Puisi Anak1
Puisi Anak1
1
Tanka
Gunung meletus
Mengeluarkan lava
Membakar hutan
Abu tutupi awan
Banyak korban mati
Diamante
LAUT
Biru, lusa
Bergelombang, berombak, berarus
Berkarang, palung, muara, payau
Waduk, hulu, hilir
Bercabang, menyempit
SUNGAI
PANTUN
Buang sauh didermaga
Kapal merapat bawa ikan
Jika punya uang banyak
Jangan lupa saling berbagi
Sinkuan
Gempa
Bergoyang, bergetar
Menggoncang, merubuhkan, merusak
Hancur setelah terjadi
Guncangan
Kartini
Cermin wanita mandiri
Berjuang demi kaumnya
Untuk hidup yang lebih layak
Limerik
Ada kelinci bernama franklin
Dia sangat senang berlari
Larinya secepat kilat
Dengan sombong dia berkata
“akulah hewan tercepat dihutan ini”
2
PUISI KEINDAHAN ALAM KEMARAU
Beribu pohon beratapkan jutaan daun Tanah kecoklatan merekah, retak, pecah
Memberikan tenpat singgah hewan Padi,rumput,ilalang menguning menanti
Celoteh burung ramaikan alam hujan
3
KOTA HUTANKU, LIMBAH
AIRKU
ALAMKU SAKIT
Gunung tegak berdiri
Hijau oleh pucuk-pucuk pinus, Ketika pohon-pohon tak lagi berdiri
Yang basah oleh rintik-rintik hujan Ketika gunung tak hijau lagi
Lebat menyelimuti gunung Ketika air yang kupakai tak jernih lagi
Apakah alamku sedang sakit?
Air hujan yang mengalir melalui celah-
celah batu Hutan gundul air bawa tanah, batu,
Jernih, segar membawa berkah kayu turun menyapu semuanya
Ketika gunung menggeliat, semua yang
Namun itu semua semu ada diatasnya berguguran
Lihatlah, hijaunya pucuk-pucuk pinus Ketika air tak tertampung menyapu
Diganti dengan warna-warni megahnya semua
gedung, rumah, Semuanya tak terkecuali... tak pilih
Seakan berlomba menuju puncak kasih...
tertinggi
Siapa yang paling tinggi dia yang Sekarang yang tertinggal hanya.....
menang Sedih, tangis, kehilangan....
Negeri ini katanya negeri impian Ketika ujung bor menusuk perut bumi
Di mana melimpah ruah susu dan madu Demi perut makhluk pennuh serakah
Air mengalir bening dari gunung ke Siang, malam dentuman bor terus
lautan menghujam perut bumi porong
Buah ranum, padi berbulir tepat waktu Mengebor, mengambil semua yang ada
didalam bumi porong
Namun semua tinggal kenangan
Seiring embun menguap di bawah terik Kini bumi porong meronta
mentari Muntahkan semua isi perut, lumpur,
Setetes air jadi rebutan gas, air jadi satu
Seiring traktor merambah hutan Genangi, banjiri jalan, rumah
Banjir, longsor terus menanti Tengelamkan rumah, jalan, gedung
Seiring sawah menjadi bangunan tegak Rampas keceriaan anak kecil
berdiri Rampas ketenangan, kedamaian
Segenggam beras jadi tak terbeli Ya ada kini tinggal tangis bumi porong
Yang tampak
Tangis sedih kehilangan
4
PUISI SOSIAL
Hidupku tak seenak orang kaya Terjatuh dan mengaduh dan mereka
Apa saja dapat di minta bilang ini hidup
Tercapai mudah tanpa sebuah rekayasa
Tidur nyenyak……makan enak……. Kita berlompat
Sekolahpun tak ada masalah Bercanda dan tertawa dan mereka
bilang kita tak patuh
Aku heran …………….. Mari kita jadi anak saja
Melihat diriku yang kecil kurus ini
Tidur dengan nyamuk Aku keluar dari kepungan debu
Makanpun apa adanya dan kamu keluar dari kurungan kaca
Miris sekali nasibku ...
Rogohlah lebih dalam, tuan
Aku ingin seperti mereka ke dalam kantongmu
Berseragam…………. Mungkin ada serpihan logam dan cuilan
Bersepatu…………….. kertas
Menggoreskan tinta……..
Dan juga mencium tangan kedua orang Atau ada aku
tuaku
Kapan aku bisa bersekolah SEPEDA DAN KERANJANG
Apa hanya mereka yang dapat
menikmati sekolah Dua keranjang bambu
Sedangkan aku hanya meratapi nasib Tergantung di boncengan sepeda tua itu
Katanya sekolah gratis Penuh dengan panen tadi pagi
Tapi……aku masih sulit sekolah Siap jadi syarat asap dapur tetap
mengepul
5
Namun, di pasar tak memihak.. Dapat bersekolah
Tak peduli dengan anak, istri. Hanya itu….
Hasil bumi selama ini tak cukup
Bahkan hanya untuk mengisi sepertiga
perut
MISKIN ABADI
6
Oh… di negeri yang kosong
Pendidikan pun berbau gosong
Selalu membaca lafal-lafal
yang bolong-bolong
Ah… negeriku bodoh
7
CINTA TANAH AIR mengenal kata menyerah demi anak
banga
INDONESIA
Jejak langkahmu
Adalah buku yang mengungkap sejuta SATU BUAT IBU PERTIWI
ilmu
Negeri Langit Biru Dalam dongeng
Keteguhan prinsipmu Ibuku…
Adalah cermin sakti Tentang Tanah harum di ujung Pulau
Sang pembela kebenaran Yang Kehilangan Bapa
Sunyinya nyanyian anak-anak seribu
Keberanian tekadmu pulau
Itulah matahari abadi
Bukti makrifat Illahi Rataplah….
Senyum-senyum awan yang hampir
Ketabahan jiwamu pudar
Laksana mutiara terpendam Bunga-bunga indah yang berguguran
Bagi harapan dunia Hilangnya Buaian-buaian angin yang
lembut
Kesabaran hatimu Tentang benang-benang
Ibarat cahaya atas cahaya Yang kusut kaca-kaca yang retak
Dari coba dan derita Dalam keluh kesahnya
8
mekar
Rentangkan benang-benang yang kusut
Satukan kaca-kaca yang retak
Dalam Satu Ibu
9
KAAGAMAAN
KEMATIAN
KEAGUNGANMU Bendera palang warna hitam
Terumbai-umbai didepan rumahku
Pagi ini…. Isak tangis ibu, kakak, keluargaku
Kau bangunkan aku dengan lantunan bersahutan
lafadmu Sesosok tubuh terbujur di atas dipan
Kau bangunkan aku dari mati Berbungkus kain putih dan jarit
Kau kembalikan lagi ruh pada jasd ini
Kau teteskan ilmumu Kini rumahku ramai orang
Agar kami jadi khalifah yang baik Semua mengelus kepalaku sembari
Kau buka mata pikiran ini berkata ”kasihan kamu nak”
Sehingga kami dapat membedakan hal
yang benar Aku tak mengerti
Kau bebaskan kami dari kebodohan Kenapa ibu, kakak, keluargaku
menangis?
Lewat dua tangan yang menengadah Kenapa semua bersimpati padaku?
kuucapkan syukur atas rizkimu, kasih Siapa yang terbujur didipan dan terbalut
sayangmu kain putih itu?
Pada makhluk hina ini
Saat ini aku sadar hidupku, matiku Kemudian ibu mendekapku
hanya tuk menyembah padamu Sembari menahan tangis ibu berkata
“Nak! Ayahmu telah pergi kesurga”.
10
dan semua menjadi terlambat, Menyuburkan bumi Allah dengan
dan aku harus sendiri, kebaikan
untuk waktu yang tak terbayangka Menyiraminya dengan kesabaran
Hingga tumbuh bibit – bibit peradapan
bangsa
SEKUNTUM DOA
Ya Allah
Pagi ini telah aku teguk segelas ridho
Ayah bunda untuk mencari ilmu
Ilmu yang bermanfaat bagi bangsaku,
negriku, dan agamaku
11