Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat adalah salah satu masalah pada saat

ini. Mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan

program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan

penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan perkawinan, serta untuk

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.


Keluarga Berencana ( KB ) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

Preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu di akui

demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana merupakan

salah satu usaha utuk menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu yang

sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita

harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya

jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode – metode tertentu

mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan Nasional KB,

Kesehatan Individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh

Kontrasepsi. Salah satu metode pilihan alat kontrasepsi yaitu metode suntik

bulanan.
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang pemberiannya

tiapbulan dengan jalan penyuntikan secara Intramuscular sebagai usaha

pencegahan kehamilan berupa hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia

subur (PUS). Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi Hipotalamus dan


2

Hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan

kematangan foliker de Graaf tidak terjadi. (1)


Pengambilan keputusan dalam penentuan Kontrasepsi biasanya dilakukan

dalam Musyawarah keluarga. Dalam pengambilan keutusan dibagi menjadi 5

type, yaitu pengambilan keputusan oleh istri saja, pengambilan keputusan oleh

istri bersama dengan suami dimana istri lebih dominan, pengambilan keputusan

oleh istri bersama dengan suami yang bersifat setara, pengambilan keputusan oleh

istri bersama dengan suami dimana suami lebih dominan dan pengambilan

keputusan oleh suami saja. Hampir semua pengambilan keputusan dilakukan oleh

pihak suami, tetapi istri juga punya Hak untuk mengambil keputusan. (2)
Suami adalah pasangan hidup istri ( ayah dari anak – anak ), suami

mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan

suami mempunyai peranan yang penting, dmana suami sangat dituntut bukan

hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai Motivator dalam berbaga

kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga. Peran dan

tanggung jawab suami dalam Kesehatan Reproduksi khususnya pada Keluarga

Berencana sangat berpengaruh terhadap Kesehatan. (3)


Menurt World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 jumlah pengguna

Kontrasepsi suntik sebanyak 4.000.000 akseptor. Di Amerika Serikat jumlah

pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 30% dari seluruh pengguna alat

kontrasepsi. (4)
Menurut data profil kesehatan Indonesia 2016 menunjukkan bahwa sebagian

besar peserta KB aktif memilih suntikan yaitu 47,96%, Pil 22,81%, Implant

10,61%, IUD 11,20%, Kondom 3,23%, MOW ( Metode Operatif Wanita ) 3,54%,

MOP ( Metode Operatif Pria ) 0,64%. Menurut data profil Kesehatan Indonesia
3

tahun 2016 menunjukkan di Provinsi Sumtera Utara dari persentase peserta KB

aktif bahwa Kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu suntik. Suntikkan

30,71%, Pil 29,9%, Implant 14,15%, IUD 10,11%, Kondom 8,04%, MOW 6,95%,

MOP 0,95%. (5)


Menurut data PUSKESMAS Lhoksukon kab Aceh utara 2017 menunjukkan

bahwa sebagian besar peserta KB aktif memilih suntikan yaitu sebanyak 697

peserta, yang memilih kontrasepsi Pil yaitu sebanyak 601 peserta, yang memilih

kontrasepsi Implant sebanyak 2 peserta, dan yang memilih kontrasepsi kondom

sebanyak 54 peserta. Sedangkan pada tahun 2018 data peserta KB aktif dimulai

dari bulan januari sampai dengan Juni, peserta KB suntik yitu sebanyak 328

peserta, yang memilih kontrasepsi Pil yaitu sebanyak 254 peserta, yang memilih

kontrasepsi implant sebanyak 5 peserta dan yang memilih kontrasepsi kondom

sebanyak 43 peserta.
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti di Klinik Bidan

Martini, Am. Keb Lhoksukon, Aceh Utara jumlah Akseptor KB Suntik berjumlah

38 orang, 19 diantaranya adalah penggunaan aktif akseptor KB suntik 1 bulan dan

19 diantaranya pengguna aktif akseptor KB suntik 3 bulan. Peneliti melakukan

wawancara langsung kepada 8 Responden yang mengatakan mereka tidak ikut

serta dalam ber KB karena tidak adanya dukungan dari suami dengan alasan

anggapan bahwa ber KB itu sama hal nya seperti melakukan pembunuhan,

kepercayaan bahwa semakin banyak anak maka semakin banyak rezeki yang di

dapatkan dan adanya rasa takut terhadap timbulnya efek samping dari KB suntik

tersebut.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan peran suami dengan pemilihan

alat kontrasepsi suntik di klinik Bidan Martini, Am. Keb.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi peran suami dalam pemilihan alat

kontrasepsi suntik di klinik Bidan Martini, Am. Keb.


2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemilihan alat kontrasepsi suntik di

klinik Bidan Martini, Am. Keb.


3. Untuk mengetahui hubungan peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi

suntik di klinik Bidan Martini, Am. Keb.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara Teorotis hasil dari penelitian ini diharapkan apat menjadi referensi

atau masukan bagi Mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia dan menambah kajian

ilmu.

1.4.2. Manfaat Praktis


1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan, informasi dan evaluasi bagi bidan di klinik Bidan

Martini, Am. Keb dalam meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya

dalam program Keluarga Berencana dan juga sebagai bahan informasi dan

masukan kepada ibu tentang pentingnya mengikuti KB, sehingga ibu memiliki

inisiatif untuk ikut serta dalam program KB di pelayanan kesehatan terdekat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan sekaligus sebagai bahan ajar di bidang mata

kuliah asuhan kebidanan Keluarga Berencana di institusi pendidikan.


5

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengalaman dan meningkatkan pengetahuan

serta keterampilan peneliti dalam bidang kesehatan masyarakat terutama dalam

masalah program Keluarga Berencana.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan tentang program Keluarga Berencana.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Bela Novita Amaris Susanto,

Winarsih Nur A, Abi Muhlisin tentang Hubungan antara dukungan suami terhadap

istri dengan keputusan penggunaan alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas

Ngemplak Kabupaten Bojolali menunjukkan bahwa dukungan suami yang baik

sebesar 33,3%, dukungan suami yang cukup 66,7%. Dan dukungan suami yang

kurang yaitu 18,8%. Dengan hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,020 maka

terdapat hubungan antara dukungan suami terhadap istri terhadap keputusan

penggunaan alat kontrasepsi. (6)


Berdasarkan penelitian Wa Ode Dita Arliana, Mukhsen Sarake, Arifin

Seweng tentang faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi

hormonal pada akseptor KB di kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo

Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara menunjukkan dukungan suami 97,2%


6

dengan hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,034 maka terdapat faktor yang

berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi hormonal pada akseptor

KB di kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi

Tenggara. (7)
Berdasarkan penelitian Ashad Rizki Akbar, Awatiful Azza, Zuhrotul Eka Yulis

tentang hubungan peran suami dengan pengambilan keputusan kontrasepsi

hormonal (suntik) pada pasangan usia subur d desa Tegalsari Kecamatan Ambulu

Kabupaten Jember menunjukkan 57 (54,8%) responden memiliki suami yang

berperan. Berdasar hasil uji statistik Spearman didapat hasil p = 0,018 yang

dimana Pvalue < 0,05 dimana Ha diterima berarti ada hubungan peran suami

dengan pengambilan keputusan kontrasepsi hormonal (suntik) pada pasangan usia

subur d desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. (8)


Berdasarkan penelitian Suyati tentang pengaruh dukungan suami terhadap

ketepatan kunjungan ulang akseptor KB suntik menunjukkan dukungan suami

dengan kategori cukup sebanyak 4 orang ( 11,43%) dan dukungan suami dengan

kategori kurang sebanyak 22 orang (62,86%) dengan hasil uji chi-square terdapat

nilai p = 0,001. (9)


Berdasarkan penelitian Ika Rahayu tentang hubungan beberapa karakteristik

wanita Pasangan Usia Subur (PUS) peserta KB aktif dengan pemilihan metode

kontrasepsi suntik dikelurahan Kramas Kecamatan Tembalang Triwulan I tahun

2013 menunjukkan dukungan suami ada 25,9% dengan hasil uji chi-square

diperoleh nilai p = 0,028. (10)

2.2. Keluarga Berencana (KB)


2.2.1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu/pasutri untuk

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak


7

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (11)


Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak

yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah cara atau

alternatif untuk mencegh ataupun menunda kehamilan. (12)


Kontrasepsi yaitu pencagahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)

atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya Kehamilan. (13)

2.2.2. Tujuan Program KB

Tujuan progran KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar

diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. (11)

2.2.3. Ruang Lingkup Program KB

Ruang Lingkup program KB mencakup sebaga berikut:

1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang

diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut:


a. Tercegahnya Kehamilanyang berulang kali dalam jangka waktu yang

terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama

kesehatan orgn reproduksi.


b. Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh

adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat

yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.

2. Suami
8

Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal

berikut:
a. Memperbaiki kesehatan fisik
b. Mengurangi beban ekonomi keluarga yang di tanggungnya.
3. Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,

mental, dan lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang

tuanya.
Ruang Lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut:
1. Keluarga Berencana
2. Kesehatan Reproduksi Remaja
3. Ketahanan dan Pemberdayaan keluarga
4. Penguatan Pelembagaan keluarga kecil berkualitas.
5. Keserasian kebijakan kependudukan.
6. Pengelolaan SDM aparatur.
7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara. (11)

2.2.4. Dampak Program KB

Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan

menyelenggarakan pelayanan Kesehatan Reproduksi yang berkualitas, serta

mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil berkualitas. Sasaran utama

kinerja program KB adalah sebagai berikut:

1. Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin melaksanakan KB

namun pelayanan KB tidak terlayani (unmet need) menjadi sekitar 6,5%.


2. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam melaksanakan KB menjadi

sekitar 8%.
3. Menurnnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan ketika

mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika mereka

melakukan dan mendorong kesehatan mereka sendiri, sehingga dalam


9

prosesnya akan menghasilkan kesehatan yang signifikan, serta manfaat

ekonomi dan sosial bagi individu perempuan itu sendiri, keluarga,

komunitas, dan keseluruhan masyarakat. (11)

2.3. KB Suntik
2.3.1. KB Suntik 1 Bulan
1. Pengertian KB Suntik 1 bulan
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang

pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara Intramuscular sebagai

usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesterone dan estrogen pada

wanita usia subur. (1)


5. Jenis KB suntik 1 bulan
- Suntikan kombinasi 25 mg Depo Medroksiprogesterone Asetat dan 5 mg

Estradiol Spionat yang diberikan injeksi IM (Intra Muscular) sebulan sekali

(Cyclofem).
- 50 mg Noretindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang di berikan

injeksi IM seulan sekali. (1)


6. Cara Kerja KB suntik 1 bulan
1. Menekan ovulasi
2. Lendir servik menjadi kental dan sedikit, seingga sulit ditembus

spermatozoa
3. Membuat Endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi.
4. Menghambat transport Ovum dlam Tuba fallopii. (1)
7. Efektifitas KB Suntik 1 bulan
KB suntuk 1 bulan sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan)

selama tahun pertama penggunaan. (1)


8. Keuntungan KB suntik 1 bulan
1. Resiko terhadap kesehatan kecil.
2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.
3. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4. Jangka panjang.
5. Efek samping sangat kecil.
6. Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik
7. Pemberian aman, efektif dan relatif mudah. (1)
9. Keuntungan Non KB Suntik 1 bulan
1. Mengurangi jumlah perdarahan
10

2. Mengurangi nyeri saat haid.


3. Mencegah anemia.
4. Mencegah kanker ovarium dan kanker meometrium.
5. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
6. Mencegah kehamilan ektopik.
7. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopouse. (1)
10. Kerugian KB suntik 1 bulan
1. Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak atau

sputing, perdarahan selama sampai 10 hari.


2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan

hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.


3. Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan, karena pasien

harus kembali setiap 30 hari untuk kunjungan ulang.


4. Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila digunakan bersamaan dengan

obat-obatan epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosisi

( rifampisin).
5. Dapat terjadi perubahan berat badan.
6. Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,

bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor

hati.
7. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual (IMS), Hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.


8. Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah penghentian

pemakaian KB suntik 1 bulan. (1)

11. Ibu yang boleh memakai KB suntik 1 bulan


1. Usia Reproduksi
2. Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
4. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
5. Pasca persalinan dan tidak menyusui
6. Anemia
7. nyeri haid hebat
8. Haid teratur
9. Riwayat Kehamilan Ektopik
11

10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. (1)


12. Ibu yang tidak boleh memakai KB suntik 1 bulan
1. Hamil atau diduga hamil.
2. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4. Penyakit hati akut (virus Hepatitis).
5. Umur > 35 tahun yang merokok.
6. Ibu mempunyai riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan

darah tinggi (>180/110mmHg).


7. Ibu mempunyai riwayat kelainan Tromboemboli atau dengan kecing

manis >20 tahun.


8. Kelanan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala ringan atau

migrain.
9. Keganasan pada payudara. (1)
13. Waktu mulai menggunakan KB suntik 1 bulan
1. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak

diperlukan kontrasepsi tambahan.


2. Bila suntikan pertama setelah hari ke 7 siklus haid, ibu tidak boleh

melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan

kontrasepsi lain untuk 7 hari.


3. Bila ibu tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal

saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Ibu tidak boleh melakukan

hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan kondom selama 7

hari dari suntikan pertama.


4. Bila ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan

pertama dapat diberikan, asal dipastikan tidak hamil.


5. Bila pasca persalinan > 6 bula, menyusui, kemudian telah mendapatkan

haid maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
6. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui ibu tidak boleh diberikan

suntik kombinasi.
7. Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi

dapat diberi.
12

8. Ibu pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan dalam waktu 7

hari.
9. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain

dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi boleh

diberikan tanpa menunggu haid, asalkan kontrasepsi yang sebelumnya

digunakan secara benar dan tepat. Suntikan kombinasi tersebut dapat

diberikan sesua jadwal kontrasepsi sebelumnya. Bila ragu ibu harus diuji

kehamilannya terlebih dahulu.


10. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat

segera diberikan asal diyakini ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya

tanpa perlu menunggu datang nya haid. Bila diberikan pada hari 1

sampai 7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak perlu digunakan. (1)
14. Cara penggunaan KB suntik 1 bulan
Suntikan kombinasi dapat diberikan setiap bulan, disuntik secara

Intramusculler. Suntikan ulang dapat diberikan 2 hari lebih awal, dengan

kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari

dari jadwal yang telah ditentukan, asalkan ibu diyakini tidak hamil. Tidak

dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja. (1)


15. Tanda – tanda yang harus diwaspadai pada KB suntik 1 bulan
1. Nyeri dada yang hebat atau nafas pendek. Kemungkinan adanya bekuan

darah di paru atau serangan jantung.


2. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi

stroke, hypertensi atau migrain.


3. Nyeri tungka hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh

darah pada tungkai.


13

4. Jika tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum

suntikan berikutnya kemungkinan terjadi kehamilan. (1)


16. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus
1. Hypertensi
2. Kencing manis
3. Migrain
4. Menggunakan pbat tuberkulosisi atau epilepsi
5. Mempunyai penyakit anemia bulan sabit (sickle cell). (1)

2.3.2. KB Suntik 3 Bulan


1. Pengertian KB suntik 3 bulan
Suntik 3 bulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara

intramuscular setiap 3 bulan. Keluarga Berencana suntik merupakan metode

kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai

efektifitas atau tingkat kelangusngan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka

kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi

sederhana. (1)

2. Jenis KB suntik 3 bulan

- DMPA ( Depot Medroxy Progesterone Acetat) atau Depo Provera yang

diberikan tiap 3 bulan dengan dosis 150 mg yang di suntik secara IM.

- Deponoristerat diberikan setiap 2 bulan dengan dosis 200 mg Nore-tindron

Enantat. (1)

3. Cara kerja KB suntik 3 bulan

Mekanisme metode suntik Keluarga Berencana (KB) 3 bulan yaitu :

- Menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan

releasing factor dan Hypotalamus.


- Leher servik bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma

melalui servik uteri.


- Menghambat implantasi ovum dalam Endometrium. (1)
4. Efektifitas KB suntik 3 bulan
14

Efektifitas Keluarga Berencana suntik 3 bulan sangat tinggi, angka kegagalan

<1%. World Health Organization (WHO) melakukan penelitian terhadap DMPA

(Depot Medroxin Progesterone Acetat) dengan dosis standar dengan angka

kegagalan 0,7%, asal penyuntikannya di lakukan secara teratur sesua jadwal yang

ditentukan. (1)
5. Kentungan KB suntik 3 bulan
1. Efektifitas tinggi
2. Sederhana pemakaiannya
3. Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam setahun)
4. Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak
5. Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan pembekuan darah

dan jantung karena tidak mengandung hormon estrogen


6. Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, serta

beberapapenyebab penyakit akibat radang panggul.


7. Menurnkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). (1)

6. Kekurangan KB suntik 3 bulan


Kekurangan metode depot medroxy progesterone acetate yaitu:
1. Terdapat gangguan haid seperti Amenorea yaitu tidak datang haid pada

setiap bulan selama menjadi akseptor keluarga Berencana suntik 3 bulan

berturut-turut, Sputting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang

terjadi selama akseptor mengikuti keluarga berencana suntik, Metroragia

yaitu perdarahan yang belebihan diluar masa haid, Menoragia yaitu

datang nya darah haid yang berlebihan jumlahnya.


2. Timbulnya jerawat di badan atau wajah dapat disertai infeksi atau tidak

bila digunakan dalam jangka panjang.


3. Berat badan yang bertambah 2,3 kg pada tahun pertama dan meningkat

7,5 kg selama 6 tahun.


4. Pusing dan sakit kepala
5. Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat

perdarahan bawah kulit. (1)


15

7. Yang dapat menggunakan suntik KB 3 bulan


1. Ibu usia eproduksi (20-35 tahun)
2. Ibu pasca persalinan
3. Ibu pasca keguguran
4. Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung

estrogen
5. Nulipara dan yang telah mempunyai anak banyak serta belum bersedia

untuk KB tubektomi
6. Ibu yang sering lupa menggunakan KB pil.
7. Anemia difisiensi besi
8. Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi
9. Ibu yang menyusui. (1)
8. Yang tidak boleh menggunakan KB suntik 3 bulan
1. Ibu hamil atau yang dicurigai hamil
2. Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
3. Diabetes melitus yang disertai komplikasi
4. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. (1)
9. Waktu yang dibolehkan untuk penggunaan KB suntik 3 bulan
1. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
2. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid dan pasien

tidak hamil. Pasien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari

lamanya atau penggunaan metode kontrasepsi yang lain selama masa

waktu 7 hari.
3. Jika pasien pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum haid,

suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan ibu tidak

hamil.
4. Bila pascapersalinan 3 minggu dan tidak menyusui , suntikan kombinasi

dapat diberikan.
5. Ibu pascakeguguran, suntikan progestin dapat diberikan.
6. Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan

ingin mengganti dengan metode kontrasepsi progestin, selama ibu

tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan

progestin dapat segera diberikan tanpa menunggu haid. Bila ragu-ragu

perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.


16

7. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut

ingin mengganti dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi

tersebut dapat diberikan sesuai dengan jadwal kontrasepsi sebelumnya.

Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.


8. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat

diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya

tanpa menunggu datangnya had. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid

metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya IUD dan ingin

menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama

diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera IUD. (1)

2.3. Peran Suami


2.3.1. Pengertian Suami
Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai

suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami

mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya

sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai

kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga. (3)

2.3.2. Pengertian peran suami

Peran suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang

telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat. (3)

Peran dan tanggung jawab suami dalam kesehatan reproduksi khususnya

Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Peran suami


17

dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain sebagai peserta Keluarga Berencana

(KB) dan mendukung pasangan menggunakan alat kontrasepsi. (14)

Dukungan suami merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing factor)

yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Sedangkan dukungan

suami dalam KB merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab

para pria. Aspek – aspek dukungan dari suami yaitu berupa dukungan emosional,

informasi, instrumental dan penghargaan. (14)

Dukungan sosial dapat berupa informasi atau nasihat verbal atau non verbal,

bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat

karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku

bagi pihak penerima. (14)

Sebagian besar suami menyarankan ibu untuk aktif dalam program KB,

namun pada dukungan penghargaan sebagian besar suami tidak memberikan

semangat untuk ibu melakukan program KB. Pada dukungan instrumental lebih

banyak suami mengantarkan ibu untuk melakukan KB namun hanya menunggu

diluar klinik dan hanya sebagian kecil suami yang mendampingi ibu sampai

kedalam ruang praktek bidan. Pada dukungan emosional sebagian besar suami

menyakan bagaimana kondisi kesehatan ibu setelah mengikuti program KB,

namun sebagian besar suami dalam dukungan emosional tidak mendukung seperti

suami tidak pernah mendengarkan keluhan-keluhan yang ibu sampaikan selama

ibu aktif di program Keluarga Berencana (KB). Hal tersebut dapat membuat ibu

merasa kurang diperhatikan secara emosional oleh suami sehingga dapat

mengurangi semangat ibu untuk aktif di program Keluarga Berencana (KB). (14)
18

Partisipasi suami dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab suami

terhadap kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan

kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman

bagi dirinya, istri, dan keluarganya. (14)

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita

sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan

kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Dalam penggunaan kontrasepsi pria,

seperti kondom dan fasektomi, suami mempunyai tanggung jawab utama

sementara, bila istri sebagai pengguna kontrasepsi, suami dapat memainkan

peranan penting dalam mendukung istri dan menjamin efektifitas pemakaian

kontrasepsi. Suami dan istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode

kontrasepsi karena Keuarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi bukan hanya

urusan pria atau wanita saja melankan urusan bersama-sama. (14)

2.3.3. Jenis peran suami dalam Keluarga Berencana (KB)

1. Peran suami sebagai Motivator

Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat

diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam

mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi istri untuk menggunakan alat

kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri

yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami

sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak

dan metode apa yang akan dipakai. (14)


19

Peran suami sebagai Motivator merupakan bentuk dorongan atau dukungan

yang diberikan suami kepada istri untuk menggunakan alat kontrasepsi, dukungan

tersebut dapat diberikan dengan mengizinkan atau memberi persetujuan dalam

menggunakan alat kontrasepsi, suami yang memberi keputusan kepada istri untuk

ikut dalam keluarga berencana, memberikan kebutuhan istri saat akan

memeriksakan masalah yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi dan

kesediaan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi bila istri tidak

memungkinkan menggunakan alat kontrasepsi. (14)

2. Peran suami sebagai Edukator

Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami

dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran edukator

yang dapat diberikan oleh suami kepada istri antara lain suami ikut pada saat

konsultasi pada tenaga kesehatan dalam pemilihan alat kontrasepsi, mengingatkan

istri jadwal kunjungan ulang atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal

yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagaikanya akan

sangat berperan bagi istri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi. Oleh

karena itu sebagai edukator suami sangat perlu meningkatkan pengetahuannya

tentang alat kontrasepsi terkhusus atau alat kontrasepsi yang sedang digunakan

oleh istrinya. Sehingga dalam menjalankan perannya sebagai edukator informasi

yang diberikan kepada istrinya tidak salah. Pengetahuan dapat diperoleh suami

dengan cara berkonsultasi dengan petugas kesehatan, mencari informasi baik

melalui media cetak maupun media elektronik. (14)

3. Peran suami sebagai Fasilitator


20

Peran suami lain adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan

fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah

kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu

untuk mendampingi istri memasang alat kontrasepsi atau kontrol, suami bersedia

memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri

menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai. (14)

2.3.4. Partisipasi dan peran suami dalam Keluarga Berencana (KB)

1. Sebagai peserta KB

Partisipasi pria dalam program KB dapat bersifat langsung maupun tidak

langsung. Partisipasi pria secara langsung dalam program KB adalah

menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan seperti :

- Vasektomi (MOP/Kontap pria)


- Kondom
- Senggama terputus
- Pantang berkala
- Kontrasepsi lainnya yang sedang dikembangkan
Sedangkan pastisipasi pria secara tidak langsung dalam program Kb yaitu

menganjurkan, mendukung atau memberikan kebebasannya kepada pasangannya

(istri) untuk menggunakan kontrasepsi. (14)


2. Mendukung istri dalam menggunakan kontrasepsi
Pria dalam menganjurkan, mendukung dan memberikan kebebsan wanita

pasangannya (istri) untuk menggunakan kontrasepsi atau cara/Metode KB diawali

sejak pria tersebut melakuka akad nikah denga wanita pasangannya, dalam

merencanakan jumlah anak yang akan dimiliki. Sampai dengan akhir masa

reproduksi (menopouse) istrinya. (14)


Dukungan ini antara lain memiliki :
a. Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan

keinginan dan kondisi istrinya.


21

b. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti

mengingatkan saat kunjungan ulang, mengigatkan istri untuk kontrol dan

sebaganya.
c. Membantu mencari perolongan bila terjadi efek samping maupun

komolikasi.
d. Mengantarkan ke fasilitas pekayanan untuk kontrol atau rujukan.
e. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti

tidak memuaskan.
f. Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan istrinya tidak

memungkinkan. (14)
3. Memberi pelayanan KB
Pasrtisipasi pria dalam program KB disamping mendukung istrinya

menggunakan kontrasepsi dan sebagai peserta KB, diharapkan juga memberikan

pelayanan KB pada masyarakat baik sebagai motovator maupun sebaga mitra.

(14)
4. Merencanakan jumlah anak bersama istri
Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan antara suami

istri dengan mempertimbangkan berbagai sapek antara lain kesehatan dan

kemampuan untuk memberikan pendidkan dan kehidupan yang layak. (14)

2.4. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah ada hubungan peran suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi suntik di klinik Bidan Martini, Am. Keb Lhoksukon

Aceh Utara.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian adalah bagian penelitian yang berisi uraian-uraian

tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam

melakukan penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. (15) Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana

hubungan peran suami dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik di klinik bidan

Martini, Am. Keb Lhoksukon, Aceh Utara.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di klinik bidan Martini, Am. Keb Lhoksukon,

Aceh Utara.
3.2.2. Waktu Penelitian
23

Waktu yang di perlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan mulai dari

bulan Juni – Agustus 2018, dimulai dari penelusuran pustaka, konsul judul,

pengumpulan data, pengolahan dan analisa data serta penyusunan hasil penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diteliti dan kemudian di tarik kesimpulannya. (16) Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu-ibu yang aktif dalam program KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di klinik

bidan Martini, Am.Keb Lhoksukon, Aceh Utara sebanyak 34 ibu.


3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. (16) Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu

dengan mengambil semua anggota populasi dijadikan sampel sebanyak 38 orang.

3.4. Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Adapun kerangka konsep

penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel independen dan variabel

dependen tentang hubungan peran suami dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik

di klinik bidan Martini, Am. Keb Lhoksukon, Aceh Utara. dapat dilihat dibawah

ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Peran Suami Pemilihan alat


Kontrasepsi Suntik

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


24

3.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat kita lihat sebagai berikut :

TABEL 3.1.
Definisi Operasional
Variabel Defenisi Alat Skala
Kategori
Independen Operasional Ukur Ukur
Peran Tanggungjawab/dukunga kuesioner 1. Mendukung : Ordinal
Suami n yang diberikan suami bila
terhadap ibu yang ingin responden
melakukan KB suntik mendapat
total skor
>50% (15-30)
2. Tidak
mendukung :
bila
responden
mendapat
total skor
≤50% (<15)
Variabel Defenisi Alat Skala
Kategori
Dependen Operasional Ukur Ukur
Pemilihan Pilihan ibu dalam Kuesioner 1. KB Suntik 1 Nominal
Alat keikutsertaan untuk bulan
Kontrasepsi memakai KB suntik 2. KB Suntik 3
Suntik bulan

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan :

1. Data primer, adalah data yang di peroleh langsung dari responden melalui

kuesioner penelitian.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari catatan dan laporan

pelayanan KB di klinik bidan Martini, Am. Ken Lhoksukon, Aceh Utara.


25

3. Data tersier, adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

dipublikasikan dari WHO dan Profil Kesehatan Indonesia.

3.7. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian

oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Data yang terkumpul di

olah dengan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Collecting

Proses pengolahan data dengan cara mengetik kembali data yang

terkumpul dari rekam medik.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban rekam medik atau

lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga

pengolahan dan pemberian hasil yang valid dan realibel; dan terhindar dari

bias.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-

variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi

4. Entering

Data yang masih dalam bentuk kode di masukkan kedalam program

komputer yang digunakan peneliti adalah SPSS.


26

5. Processing
Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah

sesuai dengan kebutuhan dari penelitian. (16)

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas


3.8.1. Uji Validitas
Menentukan derajat ketepatan dari instrumen penelitian berbentuk

kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menggunakan Product Moment

Test.
3.8.2. Uji Reliabilitas
Menentukan derajat konsistensi dari instrumen penelitian berbentuk

kuesioner. Tingkat Reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

SPSS melalui Uji Cronchbach Alpha yang dibandingkan dengan nilai r.

3.9. Teknik Analisa Data


3.9.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

suatu jawaban responden terhadap variabel berdasarkan masalah penelitian yang

di tuang dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yaitu distribusi frekuensi peran

suami dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik di kinik bidan Martini, Am. Keb

Lhoksukon, Aceh Utara pada bulan januari-juni 2018.

3.9.2. Analisis Bivariat


Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui terhadap

dua variabel yang di duga berhubungan (korelasi) yaitu antara variabel bebas

(independen variabel) dengan variabel terikat (dependen varibel). Untuk

membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara peran suami dengan

pemilihan alat kontrasepsi suntik digunakan analisis Chi-square, pada batas

kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apa bila hasil perhitungan

menunjukkan nilai p <p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak dan (Ha) di
27

terima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang

signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) peran suami

dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik di kinik bidan Martini, Am. Keb

Lhoksukon, Aceh Utara pada bulan januari-juni 2018 digunakan analisis tabulasi

silang.

Anda mungkin juga menyukai