Bab III
Bab III
TEORI DASAR
Istilah neotektonik berasal dari kata neo yang artinya baru, sehingga dapat
diterjemahkan menjadi tektonik pada masa sekarang. Dalam kamus geologi
definisi neotektonik adalah studi struktur setelah umur Miosen dan sejarah
perkembangan struktur kerak bumi. Istilah neotektonik untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh Obruchev pada tahun 1948 (dalam Stewart dan Hancock,
1994) yang menerangkan bahwa ilmu pengetahuan yang mempelajari pergerakan
tektonik muda dan saat ini yang terjadi pada waktu Tersier akhir hingga Kuarter.
Menurut Morner, 1990 (dalam Suh, Ayonghe dan Njumbe, 2001) neotektonik
merupakan cabang dari ilmu geologi yang mempelajari pergerakan bumi yang
terjadi pada masa lalu dan menerus hingga sekarang. Menurut Dennis, 1882
(dalam Yeats dkk, 1997) neotektonik adalah studi tentang proses tektonik yang
aktif sekarang, pada waktu geologi selama terbukti aktif hingga saat ini dan
menghasilkan struktur.
24
kehidupan manusia. Tektonik aktif disebut juga geomorlogi tektonik (Keller dan
Pinter, 1996) yaitu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari dinamika bumi
meliputi proses terjadinya, bagaimana proses tektonik membentuk landscape dan
memberikan dampak terhadap kehidupan manusia. Geomorfologi tektonik dapat
didefinisikan 2 cara (Keller dan Pinter, 1996), yaitu :
• Pertama adalah mempelajari bentuk lahan (landform) yang dihasilkan oleh
proses tektonik yang mengimplikasikan bahwa mempelajari bentuk lahan
menyangkut ukuran, asal dan fungsi pada proses tektonik.
• Sedangkan kedua dengan cara mengaplikasikan prinsip geomorfik untuk
menyelesaikan permasalahan tektonik sebagai nilai kegunaan atau dapat
dikatakan menggunakan geomorfologi sebagai alat untuk mengevalusi sejarah,
besaran dan kecepatan proses tektonik.
Sejak beberapa dekade, struktur asal gempabumi besar dan sistem sesar dipelajari
dalam geologi struktur. Hal yang mendorong penelitian seismik dalam kaitannya
dengan penelitian neotektonik berasal dari pencarian bukti sejarah kejadian
gempabumi masa lampau saat Neogen pada zona sesar utama. Salah satu contoh
yang baik adalah penelitian neotektonik pada Sesar San Andreas. Studi
neotektonik lebih difokuskan pada menguraikan sejarah sekuen kejadian tektonik
pada zona sesar. Setiap kali pergeseran sesar akan memicu erosi dan pengendapan
lapisan. Dengan aplikasi metoda penanggalan (dating), sejarah pergeseran sesar
akan dapat ditentukan, hal ini juga berguna untuk mempredikasi kejadian
gempabumi pada masa yang akan datang.
III.2 Morfotektonik
25
bentukan topografi yang dapat dijadikan indikator sebagai telah terjadinya
pergerakan tektonik atau tektonik aktif.
Gambar III.1 Bentuk lahan berkaitan dengan sesar aktif strike slip (Borcherdt,
1975 dalam Keller dan Pinter, 1996).
26
III.3 Morfometri
27
aktif dapat mendeliniasi suatu daerah untuk studi detil identifikasi struktur aktif
dan menghitung kecepatan proses tektonik aktif.
Gambar III.2 Metode pembuatan kurva hypsometric (Strahler, 1952 dalam Keller
dan Pinter, 1996).
28
mencerminkan topografi relief halus dan proses erosi sangat dominan
dibandingkan tektonik.
29
peta topografi dan metoda perhitungannya tercantum pada gambar III.4 di bawah
ini.
Gambar III.4 Metoda perhitungan faktor asimetri (Keller dan Pinter, 1996).
Dari hasil perhitungan faktor asimetri, apabila harga yang diperoleh (AF = 50)
maka daerah tersebut relatif stabil, artinya proses tektonik yang bekerja sangat
kecil. Apabila nilai AF lebih besar atau kurang dari 50, maka terjadi kemiringan
akibat tektonik. Metode ini sangat bagus diterapkan pada drainage basin yang
mendasarinya pada batuan yang sama. Metode ini cukup baik untuk aplikasi
tektonik karena tidak terpengaruh oleh faktor litologi (seperti perlapisan batuan
sedimen) maupun iklim lokal (seperti perbedaan vegetasi karena beda slope).
Metode ini telah diterapkan untuk analisis tektonik aktif di pantai Pasifik Costa
Rica, daerah Nicoya Peninsula dan analisis arah kemiringan Holosen di Teluk
Mississippi.
30
Adapun metode perhitungannya tercantum pada gambar III.5 di bawah ini.
Gambar III.5 Metode perhitungan gradien indeks panjang sungai (Keller dan
Pinter, 1996).
Indek SL sangat sensitif untuk merubah channel slope. Tingkatan sensitivitas ini
dapat untuk mengevaluasi hubungan antara tektonik aktif, resistensi batuan dan
topografi. Metode ini telah diaplikasikan untuk analisis tektonik aktif di Sungai
Potomac negara bagian Washington D.C. Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa Indek SL relatif kecil di lembah dan punggungan, di lembah Appalachian
pada batuan shale, batulanau, batupasir dan batuan karbonat. Indek SL secara tiba-
tiba bertambah saat memotong batuan keras/ resisten di punggungan Biru,
kemudian menurun lagi pada batuan lunak di Basin Trias dan Piedmont. Indek
SL secara tiba-tiba bertambah lagi pada batuan resisten di Great Fall bagian
bawah. Studi ini membuktikan bahwa terdapat korelasi bagus antara batuan
resisten dan indek SL.
Indek SL dapat digunakan untuk identifikasi tektonik aktif saat sekarang, dengan
hasil indek SL tinggi. Suatu daerah yang memiliki nilai indek SL rendah bisa juga
merupakan tektonik aktif sekarang, contohnya sepanjang lembah linier akibat
pergerakan sesar mendatar dan nilai indek SL akan rendah karena sepanjang
31
lembah telah hancur akibat pergerakan sesar mendatar tersebut dan aliran sungai
akan melalui lembah dengan slope rendah. Indek SL telah diaplikasikan untuk
analisis tektonik aktif sekarang di Pegunungan San Gabriel bagian selatan
California dan daerah Mendocino bagian utara California. Indek SL dapat
digunakan untuk membedakan jenis pengangkatan/ uplift tektonik rendah,
menengah dan tinggi, khususnya pada sungai orde 1 yang sensitif terhadap
aktivitas tektonik kini.
Gambar III.6 Metode perhitungan mountain front sinuosity (Keller dan Pinter,
1996).
32
langsung pegunungan muka dan bertepatan dengan zona sesar aktif yang
mencerminkan tektonik aktif. S mf dengan nilai rendah berkaitan dengan tektonik
aktif dan pengangkatan secara langsung. Apabila kecepatan pengangkatan
berkurang, maka proses erosi akan memotong pegunungan muka secara tak
beraturan dan nilai S mf akan semakin bertambah. S mf sangat mudah untuk dihitung
dari peta topografi atau foto udara dengan skala besar dan resolusi tinggi. Apabila
menggunakan skala kecil, maka lekukan pegunungan muka yang berbentuk tidak
teratur tidak akan tercermin dengan baik.
33
Gambar III.7 Metode perhitungan rasio lebar dan tinggi lembah (Keller dan
Pinter, 1996).
Metode ini juga telah diterapkan untuk menganalisis tektonik aktif di zona Sesar
Garlock daerah California bersama dengan perhitungan mountain front sinuosity.
Nilai V f berkisar antara 0,05 – 47. Nilai V f rendah dijumpai pada lembah bagian
utara zona Sesar Garlock yang diasumsikan bahwa aktivitas tektoniknya lebih
aktif dibanding daerah lainnya.
Sesar adalah retakan atau sistem retakan sepanjang batuan yang telah mengalami
pergerakan (Keller dan Pinter, 1996). Suatu sesar dapat berupa bidang sesar (fault
plane) atau rekahan tunggal, tetapi lebih sering berupa jalur sesar (fault zone).
Sesar dihasilkan dari deformasi brittle. Berdasarkan percobaan Anderson, 1951
(dalam Scholz, 1990) berdasarkan arah orientasi dan posisi tegasan utama/
maksimum (σ 1 ), tegasan menengah (σ 2 ) dan tegasan minimum (σ 3 ), maka dapat
disimpulkan bahwa apabila tegasan maksimum (σ 1 ) vertikal maka akan terbentuk
sesar normal, apabila tegasan menengah (σ 2 ) vertikal maka akan terbentuk sesar
mendatar dan apabila tegasan minimum (σ 3 ) vertikal maka akan terbentuk sesar
naik. Gambar III.8 berikut ini menampilkan jenis sesar berdasarkan tegasan
maksimum, menengah dan terkecil.
34
σ1
σ2 σ3 σ3
σ3 σ2
σ1
σ1 σ2
σ2 σ3 σ2 σ1
σ1
σ3 σ2 σ3
σ1
σ2 σ3 σ2
σ3 σ3 σ1 σ1 σ1 σ1
σ1 σ2 σ3
σ2 σ3 σ2
A B C
Sekumpulan sesar yang saling berhubungan atau jejak-jejak sesar disebut zona
sesar. Sebagian besar zona sesar merupakan segmentasi. Segmentasi sesar dapat
dikenal dari perubahan morfologi zona sesar, geometri seismik/ kegempaan dan
aktivitas kegempaan masa lalu (Keller dan Pinter, 1996).
Secara definisi sesar berbeda dengan sesar aktif. Menurut Keller dan Pinter (1996)
sesar aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu 10.000 tahun
yang lalu. Sesar berpotensi aktif (potential active) adalah sesar yang pernah
bergerak pada kurun waktu 2 juta tahun yang lalu. Sedangkan sesar tidak aktif
(inactive fault) adalah sesar yang belum/ tidak pernah dalam kurun waktu 2 juta
tahun yang lalu. Tabel dibawah ini menampilkan batasan definisi sesar aktif, sesar
berpotensi aktif dan sesar tidak aktif.
35
Tabel III.1 Klasifikasi tingkatan aktifitas suatu sesar ( California State Mining
and Geology Board Classification, 1973, dalam Keller dan Pinter,
1996 ).
Menurut Huzita, dkk (1992) sesar aktif adalah sesar yang bergerak pada jaman
Kuarter dan berpotensi untuk bergerak kembali pada masa yang akan datang.
Sesar aktif dicirikan apabila : sesar tersebut memotong permukaan geomorfologi
berumur Kuarter, memotong perlapisan Kuarter, sesar pada daerah gunungapi
yang bergerak pada periode pendek (selama masa letusan gunungapi) dan sesar
36
normal yang diamati pada pegunungan tinggi seperti Pegunungan Alp di Jepang
akibat pengaruh gaya gravitasi.
Dari beberapa pendapat di atas, meskipun beberapa tentang batasan waktu sesar
aktif, namun terdapat persamaan waktu tentang sesar aktif yaitu yang pernah
bergerak pada Jaman Kuarter dan kemudian teraktifkan kembali pada saat ini.
III.5 Gempabumi
37
penampang melintang Pulau Sumatera berarah barat daya – timur laut dan
sumber gempabumi berasal dari sistem zona subduksi. Pada zona patahan, getaran
gempabumi dapat terjadi akibat gerak relatif sesar yang besifat sesar naik, sesar
turun dan sesar geser.
1. Gempabumi Vulkanik
Gempabumi vulkanik disebabkan oleh naiknya fluida gunungapi (gas, uap dan
magma) menuju ke permukaan (kawah) mengakibatkan retakan yang
menimbulkan getaran di sekitar rekahan dan merambat ke segala arah.
Gempabumi ini bersumber dalam tubuh gunungapi aktif dan pada umumnya
berkekuatan kecil (maksimum 2 Skala Richter), tidak terasa dan hanya dapat
dicatat oleh peralatan.
2. Gempabumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan aktifitas tektonik di zona batas antar lempeng dan
sesar aktif mengakibatkan getaran yang menyebar ke segala arah disebut
38
gempabumi tektonik. Kekuatan gempabumi tektonik dapat mencapai skala besar
9,0 Mw seperti yang pernah terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004.
39
Gambar III.10 Perambatan gelombang P dan gelombang S pada gambar sebelah
kiri dan perambatan gelombang Love dan gelombang Rayleigh
pada gambar sebelah kanan (Lay and Wallace, 1995).
40
Gambar III.11 Hubungan antara episenter, hiposenter dan pusat gempabumi.
41
Dengan a = amplitude getaran tanah (µm), ∆ = jarak Stasiun pencatat ke sumber
gempabumi (km) dengan ∆ ≤ 600 km.
42
dengan seismograf periode bebas (broadband seismograph). Momen seismik
dapat dihitung berdasarkan persamaan : Mo = µ D A
Dengan Mo = momen seismik, µ = rigiditas, D = pergeseran rata-rata bidang
sesar, A = luas zona sesar.
Secara empiris hubungan antara momen seismik (Mo) dan magnitudo permukaan
(Ms) dapat dirumuskan sebagai berikut : log Mo = 1.5 Ms + 16.1
Magnitudo momen atau moment magnitudo adalah suatu tipe magnitudo yang
berkaitan dengan momen seismik namun tidak bergantung dari besarnya
magnitudo permukaan (Lay dan Wallace, 1995). Moment magnitudo dirumuskan
dengan persamaan :
Mw = ( log Mo / 1.5 ) – 10.73
Dengan Mw = magnitudo momen, Mo = momen seismik.
Meskipun dapat menyatakan jumlah energi yang dilepaskan di sumber
gempabumi dengan lebih akurat, namun pengukuran magnitudo momen lebih
komplek dibandingkan pengukuran magnitudo ML, Ms dan mb. Karena itu
penggunaannya juga lebih sedikit dibandingkan penggunaan ketiga magnitudo
lainnya (Lay dan Wallace, 1995).
43
Tabel III.2 Skala MMI (Kertapati dkk, 2001 dalam Peta Wilayah Rawan
Bencana Gempabumi Indonesia oleh Puslitbang Geologi, 2001).
44
III.5.5 Mekanisme Fokal
Kejadian gempabumi bersumber dari bidang sesar (fault plane) yang terdapat di
bawah permukaan bumi dan sulit diamati oleh manusia. Kini terdapat beberapa
metoda yang dapat memberikan gambaran sumber gempabumi meskipun kita
tidak mampu melihatnya. Metoda tersebut mempelajari gelombang yang
dipancarkan oleh gempabumi yang disebut phase dan terdapat beberapa phase
gelombang gempabumi, seperti phase gelombang P, S, dan lain-lain. Diantara
phase gelombang tersebut, gelombang P merupakan gelombang yang mudah
untuk dianalisis, karena gelombang ini yang pertama kali datang dan terekam oleh
stasiun pencatat gempabumi. Analisis gelombang P untuk mengidentifikasi
bidang sesar dapat dilakukan dengan 2 cara (Shida, 1917 dalam Sudo, 1986),
yaitu :
1. Pergerakan partikel tanah yang diakibatkan oleh gelombang yang pertama kali
datang dan dipolarisasikan sebagai gerakan menekan ke atas menuju
hiposenter yang disebut kompresi, up atau push atau gerakan menarik ke
bawah yang disebut dilatasi, down atau pull.
2. Bentuk polarisasi secara sistematik di daerah sekeliling episenter (hiposenter)
yang dapat dipisahkan menjadi 4 kuadran oleh 2 bidang yang disebut bidang
nodal (nodal plane).
45
Diagram mekanisme fokal terbagi menjadi 4 daerah oleh 2 bidang nodal dan salah
satunya merupakan bidang sesar dan yang lain merupakan bidang bantu. Pada
umumnya terdapat 2 warna pada penggambaran diagram mekanisme fokal, yaitu
daerah yang berwarna gelap dan daerah yang tidak berwarna atau terang. Daerah
berwarna gelap merupakan daerah gerakan menekan atau kompressi, sedangkan
daerah berwarna terang merupakan daerah tarikan atau dilatasi.
Pada mekanisme sesar naik, pusat dari diagram fokal mekanisme adalah zona
berwarna gelap yang merupakan zona tekanan atau kompresi. Pada mekanisme
sesar normal, pusat dari diagram fokal mekanisme adalah zona berwarna terang
yang merupakan zona tarikan atau dilatasi. Pada mekanisme sesar mendatar
(strike slip fault), pusat dari diagram fokal mekanisme tidak sama seperti pada
sesar naik maupun sesar normal. Zona berwarna gelap merupakan zona tekanan
atau kompresi, sedangkan zona zona berwarna terang yang merupakan zona
tarikan atau dilatasi. Penggambaran diagram fokal mekanisme dari tipe sesar naik,
normal, mendatar terdapat pada gambar III.12 di bawah ini.
46
47
48