Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN

PELAYANAN
INTENSIF CARE UNIT (ICU)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIMACAN


KABUPATEN CIANJUR
Jln. Raya Cimacan no. 17 Cimacan Cipanas Cianjur Jawa Barat 43253
Telp/Fax (0263) 512465
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Pedoman
3. Ruang Lingkup Pelayanan
4. Batasan Operasional
5. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN


1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
2. Distribusi Ketenagaan
3. Pengaturan Jaga
4. Perhitungan Ketenagaan

BAB III STANDAR FASILITAS


1. Denah Ruangan
2. Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


1. Pelayanan ICU
2. Alur Pelayanan
3. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar
4. Pencatatan dan Pelaporan

BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
1. Penilaian matriks resiko
2. Alur Pelaporan Keselamatan Pasien

BAB VII KESELAMATAN KERJA


BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cimacan merupakan lembaga layanan
publik yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanan pada semua aspek
dimensi mutu. Upaya tersebut merupakan implementasi dari visi RSUD Cimacan
yaitu Mewujudkan pelayanan kesehatan yang profesional, bermutu, dan terjangkau
serta misi memberikan pelayanan yang optimal dan mengembangkan pelayanan
UGD, Rawat Inap, dan kebidanan yang cepat, tepat dan akurat.
Salah satu jenis pelayanan di RSUD Cimacan yang penting adalah
pelayanan Intensive Care Unit (ICU). Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian
dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur), dengan staf khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana prasarana serta peralatan khusus yang menunjang fungsi-
fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medis, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan tersebut. Pada saat ini, ICU
modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi mekanis saja,
namun telah menjadi cabang ilmu sendiri.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat
perlu untuk dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian pelayanan
keperawatan intensif bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan
penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu
observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan diruang
perawatan umum memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial
atau adanya kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian
yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis.
Uraian diatas menunjukan bahwa pelayanan keperawatan intensif berbeda
dengan pelayanan keperawatan diruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan
pasien terhadap perawat diruang intensif sangat tinggi. Untuk itu perawat intensif
dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang
tinggi, mampu bekerja mandiri, membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnnya.

2. Tujuan Pedoman
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di rumah sakit
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di rumah sakit
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di rumah sakit

3. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif meliputi
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan memngambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik pemenuhan kebutuhan dasar.
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit dan kondisi pasien menjadi buruk karena
pengobatan/therapy.
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang bergantung pada fungsi
alat/mesin dan orang lain.

4. Batasan Operasional
a. intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut,
cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengamcam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible.
b. Waktu penyelenggaraan pelayanan ICU berlangsung selama 24 jam sehari dan 7
hari dalam seminggu.
c. Instalasi perawatan intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga professional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang
kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
d. Dalam instalasi ICU terdapat ruang Integrated HCU adalah HCU yang menjadi
satu dengan ICU.

5. Landasan Hukum
Dasar hukum yang digunakna dalam penyusunan buku ini adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Kepmenkes RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit.
d. Kepmenkes RI No.1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.
e. Kepmenkes RI No. 004/Menkes /SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi dan
Desentralisasi Bidang Kesehatan.
f. Kepmenkes RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktik Keperawatan.
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai staf
perawat kritikal yang mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen terhadap waktu. Perawat intensif dalam memberikan pelayanannya
mengacu pada standar keperawatan kritikal, komitmen pada kode etik keperawatan
dapat berfungsi sebagai perwakilan pasien secara tepat serta menunjukan
akuntabilitas terhadap tindakannya. perawat kritikal menggunakan intervensi
independen, dependen dan interdependent dalam mengelola pasien.
Staf yang bekerja di unit perawat intensif perlu dikelola dengan baik dan benar
sehingga masing-masing mempunyai peran, tanggung jawab serta tugas yang jelas.
Staf di pelayanan perawatan intensif dimasukan dalam 4 kelompok meliputi: a.
kelompok dokter; b. perawat; c. tenaga penunjang terdiri dari elektromedik,
laboratorium, fisioterapis, farmasis, ahli gizi, radiografi, dan pekerja sosial; d. tenaga
administrasi.
Kolaborasi dokter-perawat di ICU, harus terjalin sebagai mitra yang
interdependensinya tinggi (doctor-nurse team concept). Perubahan yang terjadi pada
kondisi pasien langsung dididkusikan bersama tim sehingga keputusan medik
maupun keperawatan dapat ditetapkan secara tepat.
Tenaga yang terlibat dalam pelayanan ICU terdiri dari tenaga Dokter Spesialis,
Dokter Umum dan Perawat, serta tenaga administrasi. Tenaga kesehatan tersebut
telah mendapat pelatihan dasar ICU dan melaksanakan pelayanan ICU sesuai
dengan kompetensi dan kewenangan yang diatur oleh RSUD Cimacan.

2. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan di ICU RSUD Cimacan karyawannya yang berkerja
secara shift dengan waktu kerja akan diatur secara mandiri oleh unit kerja yang
bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam
satu minggu dengan 6 hari kerja (160 - 180 jam per bulan).
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut:
a. Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30 menit.
b. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan maka karyawan
tersebut akan mendapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan langsung.
c. Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun karyawan akan
diberikan surat peringatan.

Pengaturan tenaga kerja di ICU Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan berdasarkan
shift. Tenaga kerja diunit ICU saat ini orang yang memegang tanggung jawab
sebagai:
1) Dokter Ruangan : 1 orang
2) Kepala instalasi : 1 orang
3) Perawat Pelaksana : 12 orang
Tenaga di unit HCU ini berkerja setiap hari sebagai berikut :
1) Dokter : Jaga
2) Kepala instalasi : on call
3) Perawat pelaksanaan : Sesuai Shift

3. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga pada pelayanan ICU disesuaikan dengan jam kerja pelayanan
ICU 24 jam, beban kerja dan kompleksitas kasus pasien yang membutuhkan
pelayanan ICU, serta dibagi berdasarkan shift dan non shift dapat dibawah ini:
a. Karyawan shift
Senin- Minggu
Shift I : 08.00-14.00
Shift II : 14.00-20.00
Shift III : 20.00-08.00
b. Karyawan non shift
Senin-Sabtu : 07.30-14.00
Adapun rasio jumlah perawat berbanding pasien minimal adalah 1 (satu)
perawat untuk 2 (dua) pasien.
4. Perhitungan Ketenagaan
Perhitungan rumus Gillies:
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari
Waktu keperawatan langsung (rata-rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian
adalah
1) Keperawatan mandiri (self care) =¼x4 = 1 jam
2) Keperawatan partial (partial care) =¾x4 = 3 jam
3) Keperawatan total (total care) = 1-1,5 x 4 = 4-6 jam
4) Keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 = 8jam

Klasifikasi/Kategori Pasien
Klasifikasi pasien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan akan perawatan
selama 24 jam terus menerus, sehingga dapat menentukan kebutuhan tenaga.
Ada beberapa kategori pasien dan jam perawatan yaitu sbb:
Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981:
Level I (minimal) = 3,2 jam
Level II (intermediate) = 4,4 jam
Level III (maksimal) = 5,6 jam
Level IV (intensif-care) = 7,2 jam

Menurut Hanson:
Kategori I : Self Care
Biasanya membutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.
Kategori II: Minimal Care
Biasanya membutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
Kategori III: Intermediate Care
Biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
Kategori IV: Modified Intensive Care
Biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
Kategori V: Intensive Care
Biasanya membutuhkan waktu 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
Menurut Douglas (1984)
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien ada 3 kategori, masing-masing memerlukan
waktu:
Perawatan minimal : 1-2 jam/24 jam

Perawatan intermediet : 3-4 jam/24 jam

Perawatan maksimal/total : 5-6 jam/24 jam

Klasifikasi pasien menurut Douglas dengan kriteria sebagai berikut:


1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Ambulasi dengan pengawasan
c. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
e. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, dengan kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Folley chateter output dicatat
e. Klien dengan pemasangan infuse, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
3. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam, dengan kriteria:
a. Segalanya diberikan/dibantu
b. Posisi di atur, observasi tanda-tanda vital
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d. Pemakaian suction
e. Gelisah, disorientasi
Menurut Depkes (2002)
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien ada 4 kategori, masing-masing memerlukan waktu:
Asuhan Keperawatan minimal : 2 jam/24 jam
Asuhan keperawatan sedang : 3,08 jam/24 jam
Asuhan Keperawatan agak berat : 4,15 jam/24 jam
Asuhan Keperawatan maksimal : 6,16 jam/24 jam

Klasifikasi pasien menurut Depkes (2002) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Asuhan Keperawatan minimal


a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 4jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan Keperawatan agak berat
a. Sebagian besar aktifitas dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali
c. Terpasang folley cateter, intake output dicatat
d. Terpasang infus
e. Pengobatan lebih dari sekali
f. Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Asuhan Keperawatan maksimal
a. Segala aktifitas diberikan perawat
b. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c. Memerlukan NGT, terapi intravena
d. Penggunaan suction
e. Gelisah/ disorientasi
BAB III
STANDAR FASILITAS

1. Denah Ruangan
Lokasi ruang ICU terletak pada lokasi yang nyaman, tenang dan aman dan berada di
lantai 2 gedung B bersebelahan dengan ruangan hemodialisa dilantai 1 ada Instalasi
Gawat Darurat , adapun denahnya adalah sebagai berikut :

Ruang ICU Ruang HCU

Ruang Hemodialisa

2. Standar Fasilitas
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat
Ketentuan bangunan ICU adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai standar tertentu terhadap :
 Bahaya api
 AC
 Exhaust fan
 Pipa air
 Komunikasi
 Bakteriologis
 Kabel monitor
b. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.
Ruangan ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari:
1. Area pasien :
 Unit terbuka 12-16 m2 / tempat tidur.
 Unit tertutup 16-20 m2/ tempat tidur.
 Jarak antara tempat tidur : 2m.
 Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur.
 Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier
paling sedikit 3 outlet udara-tekan, dan 3 pompa isap dan minimal 16 stop
kontak untuk tiap tempat tidur.
 Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL
day light 10 watt/m2. Akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan
personil. Desain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.
2. Area kerja meliputi :
 Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat
dengan pasien.
 Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan
penyimpanan obat dan alat (termasuk lemari pendingin).
 Ruang yang cukup untuk mesin X-RAY mobile dan dilengkapi dengan
viewer.
 Ruang untuk telepon dan sistem komunikasi lain, komputrer dan koleksi
data, juga tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang
cukup resepsionis dan petugas administrasi
3. Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan /AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan.
4. Ruang isolasi
Belum ada
5. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor,ventilasi mekanik ,pompa infuse dan pompa syringe,
peralatan dialisis, alat-alat sekali pakai , cairan, penggantung infuse, troli ,alat
isap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih.
6. Ruang tempat pembuangan alat /bahan kotor
Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan
pembersihan pispot dan botol urine. Desain unit menjamin tidak ada
kontaminasi.
7. Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dan
pimpinannya (belum ada)
8. Ruang staf dokter
Belum ada
9. Ruang tunggu keluarga pasien
Belum ada
10. Laboratorium masih umum.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Pelayanan ICU
Pelayanan ICU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan
tim multidisiplin yang dipimpin oleh dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan
dasar ICU. Anggota tim terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, serta perawat
yang bekerja secara interdisiplin dengan fokus pelayanan mengutamakan pasien
yang membutuhkan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat sesuai
dengan standar prosedur operasional yang berlaku di Rumah Sakit Umum Kelas C
Cimacan.
Adapun daftar kualifikasi sdm di unit kerja ICU, dapat dilihat dibawah ini:
no Nama jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah
1 Kepala dokter a) Pelatihan pemantauan 1
instalasi b) Apelatihan penatalaksanaan
jalan nafas dan terafhy oksigen
c) Pelatihan teraphy cairan,
elektrolit, dan asam basa
d) Pelatiahn pengendalian dan
penanganan infeksi
e) Pelatihan manajement HCU
2 Kepala ruang Minimal Pelatihan Basic dan Advence Life 1
DIII Support, Manajemen bangsal,
keperawatan Pelatihan ICU dasar
bersertifikasi
3 koordinator D III Pelatihan Basic Life Support 1
4 Perawat D III Pelatihan Basic Life Support 11
pelaksana
Kegiatan ICU meliputi pemantauan pasien secara ketat, menganalisa hasil
pemantauan dan tindakan medis serta asuhan keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
Adapun ruang lingkup pemantauan yang dilaksanakan di ICU:
1. Tingkat kesadaran
2. Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal setiap 4 (empat)
jam atau disesuaikan dengan kebutuhan pasien
3. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus-menerus
4. Keseimbangan cairan dengan observasi interval waktu minimal 8 (delapan) jam
atau disesuaikan dengan kondisi pasien.
Tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan:
1. Bantuan Hidup Dasar/Basic Life Support (BHD/BLS) dan Bantuan Hidup
lanjut/Advanced Life Support (BHL/ALS)
a. Jalan nafas (Airway): Membebaskan jalan nafas, bila perlu menggunakan
alat bantu jalan nafas, seperti pipa oropharingeal atau nasopharingeal.
Dokter HCU juga harus mampu melakukan intubasi endotrakea bila
diindikasikan
b. Pernafasan/ventilasi (breathing): Mampu melakukan bantuan nafas
(breathing support) dengan menggunakan bag-mask-valve
c. Sirkulasi (Circulation): Resusitasi cairan, tindakan defibrilasi, tindakan
kompresi jantung luar.
2. Terapi Oksigen
Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dengan berbagai alat bantu
pengalir oksigen seperti: kanul nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan reservoir, sungkup muka dengan katup dan sebagainya.
3. Obat-obatan
untuk pemeliharaan atau stabilisasi (obat inotropik, obat anti nyeri, obat aritmia
jantung, obat yang bersifat vasoaktif, dan lain lain.
4. Nutrisi enteral atau nutrisi pareneteral campuran
5. Fisioterapi sesuai dengan kebutuhan pasien
6. Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan
2. Alur Pelayanan

Pasien Gawat

Tidak Ya

Poliklinik IGD

Kamar Bedah ICU HCU RAWAT


Operasi INAP

Pasien yang memerlukan pelayanan ICU sesuai dengan indikasinya bisa berasal
dari ruangan berikut:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari HCU
3. Pasien dari Kamar Operasi atau kamar tindakan lain, seperti: kamar bersalin,
ruang endoskopi, dan sebagainya
4. Pasien dari ruang rawat inap
5. Pasien dari poliklinik

3. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar


Suatu ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus
dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk
merawat pasien sakit kritis. Keadaan ini memaksa diperlukannya mekanisme untuk
membuat prioritas pada sarana yang terbatas ini apabila kebutuhan ternyata melebihi
jumlah tempat tidur yang tersedia di ICU.
a. Kriteria masuk ICU
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan
terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi pasien
yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan rawat ICU
dibandingkan pasien yang memerlukan perawatan pemantauan intensif dan
pasien sakit kritis atau terminal (prioritas 2) dengan diagnosis buruk atau sukar
untuk sembuh (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan
prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas pasien ICU.
Prioritas pasien masuk ICU sebagai berikut :
1) Pasien Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan perawatan intensif dengan bantuan alat-alat ventilasi,
monitoring dan obat-obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain. Misalnya
pasien bedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic. Mungkin ada baiknya
beberapa institusi membuat criteria spesifik untuk masuk ICU, seperti
derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu. Pasien
prioritas 1 umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari terapi yang dapat
diterimanya.
2) Pasien Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis
pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya
pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial
catheter sangat menolong, misalnya pada pasien penyakit dasar jantung, paru
atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan
mayor.pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang
diterimanya, mengingat kondisi mediknya senantiasa berubah.
3) Pasien Prioritas 3
Pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil dimana status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik
masing-masing atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan
kesembuhan dan atau mendapat manfaat terapi ICU. Contoh-contoh pasien
ini antara lain pasien dengan keganasan metastatic disertai penyulit infeksi
pericardial temponade, atau sumbatan jalan nafas, atau pasien menderita
penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi akut berat-pasien
prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengantasi penyakit
akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi dan
resusitasi kardiopulmoner.
b. Indikasi pasien keluar
Kriteria pasien keluar dari ICU mempunyai 3 prioritas, yaitu :
a) Pasien prioritas 1
Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi
perawatan intensif, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka
pendek buruk, sedikit kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan.
Contoh pasien dengan 3 atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon
terhadap pengelolaan agresif.
b) Pasien prioritas 2
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukan
bahwa perawatan intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif
selanjutnya tidak diperlukan lagi.
c) Pasien prioritas 3
Pasien prioritas 3 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk therapy
intesif telah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila
kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari therapy intensif continue
diketahui kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil, keuntungan dari
therapy intesif selanjutnya sangat sedikit. Contoh pasien dengan penyakit
lanjut (penyakit patu kronis, penyakit jantung atau lever terminal, karsinoma
yang telah menyebar luas dan lain-lainnya). Yang tidak berespons terhadap
therapy ICU untuk penyakit akut lainnya.
c. Kriteria Pasien Yang Tidak Memerlukan Perawatan Di Perawatan Intensif
1) Prioritas 1
Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi
perawatan intesif atau jika:
 Therapi mengalami kegagalan
 Prognosa jangka pendek buruk
 Sedikit kemungkinan untuk pulih kembali
 Sedikit keuntungan bila perawatan intensif diteruskan
2) Prioritas 2
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intesif menunjukan bahwa:
 Perawatan intensif tidak dibutuhkan
 Pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi
3) Prioritas 3
Pasien dipindahkan apabila :
 Perawatan intensif tidak dibutuhkan lagi
 Diketahui kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil
 Keuntungan dari therapy intensif selanjutnya sangat sedikit

4. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan di pelayanan ICU meliputi pencatatan rekam
medis pasien dan pelaporan kegiatan pelayanan Rumah Sakit yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencatatan pada rekam medis pasien ICU sangat dibutuhkan oleh tim
untuk pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagai dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan medis
serta untuk kepentingan perlindungan hukum bagi tenaga dokter maupun
perawat.
Adapun rekam medis yang digunakan di Rumah Sakit Umum Cimacan
mengacu pada model rekam medis ICU, dimana pencatatan terhadap pemantauan
dan intervensi yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Pelaporan yang dilakukan biasa berbentuk laporan bulanan yang
dilaporkan kepada bidang keperawatan meliputi daftara sepuluh besar penyakit,
laporan kegiatan sehari-hari, sensus harian, frekuensi pemakaian alat-alat besar.
Selain itu juga ICU melaporkan standar pelayanan minimal dan indikator
pelayanan rawat inap yang berisi:
1) Pemberi pelayanan di rawat inap
2) Dokter penanggungjawab pasien rawat inap
3) Ketersediaan pelayanan rawat inap
4) Jam visite dokter spesialis
5) Kejadian infeksi paska operasi
6) Kejadian infeksi nosokomial
7) Tidak adanya kejadian pasien jatuh tang berakibat cedera/kematian
8) Kematian pasien > 48 jam
9) Kejadian pulang paksa
10) Kepuasan pelanggan
11) Rawat inap TB
a. Penegakan diagnosis Tb melalui pemeriksaan mikroskopi TB.
b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di rumah
BAB V
LOGISTIK

Daftar logistik pada pelayanan minimal ICU diantaranyasebagai berikut:


no Standar minimal peralatan keterangan
1 Ventilator sederhana Tidak ada
2 Satu set resusitasi muka dan kantong penampung O2(reservoir) Ada
3 Alat /pemberian O2 (nasal kanul, simple facemask, non rebreating Ada
facemask)
4 Satu set Laringoskop dengan berbagai ukuran bilahnya Ada
5 Berbagai ukuran endotrakeal dan konektor Ada
6 Berbagai ukuran pipa orafaring, pipa nasofaring, sungkup laring dan Tidak ada
alat bantu nafas lainnya
7 Berbagai ukuran introducer untuk pipa enditrakeal dan bougies Tidak ada
8 Syringe untuk mengembangkan enditrakeal dan klem Ada
9 Forcep magill Tidak ada
10 Beberapa ukuran plester/ pita perekat medik Ada
11 gunting Ada
12 Alat Hisap (suction) yang setara dengan ruang operasi central
13 Tourniquet untuk pemasangan akses vena Ada
14 Peralatan pemasangan infuse dengan berbagai ukuran kanul intravena Ada
dan berbagai macam cairan infuse yang sesuai
15 Pompa infuse dan pompa syringe Ada
16 Alat pemantau untuk tekanan darah dengan non invasive (non Ada
invasive blood pleasure) , elektrokardiografi, oksimetri nadi dan
temperature
17 Alat kateterisasi vena sentral dan manometernya Tidak ada
18 Defibrillator jantung dengan kemampuan kardioversi sinkron Ada
19 Tempat tidur khusus ICU Ada
20 Peralatan portable transportasi Tidak ada
21 Lampu tindakan Ada
22 Alat foto rongten mobile Tidak ada
Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus dilakukan
pemeliharaan, pebaikan dan kalibrasi alat agar perlatan dapat tetap terpelihara dan
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Tujuannya antara lain:
a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang diinginkan
c. Agar pelalatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.
d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis yang
diperlukan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Penilaian Matriks Resiko


Dalam menilai suatu insiden, di RSUD Cimacan menggunakan penilaian matriks
resiko (Analisis Matriks grading resiko) yang bertujuan untuk menentukan derajat
risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak
Penilaian dampak adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari
tidak ada cedera sampai meninggal, seperti tabel berikut.

Tabel penilaian dampak klinis/konsekuensi/severity

Tingkat risiko Deskripsi Dampak


1 Tidak signifikan Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2 Minor  Cedera ringan misal luka lecet, kerugian
keuangan sedang
 Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
3 Moderat  Cedera sedang missal luka robek
 Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversible), tidak berhubungan dengan
penyakit
 Setiap kasus yang memperpanjang waktu
perawatan
4 Mayor  Cedera luas/berat misal Cacat, lumpuh
 Kehilanagn fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
(reversible), tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit
(sumber: pedoman pelaporan IKP PERSI)
b. Probabilitas
Penilaian tingkat probabilitas adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi,
seperti tabel berikut.

Tabel penilaian probabilitas/frekuensi


Tingkat risiko Deskripsi
1 Sangat jarang/rare (>5thn/kali)
2 Jarang/ uniikely (2-5 thn/ kali)
3 Mungkin/possible (1-2 thn/kali)
4 Sering /likely (beberapa kali/thn)
5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu/bulan)
(sumber: pedoman pelaporan IKP PERSI)

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, masukan dalam tabel matriks. Grading
resiko untuk menghitung skor resiko dan mencari warna brands resiko.

Skor resiko = Dampak x Probabilitas

Untuk menentukan skor resiko, digunakan matriks grading risiko seperti tebel berikut.
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. etapkan warna bendsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dan dampak
Table Matriks Grading Risiko
probabilitas Tidak signifikan Minor Moderat Mayor Katastropik
1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi
(tiap minggu/bulan) moderat moderat tinggi ekstrim ekstrim
5
Sering terjadi
(beberapa kali/tahun) moderat moderat tinggi ekstrim ekstrim
4
Mungkin terjadi
(1-2 thn/kali) rendah moderat tinggi ekstrim ekstrim
3
Jarang terjadi
(2-5 thn/kali) rendah rendah moderat tinggi ekstrim
2

Sangat jarang terjadi


(> 5 thn/kali ) rendah rendah moderat tinggi ekstrim

(sumber: Pedoman Pelaporan IKP PERSI)

Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada penilaian risiko ditemukan dua
insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya,
dapat menggunakan warna bands risiko.

Skala prioritas bands risiko adalah:


Bands Biru : Rendah / Low
Bands Hijau : Sedang / Moderat
Bands Kuning : Tinggi / High
Bands Merah : Sangat Tinggi / Ekstreme
BANDS RISIKO

Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah, dimana warna akan menentukan inventigasi yang akan
dilakukan.

Bands biru dan Hijau : Inventigasi sederhana


Bands Kuning dan Merah : Inventigasi komprehensif / RCA

Tabel Tindaka sesuai Tingkat dan Bands risiko


Level/Bands Tindakan
Ekstrim (sangat tinggi) Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari Membutuhkan
tindakan segera, perhatian sampai Direktur
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari kaji dengan detil &
perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen
Moderat sedang Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.
Manajer/Pimpinan Klinis sebaiknya menilai dampak terhadap biaya
dan kelola risiko
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana, paling lama 1 minggu,
diselesaikan dengan prosedur rutin
(Sumber: Pedoman Pelaporan IKP PERSI)

2. Alur pelaporan Keselamatan Pasien


a. Apabila terjadi suatu insiden dirumah sakit, wajib segera ditindak lanjuti
(dicegah/ditangani) untuk mengurengi dampak / akibat yangb tidak diharapkan.
b. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insiden dengan mengisi formulir
laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung. Paling lambat
2x24 jam; jangan menunda laporan.
c. Setelah selesai mengisi fomulir, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan manajemen adalah kepala ruangan)
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap
insiden yang dilaporkan
e. Hasil granding akan menentukan bentuk intevensi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut;
1) Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung , waktu maksimal 1
minggu
2) Grade hijau : intervensi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2
minggu
3) Grade kuning : intervensi komprehensif /analisa akar masalah/RCA oleh tim
KP di RS, waktu maksimal 45 hari
4) Grade merah : investigasi komprehensif / analisis akar masalah/RCA oleh tim
KP di RS, waktu maksimal 45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporkan hasil investigasi dan
lapor insiden dilaporkan ke tim KP di RS
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investasi dan laporan inseden
untuk menentukan apakah perlu investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
regdrading
h. Untuk grade kuning / merah, tim KP di RS akan melakukan analisa akar masalah/
root cause analysis (RCA)
i. Setelah melakukan RCA, tim KP di RS akan membuat laporan dan recomendasi
untuk perbaikan serta “pembelajaran” berupa petunjuk/ “safety alert” untuk
mencegah kejadian berulang
j. Hasil RCA, recomendasi danrencana kerja dilaporkan kepada direksi
k. Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran“ diberikan umpan balik kepada
unit terkait
l. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian disatuan kerjanya masing-masing
m. Monitoring dan perbaikan oleh tim KP di RS
BAB VII KESELAMATAN KERJA

1. Keselamatan dan Keamanan


Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk menguragi terjadinya
kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun
yang berhubungan dengan peralatan, objek kerja, tempat kerja, dan lingkungan kerja
secara langsung dan tidak langsung.
Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit Cimacan bertujuan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera serta mempertahankan kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia Rumah sakit, pasien, pendamping pasien dan
pengunjung.
Keselamatan dan Keamanan kerja di Rumah sakit Cimacan dapat dilakukan melalui:
a. Identifikasi dan penilaian resiko, dapat dilakukan dengan cara inspeksi
keselamatan dan kesehatan kerja di area Rumah Sakit.
b. Pemetaan area risiko, merupakan hasil identifikasi area resiko terhadap
kemungkinan kecelakaan dan ganguan keamanan di rumah sakit.
c. Upaya pengendalian, merupakan tindakan pencegahan terhadap resiko
kecelakaan dan ganguan keamanan
2. Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja dilakukan dengan cara komprehensif melalui kegiatan
yang bersifat promotif meliputi pemenuhan gizi kerja, kebugaran dan pembinaan
mental dan rohani, preventif meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehataan, survailans
lingkungan kerja dan survailans media. Imunisasi tersebut dilakukan bagi tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan serta SDM Rumah sakit lainya yang beresiko.
Pemeriksaan kesehatan bagi SDM rumah sakit disesuaikan berdasarkan resiko
pekerjaany, meliputi :
a.pemeriksaan kesehataan sebelum bekerja;
b.pemeriksaan kesehataan berkala;
c.pemeriksaan kesehataan khusus;
d.pemeriksaan kesehataan pasca berkala.
Kegiataan yang bersifat kuratif tersebut meliputi pelayanan tata laksana penyakit
baik penyakit menular, tidak menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja dan penanganan pasca pemajanan (post exposure protlans). Sedangkan,
kegiataan yang bersifat rehabilitatife meliputi rehabilitan medik dan program
kembali bekerja (retum to work).
3. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Tujuan pengelolaan B3 ini adalah untuk melindungi SDM di rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakitpajanan dan limtah
B3. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui.
a. Identitas dan inventarisi bahan berbahaya dan beracun (B3) di rumah sakit
b. Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (material safety
data sheet)
c. Menyiapkan sarana keselamatan bahan berbahaya dan beracun (B3)
d. Pembuatan pedoman dan standar prosedur operasional pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang aman
e. Penangganan keadaan darurat bahan berbahaya dan beracun (B3)
Sarana keselamatan B3 paling sedikit meliputi
1) Lemari bahan berbahaya dan beracun (B3)
2) Menyiram badan (Bodywash)
3) Pencuci mata (Eyewasher)
4) Alat pelindung diri (APD)
5) Rambu dan symbol B3
6) Spill kit
4. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Dapat dilakukan melalui identifikasi area beresiko bahaya kebakaran dan ledakan,
pemetaan area beresiko bahaya kebakaran dan ledakan, mengurangi resiko bahaya
kebakaran dan ledakan dengan pemenuhan perlengkapan meliputi :
a. Alat pemadam api ringan (APAR)
b. Deteksi asap dan api
c. System alarm kebakaran
d. Penyemprot air otomatis (spnnhler)
e. Pintu darurat
f. Jalur evakuasi
g. Tangga darurat
h. Pengendali asap
i. Tempat titik kumpul aman
j. Penyemprot air manual (hydrant)
k. Pembentukan tim penanggulangan kebakaran
l. Pelatihan dan sosialisasi
5. Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit
Dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja paling sedikit meliputi keamanan :
a. Penggunaan listrik
b. Penggunaan air
c. Penggunaan tata udara
d. Penggunaan genset
e. Penggunaan lift
f. Penggunaan gas media
g. Penggunaan jaringan komunikasi
h. Penggunaan mekanival dan elektival dan
i. Penggunaan instalasi pengelolaan limbah
Pengelolaan peralatan medis harus berupa pengawasan untuk memastikan seluruh
proses pengelolaan peralatan medis telah memenuhi ospek keselamatan dan
kesehatan kerja
6. Kesigapan Menanggapi Kondisi Darurat atau Bencana
Bertujuan untuk meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat
dan bencana yang dapat menimbulkan kerugian fisik, material, dan jiwa, menggangu
operasional serta menyebabkan kerusakan lingkungan atau mengancam financial dan
citra RS.
Pengendalian kondisi atau bencana meliputi menyusun program tanggap darurat
atau bencana, membentuk tim tanggap darurat atau bencana dan menyusun standar
prosedur operasional tanggap darurat atau bencana.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan, penilaian pelayanan atau asuhan keperawatan serta


tindaklanjut yang dilakukan secara terus menerus untuk menjaga mutu pelayanan
keperawatan ICU yang menjamin keselamatan, menurunkan angka kematian, kesakitan
serta meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, meliputi:
1. Indikator mutu Area Klinik
a. Kelengkapan Asesment awal medis dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk
ruangan ICU merupakan assessment awal medis lengkap dalam waktu 24 jam
setelah pasien masuk ICU dengan criteria ada proses kegiatan mengevaluasi
pasien, diisi oelh tenaga medis, paling lambat diisi 24 jam setelah pasien masuk
ICU, meliputi pengumpulan informasi, menganalisa informasi dan membuat
rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi.
b. Ketidaktepatan identifikasi pasien merupakan kesalahan penetuan identtas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar, terhadap semua pelayanan
yang diterima oleh pasien.
Kriteria inklusi:
1) Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir, nomor RM)
2) Ketidaktepatan pemilihan gelang identitas
3) Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien (antara lain: konfirmasi
dengan pertanyaan terbuka)
c. Insiden keamanan obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memiliki
resiko lebih tinggi untuk menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi atau
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan dan
penyimpanan.
d. Kejadian Pasien Jatuh dilingkungan rumah sakit oleh sebab apapun dalam bentuk
laporan insiden
e. Pasien yang kembali ke Instalasi pelayanan Intensif (ICU) dengan kasus yang
sama < 72 jam dengan kriteria eksklusi:
1) Pasien kembali ke instalasi pelayanan intensif atas permintaan sendiri
2) Pasien keluar dari instalasi pelayanan intensif atas permintaan sendiri
f. Kejadian pulang atas permintaan sendiri merupakan pulang atas permintaan
pasien atau keluarga pasien sebelum diputuskan pulang oleh dokter.

2. Indikator Mutu Wajib


a. Kepatuhan identifikasi pasien
Merupakan proses pengecekan ideentitas pasien menggunakan minimal 2
identitas dari 3 identitas yang tercantum pada gelang, label atau bentuk identitas
lainnya sebelum memberikan pelayanan sesuai dengan regulasi yang berlaku di
rumah sakit.
Disebut patuh bila proses identifikasi pasien dilakukan secara benar oleh petugas
pada saat pemberian obat.
b. Kepatuhan jam visite dokter spesialis sebagai DJCP
Merupakan kunjungan dokter spesialis untuk melihat perkembangan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya setiap hari sebelum jam 14.00 termasuk hari libur.
Catatan:
1. Pasien baru masuk
2. Batasan pukul 14.00
3. Hari libur
4. RS. Swasta
c. Kepatuhan Cuci Tangan (hand hygine)
Merupakan segala usaha yang dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
secara kasat mata terlihat dan pengangkatan mikroorganisme yang tinggal
sementara ditangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir (hand wash)
dengan cairan berbasis alkohol (handrub) dalam 6 langkah (WHO,2009)
d. Kepatuhan terhadap clinical pathway (CP)
Merupakan kepatuhan para staf medis/ DPJP dalam menggunakan klinik pathway
untuk memberikan asuhan klinik pasie secara terstandarisasi dan terintegrasi
sehingga dapat meminimalkan adanya variasi proses asuhan klinis.
Setiap RS menetapkan 5 clinical pathway untuk penyakit atau kondisi yang
memenuhi satu atau lebih criteria yang berlaku di RS tersebut berdasarkan:
a. Penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyk terjadi (High Volume)
b. Penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi (High Rish)
c. Penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi (High Cost)
d. Penyakit atau kondisi yang terdapat variasi/keragaman dalam
pengelolaannya. Setiap CP mampu menunjukan komponen standar LOS,
obat dan penunjang.
Disebut patuh apabila mengikuti ketiga proses asuhan yang telah
distandarisasi dalam CP.
e. Kepuasan pasien dan keluarga
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap jasa pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh RS. Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila
pelayan yang diberikan sesuai atau melampaui harapan pelanggan. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan survei kepuasan pelanggan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pelanggan dengan mengacu pada kepuasan pelanggan
berdasarkan Indeks kepuasan Masyarakat (IKM).
BAB IX PENUTUP

Rumah sakit memiliki banyak pelayanan diantara intensive care unit (ICU)
sebagai pemberi pelayanan keperawatan intensif dengan tujuan memberikan asuhan
bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible dan memerlukan observasi
ketat. Pelaksanan pelayanan intensif dapat tercapai bila semua pihak yang
berkepentingan berperan serta dalam menjalankan perannya masing-masing pedoman
pelayanan unit ini merupakan bagian dari usaha unit yang diusulan bagi semua pihak
terkait agar lingkungan RSUD cimacan dapat menyelenggarakan pelayanan dengan
ejektif, efesien dan bervesinamorgan.

Anda mungkin juga menyukai