Yossy Anggraini
Abstrak
Pendahuluan:
Infark miokard adalah nekrosis ireversibel dari otot jantung sebagai akibat
dari iskemia yang lama.1 Infark miokard dengan ST elevasi (STEMI) ditegakkan jika
terdapat keluhan angina pektoris akut disertai gambaran EKG elevasi segmen ST
pada yang persisten di dua sadapan yang berdekatan.2 Terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya.3 Secara global penyakit kardiovaskular adalah penyebab
kematian nomor satu di dunia, terutama dikarenakan oleh STEMI.4
Laporan Kasus:
Pasien Tn. S masuk ke RSUD Teluk Kuantan dengan keluhan nyeri dada yang
semakin memberat sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri dirasakan
terus menerus, nyeri seperti ditindih benda berat, menjalar ke rahang kiri dan lengan
kiri. Nyeri juga dirasakan seperti terbakar di dada. Nyeri dada disertai sesak napas,
mual, dan keringat dingin. Pasien juga mengeluh sesak napas dan mual. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan batas jantung kanan linea parasternal dekstra dan batas
jantung kiri pada linea axillaris anterior sinistra, denyut jantung 98x/menit, bunyi
jantung S1 dan S2 regular, gallop (-), murmur (-). Pada pemeriksaan thorax paru,
vokal fremitus kanan dan kiri simetris, sonor di kedua lapangan paru, suara nafas
vesikuler pada seluruh lapangan paru. Pada pemeriksaan EKG, didapatkan gambaran
elevasi segmen ST pada lead I, aVL, V1-V6.
Kesimpulan: Pasien didiagnosis dengan Acute ST Elevation Myocard Infarction
Anterior Ekstensif telah sesuai dengan diagnosis berdasarkan panduan yang telah ada.
Key Words: Acute Coronary Syndrome, STEMI
PENDAHULUAN
Infark miokard akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokard yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner
dan kebutuhan oksigen, yang mana paling sering disebabkan oleh rupturnya plak dan
kematian nomor satu teurutama dikarenakan oleh STEMI. 4 Di Indonesia pada tahun
2002 penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama (14,1%).5
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Infark miokard adalah nekrosis ireversibel dari otot jantung sebagai akibat
dari iskemia yang lama.1 Infark miokard dengan ST elevasi adalah sindroma klinik
yang didefinisikan oleh gejala iskemia miokard dengan gambaran EKG ST elevasi
Etiologi dari sindrom koroner akut adalah 90% akibat adanya trombus yang
menyumbat pada arteri koroner yang aterosklerosis. Diyakini faktor utama pemicu
terjadinya trombosis koroner adalah plak yang ruptur dan erosi. Derajat sumbatan
arteri koroner akan mempengaruhi gejala klinis yang timbul. Infark miokard dengan
ST elevasi terjadi akibat penyumbatan total pembuluh darah koroner dalam jangka
Etiologi lain dari sindrom koroner akut adalah emboli arteri koronaria,
terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik, diseksi aorta, oklusi arteri koroner
Faktor risiko aterosklerosis, terbagi atas faktor risiko yang dapat diubah dan
1. Laki-laki
2. Usia
3. Ras
4. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner.
Pafisologi aterosklerosis
molekul adesi pada permukaannya dan produksi sitokin. Monosit dan Sel-T akan
monosit berdiferensiasi menjadi makrofag yang kemudian akan memakan oxLDL dan
Penumpukan foam cell, Sel-T dan beberapa sel otot polos ini membentuk fatty
streak. Proses pembentukan fatty streak ini telah terjadi sejak usia dini. Foam cell
berakibat pada perluasan volume lesi. Pada perkembangan selanjutnya, fatty streak
ini akan bertambah luas seiring dengan bertambah banyaknya migrasi sel
mononuklear dari aliran darah ke dalam sub endotel pembuluh darah yang diikuti
dengan migrasi sel otot polos dari tunika media ke tunika intima, proliferasi sel dan
Sumbat fibrous berfungsi menutupi inti nekrotik dari aterosklerotik. Inti yang
nekrotik berasal dari sisa-sisa foam cell yang telah mati akibat apoptosis ataupun
inflamasi yang telah terjadi. Bila makrofag terpapar oleh lipoprotein dalam jumlah
banyak, maka banyaknya kolesterol yang masuk ke dalam sel tidak bisa
kolesterol, sehingga kolesterol intrasel akan terus meningkat. Pada akhirnya foam cell
sehingga memicu terjadinya apoptosis dan nekrosis sel. Sel makrofag yang mati
nekrosis sel-sel di sekitarnya termasuk sel endotel yang menutupi plak serta
membiarkan kolesterol dalam jumlah besar yang nantinya akan ditangkap oleh
makrofag lainnya.7,8
proses tersebut dipengaruhi oleh faktor inflamasi. Stabilitas tersebut juga dipengaruhi
oleh kalsifikasi dan neovaskulerisasi yang terjadi. Plak yang intinya nekrotik serta
dipenuhi oleh sisa-sisa sel dan kolesterol sangatlah tidak stabil dan kemungkinan
besar akan menjadi ruptur. Plak yang mudah ruptur biasanya terdiri dari lapisan
fibrous yang tipis dan banyak sel-sel inflamasi. Mediator inflamasi dapat
dalam foam cell. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kolagen dalam sumbat fibrous
sehingga plak akan mudah ruptur. Lapisan fibrous yang tipis tersebut juga sebagai
akibat dari rekrutmen makrofag serta aktivasinya yang terus menerus, yang kemudian
menyebabkan degradasi matriks dan perdarahan dari pembuluh darah yang ada dalam
plak tersebut atau dari lumen arteri yang mengakibatkan terbentuknya trombus dan
oklusi arteri. Rupturnya sumbat fibrous menyebabkan faktor jaringan terpapar ke inti
Patogenesis
Tahap awal aterosklerosis diawali oleh akumulasi LDL yang berikatan dengan
protein dibawah endotel pembuluh darah. LDL yang terakumulasi ini kemudian akan
teroksidasi oleh zat sisa oksidatif yang dikenal sebagai radikal bebas. LDL yang
teroksidasi akan memicu respons dari sel endotel yang akan melepaskan senyawa
kemudian memfagosit LDL sehingga membentuk sel busa (foam cell). Foam cell ini
akan menumpuk dibawah dinding pembuluh darah dan membentuk fatty streak,
bentuk awal plak aterosklerotik. Sel-sel otot polos pembuluh darah akan tetap
LDL yang teroksidasi akan menghambat pelepasan nitrat oxide sehingga pembuluh
Plak aterosklerotik memiliki penutup fibrosa, bila penutup fibrosa tebal maka
plak stabil. Bila penutup fibrosa tipis, maka bisa terjadi plak yang pecah dan terpajan
darah. Hal ini memicu proses trombosis, yang menghasilkan trombus. Bila trombus
berukuran cukup besar, trombus dapat menutup total pembuluh darah di area tersebut
Diagnosis
pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan secara cepat, tepat dan terarah.
Anamnesis
Dari auto dan alloanamnesis dapat kita gali keluhan utama pasien. Keluhan
utama dapat berupa nyeri dada, perasaan dada dihimpit, perasaan seperti diremas.
Gejala klinis infark miokard dapat muncul beberapa hari sebelum, namun pada pasien
infark miokard dengan ST elevasi dapat muncul mendadak tanpa gejala pendahuluan.
1. Nyeri tipikal atau atipikal seperti terasa tertekan selama beberapa menit atau >20
menit
2. Retrosternal dan dapat menjalar ke leher, bahu, rahang dan sisi dalam lengan
kiri.
Keluhan lain yang dapat muncul berupa gejala sistemik seperti mual, muntah
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan fisik yang baik dan cepat untuk
komplikasi SKA. Pemeriksaan fisik pada pasien umumnya normal. Beberapa pasien
terlihat cemas dan gelisah dengan eksterimitas yang pucat dan keringat dingin.
halus atau bunyi mumur muncul bila ada komplikasi. Bila tidak ada komplikasi
Pemeriksaan Penunjang
dan pemeriksaan enzim jantung. Pada EKG bila terdapat elevasi ST ≥2mm minimal
ekstremitas.2
2. Elevasi segmen ST
jantung yang dipercaya cukup spesifik untuk cedera sel miokard adalah
troponin I.3
Penatalaksanaan
rumah sakit.
1. Tatalaksana umum
● Morfin
Morfin sangat efektif dalam mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada STEMI. Morfin diberikan
dengan dosis 2-4 mg IV dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit
sampai dosis total 20 mg. Morfin diberikan jika masih nyeri dada setelah
dosis nitrat 3 kali pemberian. Efek samping yang perlu diwaspadai pada
pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan
simpatis. Sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah
jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan
elvasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV
dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang
menyebabkan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi terutama pasien
dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian
atropin 0,5 mg IV. 2,3
● Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien dengan STEMI dan
efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenasi
trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dengan absorpsi
aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya
aspirin diberikan oral dengan dosis 75-160 mg. 2,3
● Beta Blocker
Esmolol 50-
300mg/kg/menit(iv)
● Antikoagulan
Pada infark miokard akut yang ST elevasi > 12 jam diberikan heparin
bolus iv 5000 unit dilanjutkan drip 10000 IU /12 jam dengan infus selama
rata-rata 5 hari dengan menyesuaikan aPTT 1,5-2× nilai kontrol.
Antikoagulan oral diberikan 3 bulan.
● Terapi reperfusi
Reperfusi akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan
derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan
pasien STEMI berkembang menjadi gagal pompa atau takiaritmia
ventrikular yang maligna. 2,3
Terapi Farmakologis
1. Antitrombotik
Penggunaan antiplatelet dan antitrombin selama fase awal STEMI
berdasarkan bukti klinis dan laboratoris bahwa trombosis mempunyai peran
penting dalam patogenesis. Tujuan primer pengobatan adalah untuk memantapkan
dan mempertahankan patensi arteri koroner yang terkait infark. Tujuan sekunder
adalah menurunkan tendensi pasien menjadi trombosis. Aspirin merupakan
antiplatelet standar STEMI.4,7
3. Inhibitor ACE
Inhibitor ACE menurunkan mortalitas pasca STEMI dan manfaat terhadap
mortalitas bertambah dengan penambahan aspirin dan penyekat beta. Manfaat
maksimal tampak pada pasien dengan risiko tinggi (pasien usia lanjut atau infark
anterior, riwayat infark sebelumnya, dan/atau fungsi ventrikel kiri menurun
global), namun bukti menunjukkan manfaat jangka pendek terjadi jika inhibitor
ACE diberikan pada semua pasien dengan hemodinamik stabil pada STEMI
pasien dengan tekanan darah sistolik >100 mmHg. Mekanisme yang melibatkan
penurunan remodeling ventrikel pasca infark dengan menurunkan risiko gagal
jantung. Kejadian infark berulang juga lebih rendah pada psien yang mendapat
inhibitor ACE menahun pasca infark. 4,10,11
LAPORAN KASUS
Pasien Tn. S, usia 62 tahun datang ke RSUD Teluk Kuantan pada tanggal 21
Februari 2019.
Alamat: Cerenti
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri dada kiri memberat
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 5 jam SMRS pasien mnngeluhkan nyeri dada kiri mmberat, nyeri
dirasakan terus menerus, nyeri seperti ditindih benda berat, menjalar ke rahang
kiri dan lengan kiri. Nyeri juga dirasakan seperti terbakar di dada. Nyeri dada
disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. VAS 10.
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan nyeri dada kiri yang hilang
timbul, Nyeri bertambah berat saat pasien beraktivitas, dan berkurang dengan
istrirahat, saat nyeri timbul pasien sulit berbicara dan berkomunikasi. Pasien juga
mengeluh sesak napas yang dipengaruhi aktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat.
Sejak 3 minggu sebelum rumah sakit pasien juga mengeluhkan batuk,
batuk berdahak, dahak berwarna hijau kental, tidak disertai darah. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan menurun. Demam (-). Keringat malam (-), bengkak
pada tungkai (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
IGD (21/02/2019)
Kesadaran : Composmentis
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 103 x/menit
Suhu : 36,60C
RR : 26 x/menit
TB : 165cm
BB : 70 kg
BMI : 25,7 (overweight)
RUANGAN (21/02/2019)
Kesadaran : Composmentis
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit,reguler
Suhu : 36,60C
RR : 24 x/menit
TB : 165 cm
BB : 70 kg
BMI : 25,7 (overweight)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : perut membuncit, distensi (+), venektasi (-), striae (-)
Auskultasi : Bising usus (+), 5x/menit.
Palpasi :Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegaly (-).
Spleenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen, shifting dullness (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas : sianosis (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2 detik,
edema (-/-)
Ekstremitas bawah : sianosis (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2 detik,
edema (-/-).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Tanggal: 21/02/2019
Darah rutin
Hb : 13,8 g/dL
Ht : 41,0 %
WBC : 19.580/uL
PLT : 323.000/uL
Kimia Darah
Glukosa : 98 mg/dL
Ureum : 27,3 mg/dL
Kreatinin : 1,0 mg/dL
Troponin I : Positif
EKG: (21/10/2017)
Irama : Sinus
Frekuensi : 100x/menit, reguler
Aksis: Normal aksis
Gelombang P : 0,08 s
PR interval : 0,12 s
Kompleks QRS: QRS 0,08 s.
Elevasi segmen ST pada Lead I, AVL, V1-V6
Gelombang T normal
Kesan : STEMI Anterior ekstsensif
Daftar masalah
- STEMI Anterior ekstensif
- CHF Fc. II-III
Tatalaksana
Non Farmakologi
Bed Rest
Posisi semi fowler
O2 3-4 L/menit
IV plug
Kesimpulan
Pasien merasakan nyeri dada yang dirasakan terus menerus, dipengaruhi
aktivitas dan tidak menghilang saat istirahat. Pasien juga mengeluh sesak
napas Pada pemeriksaan fisik didapatkan batas jantung kiri yang bergeser.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan elevasi segmen ST pada lead I,avL, v1,
v2. V3, v4, v5, v6. Pada pemeriksaan rontgen thorax didapatkan kardiomegali
dengan CTR >50 %.
FOLLOW UP
ICUNyeri
(22/02/2019)
dada berkurang. Mual (+)
S: Sesak napas (-). Batuk (+)
ICU (23/02/2019)
S:
Nyeri dada berkurang. Sesak
napas (-). Mual (+). Batuk (+)
O: Gatal-gatal seluruh badan
Kes: CM, KU: Sedang
HR: 92 x/menit
RR: 18x/menit
TD: 120/70 mmHg
T: : 36,8 C
A:
Plak makulopapular pd badan
IVFD RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV
Internship RSUD
Inj Arixtra Telukmg
1x2,5 Kuantan
SK 2019-2020 24
Candesartan 1x16 mg
CPG 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
Case Report
O:\
A:
P: - ISDN 3x5 mg
- PCT infus kp (jika demam)
- Cetirizine tab 2x10 mg
- Ambroxol syr 3x2 C
INTERNA (26/02/2019)
S:
Nyeri dada berkurang. Sesak
napas berkurang. Batuk (+).
O: Demam (-).
Gatal-gatal seluruh badan
Kes: CM
HR: 84 x/menit
RR: 24x/menit
A:
TD: 120/70 mmHg
T: 36,5 C
Plak makulopapular pd badan - ISDN 3x5 mg
P:
- PCT infus kp (jika demam)
STEMI Anterior Ekstensif - Cetirizine tab 2x10 mg
CHF Fc II-III - Ambroxol syr 3x2 C
Dermatitis seboroik - Ro thorak PA
- Cek BTA Sputum
IVFD RL 20 tpm - Nebu Nacl 0,9% + ventolin/8
Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV jam
Candesartan 1x16 mg
CPG 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
Simvastatin 1x20 mg
Azitromisin 1x500 mg
Rontgen Thorax
Hasil Foto Toraks:
(26/02/2019)
Identitas sesuai
Foto AP
Marker R
Kekerasan cukup
Foto simetris
Trakea tidak bergeser
Diafragma kanan dan kiri berbentuk kubah
Sudut costofrenikus kanan dan kiri lancip
CTR >50%, jantung tampak membesar ke arah kiri
Corakan bronkhovaskuler meningkat
Kesan : Kardiomegali
Bronkhitis
VIP (27/02/2019)
S: Laboratorium (27/02/2019)
Nyeri dada (-). Sesak napas (-).
Mual (-). Batuk (+). Demam (+). BTA Sputum: Negatif
Gatal-gatal seluruh badan
O: Kes: CM
HR: 84 x/menit
RR: 28x/menit
TD: 120/70 mmHg
A: T: : 38,1 C
Boleh pulang
P: Terapi pulang:
CPG 1x75 mg - Bisoprolol 1x5 mg
Aspilet 1x80 mg - PCT 3x500 mg
Candesartan 1x16 mg - Ambroxol syr 3x2 C
Internship RSUD Teluk Kuantan 2019-2020 27
ISDN 1x5 mg
Simvastatin 1x20 mg
Case Report
PEMBAHASAN
didapatkan bahwa pasien mengalami infark miokard akut dengan ST elevasi. Dari
anamnesis didapatkan keluhan yang dialami pasien yaitu nyeri dada yang muncul
terus menerus dan tidak hilang dengan beristirahat. Pasien juga Mengeluhkan
gejala sistemik seperti mual dan keringat dingin. Hal ini sesuai dengan salah satu
kriteria infark miokard akut yaitu nyeri dada yang khas dengan durasi nyeri lebih
dari 20 menit, tidak hilang dengan istirahat, disertai penjalaran, keringat dingin
Hasil pemeriksaan fisik dari pasien ditemukan nyeri tekan epigastrium. Dari hasil
peningkatan leukosit. Dari gambaran EKG ditemukan adanya ST elevasi (I, aVL,
semi fowler dan diberikan Oksigen 3-4 liter permenit. Pasang IVFD RL 20 tpm,
pada pasien ini berupa pemberian ISDN yaitu untuk mengurangi preload jantung
oksigen miokard dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi
pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Pemberian aspilet
metabolisme lipid dalam darah merupakan faktor tersering yang berperan dalam
kaltrofen suppous, namun nyeri belum berkurang, lalu pasien diberikan drip
DAFTAR PUSTAKA