewa lainnya. Aliran ini
juga dipahami sebagai tahap keagamaan yang perubahan keyakinan
dari keyakinan ada banyak dewa yang berkuasa (politeisme) ke
monoteisme.
4. Dinamisme
Dinamisme adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah
meninggal yang menetap di tempat tertentu, seperti pohon besar.
Selain itu, aliran ini juga mempercayai terhadap kekuatan yang
abstrak, yang berdiam pada suatu benda, seperti batu hitam atau batu
merah delima.
5. Animisme
Animisme berasal dari bahasa Latin “anima” atau roh, adalah
kepercayaan kepada makhluk halus dan roh. Animisme merupakan
asas kepercayaan agama yang muncul di kalangan manusia primitif.
Kepercayaan ini mempercayai setiap benda di bumi, seperti goa,
pohon, atau batu besar, mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh
tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari roh
jahat dalam kehidupan keseharian mereka.

C. Cara Manusia Menjalankan Agamanya

Terdapat banyak cara manusia dalam beragama, dalam setiap agama


memiliki cara tersendiri dalam beribadat. Cara beragama orang islam dan
Kristen sangatlah berbeda, individu satu dengan yang lain pun berbeda, hal
ini tergantung dari tingkat pengalaman keberagamaan masing-masing
pemeluknya, lebih jelasnya akan kami uraikan sebagai berikut:

1. Cara mistik
Cara mistik ini cenderung digunakan untuk mengamalkan ajaran
agamanya, dalam KBBI, mistik adalah subsistem yang ada dalam
hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia

7
mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan. Yang
dimaksud cara mistik sendiri adalah cara beragama yang lebih
menekankan pada aspek pengamalan batiniyah (esoterisme) dari ajaran
agama.
2. Cara Penalaran
Cara penalaran yaitu cara beragama dengan menekankan pada aspek
rasionalitas dari ajaran agama. Dengan cara ini diharapkan dapat
menjawab masalah yang dihadapi penganutnya dengan jawaban yang
masuk akal dan berdasar. Dari tradisi islam sendiri umpamanya, ada
kelompok yang disebut mutakallimin, yang banyak membicarakan
teologi islam dengan berdasar dalil naqli dan dalil aqli.
3. Cara Amal Sholih
Penghayatan dan pengamalan agama dengan cara amal sholih ini lebih
menekankan pada aspek peribadatan, baik ritual formal maupun aspek
pelayanan sosial keagamaan. Dalam cara ini lebih menekankan pada
pelaksanaa amalan lahir dari agama itu sendiri, karena tidak ada artinya
pengaku dan iman seseorang jika tidak dinyatakan dalam perbuatan
fisik dan perwujudan materi. Dalam hal ini setiap individu berbeda-
beda, tergantung dari tingkat pengalaman beragama.
4. Cara Sinkretisme
Secara etimologis, sinkretisme barasal dari perkataan “syin” dan
“kretizein” atau “kerannynai”, yang berarti mencampurkan elemen-
elemen yang saling bertentangan. Sedangkan secara istilah, sinkretisme
adalah proses perpaduan berbagai unsur aliran agam sehingga, hasil
yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari
keserasian. Contohnya aliran Buddha Mahayana yang merpakan
pencampuran antara ajaran Buddha dan Hindu, pemuja Dewa Syiwa.

D. Pentingnya Agama Bagi Manusia


Alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama yaitu
pertama, fitrah manusia. Sesuai dengan QS. Ar-Rum ayat 30, yang
berbunyi:

8
‫َ اه‬
ِ‫َّلل‬ ‫ْر‬
‫َت‬ ‫ِط‬
‫ف‬ ًۚ
‫ا‬‫ِيف‬‫َن‬‫ِينِ ح‬
‫ِلد‬‫هكَ ل‬
َْ
‫َج‬ ‫ْ و‬
‫ِم‬‫َق‬‫َأ‬
‫ف‬
َ
‫ِيل‬‫ْد‬ ‫تب‬ َ ۚ
َ ‫َل‬ ‫ها‬َْ
‫لي‬ََ
‫هاسَ ع‬
‫َ الن‬ ‫َر‬
‫َط‬ ‫ِي ف‬ ‫ه‬
‫الت‬
‫ه‬
‫ِن‬‫َٰلك‬
ََ ‫َيِم‬
‫ُ و‬ ْ ُ
‫الق‬ ‫ِين‬‫ِكَ الد‬‫َٰل‬
َ ‫ِ اه‬
‫َّللِ ذ‬
ۚ ‫لق‬َْ‫ِخ‬
‫ل‬
َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫لم‬َْ
‫يع‬ َ ِ‫هاس‬
َ ‫َل‬ ‫َر‬
‫َ الن‬ ‫َك‬
‫ْث‬ ‫أ‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa, ada potensi fitrah beragama yang
terapat dalam manusia. Dalam hal ini, ditegaskan bahwa, insan adalah
manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa ynag tidak
diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai ciptaan Tuhan yang
sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk lainnya sudah dilengkapi
dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan
yang terpancar dari ciptaan-Nya.
Kedua, kelemahan dan kekurangan manusia menurut Quraish Shihab,
bahwa dalam pandangan Alquran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan
sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat
kebaikan dan keburukan, oleh kerena itu sisi manusia inilah yang Alquran
anjurkan untuk diberi perhatian lebih besar.
Ketiga, pada zaman sekuler ini agama memainkan peranan penting
terhadap kehidupan berjuta-juta manusia untuk upaya mengatasi, dan
membentengi, serta mengajarkan mereka agar taat menjalankan agama.
Sedangkan agama itu sendiri memiliki peranan penting terhadap
kehidupan manusia. Agama memberikan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang membingungkan seperti bagaimana kehidupan dimulai,
mengapa manusia menderita, apa yang terjadi setelah manusia mati.
Prinsip-prinsip dalam agama adalah mengurangi beban yang
menggambarkan adanya keterkaitan antara ajaran agama dengan
kemaslahatan hamba sepanjang sejarah. Fungsi dan kedudukan agama

9
yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah sebagai pedoman,
aturan dan undang-undang Tuhan yang harus ditaati dan dijalankan (way
of life).5
Selain itu, agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter
pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai. Dalam
kata lain agama adalah ajaran yang mengajarkan moral manusia agar
menjadi lebih baik lagi. Dengan mematuhi segala aturan yang ada pada
setiap ajaran agama, manusia akan terarah menuju pribadi yang baik
dengan sendirinya. Dengan demikian, agama sangat berfungsi dalam
memiliki kedudukan yang strategis dalam menata kehidupan manusia
untuk keselamatan dirinya dan kemaslahatan orang lain.

5
Muhammaddin, “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”, Jurnal Ilmu Agama No. 1. h. 109.

10
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan atau
kepercayaan dan peribadatan pada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia dengan lingkungannya. Bentuk agama yang dianut oleh
setiap individu bermacam-macam. Ada yang menganut
monoteisme, politeisme, henoteisme, dinamisme, dan animisme.
Pun demikian, dengan cara manusia beragama juga beragam.
Tugas kita adalah melaksanakan ajaran agama yang kita anut,
sehingga dapat mencapai tujuan agama yang sebenarnya.

B. SARAN

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. Metodologi Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2000.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Bahri, Media Zainul, Tasawuf Mendamaikan Dunia, Jakarta: Erlangga, 2010.

Muhammaddin, “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”, Jurnal Ilmu Agama no.

1, 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai