Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS JANUARI, 2019

ERITRODERMA

Disusun Oleh
NUR ASIA
N 111 18 044

Pembimbing Klinik
dr. ASRAWATI SOFYAN, Sp. KK, M.KES

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Tn. A W
2. Umur : 53 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Sisingamangaraja No.7B
6. Pekerjaan : Buruh
7. Tanggal pemeriksaan : Senin, 14 Januari 2019

II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama:
Kulit terkelupas diseluruh tubuh disertai nyeri

2. Riwayat penyakit sekarang:


Pasien laki-laki berusia 53 tahun masuk dengan keluhan kulit
terkelupas diseluruh tubuh yang dialami sudah 10 hari, dan disertai nyeri. 1
bulan yang lalu pasien melakukan operasi dibagian lengan kiri yang
kemudian diperban, lalu pasien merasakan kulitnya berbintik-bintik merah
merah-merah lalu terkelupas di area lengan yang diperban dan juga pada
bagian dadanya, lalu pasien diberikan terapi dan diperbolehkan pulang. 10
hari kemudian kulit pasien mulai terkelupas diseluruh badannya. Pasien juga
merasa kedinginan. Pasien mengaku mengkonsumsi obat herbal soman dan
jamu pada saat kulitnya sudah terkelupas.
3. Riwayat penyakit terdahulu:
- Post orif humerus
4. Riwayat penyakit keluarga:
- Tidak ada keluarga yang menderita seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status generalis:
Kondisi umum : Sakit sedang
Status gizi : Kurang
Kesadaran : Komposmentis
2. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 28 x/menit
Nadi : 84 x/menit
3. Hygiene : Buruk
4. Status dermatologis :
Kepala : Terdapat skuama jenis iktiosiformis dan alopesia
Wajah : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Leher : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Ketiak : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Payudara : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Perut punggung : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Bokong : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Genitalia :
a. Penis : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
b. Skrotum : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Ekstremitas atas : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Ekstremitas bawah : Terdapat skuama jenis iktiosiformis
Kel. limfa : Tidak ada pembesaran

5. Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit :


- Rasa raba : Tidak dilakukan
- Rasa nyeri : Tidak dilakukan
- Rasa suhu : Tidak dilakukan

IV. GAMBAR

Gambar 1. Pada bagian kepala terdapat skuama jenis iktiosiformis dan alopesia

Gambar 2. Pada bagian badan terdapat skuama jenis iktiosiformis, kasar dan
tebal
Gambar 3. Pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah terdapat skuama jenis
iktiosiformis, kasar dan tebal.

V. RESUME
Pasien laki-laki berusia 53 tahun masuk dengan keluhan terdapat skuama
diseluruh tubuh yang dialami sudah 10 hari, dan disertai nyeri. 1 bulan yang lalu
pasien merupakan post orif humerus sinistra yang kemudian diperban, lalu pasien
merasakan kulitnya terdapat bintik-bintik eritema lalu berubah menjadi skuama
di area lengan yang diperban dan juga pada bagian dadanya, lalu pasien diberikan
terapi dan diperbolehkan pulang. 10 hari kemudian kulit pasien mulai terdapat
skuama diseluruh badannya. Pasien juga merasa kedinginan. Pasien mengaku
mengkonsumsi obat herbal soman dan jamu pada saat kulitnya sudah terdapat
skuama.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan Tekanan darah 120/70
mmHg, Suhu 36,8oC, Respirasi 28 x/menit, Nadi 84 x/menit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, bagian kepala terdapat skuama jenis
iktiosiformis dan alopesia, dan pada seluruh tubuh serta ekstremitas bawah dan
ekstremitas atas didapatkan skuama jenis iktiosiformis, kasar dan tebal.
VI. DIAGNOSA KERJA
Eritroderma et causa suspect infeksi

VII. DIAGNOSIS BANDING


a. Toxic Epidermal Necrolysis
b. psoriosis
c. Eritroderma ec suspec Dermatitis seboroik

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


- Pemeriksaan laboratorium
o Darah rutin : hemoglobin, hematokrit, leukosit
o Eritrosit, limposit, eusinofil
o Imunoglobulin (IgE)
- Histopatologi : Biopsi Kulit

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non-Medikamentosa
- Menjaga kebersihan lokal
- Menghindari trauma atau faktor pencetus.

b. Medikamentosa:
- Sesuai kausa → eritroderma karena obat → hentikan obat
- Pemberian kortikosteroid:
 Eritroderma karena obat : prednisone 4x10 mg
 Eritroderma Karena perluasan penyakit kulit: prednisone 4x10
mg-4x15 mg/hari, jika ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-
lahan. Jika tidak ada perbaikan dosis dapat dinaikkan.
 Penyakit leiner: prednisone 3x1-2 mg/hari
 Sindrom sezary: prednisone 30 mg/hari
- Eritroderma kronis → beri diet tinggi protein karena terlepasnya skuama
menyebabkan kehilangan protein.
- Kelainan kulit → olesi emolien berupa salep lanolin 10% atau krim urea
10% untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema.

X. PROGNOSIS
1. Qua ed vitam : dubia ad bonam
2. Qua ed funsionam : dubia ad bonam
3. Qua ed cosmetican : dubia ad bonam
4. Qua ed sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 53 tahun masuk dengan keluhan terdapat skuama


diseluruh tubuh yang dialami sudah 10 hari, dan disertai nyeri. 1 bulan yang lalu
pasien merupakan post orif humerus sinistra yang kemudian diperban, lalu pasien
merasakan kulitnya terdapat bintik-bintik eritema lalu berubah menjadi skuama di
area lengan yang diperban dan juga pada bagian dadanya, lalu pasien diberikan terapi
dan diperbolehkan pulang. 10 hari kemudian kulit pasien mulai terdapat skuama
diseluruh badannya. Pasien juga merasa kedinginan. Pasien mengaku mengkonsumsi
obat herbal soman dan jamu pada saat kulitnya sudah terdapat skuama. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan Tekanan darah 120/70 mmHg, Suhu
36,8oC, Respirasi 28 x/menit, Nadi 84 x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan,
bagian kepala terdapat skuama jenis iktiosiformis dan alopesia, dan pada seluruh
tubuh serta ekstremitas bawah dan ekstremitas atas didapatkan skuama jenis
iktiosiformis.
Pasien di diagnosa dengan Eritroderma. Eritroderma merupakan kelainan
kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90%-100%), biasanya disertai
skuama. Bila eritemanya antara 50%-90% dinamakan pre-eritroderma. Pada definisi
tersebut yang mutlak harus ada adalah eritema, sedangkan skuama tidak selalu
terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak
disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada
eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.1
Patogenesis terjadinya eritroderma tergantung penyakit yang mendasari.
Kadar imunoglobulin E (IgE) yang tinggi dapat ditemukan pada eritroderma dan
untuk masing-masing tipenya memiliki kadar yang berbeda-beda. Pada teori
dikatakan bahwa tingginya kadar IgE pada eritroderma akibat psoriasis mungkin
disebabkan karena perubahan T-helper-1 (Th1) menjadi T-helper-2 (Th2) dengan
memproduksi sitokin-sitokin yang bersifat toksik. Mekanisme lain juga bisa terjadi
karena adanya produksi primer dari IgE pada dermatitis atopik. HyperIgE syndrome
dihubungkan dengan kejadian eritroderma yang berkaitan dengan reaksi/alergi, yang
mana produksi IgE yang berlebih juga akan mengsekresi interferon-γ secara
berlebih.2
Gejala klinis yang dimunculkan pada ertirodermal dapat berbeda-beda
berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya eritroderma. Namun secara garis
besar memiliki gejala umum berupa pasien sering mengeluh kedinginan. Kedinginan
terjadi karena vasodilatasi pembuluh darah kulit sehinggan kehilangan panas tubuh
dan rusaknya pengendalian regulasi suhu tubuh yang menghilang, sehingga sebagai
kompensasi, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas
metabolik. Kelainan kulit yang tampak secara umumnya timbul bercak eritema yang
dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus
dimulai dari daerah lipatan, hingga menyeluruh.Bila kulit kepala sudah terkena, dapat
terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi limfadenopati
dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan.
Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya
bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau
diraba tebal. Pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat kelainan kulit dapat
juga mengenai membrane mukosa. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10
hari. Pada mulanya kulit hanya eritema universal terutama pada saat akut, setelah
mencapai fase penyembuhan barulah timbul skuama.3
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit kulit yang
dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis
spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%. Secara morfologis
gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan kulit dan penyakit sistemik,
begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu. 4,5
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),
penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan
masyarakat orang sering melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan
secara tradisional. Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah
eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke
dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering
menyebabkan alergi.4
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak
ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.2 Dermatitis seboroik pada bayi juga
dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit Leiner.
Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu.
Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula
menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.4
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat
memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang
tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus
dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk
pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat adanya infeksi
penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis
namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang
tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi, dkk. Eritroderma : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. FK UI : Jakarta. 2017
2. Maharani Shelma & Trisniartami Setyaningrum. The Profile of Erythroderma
Patient. Vol. 29. No. 1. Tahun 2017. Viewed 15 januari 2019
3. Siregar, RS. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2004.
4. Lusiani ST. A 47 Years Old Woman with Eritroderma ec. Drug Allergy. J
Medula Unila . Volume 3 Nomor 2. 2014. Viewed 15 januari 2019
5. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis). Viewed 15
Januari 2019. Emedicine (updated 24 Januari 2018)

Anda mungkin juga menyukai