Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan instrumen penting dalam meningkatkan


kualitas diri seseorang. Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk
membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, karena melalui
pendidikan manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
sikap, sehingga memiliki pola pikir yang sistematis, rasional, dan bersikap
kritis terhadap masalah yang dihadapi dan mampu bersaing di era global saat
ini. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya, antara
lain melalui proses pembelajaran di sekolah, baik sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), sekolah menengah umum (SMU), maupun sekolah
menengah kejuruan (SMK), serta perguruan tinggi (PT), yang masing-masing
memiliki visi, misi dan tujuan yang spesifik.

Din Wahyudin (Hamdani, 2011:14) mengemukakan bahwa


pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang
mengembangkan makna pendidikan yang berfungsi untuk kehidupan manusia
yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia merubah dirinya sendiri,
masyarakat dan negara ke arah yang lebih baik. Bagi negara pendidikan
merupakan investasi peradaban, dunia pendidikan mencetak generasi bangsa
yang unggul sehingga mampu bersaing di era global.

Banyak cara yang telah dilakukan oleh manusia agar pendidikan


berhasil, salah satunya pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang
hayat juga disebut pendidikan seumur hidup atau Long Life Education.
Pendidikan ini menuntut agar pendidikan tidak hanya dilakukan pada masa
anak-anak atau pada masa remaja saja, melainkan pendidikan mulai dari anak-
anak, remaja, dewasa, sampai masa tua, bahkan ada yang menyebutkan dari
masa dalam kandungan ibu, pendidikan sudah harus diberlakukan.

1
Salah satu teknik pendidikan adalah dengan mengikuti program
pembelajaran di sekolah. Di sekolah subyek yang menjadi fokus pembelajaran
adalah siswa, sehingga siswa dituntut untuk mampu menguasai materi yang
diajarkan oleh guru. Penyampaian meteri yang disampaikan oleh guru harus
mampu diserap oleh siswa dengan cara teknik yang tepat.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat observasi di SMK


Muhammadiyah 1 Salam, sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
pada mata pelajaran gambar bangunan masih terdapat banyak siswa yang tidak
antusias dalam pembelajaran, hal tersebut dikarenakan teknik pembelajaran
yang diterapkan masih menggunakan teknik klasikal dimana siswa cenderung
bersifat pasif. Hal itu dapat dilihat dari aktifitas siswa di kelas antara lain diam
saat diberikan waktu untuk bertanya tentang materi yang dibahas. Kondisi
menunjukkan bahwa masih kurangnya keaktifan dan interaksi siswa dalam
proses pembelajaran. Situasi tersebut akan membuat suasana kelas kurang
interaktif untuk belajar, pembelajaran kurang optimal, sehingga hasilnya juga
kurang optimal, terlihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas X
mata pelajaran gambar bangunan jurusan DPIB SMK Muhammadiyah 1 Salam
masih sangat rendah.

Demikian pula dengan interaksi antar siswa dan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran masih cenderung kurang. Untuk itu untuk mengatasi
permasalahan tersebut harus mulai dipecahkan dengan segera agar proses
pembelajaran menjadi lebih baik. Kondisi siswa yang demikian tersebut dalam
mata pelajaran ini harus dilakukan suatu tindakan khusus berupa ketepatan
teknik pembelajaran yang menarik siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar
peserta didik lebih menguasai materi maupun kompetensi yang diajarkan. Bila
permasalahan hasil belajar yang rendah tidak segera dipecahkan maka akan
berdampak negatif terhadap tujuan pendidikan yang berimplikasi pada
menurunkan kualitas pendidikan.

Salah satu teknik pembelajaran yang memungkinkan dapat


mengoptimalkan keaktifan dan interaksi siswa dalam belajar adalah dengan

2
menerapkan teknik pembelajaran cooperative learning adalah teknik Think
Pair Share (TPS). Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini sangat penting
untuk segera diaplikasikan karena dengan proses pembelajaran yang baik
diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu cara untuk
mengatasi agar siswa tidak jenuh dan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik yaitu dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Sistem pembelajaran ini merupakan pembelajaran kelompok sehingga siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Salah satu teknik pembelajaran cooperative learning adalah teknik


Think Pair Share (TPS). TPS merupakan metode pembelajaran kooperatif
yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu
satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide waktu berpikir atau waktu
tunggu yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam merespon pertanyaan.

Beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa melalui TPS dapat


meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar diantaranya:

1) Penelitian Mohamad Iswaji (2012) tentang Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran Alat Ukur
Kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Katapang. Hasilnya
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas belajar
peserta didik.
2) Penelitian Nur Fitriana (2012) tentang Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi
Memasang Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana Di SMK
Negeri 6 Bandung. Hasilnya menyebutkan bahwa Penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share telah terbukti efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada Standar Kompetensi

3
Memasang Instalasi Penerangan Bangunan Sederhana di SMK
Negeri 6 Bandung.
3) Penelitian Rendra Wisnu Wijaya (2013) tentang Implementasi
Cooperative Learning Model Tps (Think Pair Share) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Perawatan Dan Perbaikan Sistem
Pemindah Tenaga Otomotif Siswa Kelas Xi Jurusan Teknik
Otomotif SMK N 2 Yogyakarta.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengatasi permasalahan hasil


belajar siswa kelas X Jurusan Desain Permodelan dan Informasi Bangunan
(DPIB) Yogyakarta materi Gambar Bangunan, maka perlu dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajran kooperatif model
Think Pair Shars (TPS).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 21 Januari s/d 25 Januari


2019 di SMK Muhammadiyah 1 Salam dapat diketahui beberapa permasalahan
sebagai berikut :

1. Guru lebih suka mengajar dengan menggunakan metode ceramah,


yaitu guru menerangkan dan siswa mendengarkan.
2. Pengelolaan kelas dengan menerapkan model klasikal yang
diterapkan oleh guru kurang mendukung pembelajaran yang efektif,
sehingga siswa satu dengan yang lainnya kurang dapat berinteraksi
dengan baik.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi masalah pada beberapa hal,


yaitu sebagai berikut:

a. Batasan Kompetensi Dasar

Penelitian ini dibatasi oleh Kompetensi Dasar (KD) yang tertera dalam
silabus mata pelajaran Gambar Teknik kelas X semester gasal. Dimana

4
yang dimaksud dengan Kompetensi Dasar (KD) adalah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik
dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada
jenjang pendidikan tertentu

b. Proses dan Hasil Belajar

Proses pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan


selama kegiatan belajar mengajar meliputi ranah afektif, psikomotorik,
kognitif dan tingkat kepuasan siswa. Sedangkan hasil belajar adalah
dampak yang diterima dengan fokus terhadap ranah psikomotorik dan
kognitif siswa.

c. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X DPIB SMK Muhammadiyah 1


Salam dengan jumlah siswa 35 anak yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan
13 siswi perempuan.
D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dituliskan


suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Gambar


Teknik siswa kelas X Jurusan DPIB SMK Muhammadiyah 1 Salam
dengan mengimplementasikan teknik Coopeative Learning Model TPS
(Think Pair Share).

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah di atas, maka


dapat ditulis bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui besarnya
peningkatan hasil belajar siswa kelas X Jurusan DPIB SMK Muhammadiyah 1
Salam pada mata pelajaran Gambar Teknik.

5
F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan dalam implementasi teknik Cooperative

Learning model Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar gambar

teknik siswa kelas X DPIB SMK Muhammadiyah 1 Salam akan memiliki

manfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Guru :
a. Kualitas hasil pembelajaran meningkat.
b. Mampu menganalisis masalah yang diperoleh dan menemukan
pemecahan masalahnya.
c. Guru akan menjadi lebih percaya diri atas keberaniannya dalam
berinovasi.
d. Melatih kemauan dan kemampuan guru untuk senantiasa melakukan
penelitian sebagai upaya peningkatan profesinya.
2. Siswa :
a. Meningkatkan tingkat pencapaian kompetensi mata pelajaran.
b. Meningkatkan interaksi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
c. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
d. Meningkatkan kualitas kemampuan berinteraksi siswa.
3. Sekolah :
a. Didapatkannya pola pengembangan pembelajaran yang berkualitas.
Tercapainya tujuan pembelajaran tentang perlunya pengembangan
strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik kondisi
kelas dan siswa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
guru mengenai pentingnya penggunaan suatu teknik untuk
membantu dan meningkatkan kelancaran dalam proses belajar
mengajar.
c. Terciptanya budaya penelitian untuk menganalisis masalah dan
penemuan solusi pemecahan masalah-masalah di sekolah.
d. Terciptanya kepedulian terhadap kualitas pembelajaran.

6
BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kajian Teoritik

1. Hakikat Peningkatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peningkatan berasal dari


kata dasar tingkat yang berarti susunan yang berlapis-lapis. Pengertian
tersebut digunakan untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan
peningkatan merupakan kata yang digunakan untuk hal-hal yang telah
mengerucut, dengan artian susunan proses, cara, perbuatan untuk
meningkatkan (usaha, kegiatan, dan lain-lain). Contoh: Kini telah diadakan
peningkatan di bidang pendidikan.; Menteri Kesehatan menentukan
perlunya peningkatan pengawasan terhadap usaha perdagangan eceran obat.

Peningkatan dapat diartikan sebagai kemajuan dan penambahan


dalam hal derajat, kualitas dan kuantitas. Selain itu, peningkatan juga dapat
diartikan sebagai pencapain suatu proses. Seringkali peningkatan digunakan
untuk menggambarkan sesuatu hal yang positif. Misalnya peningkatan mutu
pendidikan, peningkatan kecerdasan, dll. Namun peningkatan juga dapat
digunakan untuk menggambarkan perubahan kondisi dari yang semua
negatif menuju ke positif.

Dapat disimpulkan bahwa jika dikaitkan dengan hasil belajar,


maka peningkatan berarti usaha peneliti/guru/pendidik untuk
mengembangkan, memajukan, dan memodifikasi pembelajaran guna
meningkatkan pengetahuan siswa dan hasil belajarnya.

7
3. Tinjauan Hasil Pembelajaran

a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Menurut Daryanto (2009:2) belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Pendapat tersebut didukung oleh Sagala (2010:13) yang

menyimpulkan bahwa, belajar terjadi bila tampak tanda-tanda

perilaku manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses

pembelajaran. Bukti bahwa seorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

2) Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010:54) secara garis besar faktor yang


mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
faktor internal dan eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri


masing-masing peserta didik. Faktor internal dibedakan
menjadi 3, yaitu:

a) Faktor Jasmaniah
Meliputi faktor fisik berkaitan tentang kesehatan
dan kondisi tubuh siswa.
b) Faktor Psikologis

8
Meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor Kelelahan
Dibedakan menjadi dua yaitu jasmani dan rohani.
Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai,
sedangkan kelelahan rohani seperti adanya
kelesuan dan kebosanan.
2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari


luar peserta didik. Faktor ini terbagi menjadi 3, yaitu:

a) Faktor Kelurga
Peserta didik akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini


mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan
peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan
waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas
pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.

c) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang juga
berpengaruh terhadap belajar peserta didik.
Pengaruh itu terjadi terkait dengan keadaan peserta
didik dengan masyarakat.

9
b. Mengajar

1) Pengertian Mengajar

Pengertian mengajar dijelaskan dalam beberapa versi. Hal


tersebut menyesuaikan sudut pandang para ahli yang
mengkonsepkan pengertian tersebut.

Beberapa pendapat para ahli tentang mengajar dijelaskan


Slameto (2010) sebagai berikut:

a) Waini Rasyidin dalam Slameto (2010:34) mengajar yang


dipentingkan ialah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama
lain. Guru merupakan koordinator, yang melakukan aktivitas
dalam interaksi sedemikian rupa, sehingga siswa belajar seperti
yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi
belajar dan bukan menentukan proses belajar.

b) Mursell dalam Slameto (2010:33) menggambarkan mengajar


sebagai "mengorganisasikan belajar", sehingga dengan
mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna
bagi siswa, sehingga tugas pelajar adalah memahami hubungan
pengetahuan itu sebagai kesatuan, dan dalam hal ini guru hanya
organisator.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat


disimpulkan, bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasikan belajar, sehingga proses belajar mengajar
sesuai dengan apa yang kita harapkan.

c. Pembelajaran

Menurut, definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh para


ahli adalah sebagai berikut:

10
1). Menurut Duffy dan Roehler (1989), Pembelajaran adalah suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional
yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
2). Menurut Gagne dan Briggs (1979), Instruction atau pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal.

3). Menurut Oemar Hamalik (Sanjaya, 2008:6), Pembelajaran adalah


suatu kombinasi terorganisir yang didalamnya meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, perlengkapan, dan procedural yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.

5). Menurut Corey (1986:195), Pembelajaran adalah suatu proses dimana


lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisikondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

6). Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297), Pembelajaran adalah


kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.

d. Hasil Belajar

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam


proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22)
hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tersebut
merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar

11
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa sehingga menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Suprijono (2011: 7) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa harus
mencakup segala aspek yang diajarkan oleh pendidik, baik aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor siswa.

e. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2010:203) adalah


kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok . Teknik
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Partisipasi siswa mendapatkan porsi yang lebih
banyak untuk saling berbagi dan bertukar pikiran dibandingkan dengan
teknik pembelajaran konvensional (ceramah).

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam teknik


pengajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil saling membantu satu sama lain. Dalam pembelajaran kooperatif ini
pada umumnya melibatkan kelompok kecil, kelompok kecil tersebut terdiri
dari dua sampai empat orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.

f. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)

Think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif


yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari universitas maryland pada
tahun 1985 sebagai salahsatu struktur kegiatan cooperative learning. Think
pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan
merespon serta saling membantu satu sama lain. Think pair share

12
memberika kesempatan pada siswa untuk bekerja sama sengan orang lain.
Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe Thik Pair Sare
adalah tiga langkah utama yang dilaksanakan salam proses pembelajaran
yaitu :

1) Think (berpikir secara individu)


Pada tahap ini guru mengajukan suau pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pembelajaran dan siswa diminta unutk
berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang
diajukan. Kelebihan pada tahap ini adalah adanya “think time”
atau waktu berpikir yang memberikan kesemoatan pada siswa
untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum
pertanyaan tersebut di jawab oleh siswa lain. Selain itu, guru
juga dapat mengatasi maslaah dari adanya siswa yang
mengobrol karena setiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan
sendiri.
2) Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Tahap kedua ini guru meminta siswa untuk berpadangan dengan
teman sebangkunya dan mendiskusikan apa yang telah
dipikirkan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai
hasil jawaban mereka dan menghasilkan jawaban bersama.
3) Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini siswa dapat mempresentasikan hasil
diskusinya secara perseorangan atau secara kooperatif kepada
kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota di
kelompok dapat memperoleh nilai dasi hasil pemikiran meraka.

Fodarty dan Robbin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar think


pair share mempunyai beberpa keuntungan sebagai berikut :

a. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar

13
b. Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi
materi pembelajaran
c. Memberikan waktu kepada siswa untuk mengeluarkan
pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas
secara keseluruhan.

Melalui teknik pembelajaran kooperatif TPS akan memberikan


kesempatan kepada siswa untuk berpikir yaitu bekerja sendiri sebelum
bekerjasama dengan kelompoknya dan berbagi ide. Maksud berbagi ide
yaitu setiap siswa saling memberikan ide atau informasi yang mereka
ketahui tentang masalah yang diberikan untuk memperoleh kesepakatan
dari pemecahan masalah tersebut. Keunggulan dari teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk
menunjukan partisipasi mereka kepada kelompoknya.

Model pebelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dilandasi oleh


teori belajar kontruksivisme. Teori kontruksivisme menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Menurut teori
kontruksivisme, siswa berperan sebagai pemain dan guru sebagai fasilitator.
Guru mendorong siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal.
Siswa belajar bukan hanya menerima paket-paket konsep yang sudah
dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Sesuai
dengan sistem pendidikan yang digunakan saat ini yaitu K-13yang mana
didalamnya siswa dituntut untuk aktif mengembangkan kemampuan
mereka, bukan guru maupun orang lain.

g. Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share

Dalam pelaksanaan teknik pembelajaran kooperatif tipe Think Pair


Share terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru adapun
langkah yang harus dilakukan guru sebagai berikut :

14
1. Tahap pertama
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dikelas
b. Guru menginformasikan materi pelajaran
c. Guru membagi siswa dalam kelompok secara berpasangan dan
heterogen berdasarkan nilai awal mereka
d. Guru membagikan tugas Lembar Kerja Siswa (LKS) pada
setiap kelompok.
2. Tahap kedua
a. Setiap siswa diminta berpikir untuk mencari solusi pemecahan
masalah
b. Setiap siswa diminta berpasangan dengan kelompoknya untuk
saling berbagi ide dan mendiskusikan penyelesaian pemecahan
masalah.
3. Tahap ketiga
a. Pembahasan penyelesaian masalah dilakukan secara
berkelompok
b. Beberapa kelompok dipilih oleh guru untuk menjelaskan
penyelesaian masalah hasil kerja kelompoknya dan kelompok
lain diberi kesempatan untuk menaggapi dan mengemukakan
idenya
4. Tahap keempat
Setelah kegiatan kelompok, pelaksanaan tes formatif untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah serta untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa.
5. Tahap kelima
a. Penghitungan skor hasil tes formatif dan sumatif dengan
menggunakan pedoman pensekoran pemecahan masalah
b. Penghitungan skor kelompok yaitu dengan cara perhitungan
skor perkembangan individu. Setiap anggota
kelompok menyumbangkan poin kepada kelompoknya
berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada tes sebelumnya

15
dan skor terakhir. Cara ini dilakukan agar para siswa merasa
terpacu untuk meningkatkan kontribusinya, dengan demikian
diharapkan akan meningkatkan nilai pribadinya.

Pada teknik Think Pair Share ini ketrampilan yang diharapkan adalah
adanya interaksi, bekerjasama, berbagi ide (pendapat), dan dapat menarik
kesimpulan. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar
semakin berkurang, dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbukan rasa tanggung jawab.

B. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran menjadi suatu hal yang penting dalam tercapainya


tujuan pembelajaran yang berakhir pada pencapaian hasil belajar siswa.
Pencapaian hasil belajar sangat berkaitan dengan teknik yang dilakukan oleh
guru dalam menyampaikan pembelajaran.

Pembelajaran teknik Think Pair and Share (TPS) pada mata pelajaran
Gambar Teknik akan melatih siswa untuk bersikap logis, kritis, kreatif, jujur,
sistematis. Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Gambar Teknik ini
adalah membekali siswa agar dapat melakukan diagnosis kerusakan kendaraan
dengan baik dan benar yang biasa terjadi pada komponen-komponen sistem
pemindah tenaga.

Penerapan teknik ceramah dilakukan guru pada pembelajaran Gambar


Teknik sehingga kurang mengeksplorasi keaktifan siswa. Siswa hanya
mendengar dan mencatat materi tanpa melakukan aktivitas sedikitpun. Pada
menit-menit awal pelajaran siswa masih dapat menyerap pengetahuan yang
disampaikan oleh guru dengan menggunakan teknik ceramah, tetapi selang
beberapa saat akan terjadi kejunuhan pada diri siswa akibat tidak adanya
aktifitas yang dapat dilakukan selain mendengarkan dan mencatat apa yang
disampaikan oleh guru. Sesuai karakteristik pembelajaran yang ada dirasa
bahwa Cooperative Learning tipe TPS merupakan salah satu pendekatan yang

16
bisa digunakan untuk mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran Gambar
Teknik.

Cooperative Learning tipe TPS adalah bentuk pendekatan


pembelajaran kelompok, yang anggotanya heterogen dari aspek prestasi, jenis
kelamin, dan lain-lain. Guru berperan sebagai fasilitator yang akan
membimbing, mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta
menumbukan rasa tanggung jawab. Dalam kerja kelompok, anggota kelompok
dituntut untuk saling kerjasama dan saling membantu dalam memahami dan
menyelesaikan masalah yang diberikan. siswa yang memiliki kemampuan lebih
akan mengajari siswa yang memiliki kemampuan kurang. Situasi seperti itu
akan mendukung pembelajaran Gambar Teknik yang membutuhkan pemikiran,
logika dan analisis yang mendalam seputar mata pelajaran tersebut.

Teknik Think Pair Share ini merupakan teknik pembelajaran yang


sangat membantu guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya teknik
pembelajaran ini diharapkan siswa mampu berpikir kritis, aktif, dan kreatif.
Sehingga dengan teknik pembelajaran ini dan penerapannya diharapkan adanya
peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran Gambar Teknik. Berikut bagan
kerangka berpikir Cooperatif Learning Tipe TPS:

17
Gambar 1. Skema Kerangka berpikir

Berdasarkan gambar kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan

bahwa Guru memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, Guru

dapat menerapkan berbagai moteode pembelajaran yang diinginkan dalam

proses kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang

dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode

Cooperative Learning Model TPS. Model ini memungkinkan siswa dapat

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil

belajar.

18
C. Hipotesis Tindakan

Implementasi Coopeative Learning Model TPS (Think Pair Share)


dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran Gambar
Teknik siswa kelas X Jurusan DPIB SMK Muhammadiyah 1 Salam

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau sering


disebut dengan Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas pendidikan terutama proses dan hasil belajar siswa pada level kelas.
Penelitian formal yang selama ini banyak dilakukan, pada umumnya belum
menyentuh langsung persoalan nyata yang dihadapi guru di kelas sehingga
belum mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas pembelajaran. Selain
meningkatkan kualitas pembelajaran, PTK juga berguna bagi guru untuk
menguji suatu teori pembelajaran, apakah sesuai dengan kondisi kelas yang
dihadapi atau tidak. Melalui PTK guru dapat memilih dan menerapkan teori
atau strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi kelasnya.

PTK sangat bermanfaat bagi tenaga pendidik khususnya guru untuk


memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di
kelas. Sebagaimana yang dikemukakan (Iskandar, 2011:21) PTK merupakan
penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas tempat ia mengajar
yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas
proses pembelajaran di kelas. Senada dengan pendapat diatas, PTK
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah
tempat ia mengajar dengan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan
proses dan praksis pembelajaran (Arikunto, 2010:135).

Dengan melaksanakan tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


yang melibatkan peserta didik sebagai obyek penelitian, guru dapat
menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas
orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan secara kreatif.

20
Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini pada umumnya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas mutu pendidikan.
Pendidik diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menggunakan suatu teknik pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran perawatan dan perbaikan
sistem pemindah tenaga. Penelitian ini merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan


dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses
belajar mengajar yang beraplikasi terhadap hasil belajar siswa. Dalam
bukunya metodologi penelitian pendidikan (Sukardi, 2010:212-213)
terdapat empat langkah penting dalam PTK yang meliputi perencanaan
(plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan terakhir adalah refleksi /
perenuangan (reflect). Melalui teknik ini apabila ditemukan adanya
kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih
dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan
tercapai. Digambarkan dalam sebuah bagan, teknik ini tampak sebagai
berikut.

21
Gambar 2. Skema desain penelitian model Kurt Lewin
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dilakukannya penelitian adalah SMK Muhammadiyah 1 Salam


yang beralamatkan di Jl. Lap. Jumoyo, Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Penelitian dilakukan pada 21 Januari s/d 25 Januari 2019 dengan menyesuaikan
jam pelajaran Gambar Teknik kelas X DPIB tahun ajaran 2018/2019.

C. Subyek Penelitian

Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 1 Salam program studi keahlian Desain Permodelan dan
Informasi Bangunan (DPIB). Jumlah subyek penelitian dari kelas ini sebanyak
30 siswa. Kelas yang diteliti hanya 1 yaitu kelas XI dan populasi siswa dikelas
tersebut dijadikan sampel. Jika penelitian eksperimen menggunakan kelas
eksperimen dan kelas kontrol, maka dalam PTK menggunakan hasil belajar
sebelumnya sebagai pembanding ada tidaknya peningkatan hasil belajar setelah
menerapkan metode Think Pair Share (TPS).

22
D. Jenis Tindakan

Penelitian ini akan dilakukan dengan mangacu kepada desain penelitian


model Kurt Lewin. Model penelitian ini merupakan model yang dijadikan
acuan dasar dari model penelitian-penelitian yang lain, khususnya PTK.
Konsep penelitian tindakan ini digambarkan sebagai rangkaian langkah yang
membentuk spiral atau melingkar. Konsep pokok dari penelitian ini terdiri dari
empat komponen, yaitu a) perencanaan; b) tindakan; c) pengamatan; dan d)
refleksi. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil evaluasi pada siklus
I dianggap sebagai hasil awal dan hasil pada siklus II digunakan sebagai
pemantapan. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-langkah
perbaikan pada siklus II. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan tindakan awal yang dilakukan sebagai bentuk


pengenalan peneliti terhadap kompetensi subyek penelitiannya. Tahap ini
dilakukan sebelum dilakukannya pelaksanaan siklus. Tahap ini meliputi:

a. Memohon izin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di


SMK Muhammadiyah 1 Salam program studi keahlian Desain
Permodelan dan Informasi Bangunan.

b. Mengadakan wawancara dengan guru mata pelajaran yang akan


dilakukan penelitian yaitu Gambar Teknik. Wawancara ini dilakukan
untuk mengetahui kendala yang dirasakan siswa dalam memahami
materi yang diberikan menurut pandangan guru yang bersangkutan.
Selain itu, hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui metode apa saja
yang telah dilakukan guru dalam memberikan materi.

c. Melakukan observasi yaitu pengamatan secara langsung dengan


kegiatan pembelajaran dikelas untuk mengetahui proses siswa belajar,
menerima materi/pelajaran, dan proses siswa mengerjakan tugas.

23
d. Menentukan jadwal penelitian, yaitu disesuaikan dengan jadwal efektif
kegiatan belajar mengajar, jadwal dan kepentingan peneliti, dan
kesesuaian mata pelajaran.

Setelah dilakukan observasi, peneliti memperoleh data berupa


kendala-kendala yang dihadapi guru selama proses pembelajaran. Data
yang diperoleh dari tindakan pendahuluan digunakan untuk
mempersiapkan siklus selanjutnya.

2. Pelaksanaan Siklus

Siklus I

1) Perencanaan siklus I
a. Menyusun skenario proses pembelajaran, membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I mengenai materi yang
akan diajarkan sesuai dengan teknik pembelajaran yang digunakan
yaitu Think Pair Share dan mempersiapkan sarana media
pembelajaran yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran.
b. Menyusun soal dan mempersiapkan lembar observasi mengenai
hasil belajar dengan menggunkan teknik pembelajaran Think Pair
Share.
c. Merencanakan proses pembelajaran dengan menggunakan teknik
Think Pair Share.

2) Pelaksanaan tindakan siklus I


Langkah tindakan pelaksanaan think pair share adalah sebagai
berikut:
a. Guru mempresensi kehadiran siswa.
b. Guru memberikan pertanyaan berupa soal pre test pada siswa
yang mengarah pada materi pelajaran.
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen.

24
d. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas yang
berupa permasalahan-permasalahan yang harus didiskusikan
oleh peserta didik.
e. Menerapkan teknik pembelajaran dengan teknik Think Pair
Share, pada teknik ini terdapat tiga langkah utama yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think
(berpikir secara individual), pair (berpikir dengan teman
sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain
atau seluruh kelas). Dalam pengelompokannya, siswa
dipasangkan secara heterogen berdasarkan nilai awal atau nilai
pretes mereka yang bertujuan untuk mengefektifkan proses
belajar kelompok.

3) Observasi siklus I
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas
berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
proses belajar mengajar yang dilaksanakan peserta didik melalui
penerapan teknik Think Pair Share dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat.

4) Refleksi siklus I
Berdasar data yang diperoleh pada lembar observasi
selanjutnya dilakukan analisis, pemaknaan dan menyimpulkan data.
Hasil kesimpulan yang didapat bertujuan untuk mengevaluasi hasil
tindakan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap tingkat
keefektifan proses belajar mengajar, permasalahan yang muncul di
lapangan, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang
dilakukan. Hasil evaluasi kemudian dijadikan dasar untuk melakukan
perencanaan pada siklus berikutnya untuk mencari solusi terhadap
masalah-masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana
perbaikan pada siklus II.

25
2. Siklus II

1) Perencanaan siklus II
Penyusunan siklus II dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus I
dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang muncul
ketika penerapan teknik think pair share dalam pembelajaran di kelas
dilaksanakan. Kegiatan siklus II meliputi:
a. Membuat RPP siklus II.
b. Merevisi skenario proses pembalajaran siklus I
berdasarkan hasil refleksi siklus I.
c. Menyusun soal berupa soal tes hasil belajar dan
mempersiapkan lembar observasi dengan menggunkan
teknik pembelajaran Think Pair Share.
d. Mempersiapkan sarana media pembelajaran yang akan
digunkan dalam proses pembelajaran.
e. Merencanakan proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan menggunakan teknik Think Pair
Share.

2) Pelaksanaan tindakan siklus II


Langkah tindakan pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario yang
sudah direvisi sesuai hasil refleksi siklus I.
b. Meningkatkan pelaksanaan teknik pembelajaran Think Pair
Share secara efektif sehingga dapat melatih peserta didik
agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan
teknik ini disesuaikan dengan skenario yang sudah direvisi
sesuai hasil refleksi siklus I.

3) Observasi siklus II
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas
berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap

26
proses belajar mengajar yang dilaksanakan peserta didik melalui
penerapan teknik Think Pair Share dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat.

4) Refleksi siklus II
Data yang diperoleh pada lembar observasi siklus II dianalisis
untuk diukur apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan
mebandingkan dengan siklus I. Perbandingan antara siklus I dan siklus
II digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas


ini adalah data kuantitatif tentang nilai kemajuan siswa berupa hasil evaluasi
dan data kualitatif tentang pelaksanaan teknik yang diterapkan (Iskandar,
2011:64-65). Data kuantitatif diperoleh melalui peningkatan hasil evaluasi
belajar siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran kooperatif melalui
teknik Think Pair Share pada mata pelajaran Gambar Teknik sedangkan untuk
data kualitatif berupa observasi pelaksanaan dilapangan dengan menggunakan
teknik Think Pair Share selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini menggunkan teknik
dengan cara menggunakan teknik wawanncara, tes, observasi dan catatan
lapangan.

1. Metode pengumpulan data


a. Wawancara

Mengadakan wawancara dilakukan dengan dengan guru mata


pelajaran yang akan dilakukan penelitian yaitu Gambar Teknik.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kendala yang dirasakan
siswa dalam memahami materi yang diberikan menurut pandangan
guru yang bersangkutan. Selain itu, hal ini perlu dilakukan untuk
mengetahui metode apa saja yang telah dilakukan guru dalam
memberikan materi.

27
b. Observasi

Tahap pengumpulan data dengan teknik observasi ini


dibedakan menjadi 2, yaitu observasi terhadap respon siswa ranah
afektif dan observasi kepuasan pembelajaran yang disampaikan.
Pada observasi terhadap respon siswa ranah afektif, peneliti dibantu
oleh guru dan 2 teman sejawat untuk membantu mengamati. Jadi
ditentukan bahwa 1 orang observer mengamati 2 kelompok kecil.
Proses observasi dilakukan sesuai pedoman yang telah dibuat oleh
peneliti. Pada observasi kepuasan pembelajaran, peneliti
membagikan angket kepada siswa untuk menilai seberapa puas
mereka terhadap pembelajaran yang diterapkan. Hal ini dilakukan
diakhir siklus terakhir dilaksanakan. Data yang didapatkan pada
teknik observasi ini berbentuk data kuantitatif karena telah
dikonversi menggunakan skala Likert.

c. Tes
Metode ini dilakukan untuk mengukur pemahaman dan
kemampuan mengaplikasikan siswa setelah menerima materi ajar.
Pemahaman siswa diukur dengan pemberian soal secara lisan dan
tulisan berkaitan dengan gambar teknik. Tes-tes ini diberikan untuk
mengukur ranah kognitif siswa. Selain itu, juga diberikan tes praktik
yaitu kemampuan siswa menggambar komponen bangunan. Tes ini
diberikan untuk mengukur kemampuan ranah psikomotorik siswa.
Hasil dari tes ini merupakan data berbentuk kuantitatif.
d. Catatan di lapangan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi berupa


kegiatankegiatan yang tidak terangkum dalam pedoman observasi
yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai
pelaksana tindakan peneelitian menulis catatan lapangan.

28
2. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:148), instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati.
a Instrumen Kognitif
Peneliti menggunakan tes obyektif dan tes subyektif
sebagai instrumen untuk mengetahui hasil belajar ranah
kognitif siswa. Tipe tes obyektif yang digunakan adalah
multiple choise test dengan 4 alternatif jawaban. Jumlah
soal yang diberikan sebanyak 25 butir soal. Pemberian
nilai disesuaikan dengan kunci jawaban yang telah
disiapkan. Penskoran dilakukan sesuai aturan yaitu
jawaban benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0. Tes
subyektif dilakukan secara lisan dengan siswa menjawab
adu cepat. Tes ini digunakan untuk mengukur respon
siswa setelah menerima materi yang disampaikan.
b Instrumen Psikomotorik
Pengambilan data ranah psikomotorik ini menggunakan
analisis tugas, yaitu dengan memberikan siswa jobsheet
komponen bangunan yang akan digambar. Tujuan dari
analisis tugas ini untuk mengetahui kemampuan
keterampilan siswa dalam menggambar.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik deskriptif. Dari data yang diperoleh dalam penelitian disajikan apa
adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
mengenai fakta yang ada. Dalam pengumpulan data kuantitatif pada
pelaksanaan teknik think pair share digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan
persentase keberhasilan belajar siswa dalam bentuk grafik dan tabel yang
dimaknai secara deskripsi.

29
Untuk menganalisis data dilakukan dengan cara melakukan penskoran
nilai tes yang diperoleh dari jawaban yang benar. Nilai pensekoran yang
digunakan dari skala minimal nol sampai skala maksimal 100. Jika jawaban
benar diberi nilai satu (1) dan jika jawaban salah diberi nilai nol (0). Dari
penskoran tersebut didapat skor nilai siswa yang kemudian digunakan dalam
perhitungan. Untuk mengukur nilai rata-rata hasil belajar siswa dan persentase
siswa pada hasil evaluasi tiap siklusnya dapat dihitung dengan menggunkan
rumus:
1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa

Nilai rata-rata kelas =

Perhitungan nilai rata-rata kelas ini digunakan untuk tiap hasil


evaluasi tiap siklus dan juga untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa. Penelitian dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata kelas telah
melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu lebih dari 7,6 (>7,6)

2. Presentase siswa tuntas belajar

Persentase

Prosentase ketuntasan digunakan untuk mengukur berapa jumlah


siswa yang telah dinyatakan dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan
(lulus). Penelitian dikatakan berhasil apabila presentase siswa yang tuntas
belajar telah melebihi 85% (>85%).

30
DAFTAR PUSTAKA

Adi S. 2014. Pengertian Peningkatan Menurut Para Ahli. Diundut dari:

http://www.duniapelajar.com/2014/08/08/pengertian-
peningkatanmenurut-para-ahli/.

Corey. 1986. Teori Pembelajaran. Bandung: Scolastik.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dodik Heru Setyawan. 2011. Pengertian dan Contoh Media Pembelajaran


Menurut Ahli Pendidikan. Diunduh dari:
http://zonainfosemua. blogspot.co.uk/ 2011/01/media-berasal-dari-
bahasa-latin.html.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Rawamangun-Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Sari, Anja Wulan. 2012. Belajar dan Model-model Pembelajaran. FPTK UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS.

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

31
Wijaya, Rendra Wisnu. 2013. . Implementasi Cooperative Learning Model Tps
(Think Pair Share) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perawatan Dan
Perbaikan Sistem Pemindah Tenaga Otomotif Siswa Kelas XI Jurusan
Teknik Otomotif Smk N 2 Yogyakarta. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
Wijaya, Rendra Wisnu. 2013. Implementasi Cooperative Learning
Model Tps (Think Pair Share) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Perawatan Dan Perbaikan Sistem Pemindah Tenaga Otomotif Siswa
Kelas XI Jurusan Teknik Otomotif Smk N 2 Yogyakarta. Yogyakarta:
Tidak diterbitkan.

Martinus, Patrisus, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair And
Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ditinjau Dari Gaya Belajar
Visual Siswa Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Kelas X Tma Smk
Bhinneka Karya Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Surakarta: Tidak
diterbitkan.

Siti, Yeni. 2011. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Diundut dari:

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/model-pembelajaran-
kooperatif-tipe.html (21 Maret 2019)

32

Anda mungkin juga menyukai