Anda di halaman 1dari 2

197 kebun yang diusahakan oleh perusahaan Perkebunan Besar merupakan aset negara yang

sampai saat ini berperan penting terhadap kontribusi pembangunan Perkebunan di Jawa Barat. Luas
HGU seluruhnya seluas 216.894 Ha yang meliputi :
- HGU PTPN VIII seluas 102.589 Ha
- HGU PG RNI II seluas 17.929 Ha
- HGU Perusahaan Daerah (PD) 1.948 Ha
- HGU Perkebunan Besar Swasta Seluas 94.428 Ha
Diatas areal HGU Perkebunan tersebut telah dikembangkan Komoditi Teh, Kelapa Sawit, Kakao,
Kina, Karet, Guttapercha, Tebu, Cengkeh, Kelapa seleruhnya seluas 122.310 Ha. Berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa Barat NO.525/Kep.142-Binprod/2007 Tentang Klasifikasi Perkebunan
Besar bahwa kondisi Perkebunan Besar atas dasar penilaian kenerja hasil Reklasifikasi Perkebunan
Besar tercatat sebagian Perkebunan Besar Negara & RNI memiliki kriteria kebun kelas I sejumlah 36
kebun dan hanya 5 kebun yang memiliki katagori kelas II. Dengan kondisi demikian bahwa
pengelolaan Perkebunan Besar di Jawa Barat oleh pelaku usaha perkebunan sangat dipertahankan
keberadaannya. Bagi kebun yang belum masuk katagori kelas II, Dinas Perkebunan sebagai lembaga
yang berkewajiban membina terhadap keberlangsungan pembangunan kebun-kebun dimaksud tidak
henti-hentinya mengadakan dukungan kepada seluhur pelaku usaha, diantaranya mengadakan
pertemuan dengan para Administratur, Diklat Perkebunan Besar Swasta di LPP Yogyakarta,
Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat sekitar Perkebunan Besar dan Sosialisasi Penetapan Kelas
Perkebunan Besar.
Kita maklumi bersama bahwa salah satu perusahaan perkebunan besar yang berstatus BUMN
perkebunan sebagai perusahaan milik negara tentunya harus mengemban amanah bukan hanya
harus sesuai dengan amanat UUD 1945 dan TAP MPR Nomor XVI Tahun 1998, tetapi harus sejalan
dengan sejarah perjalanan perkebunan di tanah air dan sesuai dengan sifat usaha komoditas yang
ditangani. Karakteristik dari pembangunan usaha perkebunan termasuk dalam suatu kawasan yang
luas baik sarana maupun prasarananya sehingga patut mendapatkan dukungan dari pemerintah
dalam hal ini Departemen Teknis merupakan Departemen yang menentukan arah dan
perkembangan manajemen BUMN perkebunan, sehingga peranan pemerintah dan BUMN dalam
usaha perkebunan tidak dapat dipisahkan.
Sebagaimana diungkapkan dalam Buku yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan dan
Perkebunan Tahun 1999 yang berjudul “ MEMBANGUN PERKEBUNAN ABAD 21 “
Membangun Arus dan Gelombang Sejarah bahwa peran pemerintah dan BUMN adalah :
1. Pendidikan dalam arti yang seluasnya, yaitu bagaimana pemerintah dan BMUN bahu-membahu
memanfaatkan perkebunan ini guna membangun masyarakat perkebunan agar mecapai
kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan yang lebih cepat;
2. Pengembangan ilmu pengtahuan dan teknologi untuk mendukung perkebunan agar mecapai
kemajuan dari waktu ke waktu. Teknologi yang digunakan oleh petani dan pekebun yang harus
meningkat dari waktu ke waktu dan inilah salah satu tugas utama pemerintah dan BMUN
Perkebunan;
3. Pengembangan institusi perkebunan agar petani/pekebun memiliki “receiving system” yang makin
meningkat kemampuannya dalam menyerap teknologi, menerapkan manajemen dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar
internasional;
4. Pengembangan sistem insentif yang mencerminkan rasa keadilan, kebersamaan dan
persaudaraan. Hal ini sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif yang pada
akhirnya menciptakan masyarakat perkebunan yang maju, mandiri dan sejahtera;
5. Pengembangan lembaga kauangan yang sesuai dengan napas usaha perkebunan yang
merupakan investasi jangka panjang yang banyak mengandung resiko dan ketidakpastian;
6. Pengembangan pola pemasaran yang efisien dan menciptakan tingginya kreatifitas masyarakat
serta tuntunan kualitas yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan zaman;
7. Memberi perlindungan terhadap pratek-pratek perdagangan internasional atau perdagangan
dalam negeri yang tidak sehat, tidak fair dan menyusahkan kehidupan petani/pekebun serta
masyarakat pada umumnya;
8. Melaksanakan kebijaksanaan yang konsisten, tidak mendadak dan bersifat mendistorsi usaha
perkebunan ke arah penurunan kinerja perkebunan itu sendiri;
9. Membantu upaya penyediaan lahan, dana, informasi, sarana dan prasarana pendukung yang
sesuai secara cepat, tepat, mudah, aman dan murah untuk petani sebagai individu serta petani
sebagai anggota koperasi.
9 (sembilan ) peran tersebut diatas yang perlu kita lalui secara bertahap dan
berkesinambungan demi tercapainya pembangunan perkebunan khususnya di Jawa
Barat dan umumnya di Indonesi

Anda mungkin juga menyukai