Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SC DENGAN INDIKASI PRE-EKLAMSI BERAT (PEB)

DISUSUN OLEH:

LOYALIA SABILLA

1811040035

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


2019
A. DEFINISI
1. Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
2. Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan abdomen
dan dinding uterus (Nugroho, Taufan. 2011).
3. Sectio caesaria atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
(laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi
Yusmiati, 2007).
4. Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Cunningham, 2013).
5. Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah
minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan dapat juga diserta
dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan darah 140/90 mmHgatau lebih, atau
sutu kenaikan tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang
biasa), atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15 mmHg atau lebih (jika
diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam preeklamsia adalah konsentrasi
protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara
acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan
normal, sehingga edema bukanlah tanda pre- eklampsia yang dapat dipercaya kecuali
jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan wajah, serta Kenaikan berat badan
yangmendadk sebanyak 1 kg atay kebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan)
adalah indikasi pre-eklampsia (kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per minggu).
(Anonim, 2007)

B. ETIOLOGI
Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama,
kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun ada beberapa faktor
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor tersebut adalah :
1. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
2. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
3. Kegemukan
4. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
5. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6. Gizi buruk
7. Gangguan aliran darah ke Rahim
8. Kehamilan kembar

C. MANIFESTASI KLINIS
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4) Adanya gangguan serebral atau kesadaran, gangguan visus atau penglihatan, dan rasa
nyeri pada epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis
6) Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
7) Perdarahan pada retina.
8) Trombosit kurang dari 100.000/mm.

D. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses
pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas
dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ
tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardatio
E. KOMPLIKASI
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia
uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal,
perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin
berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan
janin terhambat dan prematuritas.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan penyulit pada PEB meliputi (Prasetyorini, 2009):
a. Pencegahan Kejang
• Tirah baring, tidur miring kiri
• Infus RL atau RD5
• Pemberian anti kejang MgSO4 yang terbagi menjadi dua tahap, yaitu :
- Loading / initial dose : dosis awal
- Maintenance dose : dosis rumatan
Pasang Foley catheter untuk monitor produksi urin
b. Antihipertensi
• Hanya diberikan bila tensi ≥ 180/110 mmHg atau MAP ≥ 126
• Bisa diberikan nifedipin 10 – 20 mg peroral, diulang setelah 30 menit, maksimum
120 mg dalam 24 jam
• Penurunan darah dilakukan secara bertahap :
- Penurunan awal 25 % dari tekanan sistolik
- Target selanjutnya adalah menurunkan tekanan darah < 160/105 mmHg atau MAP <
125
c. Diuretikum
Tidak diberikan secara rutin karena menimbulkan efek :
• Memperberat penurunan perfusi plasenta
• Memperberat hipovolemia
• Meningkatkan hemokonsentrasi Indikasi pemberian diuretikum :
1. Edema paru
2. Payah jantung kongestif
3. Edema anasarka

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali nikah,
dan berapa lama
Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan
ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah,
dan penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru. Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi.
Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung,
ginjal, HT, dan gemmeli.
Pola pemenuhan nutrisi.Pola istirahat.Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak
stabil dapat menyebabkan kecemasan.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan
bagian tertentu dari tubuh.
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan
jantung, dan paru pada ibu.
Perkusi: untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
4. Kekurangan volume cairan
5. Intoleransi Aktifitas
RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Setelah diberikan tindakan NIC


Pemberian ASI keperawatan selama …x24 jam
Breastfeeding Assistance
berhubungan klien menunjukkan respon
dengan kurangnya breast feeding adekuat dengan 1. Evaluasi pola menghisap/menelan
pengetahuan ibu indikator: bayi
tentang cara 2. Tentukan keinginan dan motivasi
klien mengungkapkan puas ibu untuk menyusui
menyusui yang benar
dengan kebutuhan untuk 3. Evaluasi pemahaman ibu tentang
menyusui isyarat menyusui dari bayi
(misalnya reflex rooting,
klien mampu
menghisap dan terjaga)
mendemonstrasikan perawatan 4. Kaji kemampuan bayi untuk latch-
payudara on dan menghisap secara efektif
5. Pantau keterampilan ibu dlaam
menempelkan bayi ke putting
6. Pantau integritas kulit putting ibu
7. Evaluasi pemahaman tentang
sumbatan kelenjar susudan
mastitis
8. Pantau kemampuan untuk
mengurangi kongesti payudara
dengan benar
9. Pantau berat badan dan pola
eliminasi bayi
Breast examination
Lactation Supression
1. Fasilitasi proses bantuan interaktif
untuk membantu mempertahankan
keberhasilan proses pemberian
ASI
2. Sediakan informasi tentang laktasi
dan teknik memompa ASI (secara
manual atau dengan pompa
elektrik), cara mengumpulkan dan
menyimpan ASI
3. penyimpanan dan pencairan ASI
dan penghindaran memberi susu
botol pada dua jam sebelum ibu
pulang
4. Ajarkan orang tua mempersiapkan,
menyimpan, menghangatkan dan
kemungkinan pemberian
tambahan susu formula
5. Apabila penyapihan dipelukan,
informasikan ibu mengenai
kembalinya proses ovulasi dan
seputar alat kontrasepsi yang
sesuai.
Lactation Counseling
1. Sediakan informasi tentang
keuntungan dan kerugian
pemberian ASI
2. Demonstrasikan latihan
menghisap, jika perlu
3. Diskusikan metode alternative
pemberian makan bayi

2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management


injuri fisik (luka insisi keperawatan selama 3x24 jam
Lakukan pengkajian nyeri secara
operasi) diharapkan nteri berkurang
komprehensif termasuk lokasi,
dengan indicator:
karakteristik, durasi, frekuensi,
P Pain level kualitas dan faktor presipitasi
Pain control, Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
comfort level
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Mampu mengontrol nyeri (tahu
untuk mengetahui pengalaman nyeri
penyebab nyeri, mampu
pasien
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mengurangi nyeri, mencari nyeri
bantuan)
Evaluasi pengalaman nyeri masa
Melaporkan bahwa nyeri lampau
berkurang dengan menggunakan
Evaluasi bersama pasien dan tim
manajemen nyeri
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
Mampu mengenali nyeri (skala, Bantu pasien dan keluarga untuk
intensitas, frekuensi dan tanda mencari dan menemukan dukungan
nyeri)
Kontrol lingkungan yang dapat
Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu
setelah nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Tanda vital dalam rentang Kurangi faktor presipitasi nyeri
normal
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
-
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching : Disease Process
tentang perawatan ibu keperawatan selama 3x24 jam
Berikan penilaian tentang tingkat
nifas dan perawatan diharapkan pengetahuan klien
pengetahuan pasien tentang proses
post operasi b/d meningkat dengan indicator:
penyakit yang spesifik
kurangnya sumber
Kowlwdge : disease process
informasi Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Kowledge : health Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
Pasien dan keluarga
cara yang tepat.
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, Gambarkan tanda dan gejala yang
prognosis dan program biasa muncul pada penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu Gambarkan proses penyakit, dengan
melaksanakan prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara benar
Identifikasi kemungkinan penyebab,
Pasien dan keluarga mampu dengna cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang
Sediakan informasi pada pasien
dijelaskan perawat/tim
tentang kondisi, dengan cara yang
kesehatan lainnya.
tepat
Hindari jaminan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
3. Risiko infeksi b.d Setelah dilakuakan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
tindakan invasif, keperawatan selama 3x24 jam
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
paparan lingkungan diharapkan resiko infeksi
pasien lain
patogen terkontrol dengan indicator:
Pertahankan teknik isolasi
Immune Status
Batasi pengunjung bila perlu
Knowledge : Infection control
Instruksikan pada pengunjung untuk
Risk control
mencuci tangan saat berkunjung dan
Klien bebas dari tanda dan setelah berkunjung meninggalkan
gejala infeksi pasien
Mendeskripsikan proses Gunakan sabun antimikrobia untuk
penularan penyakit, factor yang cuci tangan
mempengaruhi penularan serta
Cuci tangan setiap sebelum dan
penatalaksanaannya,
sesudah tindakan kperawtan
Menunjukkan kemampuan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
untuk mencegah timbulnya
alat pelindung
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas Pertahankan lingkungan aseptik
normal selama pemasangan alat
Menunjukkan perilaku hidup Ganti letak IV perifer dan line central
sehat dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (Proteksi
Terhadap Infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji aktivitas dan periode istirahat
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, pasien, rencanakan dan jadwalkan
kelemahan umum pasien mempunyai cukup energi periode istirahat dan tirah baring yang
untuk beraktivitas sehingga cukup dan adekuat.
toleran terhadap aktivitas,
2. Berikan latihan aktivitas fisik
dengan kriteria hasil:
secara bertahap (ROM, ambulasi dini,
1. TTV cara berpindah, dan pemenuhan
kebutuhan dasar).
2. Koordinasi otot, tulang, dan
anggota gerak lainnya baik 3. Bantu pasien dalam memenuhi
3.Pasien melaporkan kebutuhan dasar.
kemampuan dalam ADL
4. Lakukan terapi komponen darah
sesuai resep bila pasien menderita
anemia berat.
5. Kaji aktivitas dan respon pasien
setelah latihan aktivitas (Monitor
TTV).
5. Defisit volume cairan Setelah dilakuakan asuhan NIC :
keperawatan selama 3x24 jam Fluid management
diharapkan masalah kekurangan Timbang popok/pembalut jika
volume cairan teratasi dengan diperlukan
kriteria hasil : Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
NOC: Monitor status hidrasi (
Fluid balance kelembaban membran mukosa, nadi
Hydration adekuat, tekanan darah ortostatik ),
Nutritional Status : Food and jika diperlukan
Fluid Intake Monitor vital sign
Kriteria Hasil : Monitor masukan makanan /
Mempertahankan urine output cairan dan hitung intake kalori harian
sesuai dengan usia dan BB, BJ Kolaborasikan pemberian cairan
urine normal, HT normal intravena IV
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh Monitor status nutrisi
dalam batas normal Dorong masukan oral
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Berikan penggantian nesogatrik
Elastisitas turgor kulit baik, sesuai output
membran mukosa lembab, tidak Dorong keluarga untuk membantu
ada rasa haus yang berlebihan pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake
dan ourput cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor responpasien terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake
oral
Pemberian cairan Iv monitor adanya
tanda dan gejala kelebihanvolume
cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007.Preeclampsia,Availablefrom:htttp://www.mayoclinic.com/health/preeclamsia/DS0
0583/DSECTION=4. Diakses 30 September 2013.
Bobak, Lowdermilk. (2005). Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh Cristantie Effendie.
Jakarta: EGC
Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Dewi, Yusmiati. 2007. Operasi Caesar Pengantar dari A Sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai