Anda di halaman 1dari 20

Kimia Analisis

Tahun Akademik 2014/ 2015

TITRASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1:

Hasnindar Amran (331 14 001)

Nurhikma (331 14 005)

Widi Aprilia Tabi (331 14 009)

Sofyiani Insanil K. N (331 14 013)

Agunawan (331 14 017)

Muh. Difha Zulkarnain M, BS (331 14 021)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha yang telah
melimpahkan rahmat- Nya sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Makalah ini dapat selesai atas kerja sama dari teman- teman yang
sangat merespon tugas yang diberikan oleh dosen Ibu Ir. Rosalin, M. Si.

Makalah ini mengangkat materi tentang ‘’ Titrasi Asam Basa’’, yang mana
materi ini akan digunakan untuk praktikum kimia analisis yang akan dilaksanakan
kedepannya.

Akhir dari pengantar ini, semoga dengan adanya makalah ini, semua pihak
dapat memahami materi asam basa ini sehingga praktikum dapat berjalan lancar.
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kata ataupun kalimat yang tidak sesuai
dengan pemikiran Anda,kami minta maaf dengan hormat karena kami hanya
manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, Terima Kasih.

Makassar, 12 September 2014

Kelompok 1 (IA)
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asam dan basa secara tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan. Kita
senang tiasa berinteraksi dengan asam basa tiap hari. Makanan yang kita
konsumsi sebagian besar bersifat asam, sedangkan pembersihan yang kita
gunakan (sabun, detergen, dll) adalah basa. Enzim- enzim dan protein dalam
tubuh kita juga merupakan asam.

Selain itu, asam dan basa sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.
Keasaman tanah akan berpengaruh terhadap kondisi tumbuhan yang ada di
atasnya. Kualitas air dapat ditentukan dengan mengukur tingkat keasamannya.
Suatu daerah yang dilanda hujan asam akan mengalami kerusakan lingkungan
yang cukup buruk.

Kebanyakan asam dan basa (yang belum bercampur dengan senyawa lain)
dialam berupa liquid/ larutan. Karena bentuk inilah yang mudah untuk direaksikan
dengan senyawa lainnya. Meskipun asam dan basa yang kita konsumsi sehari-
hari berupa padatan seperti makanan dan sabun, namun pada akhirnya tetap butuh
diencerkan juga ( direaksikan atau dicampur dengan air) agar lebih mudah diserap
atau digunakan.

Dari hal itulah, penyusunmembuat makalah ini dengan judul ‘’ Titrasi Asam
Basa’’. Alasan ini sesuai dengan judul praktikum yang akan dilaksanakan pada
Laboratorium Kimia Analisis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Titrasi Asam Basa ?


2. Bagaimana Teori Titrasi Asam basa menurut para ahli ?
3. Apa yang dimaksud titik ekivalen ?
4. Bagaimana cara menentukan/ memprediksi titk ekivalen ?
C. TUJUAN
 Mahasiswa dapat memahami konsep teori tentang titrasi asam basa.
 Mempermudah mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum titrasi asam
di laboratorium nantinya.
 Mahasiswa dapat mengaplikasikan titrasi asam basa dalam kehidupan
sehari- hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASAM BASA

Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi.Dalam titrasi


ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada
prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :

Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion
hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan
konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat


menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri.
Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan
menggunkan larutan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati


perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari
indikator lihat Gambar 15.16.

Gambar 15.16. Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH


Analit bersifat asam, pH mula-mula rendah penambahan basa
menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai
titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan
basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 15.16, juga diperoleh informasi
indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7 –
10.

Pamanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan


untuk menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel
sekitar 300 mg kedalam 100 ml air.Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH
0.1 N dengan menggunakan indikator phenolftalein.Titik akhir titrasi diketahui
dari larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri
juga dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat, proses titrasi dilakukan
dengan cara melarutkan 250 mg sampel kedalam 15 ml etanol 95% dan
tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan indikator
phenolftalein, hingga larutan berubah menjadi merah muda.

Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan secara meluas misalnya dalam


pengujian boraks yang sering dipergunakan oleh para penjual bakso. Proses
analisis dilakukan dengan melaruitkan sampel seberat 500 mg kedalam 50 mL air
dan ditambahkan beberapa tetes indikator metal orange, selanjutnya dititrasi
dengan HCl 0.1 N.

Titrasi adalah poses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Titrasi ini diterapkan untuk memperoleh peraksi atau larutan
yang konsentrasinya yang tidak dapat dipastiakan dari proses pembuatannya
secara langsung dari zat padatnya. Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi
asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah
pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab
itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titik dalam titrasi dimana
titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa
yang ditentukan disebut titik ekivalen. Titik ini sering ditandai dengan perubahan
warna senyawa yang disebut indikator.

Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik
pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak
ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal
asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator
asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat di dalam buret,
ditambahkan ke asam.Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian
dengan tetesan hingga titik ekivalen.Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya
perubahan warna indikator.Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah
disebut titik akhir. Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti
NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis
yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut
sebagai kesalahan titik akhir.Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang
berbeda untuk setiap sistem.Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan
nilainya dapat dihitung.Dengan menggunakan metode potensiometri dan
konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol.

B. TEORI ASAM BASA


1. Menurut Arrhenius
Menurut teori Arrhenius, zat yang dalam air menghasilkan ion H+ disebut
asam dan basa adalah zat yang dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-

HCl H+ + Cl-

NaOH Na+ + OH-

Meskipun teori Arrhenius benar, pengajuan desertasinya mengalami


hambatan berat karena profesornya tidak tertarik padanya.Desertasinya dimulai
tahun 1880, diajukan pada 1883, meskipun diluluskan teorinya tidak benar.Setelah
mendapat bantuan dari Van Hoff dan Ostwald pada tahun 1887 diterbitkan
karangannya mengenai asam basa. Akhirnya dunia mengakui teori Arrhenius pada
tahun 1903 dengan hadiah nobel untuk ilmu pengetahuan.

Sampai sekarang teori Arrhenius masih tetap berguna meskipun hal


tersebut merupakan model paling sederhana.Asam dikatakan kuat atau lemah
berdasarkan daya hantar listrik molar. Larutan dapat menghantarkan arus listrik
kalau mengandung ion, jadi semakin banyak asam yang terionisasi berarti makin
kuat asamnya. Asam kuat berupa elektrolit kuat dan asam lemah merupakan
elektrolit lemah. Teori Arrhenius memang perlu perbaikan sebab dalam kenyataan
pada zaman modern diperlukan penjelasan yang lebih bisa diterima secara logika
dan berlaku secara umum. Sifat larutan amoniak diterangkan oleh teori Arrhenius
sebagai berikut:

NH4OH NH4+ + OH-

Jadi menurut Svante August Arrhenius (1884) asam adalah spesi yang
mengandung H+ dan basa adalah spesi yang mengandung OH-, dengan asumsi
bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat asam dan basa.Sehingga dapat
disimpulkan bahwa:

Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.

Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.

Contoh:

1) HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)

2) NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)

2. Menurut Bronsted-Lowry
Teori asam basa dari Arrhenius ternyata tidak dapat berlaku untuk semua
pelarut, karena khusus untuk pelarut air. Begitu juga tidak sesuai dengan reaksi
penggaraman karena tidak semua garam bersifat netral, tetapi ada juga yang
bersifat asam dan ada yang bersifat basa.
Konsep asam basa yang lebih umum diajukan oleh Johannes Bronsted,
basa adalah zat yang dapat menerima proton.Ionisasi asam klorida dalam air
ditinjau sebagai perpindahan proton dari asam ke basa. Asam ialah proton donor,
sedangkan basa adalah proton akseptor.

HCl + H2O H3O+ + Cl-

Demikian pula reaksi antara asam klorida dengan amoniak, melibatkan


perpindahan proton dari HCl ke NH3.

HCl + NH3 ⇄ NH4+ + Cl-

Ionisasi asam lemah dapat digambarkan dengan cara yang sama.

HOAc + H2O ⇄ H3O+ + OAc-

Pada tahun 1923 seorang ahli kimia Inggris bernama T.M. Lowry juga
mengajukan hal yang sama dengan Bronsted sehingga teori asam basanya disebut
Bronsted-Lowry. Perlu diperhatikan disini bahwa H+ dari asam bergabung dengan
molekul air membentuk ion poliatomik H3O+ disebut ion Hidronium.

Reaksi umum yang terjadi bila asam dilarutkan ke dalam air adalah:

HA + H2O ⇄ H3O+ + A-

asam asam konjugasi

basa basa konjugasi

Penyajian ini menampilkan hebatnya peranan molekul air yang polar


dalam menarik proton dari asam.

Perhatikanlah bahwa asam konjugasi terbentuk kalau proton masih tinggal


setelah asam kehilangan satu proton. Keduanya merupakan pasangan asam basa
konjugasi yang terdi dari dua zat yang berhubungan satu sama lain karena
pemberian proton atau penerimaan proton. Namun demikian disosiasi asam basa
masih digunakan secara Arrhenius, tetapi arti yang sebenarnya harus kita pahami.
Johannes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry membuktikan bahwa tidak
semua asam mengandung ion H+ dan tidak semua basa mengandung ion OH- .

Bronsted – Lowry mengemukakan teori bahwa asam adalah spesi yang


memberi H+ ( donor proton ) dan basa adalah spesi yang menerima H+ (akseptor
proton). Jika suatu asam memberi sebuah H+ kepada molekul basa, maka sisanya
akan menjadi basa konjugasi dari asam semula. Begitu juga bila basa menerima
H+ maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa semula.

Teori Bronsted – Lowry jelas menunjukkan adanya ion Hidronium (H3O+)


secara nyata.

Contoh:

HF + H2O ⇄ H3O+ + F-

asam asam konjugasi

basa basa konjugasi

HF merupakan pasangan dari F- dan H2O merupakan pasangan dari H3O+.


Air mempunyai sifat ampiprotik karena dapat sebagai basa dan dapat sebagai
asam.

HCl + H2O H3O+ + Cl-


Asam Basa

NH3 + H2O ⇄ NH4+ + OH-


Basa Asam

Manfaat dari teori asam basa menurut Bronsted – Lowry adalah sebagai
berikut:

 Aplikasinya tidak terbatas pada pelarut air, melainkan untuk semua pelarut
yang mengandunh atom Hidrogen dan bahkan tanpa pelarut.
 Asam dan basa tidak hanya berwujud molekul, tetapi juga dapat berupa
anion dan kation.

Contoh lain:

1. HAc(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Ac-(aq)


asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konjugasi.

H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konjugasi.

2. H2O(l) + NH3(aq) NH4+(aq) + OH-(aq)


asam-1 basa-2 asam-2 basa-1
H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konjugasi.

Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton
donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini
bersifat ampiprotik (amfoter).

3. Menurut G.N.Lewis

Selain dua teori mengenai asam basa seperti telah diterangkan diatas,
masih ada teori yang umum, yaitu teori asam basa yang diajukan oleh Gilbert
Newton Lewis ( 1875-1946 ) pada awal tahun 1920. Lewis lebih menekankan
pada perpindahan elektron bukan pada perpindahan proton, sehingga ia
mendefinisikan: asam penerima pasangan electron, dan basa adalah donor
pasangan elekton. Nampak disini bahwa asam Bronsted merupakan asam Lewis
dan begitu juga basanya. Perhatikan reaksi berikut:

Reaksi antara proton dengan molekul amoniak secara Bronsted dapat


diganti dengan cara Lewis. Untuk reaksi-reaksi lainpun dapat diganti dengan
reaksi Lewis, misalnya reaksi antara proton dan ion Hidroksida:

Ternyata teori Lewis dapat lebih luas meliput reaksi-reaksi yang tidak
ternasuk asam basa Bronsted-Lowry, termasuk kimia Organik misalnya:
CH3+ + C6H6 ⇄ C6H6CH3+

Asam ialah akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah donor


pasangan elektron.

C. INDIKATOR ASAM BASA


Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada
larutan, dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator
asam basa biasanya adalah asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator
yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda dibanding dengan indikator
yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan
murni asam ke murni basa pada konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan
hanya pada kisaran konsentrasi ion hidrogen.Kisaran ini merupakan suatu interval
perubahan warna, yang menandakan kisaran pH.

Penggunaan Indikator Asam Basa


Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang
sesuai, kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari
perubahan warna larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai dengan
kisaran pH yang sesuai dengan jenis indikator.

Indikator yang Biasa Digunakan


Di bawah ini ada beberapa indikator asam basa yang sering digunakan.
Indikator dapat bekerja pada larutan, maupun alkohol sesuai dengan sifatnya.
Inilah contoh indikator yang digunakan untuk mengetahui pH.
Indikator pp berwarna pink saat basa dan tak berwarna saat asam

Daftar indikator asam basa lengkap

Indikator Rentang Kuantitas Asam Basa


pH penggunaan per 10 ml

Timol biru 1,2-2,8 1-2 tetes 0,1% larutan merah kuning

Pentametoksi 1,2-2,3 1 tetes 0,1% dlm merah- tak


merah larutan 0% alcohol ungu berwarna

Tropeolin OO 1,3-3,2 1 tetes 1% larutan merah kuning

2,4-Dinitrofenol 2,4-4,0 1-2 tetes 0,1% larutan tak kuning


dlm 50% alcohol berwarna

Metil kuning 2,9-4,0 1 tetes 0,1% larutan merah kuning


dlm 90% alcohol

Metil oranye 3,1-4,4 1 tetes 0,1% larutan merah oranye


Bromfenol biru 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru-ungu

Tetrabromfenol 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru


biru

Alizarin 3,7-5,2 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu


natrium sulfonat

α-Naftil merah 3,7-5,0 1 tetes 0,1% larutan merah kuning


dlm 70% alcohol

p- 3,5-5,5 1 tetes 0,1% larutan merah kuning


Etoksikrisoidin

Bromkresol 4,0-5,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru


hijau

Metil merah 4,4-6,2 1 tetes 0,1% larutan merah kuning

Bromkresol 5,2-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu


ungu

Klorfenol merah 5,4-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

Bromfenol biru 6,2-7,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru

p-Nitrofenol 5,0-7,0 1-5 tetes 0,1% larutan tak kuning


berwarna

Azolitmin 5,0-8,0 5 tetes 0,5% larutan merah biru

Fenol merah 6,4-8,0 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

Neutral merah 6,8-8,0 1 tetes 0,1% larutan merah kuning


dlm 70% alcohol

Rosolik acid 6,8-8,0 1 tetes 0,1% larutan kuning merah


dlm 90% alcohol

Kresol merah 7,2-8,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

α-Naftolftalein 7,3-8,7 1-5 tetes 0,1% larutan merah hijau


dlm 70% alcohol mawar

Tropeolin OOO 7,6-8,9 1 tetes 0,1% larutan kuning merah


mawar

Timol biru 8,0-9,6 1-5 tetes 0,1% larutan kuning biru

Fenolftalein (pp) 8,0-10,0 1-5 tetes 0,1% larutan tak merah


dlm 70% alcohol berwarna

α-Naftolbenzein 9,0-11,0 1-5 tetes 0,1% larutan kuning biru


dlm 90% alkohol

Timolftalein 9,4-10,6 1 tetes 0,1% larutan tak biru


dlm 90% alkohol berwarna

Nile biru 10,1-11,1 1 tetes 0,1% larutan biru merah

Alizarin kuning 10,0-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning lilac

Salisil kuning 10,0-12,0 1-5 tetes 0,1% larutan kuning oranye-


dlm 90% alkohol coklat

Diazo ungu 10,1-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu

Tropeolin O 11,0-13,0 1 tetes 0,1% larutan kuning oranye-


coklat

Nitramin 11,0-13,0 1-2 tetes 0,1% larutan tak oranye-


dlm 70% alkohol berwarna coklat

Poirrier's biru 11,0-13,0 1 tetes 0,1% larutan biru ungu-pink


Asam 12,0-13,4 1 tetes 0,1% larutan tak oranye-
trinitrobenzoat berwarna merah

Indikator Asam Basa Alami


Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami.
Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam
basa alami antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang
mempunyai warna (anggrek, kamboja jepang, bunga sepatu, asoka, bunga kertas).

Cara membuat indikator asam basa alami adalah:


1. Menumbuk bagian bunga yang berwarna pada mortar.
2. Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan
ekstrak cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.
4. Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak,
sehingga ekstrak dapat berubah warna.

Inilah hasil pengamatan beberapa indikator asam basa alami.

Warna Nama Bunga Warna Air Warna Air Bunga Warna Air
Bunga Bunga Keadaan Asam Bunga
Keadaan Basa

Merah Kembang Ungu muda Merah Hijau tua


sepatu

Kuning Terompet Kuning Emas muda Emas tua


keemasan

Ungu Anggrek Ungu tua Pink tua Hijau


kemerahan

Merah Asoka Coklat muda Oranye muda Coklat

Kuning Kunyit Oranye Oranye cerah Coklat


kehitaman

Ungu Bougenville Pink tua Pink muda Coklat teh

Pink Euphorbia Pink keputih- Pink muda Hijau lumut


putihan

Merah Kamboja Coklat tua Coklat oranye Coklat


kehitaman

Titik Ekivalen
Ketika larutan yang sudah diketahui konsentrasinya direaksikan dengan
larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka akan dicapai titik dimana
jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan titik ekivalen. Titik
ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7.Untuk asam lemah dan
basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada pH 7. Dan untuk larutan asam basa
poliprotik, akan ada beberapa titik ekivalen.
Cara Memprediksi Titik Ekivalen
Ada dua cara yang biasa digunakan untuk memprediksi dan menentukan
titik ekivalen, yaitu menggunakan pH meter dan indikator asam-basa.

1. Menggunakan pH meter
Metode ini melibatkan grafik sebagai fungsi pH dan volume titran
yang dipakai yang disebut dengan kurva titrasi.

Contoh kurva titrasi adalah:


2. Menggunakan indikator
Metode ini mengandalkan timbulnya perubahan warna larutan.
Indikator asam basa merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang
mempunyai warna yang berbeda pada keadaan terdisosiasi maupun tidak.
Karena digunakan dalam konsentrasi yang rendah, indikator tidak
menunjukkan perubahan yang besar pada titik ekivalen. Titik dimana
indikator berubah warna merupakan titik akhir titrasi. Untuk titrasi,
perbedaan volume antara titik akhir dengan titik ekivalen relatif kecil.
Seringkali kesalahan (error) pada perbedaan volume diabaikan.
Seharusnya dalam kasus tersebut diberlakukan faktor koreksi. Volume
yang ditambahkan untuk mencapai titik akhir dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sederhana berikut:
VANA = VBNB
dimana : V adalah volume
N adalah normalitas
A adalah asam
B adalah basa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
 Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam
titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan
standar basa. Berdasarkan sifat larutan titrasi dibagi dua yaitu asidimetri
dan alkalimetri.
 Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Gilbert Newton Lewis merupakan ahli
yang menerangkan tentang teori asam basa.
 Titik ekivalen adalah titik dimana titran ditambahkan tepat bereaksi
dengan seluruh zat yang dititrasi tanpa adanya titran yang tersisa.
 Ada dua cara yang biasa digunakan untuk memprediksi dan menentukan
titik ekivalen, yaitu menggunakan pH meter dan indikator asam-basa.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-
analisis/titrasi-asam-basa/

http://organiksmakma3b30.blogspot.nl/2013/04/teori-asam-basa.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalimetri

http://www.ilmukimia.org/2013/01/dasar-titrasi-asam-basa.html

http://www.ilmukimia.org/2013/01/indikator-asam-basa.html

http://nyolongmp3press.blogspot.com/2011/01/contoh-makalah-asam-basa.html

Anda mungkin juga menyukai