Maar Muria (Bronto Dan Sri Mulyaningsih 2007) PDF
Maar Muria (Bronto Dan Sri Mulyaningsih 2007) PDF
SARI
Tiga gunung api maar telah diketahui dengan baik di Semenanjung Muria, yaitu Maar Bambang,
Maar Gunungrowo, dan Maar Gembong. Maar tersebut merupakan hasil erupsi gunung api
monogenesis sebagai produk interaksi antara sumber panas (magma), dengan air bawah permukaan
dan batuan dasar karbonat. Kegiatan tersebut mampu menghasilkan gas dan uap air bertekanan sangat
tinggi, sehingga menimbulkan letusan freatik yang dapat diikuti oleh letusan freatomagmatik dan
letusan magmatik serta diakhiri dengan ekstrusi lava. Analisis citra satelit berhasil mengidentifikasi
dua belas penampakan lingkaran, termasuk Maar Bambang, Maar Gunungrowo, dan Maar Gembong.
Data pendukung bentang alam di lapangan berupa cekungan melingkar yang dikelilingi oleh perbukitan
melandai secara memancar menjauhi cekungan kawah maar itu. Singkapan batuan dan inti bor di area
penampakan lingkaran yang diduga sebagai gunung api maar adalah aliran lava, breksi piroklastika,
batulapili, dan tuf, yang terletak jauh (30-40 km) dari pusat erupsi Gunung Api Muria dan Gunung
Api Genuk. Salah satu penampakan lingkaran Jepara juga didukung oleh data anomali negatif gaya
berat (<30 mgal) yang membentuk pola lingkaran. Pada masa mendatang, letusan gunung api maar
masih dimungkinkan apabila terjadi reaktivitas kegiatan tektonika di wilayah Semenanjung Muria
dan sekitarnya.
Kata kunci: gunung api maar, Semenanjung Muria, penampakan lingkaran, letusan freatik, letusan
freatomagmatik
ABSTRACT
Three maars are well identified in the Muria Peninsula, i.e. Bambang Maar, Gunungrowo
Maar, and Gembong Maar. The maars were formed by monogenetic volcanic eruptions due to
the interaction between heat source (magma), groundwater and calcareous basement rocks. This
interaction is able to produce very high pressure of gas and steam causing phreatic explosions,
followed by phreatomagmatic- or even magmatic explosions and ended by a lava extrusion. Satellite
image analyses have recognized twelve circular features, comprising Bambang Maar, Gunungrowo
Maar, and Gembaong Maar. Phisiographically, these maars are characterized by circular depressions
which are surrounded by hills that are gently sloping down away from the crater or having a radier
pattern morphology. Outcrops and drilling core in the circular areas that are considered as volcanic
maars are lava flows, pyroclastic breccias, lapillistones, and tuffs, located far away from the eruption
centres of Muria and Genuk Volcanoes. One of the circular features, i.e. Jepara Circular Feature,
is also supported by negative anomaly (<30 mgal) showing a circular pattern. In the future, a maar
volcano could possibly erupt depending on the tectonic reactivity in the region.
Keywords: maar volcano, Muria Peninsula, circullar feature, phreatic explosion, phreatomagmatic
explosion
43
44 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 1 Maret 2007: 43-54
sampai ke lepas pantai, sehingga membentuk endap- dapat menghasilkan lava koheren (batuan beku alir-
an rombakan. an lava dan kubah lava), sekaligus breksi gunung
Berdasarkan data geologi regional Lembar Ku- api, batulapili, dan tuf. Singkapan lava dan breksi
dus (Suwarti dan Wikarno, 1992), batuan tertua yang autoklastika yang banyak dijumpai di dataran sekitar
tersingkap di daerah Semenanjung Muria adalah Gunung Api Muria, seperti di Kali Banjaran, Kali
Formasi Bulu yang di atasnya menumpang secara Pligen, Dusun Ngelakmulyo Desa Bondo, dan lain-
berturut-turut Formasi Ujungwatu, batuan Gunung lain memunculkan masalah. Daerah tersebut terletak
Api Genuk dan Muria. Formasi Bulu terdiri atas 30-40 km dari puncak Muria dan Genuk, sehingga
batuan sedimen silisiklastika halus (batulempung aliran lava itu tidak mungkin langsung berasal dari
sampai batupasir karbonatan) dan batugamping ber- kedua pusat erupsi gunung api. Oleh sebab itu, lava
umur Mio-Pliosen yang tersingkap di daerah Semliro tersebut diperkirakan berasal dari titik erupsi di
di bawah fasies sentral Gunung Api Muria dan di sekitarnya yang mungkin berupa maar atau erupsi
sekitar Gunung Api Genuk. Sementara itu, Formasi gunung api monogenesis lainnya.
Ujungwatu didominasi oleh batuan klastika gunung Struktur geologi yang ada di Semenanjung Muria
api kaya batuapung, seperti tuf batuapung, lapili berupa kekar dan sesar yang mempunyai pola umum
batuapung, dan breksi batuapung. Batuan Gunung timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara.
Api Genuk dan Muria yang terletak dekat dengan Dari analisis seismik refleksi, pada bagian utara dari
kawah atau pusat erupsi sampai fasies proksimal Laut Jawa terdapat indikasi sesar yang hampir mirip
berupa batuan beku (aliran lava dan intrusi) dan dengan struktur sesar regional daerah ini (McBirney
breksi gunung api. Sedangkan daerah kaki dan da- dkk., 2003). Sesar regional tersebut tercermin dalam
taran di sekelilingnya, pada umumnya berupa batuan Depresi Rembang. Menurut Mallard dkk. (1991) dan
klastika gunung api fraksi halus-sedang, mulai dari Serva (2001), Depresi Rembang terekam sebagai
batulanau, batupasir sampai dengan konglomerat cekungan pull-apart, yang dibentuk oleh dua sistem
dan breksi gunung api. Di permukaan, mulai dari sesar utama di wilayah ini.
daerah Bangsri sampai dengan Ujung Lemah Abang Menurut van Bemmelen (1947), Boomgaart
(ULA) bahan rombakan gunung api tersebut sudah (1947), Nicholls and Whitford (1983) dan Maury
lapuk lanjut membentuk tubuh tanah lempung merah dkk. (1987), Bellon dkk. (1989), Edwards (1990),
dengan ketebalan antara 3 – 5 m. Singkapan agak Edwards dkk. (1991) produk erupsi Muria dan
segar hanya dijumpai pada beberapa tebing dan Genuk merupakan batuan sosonit kalium tinggi
dasar aliran sungai. yaitu basal, basanit, tefrit, trasit, dan fonolit. Studi
Berdasarkan 74 data radiometri NTT (2000) dan petrologi dan geofisika yang berhubungan dengan si-
menurut McBirney dkk. (2003) aktivitas vulkanisme fat magmatologinya pun telah ditelaah (Boomgaart,
di Semenanjung Muria dibagi menjadi lima periode, 1947; Maury dkk., 1987; Marzuki dan Sardjono,
yaitu: (1) Genuk Tua, (2) Muria Tua, (3) Muria 1991; Nicholls and Whitford, 1983; dan van Bem-
Tengah, (4) Genuk Muda, dan (5) Muria Muda. melen, 1947).
Aktivitas Gunung Api Genuk Tua dimulai dengan
letusan di lingkungan laut dangkal pada sekitar 2 jtl
(juta tahun yang lalu) dan menerus hingga 1,65 jtl. HASIL PENELITIAN
Muria Tua mulai aktif pada 0,84 jtl., namun kelihat-
annya telah berakhir pada beberapa puluh ribu tahun Analisis citra satelit lembar P00003, 115010 dan
pada awal 0,8 jtl. Sementara itu, Gunung Api Genuk 1200658 telah berhasil menginterpretasi adanya
Muda mengalami aktivitas mulai 0,8 jtl. hingga 0,49 bentukan atau penampakan lingkaran (circular fea-
jtl., sedangkan Muria Tengah dan Muda meningkat tures) di kaki Gunung Api Muria dengan diameter
aktivitasnya hingga 0,32 jtl. bervariasi dari 750 m hingga 2,5 km. Gambar 3
Secara geologis, di kaki gunung api dan dataran menunjukkan 12 penampakan lingkaran (PL) di
sekeliling Gunung Api Muria dan Genuk dijumpai Semenanjung Muria (Tabel 1). Lereng timur laut
gunung api parasit, baik berupa kubah/sumbat lava dan tenggara penampakan lingkaran sudah diyakini
(bocca lava/lava domes) maupun maar. Keduanya sebagai Maar Bambang, Maar Gunungrowo, dan
Gunung api maar di Semenanjung Muria (S. Bronto dkk.) 47
Gambar 3. Maar Bambang, Gunungrowo, dan Gembong, serta penampakan lingkaran (PL, circular features) lainnya yang
juga diinterpretasikan sebagai maar di Semenanjung Muria (data dari citra landsat no. 115010). NPP-ULA adalah calon tapak
pusat listrik tenaga nuklir di Ujung Lemah Abang.
Tabel 1. Daftar maar dan penampakan lingkaran (PL) di Maar Gembong. Penampakan lingkaran yang lain
sekeliling Gunung Api Muria diidentifikasi hanya berdasar analisis inderaja atau
didukung data geologi permukaan yang sangat ter-
No. PL Nama Maar/ PL batas. Hal ini karena sebagian besar batuan di daerah
PL 1 Maar Bambang ini sudah mengalami pelapukan lanjut membentuk
PL 2 Maar Gunungrowo tanah merah yang cukup tebal.
PL 3 Maar Gembong
PL 4 Pecangaan Maar Bambang dan Penampakan Lingkaran di
PL 5 Jepara, sekitarnya
PL 6 Mlonggo Maar ini terletak ± 12 km ke timur laut dari
PL 7 Ngelakmulyo-Bondo puncak Muria pada ketinggian 300 m dpl. dan ber-
PL 8 Pligen-Bangsri diameter ± 750 m, membentuk cekungan melingkar
PL 9 LG3 yang membuka ke timur laut (koordinat 110o 56’24”
PL 10 Medani
E, 6o 32’31” S). Pada saat ini dasar Maar Bambang
sudah merupakan persawahan dan pemukiman pen-
PL 11 Cluwak
duduk, yang salah satunya adalah Dusun Bambang,
PL 12 Tayu
Desa Plaosan, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.
48 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 1 Maret 2007: 43-54
Sedangkan dinding dan pematang punggungan maar dalam maar sebelah timur laut, yakni di tepi jalan
sudah menjadi ladang atau tegal. Beda tinggi mak- Dusun Plaosan Desa Dukuh, dijumpai aliran lava
simum dari dasar maar sampai dengan punggungan basanit yang diperkirakan dari Kawah Gunung Api
pematang tertinggi sekitar 50 meter. Sungai Nglejok Muria, kemudian masuk ke dalam Maar Bambang
yang berhulu di puncak Gunung Api Muria memo- ini. Singkapan berupa aliran lava bongkah (a blocky
tong Maar Bambang dan mengalir ke timur laut lava flow), yang mempunyai ketebalan ± 30 m
searah dengan bukaan maar. Morfologi lereng luar dengan morfologi miring sedang. Kondisi sebagian
Maar Bambang tidak cukup jelas karena pengaruh lava telah lapuk menjadi tanah lempung merah,
erosi, yang membentuk perbukitan bergelombang namun di antaranya masih banyak bongkah lava
dan pada umumnya sudah menjadi tanah sawah berukuran butir 1m – 3 m. Lava basanit ini berwarna
dan ladang. abu-abu gelap hingga abu-abu kehijauan, struktur
Singkapan endapan maar berupa breksi letusan, berlubang yang secara bertahap menjadi pejal atau
batu lapili, dan tuf ditemukan di pematang maar masif, bertekstur porfiri, dengan fenokris piroksen
sisi timur (Gambar 4), tetapi bongkah-bongkah lava (15-20%), biotit (5-10%), dan felspatoid (leusit:
juga banyak dijumpai di pematang barat. Endapan 40-50%), yang tertanam di dalam massa dasar afanit
maar tersebut menumpang di atas paleosol, yang atau tidak kasat mata.
merupakan tanah permukaan purba sebelum terjadi Hasil analisis citra satelit menunjukkan bahwa di
letusan maar. Dari Gambar 4 itu diketahui tebal sebelah timur Maar Bambang berderet tiga penam-
sisa endapan maar Bambang 3,92 m. Di lereng pakan lingkaran (PL11 Cluwak) yang diduga bekas
luar endapan, maar tidak tersingkap karena sudah maar dan terletak di wilayah Kecamatan Cluwak.
tertutup oleh tanah pelapukan tebal. Pada lereng Penampakan lingkaran Maar Bambang dan bentuk
bentang alamnya yang masih utuh menunjukkan
bahwa maar itu adalah yang termuda. Deretan PL
Cluwak-Maar Bambang yang berarah timur-barat
diduga dikontrol oleh struktur rekahan bawah per-
mukaan.
Di sebelah barat laut Maar Bambang, di hulu
Kali Gelis Utara, Desa Medani, Kecamatan Clu-
wak juga terdapat penampakan lingkaran (PL10
Medani). Agak jauh di sebelah timur - timur laut
PL Cluwak diidentifikasi penampakan lingkaran 12
yang dinamakan PL Tayu. Penampakan lingkaran
ini terletak di sebelah utara Desa Purwokerto, Ke-
camatan Tayu.
Maar Gunungrowo
Maar Gunungrowo terletak lebih kurang 14 km
ke tenggara dari puncak Muria pada ketinggian
300-350 m dpl., termasuk wilayah Desa Sitiluhur,
Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati (koordinat
110o 57’30” E, 6o 39’54” S). Maar ini berdiameter se-
kitar 1100 m, berbentuk cekungan melingkar penuh
(circular depression), tinggi dinding maar bervariasi
dari 10 m di bagian timur dan 75 m di bagian ba-
rat. Pada saat sekarang maar ini dijadikan waduk
penampung air untuk irigasi pertanian. Batuan yang
menyusunnya terdiri atas batulapili, tuf lapili, dan
tuf (Gambar 5), yang banyak mengandung lapili
Gambar 4. Kolom litologi endapan Maar Bambang pada
dinding sebelah timur. tumbuhan (accretionarry lapilli) sebagai endapan
Gunung api maar di Semenanjung Muria (S. Bronto dkk.) 49
Gambar 6. Singkapan perlapisan breksi gunung api dan endapan abu gunung api di sebelah tenggara Maar Gembong.
ke barat - barat daya puncak Muria, pada ketinggian Penampakan Lingkaran Mlonggo dan Bangsri
lk. 70 m dpl. Maar ini mempunyai diameter 1,5-2 Penampakan lingkaran Mlonggo (PL 6) terletak
km (?), yang diperkirakan dari citra satelit. Data di wilayah Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.
lapangan menunjukkan bahwa daerah ini merupakan Dari citra satelit diketahui ada dua penampakan ling-
pemukiman dan tegalan yang batuannya sudah karan, tetapi pemeriksaan di lapangan belum me-
mengalami pelapukan lanjut. Dengan demikian nemukan data pendukung karena daerahnya tertutup
untuk memastikan keberadaan maar Pecangaan ini oleh tanah pelapukan, morfologi tidak cukup jelas,
diperlukan penelitian geofisika dan geologi bawah serta daerah ini sudah dibudidayakan oleh penduduk
permukaan. setempat. Maar Bangsri ini mencakup penampakan
lingkaran nomor 7 (PL Ngelakmulyo-Bondo) dan
Penampakan Lingkaran Jepara 8 (PL Pligen-Bangsri), yang terletak di wilayah
Penampakan lingkaran Jepara terletak di wilayah Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Daerah ini
kota Jepara pada ketinggian 20-25 m dpl., mem- berada 30 – 35 km di kaki barat laut Gunung Api
punyai diameter lk. 1,5-2 km. Di lapangan, Maar Muria, dengan ketinggian 26 m dpl. Penampakan
Jepara ini ditandai oleh adanya bentang alam gumuk lingkaran yang diperkirakan sebagai maar tua ini
melengkung yang tersusun oleh breksi gunung api mempunyai variasi diameter antara 1 - 2 km. Bukti
menumpang di atas paleosol endapan sungai. Keya- adanya maar di daerah ini berupa:
kinan adanya Maar Jepara, selain berdasarkan inter- 1. dijumpainya bongkah besar lava (ML-1) di
pretasi citra satelit dan data geologi permukaan juga Dusun Ngelakmulyo, Desa Bondo (lokasi 06MR18,
didukung oleh data gaya berat yang menunjukkan 110o43-44’BT dan 6o33-34’LS ; Gambar 7),
anomali negatif di wilayah kota Jepara, yakni kurang 2. dijumpainya aliran lava dan breksi piroklastika
dari 30 mgal (Marzuki dan Sardjono, 1991). di Kali Pligen (ML-2, lokasi 06MR19; 110o45-46’BT
dan 6o31-33’LS, Gambar 8) – Kali Mlonggo, dan
Gunung api maar di Semenanjung Muria (S. Bronto dkk.) 51
Gambar 7. Singkapan lava basal di Dusun Ngelakmulyo, Gambar 9. Singkapan perlapisan breksi autoklastika (atas)
Desa Bondo. dan breksi piroklastika (bawah) di Dam Kedungdowo,
Sungai Banjaran.
masih terdapat mempunyai potensi bahaya letusan dengan mengeluarkan aliran lava. Produk erupsi
gunung api. Berhubung penampakan lingkaran letusan berupa breksi letusan, batulapili dan tuf,
LG3 adalah yang paling dekat dengan calon tapak serta bahan rombakannya. Pada masa mendatang
PLTN di Ujung Lemah Abang, maka kemungkinan erupsi gunung api maar masih dimungkinkan apabila
terjadinya reaktivitas pembentukan gunung api terjadi reaktivitas tektonika di wilayah Semenanjung
maar harus menjadi pertimbangan utama di daerah Muria dan sekitarnya. Oleh sebab itu penelitian
Semenanjung Muria. tektonika perlu dilakukan untuk mendukung studi
Berdasarkan analisis petrogenesis (Edwards, kelayakan pembangunan PLTN di daerah Semenan-
1990; Edwards dkk., 1991), batuan Gunung Api jung Muria ini.
Muria Muda berasal dari selubung bumi, yang ti-
dak berhubungan dengan penunjaman kerak bumi, Ucapan Terima Kasih---Dengan tersusunnya makalah ini
melainkan melalui celah hot spot atau pemekaran penulis mengucapkan terima kasih kepada Jajaran Pimpinan
kerak bumi di sebelah utara busur gunung api Jawa. Pusat Survei Geologi yang telah mendukung pendanaan kerja
Untuk dapat sampai di permukaan dalam bentuk lapangan dan analisis laboratorium. Kepada Ari Kusniadi,
S.T. juga diucapkan terima kasih karena telah banyak
cairan, magma harus bergerak sangat cepat melalui
membantu kelancaran kerja di lapangan. Ucapan terima kasih
sistem diapir. Struktur celah atau rekahan dalam dan penghargaan juga disampaikan kepada Kepala BATAN
(deep seated structures) yang dapat menerus sampai dan stafnya, yang telah mengijinkan penggunaan data inti
ke permukaan tentunya dihasilkan oleh kegiatan bor untuk melakukan penelitian ini.
tektonika yang sangat kuat. Apabila pada masa men-
datang terjadi lagi kegiatan tektonika sangat kuat di
kawasan Semenanjung Muria, hal itu akan memicu ACUAN
reaktivitas Gunung Api Muria atau gunung api
lainnya di daerah ini. Dengan demikian, penelitian Bellon, H., Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Suparka, E.,
neotektonik, termasuk analisis struktur bukaan, di and Yuwono, Y.S., 1989. Chronology and Petrology of
back arc volcanism in Java, Proc. Reg. Conf. Geol. Min.
wilayah ini dan sekitarnya sangat diperlukan. Posisi
Hyd. Res. SE Asia. In R.P. Koesoemadinata & D. Noeradi
struktur bukaan menjadi dasar untuk memperkira- (Eds.), 2003, Indonesian Island Arcs: Magmatism,
kan lokasi kemungkinan terjadinya maar atau jenis Mineralization, and Tectonic Setting, Penerbit ITB,
erupsi gunung api lainnya. Bandung, p. 174-186.
Boomgaart, L., 1947. Some data on the Muriah volcano
(Java) and its leucite-bearing rocks. K. Ned. Akad. Wet.,
50, p. 649-652.
KESIMPULAN Bronto, S. dan Fernandy, A., 2000. Setu Patok sebagai
gunungapi maar di daerah Cirebon. Prosid PIT 29 IAGI,
Berdasarkan analisis citra satelit, di Semenan- Bandung, Nov. 21-22, p. 163-172.
Bronto, S., R.D. Hadisantono dan J.P. Lockwood, 1982. Peta
jung Muria telah dapat diidentifikasi tiga gunung api Geologi G. Gamalama, Ternate. Direkt. Vulkanologi,
maar dan sembilan penampakan lingkaran yang juga Bandung.
diduga sebagai maar. Ketiga maar itu adalah Maar Edwards, C.M.H., 1990. Petrogenetic of tholeiitic, calc-
Bambang, Maar Gunungrowo, dan Maar Gembong. alkaline and alkaline volcanic rocks, Sunda arc,
Penampakan lingkaran Bangsri didukung oleh ad- Indonesia, PhD. Thesis, Royal Holloway and Bedford
anya singkapan aliran lava, bongkah lava, dan breksi New College, Univ. of London, UK, 373 pp.
Edwards, C.M.H., M. Martin and, T. Mathew, 1991. Evidence
piroklastika. Penampakan Lingkaran LG3 didukung from Muria, Indonesia, for the interplay of supra-
oleh adanya lava andesit di dalam inti bor LG3, subduction zone and intraplate processes in the genesis
sedang Penampakan Lingkaran Jepara ditunjang of potassic alkaline magmas. J. Petrol., 32, p. 555-592.
dengan anomali negatif gaya berat di daerah itu. Kusumadinata, K., (Ed.), 1979. Data Dasar Gunung Api
Penampakan lingkaran lainnya belum didukung oleh Indonesia. Direkt. Vulk., Bandung, 820h.
Mallard, D., Hays, W., and Serva, L., 1991. Earthquake and
data permukaan, sehingga masih memerlukan data
associated topics in relation to NPP siting. Revision
geologi bawah permukaan. I. Code of Practice. Safety Standard Series 50-SG-S1,
Kegiatan gunung api maar dapat berupa letusan IAEA, 70 pp.
freatik, freatomagmatik, bahkan sampai magmatik Marzuki dan Sardjono, 1991. Peta anomali gaya berat
54 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 1 Maret 2007: 43-54
Lembar Kudus, skala 1:100.000, Jawa. Puslitbang Aspects of Muria Volcanic Complex and Their Hazard
Geologi, Bandung. Assessment Report, Unpublished report to National
Maury, R.C., Soeria-Atmadja, and R., Bellon, H., 1987. Nuclear Energy Agency (BATAN): Feasibility Study
Nouvelles donnees geologiques sur les deux association of Nuclear Power Plant at Muria Penninsula, Central
magmatiques du volcan Muria (Java, Indonesia). C. R. Java, Indonesia.
Ser., 2 304, p. 175-180. Schieferdecker, A.A.G. (Ed.), 1959. Geological Nomenclature,
McBirney, A.R., Serva, L., Guerra, M., and Connor, C.B., Royal Geol. and Mining Soc. of the Netherlands, J.
2003. Volcanic and seismic hazards at a proposed nuclear Noorduijn en Zoon N.V., Gorinchem, 523pp.
power site in Central Java. J. Volc. and Geoth. Res. 126, Serva, L., 2001, Siting of high risk industrial facilities: the
p. 11-30. role of natural phenomena such as earthquakes. Proceed.
National Technical Team (NTT), 2000. Volcanological of the European Conference on Safety and Reliability,
Aspects of Muria Volcanic Complex and Their Hazard ESREL 2001, Turi, vol. 2, p. 1257-1264.
Assessment, National Nuclear Energy Agency (BATAN), Suwarti, T. dan Wikarno, S., 1992. Peta Geologi Lembar
unpublished report. Kudus, skala 1:100.000, Jawa. Puslitbang Geologi,
Nicholls, I.A. and D.J. Whitford, 1978. Geochemical Bandung.
Zonation in the Sunda Volcanic Arc. Bull. Aust. Soc. van Bemmelen, R.W., 1947. The Muriah Volcano (Central
Explor. Geophys., v. 9, no. 3, p. 93-97. Java) and the origin of its leucite-bearing rocks. K. Ned.
Nicholls, I.A. and Whitford, D.J., 1983. Potassium-rich Akad. Wet. 50, p. 653-658.
volcanic rocks of the Muria complex, Java, Indonesia: van Padang, 1951. Catalogue of the active volcanoes of the
product of magma source, J. Volc. Geoth. Res., 18, p. world including solfatara fields, v.1., Indonesia, Internat.
337-359. Volc. Assoc., Napoli, 271 pp.
NTT (National Technical Team), 2000. Volcanological