Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IAS 1 - PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENTS

Oleh:
AZIZA YULQAEDAH
NIM 1711070097

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2018
IAS 1
PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENTS
I. Pendahuluan
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan memberikan informasi
mengenai posisi keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, serta kinerja
perusahaan. Informasi ini bermanfaat untuk para pengguna laporan keuangan agar
dapat mengambil keputusan yang tepat. Pengaturan mengenai penyajian laporan
keuangan diatur dalam standard akuntansi internasional yaitu IAS 1. International
Accounting Standard 1 (IAS 1) tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah standar
pelaporan keuangan internasional yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi
Internasional (IASB). Yang menjabarkan pedoman penyajian laporan keuangan dan
menetapkan persyaratan minimum dalam menyusun laporan keuangan. Yang berlaku
untuk semua laporan keuangan secara umum yang didasarkan pada Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (IFRS).
IAS 1 awalnya dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional pada
tahun 1997, menggantikan tiga standar pengungkapan dan penyajian persyaratan, dan
merupakan standar akuntansi komprehensif pertama untuk menangani penyajian
standar keuangan. Pada tahun 2001 hal ini diadopsi oleh IASB, dan pada tahun 2012
standar terakhir diubah pada bulan Juni 2011, perubahan tersebut efektif mulai tanggal
1 Juli 2012.
Di dalam IAS 1 dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai
penyediaan informasi yang berguna tentang posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus
kas dari suatu entitas, dan mengkategorikan informasi yang diberikan menjadi aset,
kewajiban, pendapatan dan pengeluaran, kontribusi oleh dan distribusi kepada pemilik,
dan arus kas.
Dalam IAS 1 menguraikan tentang penyajian laporan keuangan, yaitu :
1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK;
2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha;
3. Disusun dengan menggunakan dasar akrual;
4. Materialitas dan Penggabungan;
5. Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas
6. Disajikan minimal secara tahunan
7. Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya
8. Disajikan secara secara konsisten pada setiap periode

IAS 1 mensyaratkan identifikasi atas laporan keuangan dan membedakan


laporan keuangan dari informasi lainnya. Setiap elemen dari laporan keuangan harus
memuat nama entitas pelaporan, apakah laporan keuangan dari individu atau kelompok,
tanggal entitas pelaporan dan periode yang dicakup, mata uang presentasi dan tingkat
pembulatan (ribu, jutaan, dsb).
IAS 1 merincikan isi minimum yang harus disajikan dalam laporan keuangan,
seperti mengharuskan kewajiban lancar terdaftar secara terpisah dan rincian tentang
kapan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar atau tidak lancar. Di dalam IAS
1 juga menetapkan persyaratan mengenai catatan atas laporan keuangan, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi dan informasi asumsi yang digunakan.
IAS 1 diubah pada tahun 2007 untuk menggambarkan perubahan dalam istilah
yang berdampak pada standar akuntansi lainnya. Perubahan tersebut meliputi :

Pedoman Implementasi dari IAS 1 tentang ilustrasi penyajian laporan posisi


keuangan disesuaikan dengan penyajian laporan posisi keuangan yang selama ini
berlaku di Indonesia. Pedoman Implementasi tersebut menyajikan laporan posisi
keuangan sebagai berikut:

II. Tujuan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang
meliputi:
1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, dan
6. Arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi
arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian
diperolehnya kas dan setara kas.

III. Perangkat Laporan Keuangan Yang Lengkap


1. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode
Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos
berikut:
a. Aset tetap
b. Properti investasi
c. Aset tak berwujud
d. Aset keuangan
e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
f. Persediaan
g. Piutang dagang dan piutang lain
h. Kas dan setara kas
i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual
j. Utang dagang dan utang lain
k. Provisi
l. Liabilitas keuangan
m. Liabilitas dan aset untuk pajak
n. Penghasilan
o. Liabilitas dan aset pajak tangguhan
p. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual
q. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
r. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul, dan subtotal dalam laporan posisi
keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman posisi keuangan entitas.
Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar, dan liabilitas jangka
pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi
keuangan, maka aset (liabilitas) pajak tangguhan tidak diklasiftkasikan sebagai aset
lancar (liabilitas jangka pendek).

2. Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain selama periode


Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain (laporan penghasilan
komprehensif) menyajikan, sebagai tambahan atas bagian laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain:
a. Laba rugi
b. Total penghasilan komprehensif lain
c. Penghasilan komprehensif untuk periode berjalan, yaitu total laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain
Jika entitas menyajikan laporan laba rugi terpisah, maka entitas tidak
menyajikan bagian laba rugi dalam laporan yang menyajikan penghasilan
komprehensif.
Entitas menyajikan pos-pos berikut, sebagai tambahan atas bagian laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain, sebagai alokasi dari laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk periode berjalan:
a. Laba rugi untuk periode yang dapat diatribusikan kepada
1) Kepentingan non-pengendali
2) Pemilik entitas induk
b. Penghasilan komprehensif untuk periode yang dapat diatribusikan kepada
1) Kepentingan non pengendali
2) Pemilik entitas induk
Jika entitas menyajikan laba rugi dalam suatu laporan terpisah, maka entitas
menyajikan (a) dalam laporan tersebut.

3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode


Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagaimana disyaratkan IFRS.
Laporan perubahan ekuitas memuat informasi sebagai berikut:
a. Total penghasilan komprehensif selama periode berjalan, yang menunjukkan
secara terpisah jumlah total yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk dan kepada kepentingan nonpengendali.
b. Untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif atau penyajian
kembali secara retrospektif
c. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal
dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan
yang timbul dari:
1) Laba rugi
2) Penghasilan komprehensif lain
3) Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang
menunjukkan secara terpisah kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik
dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan
hilangnya pengendalian.
Untuk setiap komponen ekuitas, entitas menyajikan, baik dalam laporan
perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, analisis penghasilan
komprehensif lain berdasarkan pos.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau catatan atas
laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik
selama periode, dan jumlah dividen per saham terkait.
4. Laporan Arus Kas selama periode
Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan
entias dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan kas entitas
untuk menggunakan arus kas tersebut.
Laporan arus kas menggambarkan perubahan historis dalam kas dan setara kas
yang diklasifikasikan atas aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama satu
periode
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Penyajian ketiga
aktivitas terebut dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Suatu transaksi
tunggal dapat diidentifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas misal pelunasan
pinjaman dan bunganya sebagai pendanaan dan operasi.
Metode yang dapat digunakan dalam menyusun laporan arus kas adalah:
a. Metode langsung, kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran kas bruto
diungkapkan;
b. Metode tidak langsung, laba disesuaikan dengan mengoreksi transaksi non kas,
penangguhan atau akrual dan unsur penghasilan/beban yang terkait aktivitas
investasi dan pendanaan.
Dianjurkan melaporkan dengan metode langsung.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi


penting dan informasi penjelasan lainnya

Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi tentang dasar


penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi spesifik yang digunakan
sesuai dengan IAS 1. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang
tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan. Dan memberikan
informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi
informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara
sistematis. Entitas membuat referensi silang atas setiap pos dalam laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk informasi yang berhubungan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan urutan
sebagai berikut, untuk membantu pengguna memahami dan membandingkan dengan
laporan keuangan entitas lain:
a. Pernyataan kepatuhan terhadap SAK
b. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
c. Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan
dan penyajian masing-masing pos; dan
d. Pengungkapan lain

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

IV. Ketentuan Umum


1. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara
jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan
kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK,
dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat menyebutkan bahwa
laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut telah
patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK.
Dalam hampir seluruh keadaan, entitas mencapai penyajian laporan keuangan
secara wajar dengan memenuhi SAK terkait. Penyajian secara wajar juga
mensyaratkan entitas untuk:
a. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan IAS 8: Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. IAS 8 mengatur
hirarki panduan otoritatif yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal
tidak terdapat pernyataan yang secara spesifik mengatur suatu pos tertentu.
b. Menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan mudah dipahami.
c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan persyaratan
spesifik dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk
memahami dampak dari transaksi, peristiwa lain dan kondisi tertentu terhadap
posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.

2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha


Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun
laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen
memiliki intensi untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau
tidak memiliki alternatif lain yang realistis selain melakukannya. ]ika manajemen
menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang
material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan
keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. ]ika
entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak
dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan
usaha.
Dalam menilai apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,
manajemen memperhitungkan seluruh informasi yang tersedia mengenai masa
depan, paling sedikit (namun tidak terbatas pada) dua belas bulan dari akhir periode
pelaporan. Tingkat pertimbangan bergantung pada fakta dari setiap kasus. Ketika
selama ini entitas menghasilkan laba dan memiliki akses ke sumber pembiayaan,
maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa
melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen mungkin perlu untuk
mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas masa kini
maupun yang diharapkan di masa depan, jadwal pembayaran utang dan sumber
potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat menyimpulkan bahwa asumsi
kelangsungan usaha telah sesuai.

3. Disusun dengan menggunakan dasar akrual


Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus
kas. Ketika akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos
sebagai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika pos - pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk
unsur-unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.

4. Materialitas dan Penggabungan


Entitas menyajikan secara terpisah setiap kelompok pos serupa yang material.
Entitas menyajikan secara terpisah pos yang memiliki sifat atau fungsi yang tidak
serupa kecuali pos tersebut tidak material.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau
peristiwa lain yang digabungkan ke dalam kelas-kelas sesuai sifat atau fungsinya.
Tahap akhir dari proses pengabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian data
yang telah diringkas dan diklasifikasikan yang membentuk pos-pos dalam laporan
keuangan. Jika suatu pos secara individual tidak material, maka dapat digabungkan
dengan pos lain di dalam laporan keuangan atau di dalam catatan atas laporan
keuangan. Pos yang tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan
keuangan mungkin cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas
laporan keuangan. Entitas tidak perlu menyediakan pengungkapan yang spesifik
yang disyaratkan oleh suatu standar jika informasi tersebut tidak material.

5. Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas


Entitas tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau pendapatan
dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu standar. Entitas melaporkan
secara terpisah aset dan liabilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain atau laporan posisi keuangan
mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami
transaksi, peristiwa, atau kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus
kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi
transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan
penilaian (sebagai contoh, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan
piutang tak tertagih) bukan termasuk kategori saling hapus.

6. Disajikan minimal secara tahunan


Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi
komparatif) setidaknya secara tahunan. Ketika akhir periode pelaporan entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang
atau lebih pendek daripada periode satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap
periode cakupan laporan keuangan, entitas mengungkapkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek;
dan
b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
dibandingkan secara keseluruhan.
Umumnya, entitas secara konsisten menyiapkan laporan keuangan untuk
periode satu tahun. Akan tetapi, untuk alasan praktis, beberapa entitas lebih memilih
untuk melaporkan, sebagai contoh, untuk periode 52 minggu. Pernyataan ini tidak
menghalangi praktik tersebut.

7. Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya


Entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode sebelumnya
untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan,
kecuali diizinkan atau disyaratkan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang
bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya
diungkapkan jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
Entitas mengungkapkan informasi komparatif tentang laporan keuangan,
minimal, dua laporan posisi keuangan, dua dari setiap laporan keuangan lainnya, dan
catatan terkait. Ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif dalam laporan keuangan atau ketika mereklasifikasi item dalam laporan
keuangan, dua dari setiap laporan lainnya, dan catatan terkait. Entitas menyajikan
laporan posisi keuangan pada:
a. Akhir periode berjalan,
b. Akhir periode sebelumnya (yang sama seperti awal periode berjalan), dan
c. Awal periode komparatif paling awal.

Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam laporan


keuangan untuk periode sebelumnya masih tetap relevan pada periode berjalan.
Sebagai contoh, entitas mengungkapkan dalam periode berjalan rincian tentang
sengketa hukum, yang hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada akhir
periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian. Pengguna laporan
keuangan dapat memperoleh manfaat atas pengungkapan informasi adanya
ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya dan dari pengungkapan
informasi tentang langkah-langkah yang telah dilakukan selama periode untuk
mengatasi ketidakpastian tersebut.

8. Disajikan secara secara konsisten pada setiap periode


Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
dilakukan secara konsisten kecuali:
a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau
kajian ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau
pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan
mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan
akuntansi dalam IAS 8
b. Perubahan tersebut disyaratkan oleh suatu standar akuntansi keuangan.
Sebagai contoh, akuisisi atau pelepasan yang signifikan, atau kajian ulang atas
penyajian laporan keuangan, mungkin akan menghasilkan kesimpulan bahwa
laporan keuangan perlu disajikan secara berbeda. Namun demikian, perubahan
penyajian dapat dilakukan jika perubahan tersebut memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan bagi pengguna dan struktur yang baru memiliki kecenderungan
akan digunakan seterusnya, sehingga keterbandingan tidak terganggu.

V. Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif mencakup pendapatan komprehensif lain


yang berisipos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laporan laba rugi
yaitu:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi
2. Keuntungan/kerugian aktuarial dalam manfaat pasti
3. Keuntungan dan Kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
entitas asing
4. Keuntungan dan Kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan tersedia untuk
dijual
5. Bagian Efektif dari keuntungan dan Kerugian Instrumen Lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas
Perusahaan mempunyai pilihan untuk menyajikan pos pendapatan dan beban
dalam bentuk:
1. Dua laporan yang terpisah antara:
a. Laporan laba rugi yang menunjukkan komponen laba rugi terpisah dan;
b. Laporan pendapatan komprehensif yang dimulai dengan laba rugi dan
pendapatan komprehensif lain.
2. Satu laporan laba rugi komprehensif (gabungan dua laporan terpisah di atas)

Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif harus disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-
pos dalam laporan keuangannya.
Dalam laporan laba rugi komprehensif, perusahaan mengungkapkan pos-pos
berikut sebagai alokasi laba rugi dalam periode:
1. Laba rugi periode berjalan dari kepentingan non-pengendali dan pemilik entitas
induk.
2. Laba rugi komprehensif dari kepentingan non-pengendali dan pemilik entitas
induk.
Kepentingan non pengendali (hak minoritas) disajikan sebagai bagian dari
ekuitas. Pajak penghasilan terkait dengan masing-masing komponen pendapatan
komprehensif lain harus diungkapkan dalam laporan pendapatan komprehensif atau
catatan atas laporan keuangan.

VI. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi


Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi
terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan
keputusan keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian handal
jika laporan keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih
yang penting dalam penyusunan laporan keuangan. Keanekaragaman kebijakan
akuntansi dan pengungkapan tugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika
menggunakan berbagai kebijakan beberapa bidang (akuntansi keuangan, akuntansi
manajemen, dan lain-lain) atau wilayah akuntansi yang berbeda (wilayah akuntansi per
negara, kumpulan negara dan lain-lain) Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal
kebijakan akuntansi yang dapat digunakan bersama-sama, sehingga para pemakai dapat
memilih dari daftar tunggal itu, sehingga perbedaan pilihan kebijakan berdasar
pertimbangan kejadian, syarat dan kondisi yang serupa. Contoh berikut adalah bidang
yang menimbulkan perbedaan kebijakan akuntansi dan karena itu diperlukan
pengungkapan atas perlakuan akuntansinya sebagai berikut :
1. Kebijakan konsolidasi
2. Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan dan
kerugian pertukaran
3. Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum, nilai
penggantian Peristiwa setelah tanggal neraca Sewa guna usaha, sewa beli atau
transaksi cicilan dan bunga Pajak Kontrak jangka panjang Franchise atau
waralaba Aktiva Piutang Persediaan (persediaan dan barang dalam proses) dan
beban pokok penjualannya Aktiva dapat disusutkan dan penyusutan Tanaman
belum menghasilkan Tanah yang dimiliki untuk pembangunan dan biaya
pembangunan Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam perusahaan
asosiasi dan investasi lain Penelitian dan pengembangan Paten dan merek dagang
Goodwill Kewajiban dan Penyisihan Jaminan Komitmen dan kontinjensi Biaya
pensiun dan tunjangan hari tua Pesangon dan uang penggantian Keuntungan dan
kerugian Metode pengakuan pendapatan Pemeliharaan, reparasi-perbaikan
(repairs), dan penyempurnaan penambahan (improvement) Untung-rugi
penjualan aktiva Akuntansi Dana, wajib atau tak wajib, termasuk pembebanan
dan pengkreditan langsung ke perkiraan surplus.
Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh
diungkapkan dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam
bentuk, kejelasan dan kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara
maupun antar negara atas kebijakan akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah
laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi yang penting telah diungkapkan
sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak diungkapkan. Bahkan pada
negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan akuntansi penting, tak
selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman metode pengungkapan.
Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi keuangan
internasional telah memperbesar kebutuhan keseragaman laporan keuangan melewati
batas negara. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka
dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material,
perubahan kebijakan perlu diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus
dilaporkan. Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material
dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material
terhadap tahun-tahun yang akan datang. Pengungkapan kebijakan akuntansi penting
terpilih digunakan harus merupakan bagian integral laporan keuangan. Kumpulan
kebijakan-kebijakan tersebut lazimnya diungkapkan pada suatu tempat tertentu dalam
Laporan Keuangan. Perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material periode
sekarang atau dapat berpengaruh material periode yang akan datang harus diungkapkan
bersama alasannya. Pengaruh perubahan, jika material, harus diungkapkan secara
kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai