Anda di halaman 1dari 13

MENGENAL KALAM IBNU TAIMIYYAH

Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam Pertengahan
Dosen Pengampu : Dr. M. Iqbal, S.Fil.I, M.S.I

oleh:

M. Zidni Ngilman N

NIM:

14510050

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2019
Abstrak

Ilmu kalam disepakati muncul sekitar abad ke 5-6 M atau di era kenabian Muhammad
S.A.W ilmu ini berkembang seiring dengan semakin majunya pola pikir dan budaya kala itu.
Sedikit banyak pengaruh dari dataran eropa juga menjadi motor penggerak berkembangnya
ilmu kalam. Ilmu kalam yang juga dapat disebut ilmu teologi memiliki corak tersendiri di
setiap eranya, pertentangan-pertentangan antar pemikir juga mewarnai tumbuh kembangnya
ilmu ini.

Pemakalah akan memfokuskan diri pada perkembangan ilmu kalam di era


pertengahan. Di era pertengahan banyak nama besar yang muncul seperti, Ibnu Khaldun,
Ibnu al-Qayyim, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Sabi’in dan masih banyak tokoh lain yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu. Dari sekian banyak tokoh tersebut kami memilih Ibnu Taimiyyah
sebagai tokoh yang akan kami bahas dalam makalah ini.

Ibnu taimiyyah menjadi fokus kami karena banyak kalangan yang menilai bahwa
pemikiran beliau kontroversional. Fatwa-fatwa beliau juga banyak yang mendapat kecaman.
Bahkan hingga hari ini Ibnu Taimiyyah dirasa memiliki peran atas kekacauan yang terjadi di
beberapa tempat di muka bumi ini.

Beliau juga memberikan pengaruh besar terhadap para pembaharu Islam, ambil
contoh Muhammad bin abdul Wahab seorang yang mempelopori gerakan-gerakan revolutif
di negeri Arab dan juga menjadi seorang tokoh yang dianggap radikal oleh banyak pihak.

Makalah ini bertujuan untuk lebih jauh mengenal siapa itu Ibnu Taaimiyyah dan
bagaimana sepak terjang beliau selama beliau berkarir. Pemakalah menggunakan metode
penelitian pustaka yang mana dalam makalah ini kami mengambil tiga judul buku yang
dinilai cukup relevan dan representatif dalam membahas tokoh ini. Dari tiga judul buku
tersebut kami mampu menarik kesimpulan bagaimana bangunan pemikiran Ibnu Taimiyyah
tentang Ilmu kalam.

1
Daftar Isi

Abstrak-1

Daftar Isi-2

Kata Pengantar-3
Pendahuluan-4
Latar belakang-4
Rumusan masalah-5
Tujuan dan manfaat-5
Pembahasan-6
Biografi singkat Ibnu Taimiyyah-6
Corak pemikiran dan Kalam Ibnu Taimiyyah-7
Definisi al-Firqah an-Najiyah-8
Tafsir dan fatwa-fatwa Ibnu Taimiyyah

Penutup-11
Kesimpulan-11
Daftar Pustaka-12

2
Kata pengantar

Makalah ini kami tulis untuk memenuhi rasa ke-ingin-tahuan kami dalam kajian ilmu
kalam terkhusus yang di cetuskan oleh Ibnu Taimiyyah. Kontroversi yang ditimbulkan beliau
pada konteks dewasa ini menjadi momok yang ditakuti oleh banyak pihak

Kesan yang ditimbulkan oleh beliau melalui fatwa-fatwanya ikut memberikan citra
yang “kuat” pada agama Islam. Yang menarik adalah tidak sedikit yang mengikuti pemikiran
beliau dengan segala kontroversinya.

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mampu membuka wawasan dan


pemahaman baru atas pemikiran Ibnu Taimiyyah, dimana nantinya kita semua dapat memilah
dan memilih mana yang akan kita anut dengan bijaksana tanpa menimbulkan rasa benci di
dalam dada.

Pemakalah mengucapkan banyak terimakasih kepada pengampu mata kuliah semester


pendek Ilmu Kalam Pertengahan, Dr. M. Iqbal, S.Fil.I, M.S.I yang telah dengan terbuka
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu kami dalam menyelesaikan
perkuliahan, juga kepada M. Muslih yang juga menjadi kawan dalam menyelesaikan makalah
ini dan tidak lupa kepada Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang telah menyidiakan buku
untuk dipinjam, sehingga makalah ini dapat tersaji dengan baik.

Kotagede, 8 Agustus 2019

3
Pendahuluan

A. Latar belakang

Ibnu Taimiyyah kerap kali dikaitkan dengan gerakan radikal atau ekstrimis
dalam islam, beliau juga dikenal sebagai ulama’ yang kompeten dan lengkap,
pemikirannya ada di banyak aspek mulai dari fikih, tafsir, hadist, hingga kalam.

Judul makalah ini adalah Mengenal Kalam Ibnu Taimiyyah. Pembahasan


nantinya akan dikerucutkan pada pembahasan kalam yang di anut oleh Ibnu
Taimiyyah. Pernyataan dan fatwa-fatwa beliau dan beberapa karya beliau akan
menjadi pokok penulisan makalah ini.
Ibnu Taimiyyah digolongkan pada barisan mutakalimin abad pertengahan
Islam. Yang dimaksud dengan abad pertengahan islam adalah abad pertengahan yang
melalui kaca mata sejarah peradaban Islam bukan kaca mata sejarah barat.

Periodesasi studi kalam sendiri dibagi menjadi lima periode. Periode pertama
pada era kenabian (1-12 H); kedua, era Khulafa ar Rasyidin (12-62 H); ketiga, era
keemasan Islam (62-700 H atau 750-1250 M); keempat, era pertengahan (125-1900
M); dan kelima, era moderen-kontemporen (1900 M-kini).1

Masing-masing era memiliki coraknya tersendiri namun karena keterbatasan


waktu dan pemahaman kami memfokuskan diri pada era pertengahan dimana Ibnu
Taimiyyah yang kami jadikan sebagai pembahasan utama.

Pemilihan Ibnu Taimiyyah oleh pemakalah bukan tanpa alasan. Kami memilih
beliau karena dirasa mewakili pemikiran dari generasi sebelum beliau dan menjadi
panutan dari generasi setelahnya.

1
Zuhri H, Nalar Kalam Pertengahan, (FA Press, Cetakan pertama, September 2015),hlm. 14.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang pemakalah paparkan dan sebagai upaya


tindak lanjut, maka pemakalah merumuskan melalui pertanyaan berikut:

1. Bagaimana corak pemikiran Ibnu Taimiyyah ?


2. Bagaimana pandangan Ibnu Taimiyyah mengenai ilmu kalam ?
3. Bagaimana tafsir beliau dan fatwa-fatwa beliau yang menuai
kontroversi ?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang diharapkan dari disusunnya makalah ini adalah:


1. Mengenal Ibnu Taimiyyah.
2. Mengetahui pemikiran Ibnu Taimiyyah.
3. Mengetahui pandangan kalam Ibnu Taimiyyah.
4. Mengetahui sedikit tafsir beliau dan fatwa-fatwa beliau.

Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat, sekurang-


kurangnya manfaat itu adalah:

1. Menambah wawasan mengenai Ibnu Taimiyyah.


2. Sebagai upaya untuk mengembangkan pemikiran yang mendalam
mengenai kajian ilmu kalam Ibnu Taimiyyah.
3. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi titik awal dalam
memahami konsep Ilmu Kalam di era pertengahan Islam.

5
Pembahasan

A. Biografi singkat Ibnu Taimiyyah

Biografi Ibnu Taimiyyah akan kami tulis secara ringkas dan sejelas mungkin
dikarenakan waktu yang dirasa tidak cukup untuk menuliskannya secara rinci dan
detail.

Ibnu Taimiyyah lahir di kota Harran, yang terletak antara sungai Tigris dan
Efrat di Jazirah Arab, pada hari Senin, 10 Rabi’ul Awwal 661 H. Suasana negerinya
yang tak aman, mengharuskan dia dan seluruh keluarganya berhijrah ke Damsyik.
Saat itu 674 H, bangsa Tartar menjarah tanah airnya mengacaukan semua penduduk
negerinya.2

Ibnu Taimiyyah bernama lengkap Taqiudin ibn Syihabuddin bin Abdul Halim
ibn Taimiyyah al-Numairy. Ayahnya bernama Syihabuddin seorang tokoh agama
yang fanatik terhadap ajaran fiqh Hanbali.3

Karena ketekunan dalam belajar, ketika berusia 17 tahun potensi keilmiahan


Ibnu Taimiyyah sudah tampak. Menginjak usia ke 20 tahun, ia mulai mengajar dan
mengarang kitab. Selanjutnya pada tahun 691 H. Ia pergi ke Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Mekkah ini, Ibnu Taimiyyah semakin dikenal
sebagai sosok yang santun, luas pengetahuan dan berani dalam menyampaikan
gagasan-gagasannya. Oleh karenanya, nama Ibnu Taimiyyah mulai tersohor.
Kegigihannya dalam memperjuangkan dan menegakkan kebenaran yang sesuai
dengan tuntunan al-Qur’an dan hadist mengantarnya mendapat julukan Muhdist As
Sunnah (penegak sunnah). Ia juga berjuang secara fisik dalam menghadapi serangan
kaum Tartar di Syiria.4

2
Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Tafsir Al-Qur’an, Penerjemah: Drs. As’ad Yasin, Judul asli: Majmu’atur
Rasailul Kubra Li Ibni Taimiyah, karya: Ibnu Taimiyah, (CV. Pustaka Mantiq, Cetakan I: Desember 1996), hlm.
12.
3
Zuhri H, Nalar Kalam Pertengahan, (FA Press, Cetakan pertama, September 2015), hlm. 54.
4
Ibid. Hlm. 55.

6
Tragedi yang dialami Ibnu Taimiyyah datang silih berganti setelah
mengumandangkan fatwa-fatwanya secara berani. Sekelompok orang yang dengki
menggalang kekuatan untuk memvonisnya sebagai tokoh ulama yang kufur dan
pecinta bid’ah dalam agama. Trik mereka ini tampaknya berhasil, sehingga
mempengaruhi penguasa untuk melemparnya ke dalam penjara.
Di penjara, Ibnu Taimiyyah tak bisa berdiam diri. Bersama dua asistennyaa, ia
menulis lagi berjilid-jilid kitab yang justru membuat namanya semakin menjulang.
Sang penguasa merasa repot mengenai sepak terjang Ibnu Taimiyyah, maka dia
memerintahkan agar ulama besar itu dipisahkan dengan pena dan semua bacaan.
Semua kitab dan alat tulis dikeluarkan dari sel tahanannya. Tindakan ini merupakan
pukulan berat baginya. Satu-satunya kegiatan yang dapat dilakukan sekarang adalah
terus membaca al-Qur’an dan shalat dengan tekun. Kegiatan itu dilakukannya hingga
ajal menjemputnya.5

B. Corak pemikiran dan Kalam Ibnu Taimiyyah

Sudah kita ketahui bahwa beliau menganut salah satu dari empat mazhab besar
yaitu mazhab Imam Hanbali beliau juga dikenal sebagai ulama yang multi-talenta dan
lengkap.

Aktivitas keseharian Ibnu Taimiyyah hanya mengabdi keopada ilmu


pengetahuan. Ibnu Taimiyyah adalah seorang intelektual muslim yang mengikuti dan
meneruskan pandangan-pandangan Ahmad bin Hanbal (w. 855 M). Oleh karena itu
dia diposisikan sebagai pengikut mazhab Hanbali. Secara umum, gagasan teologis
mazhab Hanbali mengikuti mainstream ahlussunah dengan penekanan pada
pemahaman tekstualis atau yang sering disebut sebagai skriptualistik namun
demikian, kita juga perlu membedakan pemikiran Ibnu Taimiyyah dalam konstruksi
nalar fiqih, nalar kalam, dan nalar tasawuf.6

5
Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Tafsir Al-Qur’an, Penerjemah: Drs. As’ad Yasin, Judul asli: Majmu’atur
Rasailul Kubra Li Ibni Taimiyah, karya: Ibnu Taimiyah, (CV. Pustaka Mantiq, Cetakan I: Desember 1996),
hlm.18.
6
Zuhri H, Nalar Kalam Pertengahan, (FA Press, Cetakan pertama, September 2015), hlm. 58.

7
Dalam bidang kalam, cukup sulit untuk melacak pemikirannya karena tidak
banyak karya beliau yang membahas secara spesifik mengenai ilmu kalam. Pendapat-
pendapat beliau mengenai kalam tersebar dalam karya-karyanya yang lain yang
mayoritas membahas tentang fiqih dan tafsir. Satu-satunya karya beliau yang
mungkin dapat di kategorikan sebagai karya yang membahas ilmu kalam adalah kitab
al-Aqidah al-Wasathiyah.

Latar belakang dari penulisan, dan penamaannya dengan al-Wasathiyah, ialah:


Bahwa seorang Kadi dari nengeri Wasith yang sedang melaksanakan haji datang
kepada beliau dan memohon beliau untuk menulis tentang akidah Salafiyah yang
beliau yakini. Maka beliau menulisnya dalam sekali duduk, seusai shalat Ashar.7

1. Definisi al-Firqah an-Najiyah

Al-Firqah an-Najiyah dalam bahasa Indonesia berarti “Golongan yg selamat”


dan mendapatkan pertolongan dari Rasulullah S.A.W, berdasarkan sabda beliau:
“akan senantiasa ada sekelompok umatku yang tegar di atas al-haq, yang tidak
akan terkena mudharat dari orang yang enggan menolong atau menentang mereka,
sehingga datanglah keputusan Allah sedangkan mereka tetap dalam keadaan
begitu.” (H.R Bukhari).

Dari sinilah beliau memaparkan lebih lanjut pula mengenai konsep aqidah,
teologi atau kalam versi beliau yang mana beliau klaim sebagai Ahlussunnah.

Pertama, Iman kepada Allah Ta’ala. Iman kepada Allah adalah keyakinan
yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu; Dialah yang
mencipta, Yang memberi rizki, Yang menghidupkan, dan Yang mematikan, hanya
Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukkan, dan segala
jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya; Dia memiliki sifat-sifat
kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan; serta Dia bersih dari segala cacat dan
kekurangan.

7
Syaikh Said bin Ali, Syarah Aqidah Wasathiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, ( Surakarta: Pustaka Tibyan),
hlm. 13.

8
Kedua, Iman kepada para malaikat Allah. Iman kepada malaikat Allah
adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang
diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang dijelaskan adalah hamba-
hamba Allah yang dimuliakan.

Ketiga, Iman kepada kitab-kitab Allah. Maksudnya adalah, meyakini


dengan sebenar-benarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya
kepada para Nabi dan Rasul-Nya yang benar-benar merupakan firman-Nya.

Keempat, Iman kepada para Rasul. Iman kepada rasul adalah keyakinan
yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia
dari kegelapan menuju cahaya.

Kelima, Iman kepada kebangkitan setelah mati. Iman kepada kebangkitan


setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat.

Keenam, Iman kepada takdir baik maupun buruk. Iman kepada takdir
adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan
itu terjadi karena takdir Allah.8

Sampai di konsep rukun iman Ibnu Taimiyyah masih mirip denagan konsep
kalam Asy’ariyah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal rukun iman
beliau mengikuti kalam Abu Hasan al-Asy’ari.

Selanjutnya kita akan mulai membahas pada pendapat beliau mengenai


mazhab ahlussunah. Mazhab ahlussunnah menurut beliau menetapkan sifat-sifat
Allah tanpa ta’thil, tamtsil, dan takyif. Mereka mempercayainya sebagaimana
dalam nash al-Qur’an.9

Disinilah perbedaan mulai muncul antara ahlussunah Asy’ariah dengan


ahlussunah yang di pahami oleh Ibnu Taimiyyah sebab secara tidak langsung

8
Ibid, hlm. 20-23
9
Ibid, hlm. 26

9
pendapat beliau merupakan penolakan atas pendapat Abu Hasan al-Asy’ari.
Contohnya adalah, kaum asy’ariah memaknai “tangan Allah” sebagai “kekuasaan
Allah”, tetapi Ibnu Taimiyyah memaknainya sebagaimana adanya yaitu “tangan
Allah”. Contoh lainnya adalah Asy’ariah memaknai Ar-rahman Ar-rahiim sebagai
“memberi nikmat yang sangat besar sementara Ibnu Taimiyyah memaknainya
“memberi rahmat” saja.

Ibnu Taimiyyah seolah menegaskan bahwa Ahlussunnah yang berkembang


kala itu memiliki kekeliruan dalam beberapa konsep dan beliau muncul dalam
rangka meluruskan kembali konsep tersebut. Dapat dipahami juga bahwa beliau
juga memberi ruang pada paham mu’tazilah khususnya dalam konteks kebebasan.

2. Tafsir dan fatwa-fatwa Ibnu Taimiyyah.

Begitu banyak pendapat Ibnu Taimiyyah mengenai tafsir dan juga fatwa-
fatwanya, pemakalah akan mencoba menyaringnya dan mengerucutkannya pada
pendapat-pendapat yang kerap kali menjadi perdebatan di era sekarang. Tafsir beliau
telah dibahas sebelumnya bahwa Ibnu Taimiyah cenderung skriptualistik yang mana
memaknai ayat-ayat sebagaimana adanya dan dari situ melahirkan fatwa-fatwa yang
juga memberikan kesan berbeda dari para ulama generasi sebelumnya. Mari
mengambil contoh seperti fatwa beliau mengenai orang yang junub boleh melakukan
sembahyang sunat malam tanpa mandi terlebih dahulu, atau fatwa beliau mengenai
ke-Qadim-an alam dan masih banyak lagi yang tercantum dalam kitab Fashul Aqwal
halaman 32.10

10
https://salafytobat.wordpress.com/tag/fatwa-fatwa-ibnu-taimiyah-yang-melanggar-ijma-ulama-ahlusunnah-
wal-jamaah/

10
Penutup

Kesimpulan

Dari pembahasan singkat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa


sesungguhnya Ibnu Taimiyyah dipengaruhi oleh banyak pemikir, pemikirannya
mengenai kalam khususnya bukanlah pemikiran yang outentik dan lahir dari beliau
sendiri melainkan terpengaruh juga oleh para pendahulunya. Namun dari semua itu
beliau dengan yakin mengklaim bahwa pemikiran beliaulah yang paling tepat.

Persinggungan beliau dengan para pemikir se-zaman-nya akan dibahas di lain


kesempatan. Semoga makalah ini dapat membuka ide baru mengenai pembahsan
lebih lanjut dari kajian Ilmu Kalam Pertengan dan terkhusus mengenai Kalam Ibnu
Taimiyyah.

11
Daftar Pustaka

Zuhri, H. Nalar Kalam Pertengahan, Yogyakarta: FA Press, 2015.

Risalah Ibnu Taimiyah Tentang Tafsir Al-Qur’an, Penerjemah: Drs. As’ad Yasin, Judul asli:
Majmu’atur Rasailul Kubra Li Ibni Taimiyah, karya: Ibnu Taimiyah, CV. Pustaka
Mantiq, Cetakan I: Desember 1996.

Syaikh Said bin Ali, Syarah Aqidah Wasathiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Surakarta: Pustaka
Tibyan.

https://salafytobat.wordpress.com/tag/fatwa-fatwa-ibnu-taimiyah-yang-melanggar-ijma-ulama-ahlusunnah-wal-
jamaah/

12

Anda mungkin juga menyukai