Anda di halaman 1dari 8

A.

Konsep Dasar Medis

1. Pengertian
Menurut WHO suatu keadaan dengan kadar hemoglobn lebih rendah dari nilai
normal. Anemia juga berarti suatu kondisi ketika difesiensi ukura atau jumlah
eritrosit atau kandungan hemoglobin ( Tarwoto Wasnindar, 2008 )
Jadi anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah
mengalami penurunan dari batas normal ( < 14-18 g/dl ), sehingga tidak daat
mengikat O2 yang ada dalam darah,
Derajat anemia menurut WHO :
Ringan sekali : Hb 10 g/dl – batas normal
Ringan : Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl
Sedang : Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl
Berat : Hb < 6 g/dl
Sedangkan derajat anemia menurut depkes :
Ringan sekali : Hb 11 g/dl – batas normal
Ringan : Hb 8 g/dl - <11 g/dl
Sedang : Hb 5 g/dl – 8 g/dl
Berat : Hb <5 g/dl

2. Klasifikasi
a. Menurut morfologi makro dan mikro menunjukan ukuran sel darah merah
sedangkan kromik menunjukan warnanya. Ada tiga klasifikasi besar, yaitu :
1) Anemia nomositik normokrom adalah ukuran dan bentuk sel-sel darah
merah nornal serta hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan
MCHC ) nomal atau rendah.
2) Anemia makrositik normkrom adalah ukuran sel-sel darah merah lebih
besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV
meningkat, MCHC normal).
3) Anemia mikrositik hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah kecil yang
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang normal (MCV,
mapun MCHC kurang).
b. Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu :
1) Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat pendarahan
karena berbagai penyebab seperti perlukaan pendarahan gastrointestinal,
pendarahan uterus, pendaahan hidung, pendarahan akibat operasi.
2) Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan
karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah ( asam folat, vit.B12
dan zat besi), gangguan fungsi sumsum tulang (adanya tumor, pengobatan,
toksin), tidak adekuatnya stimulasi karena kurangnya eritropoiton (pada
penyakit ginjal kronik).
3) Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah, dapat
terjadi karena over akifnya reticuloendothelial system (RES).
c. Jenis-jenis anemia, yaitu :
1) Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sumsum tulang
yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah
yang dihasilkan tidak memadai sehinga terjadi pansitopenia, yaitu
kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Penyebab dari
anemia aplastik beraneka ragam, fakktor genetik, obat-obatan dan bahan
kimia, infeksi, iridasi, kelainan imunologis, idioatik.
2) Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit,
sehingga usia sel darah merah lebih pendek. Anemia ini terjadi kerena
SDM abnormal, anemia sel sabit, toksik, reaksi autoimun. Adapun tanda
dan gejala anemia hemolitik, yaitu demam , gangguan neurologi, phetekie,
thalasemia, hepatomegali, kekuningan.
3) Anemia megablastik adalah anemia yang disebabkan karen kerusakan
sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini
disebabkan karena defesiensi vit.B12 dan asam folat. Karakteristik sel
SDMnya (besar, abnormal, premature SDM) dalam darah dan sum-sum
tulang sel megoblas ini tidak berfungsi abnormal, dihancurrkan semasa
dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropeosis. Tanda dan gejala dari
anemia megoblastik yaitu ikterik, adanya glositis, gangguan neuropati.

3. Anatomi fisiologi ( gambar )


4. Manifestasi klinis
5. Penatalaksanaan medik ( Bangerd, 2011 )
a. Penatalaksanaan farmakologi
1. Eritopoitin
Injeksi subkutan untuk mengobati penyakit kronik anemia. Sumsum tulang
harus memproduksi SDM dan harus tersedia nutrien.
2. Zat besi dan vitamin B12
b. Penatalaksanaan non farmakologi
1. Terapi oksigen
Kompensasi kurangnya oksigen dan membantu mengurangi kerja jantung.
2. Transfusi darah
Terutama pada kehilangan darah akut ( Hb < 6g/dl ) atau yang tidak respon
terhadap pengobatan lain. Pemberian jangka panjang beresiko tinggi
kelebihan zat besi ( kardiomegali,perikarditis,aritmea,gagal jantung
kronik,infusiensi tiroid,malfungsi pankreas dan endokrin,fibrosis
hepar,perubahan warna kulit).
3. Agen penghancur zat besi
Defroksamin dapat mencegah kelebihan zat besi.
4. Diet tinggi zat besi
Pada defisiensi nutrisi atau kehilangan darah, nutrisi dapat mengakibatkan
produksi SDM
5. Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan adanya kelainan darah, perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik ( pemeriksaan darah ) :
a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah ( sel darah
merah,sel darah putih dan trombosit ) dalam volume darah tertentu,
dnyatakan sebagai jumlah sel per mililiter kubik ( mm2 ).
b. Hitung sel darah yaitu menentukan karakteristik fisiologi darah
maupun jumlah sel darah.
c. Pengukuran hematokrit ( Hct ) atau volume sel padat, menunjukan
volume darah lengkap ( sel darah merah ). Pengukuran ini menunjukan
prestasi sel darah merah dalam darah dinyatakan dalam mm2/100 ml.
d. Mean Corpuskular Hemoglobin ( MCH ) atau konsentrasi Hb rata-rata
adalah mengukur banyaknya hemboglobin yang terdapat dalam satu sel
darah merah. MCH ditemukan dengan membagi jumlah hemoglobin
dalam 100 ml darah dengan jumlah sel darah per mililiter kubik darah.
Nilai normalnya kira-kira 27-31 ( MCV ) atau volume eritrosit rata-rata
merupakan besarnya ukuran sel darah yang dinyatakan dalam
micrometer kubik, dengan batas normal 81-96 µm3 , apabila <81 maka
menunjukan sel-sel micrositik, apabila lebih besar dari 96 menunjukan
makrosit.
e. Mean Corpuskular Hemboglobin Concetation (MCHC) atau
konsentrasi hemboglobin eritrosit rata-rata, mengukur banyaknya
hemoglobin dalam 100 ml sel darah merah padat. Normalnya 30-36
g/ml darah.
f. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1mm3 darah.
g. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit dalam 1mm3 darah.
h. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu denga melakukan aspirasi dan
biopsi pada sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinous
vertebra, krista iliaka anterior, atau posterior. Pemeriksaan sumsum
tulang dilakukan jika tidak cukup data-data yang diperoleh untuk
mengdiagnosa penyakit pada sistim hematologik.
i. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur unsur-unsur
yang perlu bagi perkembangan sel-sel darah merah seperti kadar besi
(Fe), serum, vitamin B12 dan asam folat.

6. Komplikasi
a. Angina dapat terjadi akibat iskemi miokardium
b. Gagal jantung kongesti, otot jantung yang kurang oskigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat
c. Kejang
d. Daya tahan tubuh berkurang, penderita anemia berat, akan mudah
terkena infeksi
e. Menganggu perkembangan otak karena kurangnya suplai oksigen ke
sel-sel otak

B. Konsep Dasar Keperawatan


a. Pengkajian pola gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif : Pengetahuan tentang gaya hidup yang berhubungan
dengan sehat
Data objektif :-
2. Pola nutrisi dan metabolik
Data subjektif : pasien mengeluh nyeri mulut dan lidah, kesulitan , menelan, (
ulkus pada faring ). Mual/muntah , dyspnea, anoreksia, adanya penurunan
berat badan. Tidak puas mengunya.
Data objektif : lidah tampak merah daging/halus, membran mukosa kering,
pucat, turgor kulit; buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis
dan glosis ( status defisiensi ). Bibir selatitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah.
3. Pola eliminasi
Data subjektif : adanya riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorbsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah merah segar, melena,
diare atau konstipasi.
Data objektif : distensi abdomen
4. Pola aktivitas dan latihan
Data subjektif : pasien mengeluh keletihan kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas: penurunan semngat kerja, kebutuhan tidur dan
istirahat lebih banyak.
Data objektif : takikardia/takipnea, letargi, menarik diri,apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, penurunan kekuatan,ataksia,
tubuh tidak tegak, berjalan lambat, da tanda-tanda lain yang menentukan
keletihan.
5. Pola tidur dan istirahat
Data subjektif : pola tidur pasien terganggu karena pasien menderita sesak
napas dan nyeri abdomen atas .
Data objektif : -
6. Pola presepsi kognitif
Data subjektif : pasien mengeluh sakit kepala, berdenyut pusing, vertigo,
tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan pengelihatan,
dan bayangan pada mata.
Data objektif : peka rangsangan, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis, tidak
mampu berespon, lambat dan dangkal. Hemoragi retina. Epitaksis : perdarahan
dari lubang-lubang ( apalastik).
7. Pola presepsi dan konsep diri
Data subjektif: presepsi klien terhadap dirinya, sikap klien mengenai dirinya,
pola emosional,citra diri,identitas diri,ideal diri,harga diri, dan peran diri.
Data objektif : -
8. Pola peran dan hubungan sesama
Data subjektif : Persepsi klien tentang pola hubungan, persepsi klien tentang
peran dan tanggung jawab.
Data objektif : -
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Data subjektif : perubahan aliran mensturasi misalnya menorage,atau amenore,
hilang libido ( pria dan wanita ), impoten.
Data objektif : Serviks dan dinding vagina pucat
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Data subjektif : kemampuan mengendalikan stres,sumber pendukung.
Data objektif : -
11. Pola sistem dan nilai kepercayaan
Data subjektif : nilai keyakinan semakin meningkat seiring dengan kebutuhan
untuk mendapatkan kesembuhan dari Tuhan.
Data objektif : tampak alat-alat doa disekitar pasien

b. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
2. Resiko infeksi
3. Penurunan curah jantung
4. Gangguan perfusi jaringan cerebral
5. Kelelahan
6. Pola nafas tidak efektif
5. Patofisiologi
Etiologi

Predisposisi Presipitasi

Gen Penyakit Imun Kelainan usus Kehamilan dan Obat-obatan Zat kimia
Bayi prematur

SDM abnormal Hiperaktivitas Malabsorbsi Pe kebutuhan Depresi sum-sum toksin


Imun vit. B12 dan vit. B12 dan tulang dlm darah
Asam folat asam folat

SDM tdk berfungsi Menyerang Pe jumlah Eritropoitein kelainan sel


Sbgaimna mestinya SDM vit. B12 dan induk
Zat besi jlh sel darah
tidak memadai Gngguan
SDM hancur SDM hancur Gngguan pembentukan
Sintesis DNA Pansitopenia dan replika sel
Masa hidup SDM Pada inti sel
Lebih pendek eritroblas

Maturasi intisel Anemia Aplastik


Anemia Hemolitik lebih lambat TG : - Ekimosis & petekie
(perdarahan pd kulit)
TG : Demam, gngguan Diferensi sel - Epistakis (perdarahan pd hidung)
Neurologis, pethikie, lambat - Perdarahan pd saluran cerna
Thalasemia, hepatomegali Anemia Pernisiosa - Perdarahan pd saluran kemih

TG : Anoreksia, diare, gngguan


Anemia Megablastik neurologis
TG : Ikrerik, glottis,
Dn gngguan neuropati
ANEMIA

Eritrositipenia Leukopenia Trombositopenia

Hb Mikrooganisme Darah sukar mmbeku


Mudah msk ke
Distribusi O2 dlm RES Perdarahan

Dx : Resiko Infeksi Syok Hipovalemik


NOC :Kontrol Resiko : Proses Infeksi
NIC :Kontrol Infeksi Dx : Kekurangan
Volume cairan
NOC :Keparahan Kehilangan
darah
NIC :Pencegahan Perdarahan

Beban kerja jntung Ke otot jantung Ke otak Frekuensi Napas Metabolisme sel Saluran cerna

Hipertrofi LV Iskemia miokard Hipoksia TG : sesak napas metabolisme anaerob kontraksi saluran
Jaringan otak Dx : Pola napas tidak terganggu
Pengisian LV mnrun Gangguan kontraksi efektif Energi (Atp)
TG : pusing, NOC : Status Pernapasan TG : Konstipasi,
TG : takikardi, hipotensi K : gagal jantung susah berkon NIC : Manajemen Jalan TG : Lemah, cepat lelah anoreksia, nause,
Dx : Penurunan curah sentrasi Napas Dx : Intoleransi Aktivitas BB mnurun
Jantung Dx : Resiko ketidakefektivan NOC : Tingkat Kelelahan Dx : Ketidak-
NOC : Keefektivan pompa jantung Perfusi jaringan otak NIC : Manajemen seimbangan
NIC : Perawatan jantung NOC : Perfusi Jaringan : Serebral Energi nutrisi kurang
NIC : Monitor Tekanan dari kbutuhan
intrakranial Tubuh
NOC: Status nutrisi : Asupan Nutrisi
NIC: Manajemen Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai