Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti )
yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena
banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia
berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day)
yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day
ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada
upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata
laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan. Bila pada
kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi
komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat
meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak
mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada
hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung
cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai
hematokrit.

1.2 Tujuan Penulisan

Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat
diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.

1.3 Manfaat Penulisan

Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan


asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever

2.1.1 Pengertian

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus
Dengue. (Saroso, 2007)

2.1.2 Etiologi

DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini
telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus
dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes
albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000
m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang
menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.
Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari
bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu.
( Hadinegoro, 1999 )

2.1.3 Patofisiologi

Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui
gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang

,
endotoxin selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan

interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil,
demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress,
merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi
lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.

2.1.4 Pemeriksaan penunjang

a. Darah

Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada


DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi

b. Air Seni

Mungkin ditemukan albuminuria ringan


2.1.5 Tanda dan gejala

a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )

b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya
salah satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis,
pendarahan gusi, melena atau hematemesis

c. pembesaran hati

d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi

e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang
sendi.

f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di
sekitar mulut.

2.1.6 Penatalaksanaan

Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus
dilakukan adalah :

a. Tirah baring

b. Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk
minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air
tawar yang ditambahkan dengan garam saja.

c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres


es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen,
eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.

d. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus
menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan
nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa
5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.

2.1.7 Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu


nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan


pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.

b. Biologis

Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )

c. Kimiawi

Pengendalian kimiawi antara lain :

1) Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai


batas waktu tertentu.

2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong


air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien
serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).

Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :


a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan
kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui
keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.

b. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :

1) Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.

2) Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

3) Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

4) Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber
informasi yang diperoleh.

c. Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF
untuk datang ke rumah sakit

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan


kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit

2) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.

3) Pemeriksaan fisik, terdiri dari :

Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien


( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
e. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan


timbulnya komplikasi dapat dihindari

f. Riwayat gizi

Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.

g. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,


dan nafsu makan menurun.

2) Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami


diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria

4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.

5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan


cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.

h. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :

1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)

2) Trambositopenia (≤100.000/ml)

3) Leukopenia

4) Ig.D. dengue positif


5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.

6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat

7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg

8) SGOT/SGPT mungkin meningkat

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual


atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi
dan kompeten untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )

Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien
dengan DHF adalah :

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan

d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan

e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi

Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai


berikut :

a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism

Batasan Karakteristik

- Konvulsi

- Kulit kemerahan

- Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal


- Kejang

- Takikardi

- Takipnea

- Kulit terasa hangat

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Batasan Karakteristik

- Perubahan status mental

- Penurunan tekanan darah

- Penurunan tekanan nadi

- Penurunan volume nadi

- Penurunan turgor kulit

- Penurunan turgor lidah

- Pengeluaran haluaran urine

- Penurunan pengisian vena

- Membrane mukosa kering

- Kulit kering

- Peningkatan hematokrit

- Peningkatan suhu tubuh

- Peningkatan frekuensi nadi

- Peningkatan konsentrasi urine

- Penurunan berat badan tiba-tiba

- Haus

- Kelemahan

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Batasan Karakteristik

- Kram abdomen

- Nyeri abdomen

- Menghindari makanan

- Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal

- Kerapuhan kapiler

- Diare

- Kehilangan rambut berlebihan

- Bising usus hiperaktif

- Kurang makanan

- Kurang informasi

- Kurang minat pada makanan

- Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat

- Kesalahan konsepsi

- Kesalahan informasi

D. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi

Batasan Karakteristik

- Perilaku hiperbola

- Ketidakakuratan mengikuti perintah

- Ketidakakuratan melakukan tes

- Perilaku tidak tepat

- Pengungkapan masalah

1.2.3 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih
untuk mencapai tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )

a. Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose


keperawatan dengan dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas
diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 )

b. Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil


berdasarkan “ SMART “

S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )

M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )

A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )

R : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah )

T : Time ( waktu keperawatan )

Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan


keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu


tubuh 35,50-37,00c

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot
hilang

Rencana :

1) Ukur tanda-tanda vital ( suhu )

Rasional : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut

2) Berikan kompres hangat

Rasional : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi

3) Tingkatkan intake cairan


Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung,
membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik

Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap
lembab

Rencana :

1) Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam

Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan


cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia

2) Observasi dan cata intake dan output

Rasional :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan


cairan, dan respon terhadap terapi

3) Timbang berat badan

Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal

4) Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan

Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil
atau meningkat

Rencana :

1) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk


meningkatkan kualitas intake nutrisi

Rasional : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia


2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap

Rasional : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan

3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan

4) Pertahankan kebersihan mulut klien

Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan


pemasukan oral

5) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk


penyembuhan penyakit

Rasional : Meningkatkan motivasi klien untuk makan

d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan

Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda


vital stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh
aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg

Rencana :

1) Kaji dan catat tanda-tanda vital

Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan


cairan mengakibatkan hipotensi

2) Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas


seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki

Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi
Tujuan : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan

Rencana :

1) Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar

Rasional : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi

2) Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya


minum obat sesuai resep

Rasional : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan


mencegah penghentian pada obat dan atau interkasi obat yang
merugikan

3) Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF

Rasional : Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi


kecemasan

1.2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori


dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
(Perry & Potter, 2005 )

a) Tindakan Keperawatan Mandiri

Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri


dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres
hangat saat klien demam.

b) Tindakan Keperawatan Kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan
untuk mengatasi masalah klien
1.2.5 Evaluasi Keperawatan

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan
saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :

S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan


dengan diagnose keperawatan

A : Analisis dan diagnose

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang


dari intervensi

2.1.6 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry
Potter, 2005 )
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Kasus

An. W berumur 3 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2012. Ibu
klien mengatakan anaknya mengalami demam secara mendadak naik turun disertai
mual, muntah dan tidak adanya nafsu makan selama 3 hari. Ibu klien mengatakan
bahwa sudah lama mengalami demam tetapi ia hanya menganggap demam biasa.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas klien

An. W ( laki-laki ) berumur 3 tahun beragama islam dengan beralamatkan Jl. Siaga,
Samarinda , masuk rumah sakit pada tanggal 20 september 2012. Klien mulai dikaji
pada tanggal 21 September 2012 dan di diagnose medis DHF.

3.1.2 Identitas orang tua

Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 56 tahun. Pendidikan terkhir ibu klien
adalah SLTP. Sehari-hari ibu klien bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ny. A
sendiri beragama islam dan bertempat tinggal di Jl. Siaga, Samarinda.

3.1.3 Riwayat kesehatan klien

a. Keluhan utama

“ Anak saya demam tanpa sebab sus “

b. Riwayat penyakit sekarang

Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam
kira-kira selama 3 hari mulai tanggal 17 September 2012, paginya klien di kompres
dan sudah tidak panas lagi pada siang hari. Namun ternyata sore hari badan klien
demam kembali. Ibu klien langsung membawa ke rumah sakit karena khawatir
dengan keadaan anknya.

c. Riwayat penyakit lalu

1) Prenatal Care

Pemeriksaan kehamilan rutin di bidan praktek, selama hamil tidak ada


keluhan atau penyakit yang ibu alami. Ibu klien tidak pernah terpapar
dengan radiasi. Berat badan selama kehamilan 62 kg.

2) Natal

Ibu melahirkan di bidan praktek. Jenis persalinan normal. Tidak ada


komplikasi selama/setelah persalinan

3) Post natal

Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 18 Kg,
PB : 101 Cm. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti
sekarang.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga Ibu klien mempunyai penyakit sesak nafas. Klien dan


adiknya mempunyai penyakit asma.

5) Riwayat imunisasi

Klien mendapatkan imunisasi polio pada umur 1 bulan dan reaksinya


adalah demam. Imunisasi terakhir pada umur 3 bulan dengan
mendapatkan imunisasi DPT.

6) Riwayat tumbuh kembang


A. Pertumbuhan Fisik

a. BB saat sakit : 16 kg

b. BB sebelum sakit : 18 kg

c. PB : 101 cm

B. Perkembangan tiap tahap

a. Berguling : 6 bulan

b. Merangkak : 9 bulan

c. Duduk : 10 bulan

d. Mengeluarkan suara : 1 tahun

C. Riwayat nutrisi

a. Pemberian asi

Klien menyusui setelah lahir, klien mendapatkan asi


langsung dari ibu. Lama pemberian asi ± 1 tahun

b. Pemberian susu formula

Klien diberi susu formula sejak umur 5 bulan sampai sekarang

c. Perubahan pola nutrisi tiap tahap usia – sekarang

Klien usia 0 – 5 bulan mendapatkan asi eksklusif. Umur 6 – 10 bulan


mendapat asi dan bubur. Umur 11 – 16 bulan mendapatkan asi dan
bubur TIM. Umur 3 tahun sampai sekarang mendapatkan nasi, telur,
sayur dan lain – lain.

d. Riwayat psikososial

Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Klien tidur
bersama dengan sang adik. Sehari – hari klien bermain dengan adiknya karena klien
tidak mempunyai kegiatan khusus.
e. Riwayat spiritual

Anggota keluarga klien rajin dalam beribadah

f. Aktivitas sehari –hari

1) Nutrisi

Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan
lauk apapun. Tetapi saat sakit, klien hanya makan 1 – 2 kali yaitu
sebanyak 3 – 4 sendok makan dari porsi makan yang disediakan. Ibu
klien mengatakan “ anak saya tidak nafsu makan “.

2) Cairan

Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air
putih. Klien dalam sehari minum 5 – 7 gelas perhari. Pada saat sakit
klien hanya minum air putih saja dengan takaran 2 gelas / ± 400 cc per
hari dan diberi tambahan cairan infuse RL 28 tetes/menit.

3) Eliminasi

A. BAB

Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di
rumah sakit klien ada BAB 1 kali / hari dengan konsistensi lunak.
Klien pergi ke toilet tanpa bantuan dan tanpa pengawasan ibu klien.

B. BAK

Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ±
500 cc perhari, klien tidak ada masalah dengan BAK.

C. Istirahat Tidur

Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam
21.00 – 06.00 WITA. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.

D. Olahraga
Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya
hanya bermain sepak bola hamper setiap hari dengan teman –
temannya.

E. Personal Hygene

Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta
gigi. Saat sakit klien tidak dapat mandi sendiri dan hanya di seka oleh
ibu klien dengan bantuan perawat sebanyak 1 kali sehari. Rambut klien
terlihat bersih karena ibu klien rajin menyisir rambut klien.

F. Aktivitas / mobilitas fisik

Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman
– teman klien di rumah. Saat sakit klien hanya berbaring di tempat
tidur ditemani sang ibu.

G. Rekreasi

Klien hanya berkunjung ketempat keluarga terdekat. Dalam keluarga


klien tidak ada program khusus dalam rekreasi baik sebelum sakit
maupun saat sakit.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

KU : sedang, kesadaran komposmentis

2) Tanda – tanda vital

Nadi : 126x/menit

Suhu : 380 C

Pernafasan : 28x/menit

3) Antropometri

A. BB : 16 Kg

B. TB : 101 cm
C. Lingkar kepala : 39 cm

D. Lingkar lengan atas : 16 cm

E. Lingkar dada : 51 cm

F. Lingkar perut : 52 cm

4) Sistem pernapasan

Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada
saat bernafas simetris.

5) Kardiovaskuler

Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis, bibir kering

6) Sistem pencernaan

Kemampuan menelan klien baik, tidak ada kembung, mukosa bibir


kering.

7) Sistem indra

Mata : konjungtiva tidak anemis

Hidung : Tidak ada secret

Telinga : Daun telinga keadaannya semistris, fungsi pendengaran


baik.

8) Sistem syaraf

A. Tingkat kesadaran komposmentis

B. Gerakan tubuh lemah

C. Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda
dingin dengan menolaknya

9) Sistem integemen

Rambut : warna hitam, terlihat bersih

Kulit : akral hangat, tidak terdapat gatal – gatal


Kuku : warna merah muda, tidak mudah patah dan bersih

h. Terapi

Amoxsan : 3 x 500 mg

Sanmol : 3 x ½ sendok

Vometa ; 3 x ½ sendok

IVFD RL : 28 Tetes / menit

Anda mungkin juga menyukai