PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti )
yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena
banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia
berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day)
yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day
ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada
upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata
laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan. Bila pada
kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi
komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat
meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak
mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada
hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung
cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai
hematokrit.
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat
diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001). Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus
Dengue. (Saroso, 2007)
2.1.2 Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini
telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus
dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes
albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000
m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang
menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.
Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari
bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu.
( Hadinegoro, 1999 )
2.1.3 Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui
gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang
,
endotoxin selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan
interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil,
demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress,
merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi
lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
a. Darah
b. Air Seni
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya
salah satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis,
pendarahan gusi, melena atau hematemesis
c. pembesaran hati
e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang
sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di
sekitar mulut.
2.1.6 Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus
dilakukan adalah :
a. Tirah baring
b. Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk
minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air
tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
d. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus
menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan
nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa
5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.1.7 Pencegahan
a. Lingkungan
b. Biologis
c. Kimiawi
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien
serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
4) Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber
informasi yang diperoleh.
c. Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF
untuk datang ke rumah sakit
d. Riwayat kesehatan
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.
f. Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
g. Pola kebiasaan
3) Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
h. Pemeriksaan laboratorium
2) Trambositopenia (≤100.000/ml)
3) Leukopenia
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien
dengan DHF adalah :
Batasan Karakteristik
- Konvulsi
- Kulit kemerahan
- Takikardi
- Takipnea
Batasan Karakteristik
- Kulit kering
- Peningkatan hematokrit
- Haus
- Kelemahan
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kurang makanan
- Kurang informasi
- Kesalahan konsepsi
- Kesalahan informasi
Batasan Karakteristik
- Perilaku hiperbola
- Pengungkapan masalah
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot
hilang
Rencana :
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung,
membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap
lembab
Rencana :
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil
atau meningkat
Rencana :
3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama
Rencana :
Rencana :
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan
untuk mengatasi masalah klien
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan
saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry
Potter, 2005 )
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus
An. W berumur 3 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2012. Ibu
klien mengatakan anaknya mengalami demam secara mendadak naik turun disertai
mual, muntah dan tidak adanya nafsu makan selama 3 hari. Ibu klien mengatakan
bahwa sudah lama mengalami demam tetapi ia hanya menganggap demam biasa.
3.1 Pengkajian
An. W ( laki-laki ) berumur 3 tahun beragama islam dengan beralamatkan Jl. Siaga,
Samarinda , masuk rumah sakit pada tanggal 20 september 2012. Klien mulai dikaji
pada tanggal 21 September 2012 dan di diagnose medis DHF.
Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 56 tahun. Pendidikan terkhir ibu klien
adalah SLTP. Sehari-hari ibu klien bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ny. A
sendiri beragama islam dan bertempat tinggal di Jl. Siaga, Samarinda.
a. Keluhan utama
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam
kira-kira selama 3 hari mulai tanggal 17 September 2012, paginya klien di kompres
dan sudah tidak panas lagi pada siang hari. Namun ternyata sore hari badan klien
demam kembali. Ibu klien langsung membawa ke rumah sakit karena khawatir
dengan keadaan anknya.
1) Prenatal Care
2) Natal
3) Post natal
Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 18 Kg,
PB : 101 Cm. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti
sekarang.
5) Riwayat imunisasi
a. BB saat sakit : 16 kg
b. BB sebelum sakit : 18 kg
c. PB : 101 cm
a. Berguling : 6 bulan
b. Merangkak : 9 bulan
c. Duduk : 10 bulan
C. Riwayat nutrisi
a. Pemberian asi
d. Riwayat psikososial
Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Klien tidur
bersama dengan sang adik. Sehari – hari klien bermain dengan adiknya karena klien
tidak mempunyai kegiatan khusus.
e. Riwayat spiritual
1) Nutrisi
Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan
lauk apapun. Tetapi saat sakit, klien hanya makan 1 – 2 kali yaitu
sebanyak 3 – 4 sendok makan dari porsi makan yang disediakan. Ibu
klien mengatakan “ anak saya tidak nafsu makan “.
2) Cairan
Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air
putih. Klien dalam sehari minum 5 – 7 gelas perhari. Pada saat sakit
klien hanya minum air putih saja dengan takaran 2 gelas / ± 400 cc per
hari dan diberi tambahan cairan infuse RL 28 tetes/menit.
3) Eliminasi
A. BAB
Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di
rumah sakit klien ada BAB 1 kali / hari dengan konsistensi lunak.
Klien pergi ke toilet tanpa bantuan dan tanpa pengawasan ibu klien.
B. BAK
Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ±
500 cc perhari, klien tidak ada masalah dengan BAK.
C. Istirahat Tidur
Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam
21.00 – 06.00 WITA. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.
D. Olahraga
Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya
hanya bermain sepak bola hamper setiap hari dengan teman –
temannya.
E. Personal Hygene
Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta
gigi. Saat sakit klien tidak dapat mandi sendiri dan hanya di seka oleh
ibu klien dengan bantuan perawat sebanyak 1 kali sehari. Rambut klien
terlihat bersih karena ibu klien rajin menyisir rambut klien.
Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman
– teman klien di rumah. Saat sakit klien hanya berbaring di tempat
tidur ditemani sang ibu.
G. Rekreasi
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Nadi : 126x/menit
Suhu : 380 C
Pernafasan : 28x/menit
3) Antropometri
A. BB : 16 Kg
B. TB : 101 cm
C. Lingkar kepala : 39 cm
E. Lingkar dada : 51 cm
F. Lingkar perut : 52 cm
4) Sistem pernapasan
Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada
saat bernafas simetris.
5) Kardiovaskuler
6) Sistem pencernaan
7) Sistem indra
8) Sistem syaraf
C. Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda
dingin dengan menolaknya
9) Sistem integemen
h. Terapi
Amoxsan : 3 x 500 mg
Sanmol : 3 x ½ sendok
Vometa ; 3 x ½ sendok