Disusun oleh :
A. LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi
pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas
akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai bentuk pemberian informasi dan pengetahuan kepada ibu-ibu dalam
menangani serta pencegahan terhadap kejang demam yang diderita anak
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang kejang demam
Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan serta pencegahan dalam
menangani kejang demam
Mengetahui defenisi, penyebab, pencegahan,akibat/komplikasi serta cara
perawatan kejang demam
E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Waktu pelaksanaan telah disepakati dengan pihak rumah sakit.
b) Laporan pendahuluan telah dipersiapkan, alat dan sarana penunjang telah
dikonfirmasi dengan pihak rumah sakit dan dinyatakan alat siap pakai.
c) Topik telah disepakati dengan pihak manajemen
d) Ibu-ibu peserta mendengarkan dan memperhatkan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Mahasiswa mampu menjelaskan materi dengan baik
b) Mahasiswa mampu melibatkan peserta untuk berdiskusi
c) Ibu-ibu pasien rumah sakit dapat hadir dan mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
d) Alat dan media yang digunakan dapat dipersiapkan dan digunakan dengan baik
3. Evaluasi Hasil
a) Minimal 60% ibu-ibu dapat menjawab pertanyaan
b) Minimal 60% ibu-ibu yang hadir aktif bertanya
c) Minimal 60% ibu-ibu yang hadir merasa senang mengikuti penyuluhan.
F. Setting Tempat
Penyaji
Penyaji
Observer
Penyaji Penyaji
Penyaji
Penyaji
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Umum
Sebagai bentuk pemberian informasi dan pengetahuan kepada ibu-ibu dalam
menangani serta pencegahan terhadap kejang demam yang diderita anak
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang kejang demam
Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan serta pencegahan dalam
menangani kejang demam
Mengetahui defenisi, penyebab, pencegahan,akibat/komplikasi sertacara
perawatan kejang dema
KEGIATAN PENYULUHAN
Langkah Kegiatan
1. Pembukaan - Mahasiswa mengucapkan salam
( 5 menit )
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer.
2000)
Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium. (Taslim. 1989)
Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan
demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah
5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami
demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi
anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali
terjadi untuk pertama kalinya pada usia > 6 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah,
1997; 229).
B. Etiologi Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum diketahui
dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi.
Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
Sedangkan menurut sub bagian saraf anak FKUI, memodifikasi kriteria livingston untuk
membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun.
b. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
c. Kejang bersifat umum.
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama.
e. Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang normal.
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal.
g. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
(Taslim. 1989)
D. Manifestasi klinis
Gejala berupa
1. Suhu anak tinggi.
2. Anak pucat / diam saja
3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan fokal.
6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
8. Seringkali kejang berhenti sendiri.
(Arif Mansjoer. 2000)
E. Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo kejang demam dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan
bersifat unilateral
3. Kelumpuhan
(Lumbatobing,1989)
F. Pemeriksaan laboratorium
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik, melalui
pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal
tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada
komplikasi dan penyakit kejang demam.
(Suryati, 2008), ( Arif Mansyoer,2000), (Lumbatobing,1989)
G. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena
atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2
mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,
hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.
Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam
intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit
kemudian.
Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara
intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan
pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi
vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung
setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun
ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis
rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk
hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.
Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per
oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah
hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan
fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
3. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2) profilaksis terus
menerus dengan antikonvulsan setiap hari.
Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula
secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan
suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.
Cara Perawatan
Baringkan pada tempat yang aman
Longgarkan pakaian sekitar kepala dan leher
Cegah lidah jangan sampai tergigit dan menutupi jalan nafas
Kenakan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
Jangan berikan minum saat anak kejang
Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda dengan
mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan penurun demam
bila ia sudah sadar.
Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang, berusahalah
untuk tetap tenang.
Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.
Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda untuk
mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.
Jangan panik berlebihan.
Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.
Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan mengobati
demam.