Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

1
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 Identitas
Nama : Tn. Randika
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Lubuk Lingga
Tanggal masuk RS : 22 Mei 2017

II.2 Anamnesis (Autoanamnesis tanggal (22 Mei 2017)


Keluhan utama : Terdapat benjolan di kemaluan kiri
Keluhan tambahan : Terdapat benjolan dan kadang-kadang nyeri pada
buah zakar terutama saat berdiri
Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang berobat ke poli bedah RSUD dr. Sobirin Lubuk Linggau
karena teraba benjolan dikemaluan sebelah kiri. Dari anamnesis pasien
mengeluh ada benjolan disisi skrotum kiri sejak 3 bulan yang lalu, benjolan
terlihat ketika berdiri lama atau saat aktivitas berat, ketika benjolan muncul
terasa sedikit nyeri, benjolan tidak dapat dikeluar masukan dengan jari,
namun benjolan dapat hilang ketika istirahat. Warna benjolan tidak pernah
memerah (sesuai warna kulit) Riwayat sering mengangkat beban berat
disangkal, BAB tidak lancar disangkal, BAK dan BAB biasa.

Riwayat penyakit dahulu


Tidak pernah sakit ini sebelumnya dan dalam keluarga, riwayat sakit seperti
ini disangkal.

Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), Alkohol (-)

II.3 Pemeriksaan Fisik


Status generalis

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : CM

2
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg

 Nadi : 85 x/menit

 Respirasi : 23 x/menit

 Suhu : 36,3 oC

 Kepala

-Bentuk : Normocephal, tidak ada benjolan.

-Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

 Mata

-Palpebra : edema -/-

-Konjungtiva : anemis -/-, injeksi -/-

-Sklera : ikterik -/-

-Arcus Senilis : normal

-Pupil : Bulat, Isokor

-Refleks Cahaya : +/+

-Katarak : -/-

 Telinga

-Bentuk : Normotia

-Liang : lapang

-Mukosa : edema (-), hiperemis (-)

-Serumen : sedikit

-Memb. Tympani : Intake, bulging (-)

 Hidung

-Bentuk : Normal

-Deviasi Septum : (-)

-Sekret : (-)

3
-Concha : Hiperemis (-)

 Mulut

-Bibir : Sianosis (-)

-Lidah : Normal, deviasi (-)

-Tonsil : T1-T1

-Mukosa Faring : Hiperemis (-)

 Gigi

-Amalgam : (-)

-Gangren Pulpa : (-)

-Gangren Radiks : (-)

 Leher

-KGB : tidak membesar

-Kel. Thyroid : (-)

-JVP : tidak ada peningkatan

 Thoraks

 Paru

-Inspeksi : Bentuk dada normal, Hemitorak simetris kanan


dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis

-Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri.

-Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak, Batas paru dan hati


(N).

-Auskultasi : Suara napas Vesikuler +/+, ronkhi -/-, Whezing -/-

 Jantung

-Inspeksi : Bentuk dan ukuran dada normal, iktus cordis


tampak

-Palpasi : Iktus cordis teraba

4
-Perkusi : Batas Jantung dalam batas Normal

o Batas atas kiri : ICS II LMC sinsitra

o Batas atas kanan : ICS II LPS dextra

o Batas bawah kiri : ICS V LMC sinistra

o Batas bawah kanan : ICS IV LPS dextra

-Auskultasi : Bunyi Jantung I & II regular,murmur (-),Gallop (-)

 Abdomen

-Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak tampak benjolan (-)

-Auskultasi : Bising usus (+) normal

-Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba


pembesaran

-Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen

 Ekstremitas

 Atas

-Akral : Hangat

-Sianosis : (-)

-Perfusi : CRT < 2’’

-Kekuatan : 5555/5555

-Edema : -/-

 Bawah

-Akral : Hangat

-Sianosis : (-)

-Perfusi : CRT < 2’’

-Kekuatan : 5555/5555

-Edema : -/-

5
 Genitalia : Dalam batas normal

Status Lokalis
Regio Scrotalis Sinistra
-Inspeksi : Regio scrotalis sinistra tampak pelebaran vena saat berdiri dan
dilakukan manuver valsava
-Palpasi : teraba pelebaran vena pada kantong zakar kiri dengan ukuran ±
3x1 cm, permukaan tidak rata berbatas tegas, mobile, nyeri tekan (-),
konsistensi kenyal lunak.

Gambar:

II.4 Pemeriksaan Penunjang


Lab Darah 22 Mei 2017 :
- Hb : 12,7 g/dl
- Ht : 38,7 %
- Leukosit : 8,9 ribu /µl
- Trombosit : 266.000/ µl

Kimia Darah :
Natrium : 141 mmol/L GDS : 123 mg/dl
Kalium : 3,6 mmol/L BT : 4’25”
CT : 9’50”

II.5 Diagnosis kerja

Varikokel Sinistra

II.6 Diagnosis banding

Spermatokel

6
Ekstasia Tubuler

II.7 Penatalaksanaan

- IVFD RL gtt xx/m

- Inj, Ceftriaxon 2x1 gr (i.v)

- Inj, Ketorolac 2 amp (i.v)

- Puasa pre-oprasi

II.8 Laporan Operasi

Tanggal operasi : 23 Mei 2017


Jenis operasi : Ligasi Palomo
Langkah Operasi :
1. Dilakukan A dan Antiseptik di daerah operasi dan sekitarnya
2. Dilakukan pemasangan duk steril
3. Insisi kutis, subkutis sampai facia obliqus externus kemudian m.
Kremaster diregangkan
4. Spermatika di liksir, dibuka v, spermatika interna diikat dan dipotong
5. Spermatika ditutup
6. Perdarahan dirawat
7. Luka operasi ditutup
8. Operasi selesai
D.O : Ditemukan V. Spermatika melebar

Instruksi Post Operasi:

Terapi: -IVFD RL 20 tpm

-Inj. Ceftriaxon 2x1 gr (i.v)

-Inj. Keterolak 2 amp

II. 9 Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

7
Quo ad Sanationam : ad bonam

II. 10 Follow up
Tanggal/Jam Catatan Instruksi
22/05/2017 Kel:Teraba benjolan di daerah Pro Ligasi Palomo
kemaluan kiri saat berdiri Cek Lab
KU : CM Konsul Anastesi
T: 110/70 mmHg
N : 85x/mnt
R : 23x/mnt
S: 36,30C
Genitalia : Inspeksi : Regio scrotalis
sinistra tampak pelebaran vena
pampiniformis
-Palpasi : teraba pelebaran vena
pampiniformis pada kantong zakar kiri
dengan ukuran ± 3x1 cm, permukaan
tidak rata, mobile, nyeri (+),
konsistensi kenyal lunak.

D/ Varikokel Sinistra

8
23/05/2017 Kel: Teraba benjolan di daerah Pro Ligasi Palomo
kemaluan kiri saat berdiri
KU : CM
T: 120/70 mmHg
N : 100x/mnt
R : 22x/mnt
S: 36,70C
Genitalia : Inspeksi : Regio scrotalis
sinistra tampak pelebaran vena
pampiniformis
-Palpasi : teraba pelebaran vena
pampiniformis pada kantong zakar kiri
dengan ukuran ± 3x1 cm, permukaan
tidak rata, mobile, nyeri (+),
konsistensi kenyal lunak.

D/ Varikokel Sinistra
24/05/2017 Kel: Nyeri luka operasi IVFD RL gtt xx/m
KU : CM Inj.Ceftriaxone 2x1 gr iv
T:120/80mmHg Inj. Ketorolac 2 amp
N : 82x/mnt Tirah baring
R : 23x/mnt
S: 36.40C
Abd: datar lembut
BU +, terdapat jahitan kemerahan (-),
pus (-)
D/ Post-op Varikokel Sinistra

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Definisi dan Anatomi Varikokel


Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis
akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna, Dilatasi abnormal
vena-vena dari spermatic cord biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan katup
pada vena spermatik internal. 1,2,3
Pada pria dewasa, masing-masing testis merupakan suatu organ berbentuk
oval yang terletak di dalam skrotum. Beratnya masing-masing kira-kira 10-12
gram, dan menunjukkan ukuran panjang rata-rata 4 sentimeter (cm), lebar 2 cm,
dan ukuran anteroposterior 2,5 cm. Testis memproduksi sperma dan androgen
(hormon seks pria). Tiap testis pada bagian anterior dan lateral diliputi oleh
membran serosa, tunika vaginalis. Membran ini berasal dari peritoneum cavum
abdominal. Pada tunika vaginalis terdapat lapisan parietal (bagian luar) dan
lapisan visceral (bagian dalam) yang dipisahkan oleh cairan serosa. Kapsul fibrosa
yang tebal, keputihan disebut dengan tunika albuginea yang membungkus testis
dan terletak pada sebelah dalam lapisan visceral dari tunika vaginalis. Pada batas
posterior testis, tunika albuginea menebal dan berlanjut ke dalam organ sebagai
mediastinum testis. 4
Tunika albuginea berlanjut ke dalam testis dan membentuk septum
jaringan konektif halus, yang membagi kavum internal menjadi 250 lobulus
terpisah. Tiap-tiap lobulus mengandung sampai empat tubulus seminiferus yang
sangat rumit, tipis dan elongasi. Tubulus seminiferus mengandung dua tipe sel:
kelompok nondividing support cells disebut sel-sel sustentacular dan kelompok
dividing germ cells yang terus menerus memproduksi sperma pada awal pubertas.9
Cavum yang mengelilingi tubulus seminiferus disebut kavum intersisial.

10
Dalam cavum intersisial ini terdapat sel-sel intersisial (sel leydig). Luteinizing
hormone menstimulasi sel-sel intersisial untuk memproduksi hormon disebut
androgen. Terdapat beberapa tipe androgen, yang paling umum ialah testosteron.
Meskipun korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil androgen, sebagian besar
androgen dilepaskan melalui sel-sel intersisial di testis, dimulai pada masa
pubertas. Duktus dalam testis; rete testis merupakan suatu jaringan berkelok-
9

kelok saling terhubung di mediastinum testis yang menerima sperma dari tubulus
seminiferus. Saluran-saluran rete testis bergabung membentuk ductulus eferen.
Kira-kira 12-15 ductulus eferen menghubungkan rete testis dengan epididimis.
Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk koma terdiri dari suatu duktus
internal dan duktus eksternal melingkupi jaringan konektif. Head epididimis
terletak pada permukaan superior testis, dimana body dan tail epididimis pada
permukaan posterior testis. Pada bagian dalam epididimis berisi duktus epididimis
panjang, berkelok yang panjangnya kira-kira 4 sampai 5 meter dan dilapisi oleh
epitel berlapis silindris yang memuat stereocilia (microvilli panjang).9
Duktus deferens juga disebut vas deferens, saluran ini meluas dari tail
epididimis melewati skrotum, kanalis inguinalis dan pelvis bergabung dengan
duktus dari vesica seminalis membentuk duktus ejakulatorius pada glandula
prostat. Testis diperdarahi oleh arteri testicular, arteri yang bercabang dari aorta
setinggi arteri renal. Banyak pembuluh vena dari testis pada mediastinum dengan
suatu kompleks pleksus vena disebut pleksus vena pampiniformis, yang terletak
superior. Epididimis dan skrotum diperdarahi oleh pleksus vena kremaster. Kedua
pleksus beranastomose dan berjalan superior, berjalan dengan vas deverens pada
spermatic cord. Spermatic cord dan epididimis diperdarahi oleh cabang arteri
vesical inferior dan arteri epigastrik inferior (arteri kremaster). Skrotum
diperdarahi cabang dari arteri pudendal internal (arteri scrotal posterior), arteri
pudendal eksternal cabang dari arteri femoral, dan cabang dari arteri epigastrik
inferior (kremaster).
Aliran vena testis melalui pleksus vena pampiniformis, terbentuk pada
bagian atas epididimis dan berlanjut ke vena testikularis melalui cincin inguinal.
Vena testikularis kanan bermuara ke vena kava inferior dengan suatu acute angle,
dimana vena testikularis sinistra mengalir ke vena renalis sinistra dengan suatu

11
right angle.7,8

Gambar 1. Vaskularisasi vena testis


Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut
dicurigai adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena
karena tumor), muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan, atau
adanya situs inversus.

Gambar 2. Skematik Organ Reproduksi Pria dengan Varikokel

12
III.2 Epidemiologi & Etiologi
III.3 Klasifikasi

III.4 Diagnosis
Diagnosis paling penting dengan menggunakan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan pada saat duduk dan berdiri di posisi yang
hangat. Skrotum di inspeksi terlebih dahulu dan kemudian di palpasi untuk
dievaluasi spermatic cord dan testis. Refluks vena dapat dievaluasi dengan cara
manuver valsava. Kemudian diagnosis didapatkan dengan palpasi vena yang
melebar.11 Diagnosis varikokel dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan analisis semen. Varikokel pada
remaja biasanya asimptomatik dan untuk itu diagnosis khususnya diperoleh saat
pemeriksaan fisik rutin. Kadang kadang pasien akan datang karena adanya massa
skrotum atau rasa tak nyaman di skrotum, seperti berat atau rasa nyeri setelah
berdiri sepanjang hari.Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan yaitu
pemeriksaan ultrasonografi, CT scan, MRI dan angiografi. Pemeriksaan
Utrasonografi merupakan pilihan pertama dalam mendeteksi varikokel.
Pemeriksaan ultrasonografi dan terutama Color Doppler menjadi metode
pemeriksaan paling terpecaya dan berguna dalam mendiagnosis varikokel
subklinis. Gambaran varikokel pada ultrasonografi tampak sebagai stuktur
serpiginosa predominan echo free dengan ukuran diameter lebih dari 2 mm. Pada
CT scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa berdilatasi
menyangat. Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi,
serpiginosa pembuluh darah, biasanya berdekatan dengan caput epididimis.
Spermatic canal melebar, dan intrascrotal spermatic cord atau pleksus
pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki intensitas signal heterogen.
Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas signal tinggi.
Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti karena tidak cukupnya
jumlah pasien yang telah diperiksa dengan MRI. Venografi dapat menunjukkan
dilatasi vena testikular, dapat menunjukkan aliran retrograde bahan kontras ke
arah skrotum3,4

13
Gambar 3. Pemeriksaan Penunjang Varikokel : USG (kiri), Venografi
(kanan)

Varikokel klinis didefinisikan sebagai pembesaran pleksus pampiniformis


yang dapat diraba, dimana dapat dibagi menjadi derajat 1, 2, 3 menurut klasifikasi
Dubin and Amelar. Varikokel subklinis didefinisikan sebagai refluks melalui vena
spermatika interna, tanpa distensi yang dapat teraba dari pleksus pampiniformis.
Dubin and Amelar menemukan suatu sistem penilaian yang berguna untuk
varikokel yang dapat teraba. derajat 1: varikokel dapat diraba hanya pada waktu
manuver valsava; derajat 2: varikokel dapat diraba tanpa manuver valsava; derajat
3: varikokel tampak pada pemeriksaan sebelum palpasi.8
Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia
dapat disebabkan oleh varikokel. Mac Leod (1965) pertama kali mengemukakan
trias oligospermia, penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase sel-
sel sperma immatur merupakan karakteristik semen yang khas pada pria infertil
dengan varikokel. 2,3

III.5 Diagnosis Banding


Beberapa kelainan yang pada pemeriksaan ultrasonografi memberikan
gambaran mirip denga gambaran varikokel dan menjadi diagnosis banding yaitu
spermatokel dan ektasia tubular. Spermatokel merupakan suatu lesi kistik jinak
yang berisi sperma. Spermatokel umunya ditemukan pada kaput epididimis.
Spermatokel banyak ditemukan secara kebetulan pada saat skrining ultrasonografi
pada pasien usia pertengahan sampai usia tua. Ukuran spermatokel dapat
bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter. Sebagian besar
spermatokel tidak menyebabkan gejala, dan pasien bisa datang dengan teraba

14
massa lunak pada bagian dalam skrotum. Pada beberapa kasus, dapat juga terdapat
rasa tak nyaman karena efek massa. Etiologi spermatokel masih belum jelas.
Sebagian besar penulis mengarahkan bahwa suatu obstruksi duktus eferen
merupakan asal mula dari kelainan ini.4,5
Ektasia tubular juga dikenal sebagai transformasi kistik rete testis
merupakan dilatasi rete testis sebagai suatu akibat obliterasi parsial atau komplit
duktus eferen. Ektasia tubular sering bilateral dan asimetris, sering berhubungan
dengan spermatokel. Rerata usia pada diagnosis ialah 60 tahun dan secara umum
pasien berusia lebih dari 45 tahun.8
III.6 Tatalaksana
III.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari varikokel diantaranya kenaikan temperatur
testis, jumlah sperma rendah dan infertilitas pria. Hambatan aliran darah, suatu
varikokel dapat membuat temperatur lokal terlalu tinggi, mempengaruhi
pembentukan dan motilitas sperma. Terdapat bukti yang baik dimana lamanya
11

varikokel menyebabkan efek merugikan yang progresif pada testis. Chehval dan
Porcell (1992) melakukan analisis semen pada 13 pria dengan varikokel dan
kemudian mengevaluasi kembali semen pria tersebut 9 sampai 96 bulan
kemudian. Hasilnya menunjukkan suatu kemerosotan pada follow up analisis
semen mereka. Komplikasi dari tatalaksana varikokel jarang terjadi dan
komplikasi biasanya ringan. seperti infeksi luka, hidrokel, varikokel berulang dan
jarang terjadi yaitu atrofi testis dan nyeri berkepanjangan.6

BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki berusia 17 tahun datang berobat ke poli bedah RSUD dr.
Sobirin Lubuk Linggau karena teraba benjolan dikemaluan sebelah kiri. Dari
anamnesis pasien mengeluh ada benjolan disisi skrotum kiri sejak 3 bulan yang
lalu, benjolan terlihat ketika berdiri lama atau saat aktivitas berat, ketika benjolan

15
muncul terasa sedikit nyeri, benjolan tidak dapat dikeluar masukan dengan jari,
namun benjolan dapat hilang ketika istirahat. Warna benjolan tidak pernah
memerah (sesuai warna kulit) Riwayat sering mengangkat beban berat disangkal,
BAB tidak lancar disangkal, BAK dan BAB biasa.
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum pasien
baik. Pada tanda-tanda vital didapatkan nadi, pernafasan, dan suhu masih dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik leher, thoraks, dan ekstremitas dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik status lokalis regio genitalia, pada inspeksi Regio
scrotalis sinistra tampak pelebaran vena saat berdiri dan dilakukan manuver
valsava. Pada palpasi didapatkan teraba pelebaran vena pada kantong zakar kiri
dengan ukuran ± 3x1 cm, permukaan tidak rata berbatas tegas, mobile, nyeri
tekan (-), konsistensi kenyal lunak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pelebaran vena pada saat pasien berdiri
dan mengedan. Varikokel pada remaja biasanya asimptomatik dan untuk itu
diagnosis khususnya diperoleh saat pemeriksaan fisik rutin. Kadang kadang
pasien akan datang karena adanya massa skrotum atau rasa tak nyaman di
skrotum, seperti berat atau rasa nyeri setelah berdiri sepanjang hari. Diagnosis
varikokel dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologi dan analisis semen namun yang terpenting adalah pada saat
pemeriksaan fisik dimana terdapat pelebaran vena yang jelas pada saat berdiri dan
dilakukan manuver valsava.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dignosis kasus ini
adalah varikokel sinistra. tatalaksana
Prognosis pasien ini adalah quo ad vitam bonam dan quo ad functionam
dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Sagung Seto:2007.


2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6.
EGC:2000.

16
3. Sandlow., J., 2004. Pathogenesis and Treatment of Varikokel. USA,
Medical College of Wisconsin.
4. Putih, W.M., and Residen, C. 2009. Varikokel. Emedicine.
5. Chan, P., and Goldstein., M., 2004. Reproductive Medicine Secrets.
Philadelphia, The Curtis Center Independence Square West.
6. Manning and Delp. Major Diagnosis Fisik. Edisi IX. EGC:1996.
7. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC:2005.
8. Darius A. Paduch., Steven J. Skoog. : Diagnosis, Evaluation and Treatment
of Adolescent Varikokel. Division of Urology and Renal Transplantation
Oregon Health Sciences University, Portland, OR.
9. S.C. Basu. : Hand Book of Surgery Including Instruments, Bandaging,
Surgical Problems, Specimens And Operative Surgery. Currents Books
International. 1987. Page. 280, 281, 292.
10. Wein AJ. Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier
Soundera; 2012.
11. Stahl P, Schlegel PN. Standardization and documentation of varicocele
evaluation. Curr Opin Urol. 2011;21(6): 500-5.

17

Anda mungkin juga menyukai