Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kapita Selekta Geografi

ISSN Print: 2622-4925


ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

KESIAPSIAGAAN SEKOLAH DASAR


DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DAN
TSUNAMI DI KECAMATAN PARIAMAN TENGAH
KOTA PARIAMAN
Maidaneli1 dan Ernawati2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, FIS UNP
2
Jurusan Geografi, FIS UNP
Email: maidaneli123@gmail.com

ABSTRACT

This purpose of this reaserch is to know the level of elementary school preparedness
which is located in the coastof Pariaman for the potential disaster earthquake and
tsunami seen from parameters of preparedness in the face of devastating earthquake and
tsunami that is policy knowledge, preparedness, emergency response plans, early
warning system and resource mobilization. This study is quantitative descriptive
research with the population of the elementary school which is located in the coast of
Pariaman totalling 7 elementary school. Sample research using the technique of
purposive sampling, and respondentssampleusing total samplingtechnique. Data
analysis used the formula percentages.The results showed: 1) level of school staff’s
knowledge categorized as highly prepared. 2) level of student’s knowledge is
categorized as prepared. 3) preparedness to nature disaster policy by school staff is
categorized less prepared. 4) emergency response of school staff is categorized as
highly prepared. 5) disaster warning system of school staff is categorized as prepared. 6)
school resource mobilization is categorized as prepared.

Keywords: Preparedness, Earthquake, Tsunami

PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang disebabkan oleh alam
ataupun manusia yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian material, dan rusaknya
lingkungan (Hermon, 2015; Hermon, 2016). Dalam Hermon (2012); Putra dan
Mutmainah (2017), abrasi, banjir, dan tsunami merupakan beberapa ancaman bencana
alam yang harus dihadapi penduduk pesisir di pulau-pulau kecil. Hermon (2017)
menjelaskan bahwa bencana merugikan masyarakat, namun meskipun banyak dan
beragamnya bencana yang melanda, kita masih dapat hidup aman dan nyaman asalkan

89
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

dapat mengelola bencana tersebut dengan baik dan masih banyak usaha-usaha yang
dapat di lakukan agar dampak dari bencana tersebut dapat dibuat seminimal mungkin
yaitu dengan cara menerapkan upaya kesiapsiagaan dan strategi kesiapsiagaan bencana
dengan baik.
Menurut Sari (2014); Hermon (2015); Oktorie (2017), strategi kesiapsiagaan
sangat diperlukan dalam pendidikan kebencanaan selain bisa meningkatkan kapasitas
juga bisa dijadikan pengembangan pendidikan kebencanaan yang berkaitan dengan PRB.
Dalam Barlian dan Ernawati (2012); Hermon (2014); Hermon (2011) menyatakan
bahwa bahaya alam terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara pengaturan alam
oleh suatu sistem penggunaan alam oleh manusia dengan sistem kejadian alam itu
sendiri.
Menurut Keim (2006); Oktorie (2018) menjelaskan bahwa kesiapsiagaan
adalah kunci untuk melestarikan kehidupan manusia dalam pengaturan siklon dan
bencana tsunami. Kesiapsiagaan sangatlah penting mengingat bahwa jumlah korban
jiwa dan kehilangan materi yang tidak sedikit di setiap kejadian bencana, seperti yang
terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009, telah terjadi yang ditetapkan
sebagai bencana nasional yaitu gempa bumi yang besar dengan magnitude 7,1 SR di
Sumatera Barat pada pukul 17.16 WIB dengan episenter 71 kilometer, gempa bumi
yang mengguncang pesisir barat Sumatera tepatnya diperairan laut Pariaman (Mustafa,
Badrul, 2010). Gempa bumi adalah fenomena geologis yang mengakibatkan serangan
mendadak yang membahayakan kehidupan dan harta benda (Deshmukh et al, 2008;
Hermon, 2009).
Kota Pariaman adalah daerah yang paling banyak menderita kerugian material
dan imaterial akibat gempa 30 September 2009. Gempa bumi tersebut membuat banyak
orang terperangkap di dalam rumah khususnya anak-anak dan orang tua karena terjadi
di pagi hari sehingga mayoritas korban merupakan orang yang berusia lanjut dan
anak-anak yang kemungkinan tidak sempat menyelamatkan diri ketika gempa
belangsung. Hal ini memperlihatkan masih lemahnya kesiapan menghadapi bencana di
Indonesia (Rinaldi, 2009).
Beberapa faktor penyebab utama timbulnya banyak korban akibat bencana
tsunami adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan

90
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

kurangnya kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut. Khusus untuk


gempa bumi korban yang meninggal banyak terjadi karena tertimpa reruntuhan akibat
bangunan yang roboh. Diantara korban jiwa tersebut, paling banyak adalah wanita dan
anak-anak (Pribadi dan Yuliawati, 2008; Hermon et al., 2018).
Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling berisiko
terkena dampak bencana (Hermon, 2009). Kerentanan anak-anak terhadap bencana
dipicu oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko disekeliling mereka,
yang berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (Hermon, 2017).
Hilman, (2015); Oktorie (2018) menyatakan bahwa sekolah merupakan salah satu
tempat yang sangat berbahaya pada saat terjadi bencana gempa bumi dan tsunami,
karena merupakan salah satu bangunan vital yang merupakan tempat berkumpul banyak
individu terutama pada jam sekolah.
Berdasarkan data kejadian bencana di beberapa daerah banyak korban terjadi
pada anak usia sekolah baik di jam sekolah ataupun di luar jam sekolah, hal ini
menunjukkan bahwa pentingnya pengetahuan tentang bencana dan pengurangan risiko
bencana diberikan sejak dini untuk memberikan pemahaman dan pengarahan
langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi suatu ancaman yang ada di
sekitarnya untuk mengurangi risiko bencana. Gempa bumi dapat menjadi ancaman
terbesar bagi kehidupan manusia, properti, dan pembangunan ekonomi di masyarakat
kita (Olson dan Desheng, 2010). Sifat gempa bumi yang tidak dapat diprediksi dan
dampak besar yang mereka dapat membuat mereka menjadi salah satu jenis bencana
alam yang paling mematikan Guha dan Vos (2010). Ini sesuai dengan pendapat
Yamasaki, Erika (2012) dalam penelitiananya menyatakan bahwa bencana alam tidak
memiliki batas.
Setiap kawasan sebenarnya memiliki potensi bencana yang berbeda.di Kota
Pariaman banyak terdapat sekolah dasar yang berada di pinggir pantai (zona merah)
yang merupakan daerah rawan bencana tsunami. Sekolah dasar yang berada di pinggir
pantai di Kota Pariaman merupakan sekolah rawan bencana tsunami yang seharusnya
dibangun kesiapsiagaan terutama bagi perangkat sekolah dan masyarakat sekitarnya
dalam menghadapi potensi bencana tsunami. Perangkat sekolah mencakup kepala
sekolah, guru-guru dan staf serta penjaga sekolah memiliki peran yang sangat penting

91
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

ketika bencana tiba-tiba terjadi pada saat anak-anak sedang berada disekolah. Maka dari
itu perlu dibangun kesiapsiagaan sekolah melalui perangkat sekolah dalam menghadapi
bencana gempa bumi dan tsunami.
Dalam membangun kesiapsiagaan ini diperlukan strategi kerja sama antara
pemerintah Kota Pariaman dengan sekolah-sekolah yang rawan terhadap bencana
gempa bumi dan tsunami. Paramesti, Aji (2011), dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kerja sama dapat dilakukan antara lain dalam menentukan lokasi evakuasi atau
lokasi posko bencana bersama, koordinasi penyediaan perlengkapan darurat bencana
dan membangun sistem peringatan dini tsunami yang dapat diakses seluruh masyarakat
sekitar.

METODE
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif (Hermon et al., 2008) karena kajiannya bertujuan memperoleh gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah
dasar yang jaraknya kurang dari 1 km dari bibir pantai yang rentan terhadap bencana
gempa bumi dan tsunami di Kecamatan Pariaman Tengah yang mana terdapat 3 titik
lokasi sekolah. Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
teknik purposive sampling dan pengambilan sampel responden dilakukan dengan cara
total sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini dapat diketahui melalui
perhitungan dengan metode skoring atau penilaian terhadap jawaban responden yang
kemudian dikelompokkan berdasarkan parameter selanjutnya dijumlahkan dan
dilakukan pembobotan. untuk mengetahui kesiapsiagaan maka dapat dilakukan
perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
IKB = 35 (PM) + 10 (KK) + 15 (RTD) + 25 (SPB) + 15 (MS)
Sumber : BNPB dan UNFPA(2012)
Keterangan: IKB: Indeks Kesiapsiagaan Bencana; P : Pengetahuan; KK: Kebijakan Kesiapsiagaan; RTD:
Rencana Tanggap Darurat; SPB: Sistem Peringatan Bencana; MS: Mobilisasi Sumberdaya

Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif persentase. Penentuan


persentase dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

92
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tingkat Pengetahuan Kesiapsiagaan Perangkat Sekolah dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kecamatan Pariaman Tengah Kota
Pariaman
Kesiapsiagaan sekolah dasar dilihat dari tingkat pengetahuan perangkat sekolah
termasuk dalam kategori “sangat siap“ dengan persentase 86,7%. Secara umum
perangkat sekolah sudah memiliki pengetahuan kesipasiagaan tentang bencana gempa
bumi dan tsunami. Akan tetapi masih ada beberapa perangkat sekolah yang masih
termasuk kedalam kategori “siap” dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami yaitu 13,3%.
Walaupun perangkat sekolah dasar yang berada di pinggir pantai Pariaman
sudah memiliki pengetahuan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami yang sudah di
kategorikan sangat siap namun perangkat sekolah masih perlu waspada karena masih
terdapat beberapa dari perangkat sekolah yang masih belum mengetahui penyebab
terjadinya tsunami. Sesuai dengan penelitian (Mulilis et al, 1990) bahwa tingkat
kesiapsiagaan gempa dan kesulitan yang dirasakan dalam mempersiapkan gempa bumi
dinilai baik sebelum dan sesudah bencana terjadi. Selain tindakan, pengalaman dan
pengetahuan juga sangat penting karena kerugian yang diakibatkan oleh bencana juga di
pengaruhi oleh kurangnya pengalaman dan pengetahuan terhadap bencana. Pengalaman,
pengetahuan dan kesiapsiagaan merupakan hal yang saling berhubungan, salah satu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman.
Tingkat Pengetahuan Kesiapsiagaan Siswadalam Mengantisipasi Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman
Kesiapsiagaan siswa dilihat dari tingkat pengetahuan termasuk dalam kategori
“siap“ yaitu dengan persentase 53,82%, walaupun ada beberapa siswa yang sudah
termasuk kedalam kategori sangat siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami dengan persentase 33,87%, dan masih ada beberapa siswa yang masih termasuk
kedalam kategori hampir siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami
yaitu 11,2% dan 1,61% siswa termasuk kedalam kategori kurang siap.
Pengetahuan siswa sekolah dasar yang berada di pinggir pantai yang dilakukan
penelitian, tingkat pengetahuan siswa termasuk kedalam kategori siap. Hal ini didukung

93
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

oleh penelitian Astuti dan Sudaryono (2010) dan Sarwidi et al.,, (2013) yang
menyatakan bahwa pengetahuan siswa dan guru tentang mitigasi bencana sudah
memiliki kesadaran terhadap resiko bencana. Hal ini dilihat dari banyaknya siswa yang
masih belum tahu tentang langkah yang harus dilakukan pada saat terjadi gempa bumi
serta tindakan untuk menghindari gempa bumi saat berada diluar ruangan. Maka guru
memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam mendidik dan membimbing siswa
untuk mengembangkan kemampuan belajar dan kehidupan social mereka disekolah,
termasuk dalam hal resiko menghadapi bencana maka dari itu guru memiliki dukungan
yang sangat mempengaruhi pengetahuan siswa terhadap kesiapsiagaan bencana dimana
bentuk dukungan yang diberikan dapat berupa pengetahuan dan tindakan yang dapat
dilakukan saat terjadi bencana seperti dengan mengadakan simulasi bencana disekolah.
Tingkat Kebijakan kesiapsiagaan Prangkat Sekolah dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kecamatan Pariaman Tengah Kota
Pariaman
Kebijakan kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami di Kecamatan
Pariaman Tengah Kota Pariaman. Kesiapsiagaan sekolah dasar dilihat dari tingkat
kebijakan kesiapsiagaan perangkat sekolah termasuk dalam kategori “kurang siap“ yaitu
dengan persentase 73,3%, walaupun ada beberapa perangkat sekolah yang sudah
termasuk kedalam kategori sangat siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami dengan persentase 20%, dan masih ada beberapa perangkat sekolah yang masih
termasuk kedalam kategori belum siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami yaitu 6,7%.
Kebijakan kesiapsiagaan bencana yang dimiliki oleh perangkat sekolah dasar
yang berada dipinggir pantai Pariaman termasuk kedalam kategori kurang siap. Hal ini
dapat dilihat dari sekolah dasar yang berada di pinggir pantai belum ada membuat
peraturan-peraturan sekolah yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi
dan tsunami. Akan tetapi sekolah ini pernah membuat kesepakatan yang mendukung
upaya pengurangan resiko bencana gempa bumi dan tsunami salah satunya yaitu dengan
mengadakan simulasi terhadap bencanadi sekolah. Dengan adanya simulasi dilakukan
di sekolah ini sangat membantu dalam upaya pengurangan resiko bencana yang
mungkin terjadi saat berada di sekolah karena tingkat resiko bencana selain di tentukan

94
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

oleh potensi bencana juga ditentukan oleh upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana itu sendiri.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Esteban et al (2018) dalam penelitiannya
bahwa masih ada kebutuhan bagi pemerintah daerah untuk memberlakukan kebijakan
yang memadai untuk meningkatkan kesadaran penduduk setempat, misalnya, dengan
mengadakan latihan evakuasi rutin. David et al. (2011) menyatakan bahwa
praktek-praktek darurat yang dipelajari dengan baik cenderung meningkatkan
kemungkinan bahwa dalam keadaan darurat yang nyata di sekolah, staf dan murid akan
merespon dengan cara yang terinformasi dan dapat diprediksi.
Tingkat Rencana Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Perangkat Sekolah dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kecamatan Pariaman
Tengah Kota Pariaman
Kesiapsiagaan sekolah dasar dilihat dari tingkat rencana tanggap darurat
perangkat sekolah termasuk dalam kategori “siap“ yaitu dengan persentase 57,8%,
walaupun ada beberapa perangkat sekolah yang sudah termasuk kedalam kategori
sangat siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami dengan persentase
37,8%, dan masih ada beberapa perangkat sekolah yang masih termasuk kedalam
kategori hampir siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami yaitu
4,4%.
Tingkat pengetahuan perangkat sekolah dilihat dari pengetahuan
rencanatanggap darurat sekolah dasar yang berada di pinggir pantai Kota Pariaman
termasuk kedalam kategori siap dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.
Menurut Suppasril et al (2016) karakteristik langkah-langkah mitigasi tsunami di
wilayah yang terkena dampak, seperti rute evakuasi dan fasilitas, sistem peringatan dan
program kesadaran bencana. Hal ini dapat dilihat sekolah sudah menyediakan peta jalur
evakuasi bencana gempa bumi dan tsunami dan peta jalur evakuasi sekolah.
Menurut Putra dan Mutmainah (2016) masyarakat membutuhkan TES dan rute
evakuasi sehingga jika terjadi bencana orang dapat pergi ke TES dengan cepat melalui
rute yang benar sesuai dengan rute evakuasi untuk mengurangi risiko korban jiwa ketika
tsunami terjadi. Dalam Mimura, Nobuo (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
kita seharusnya tidak hanya menerapkan pencegahan bencana berdasarkan pemahaman

95
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

ilmiah yang lebih baik, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan potensi bahaya
maksimum. Mengingat potensi tingkat risiko tinggi di daerah-daerah ini, kita perlu
memeriksa strategi untuk pencegahan dan pemulihan bencana.
Tingkat Sistem Peringatan Bencana Kesiapsiagaan Perangkat Sekolah dalam
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kecamatan Pariaman
Tengah Kota Pariaman
Kesiapsiagaan sekolah dasar dilihat dari tingkat sistem peringatan bencana
perangkat sekolah termasuk dalam kategori “sangat siap“ yaitu dengan persentase
57,8%, walaupun ada beberapa perangkat sekolah yang sudah termasuk kedalam
kategori sangat siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami dengan
persentase 40%,dan masih ada beberapa perangkat sekolah yang masih termasuk
kedalam kategori hampir siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami
yaitu 2,2%.
Kesiapsiagaan perangkat sekolah dilihat dari sistem peringatan bencana
termasuk kedalam kategori sangat siap. Ini dapat dilihat dari guru sudah mengetahui
tanda-tanda peringatan tsunami. Menurut Gregg et al (2007), tanda-tanda peringatan
alami dari tsunami tersebut dapat memberikan peringatan paling awal kepada penduduk.
Serta beberapa guru juga sudah mengikuti pelatihan peringatan bencana dan akan lebih
baik lagi jika sekolah mengadakan simulasi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami
bagi warga sekolah karena akan lebih maksimal jika sekolah tidak hanya siap dalam
teori tetapi juga praktek. Hal ini sesuai dengan pendapat Muttarak dan Wiraporn (2013)
yang menyatakan bahwa Berpartisipasi dalam latihan evakuasi dan pendidikan bencana
meningkatkan kemungkinan melakukan tindakan kesiapsiagaan. Mereka yang telah
berpartisipasi dalam pertemuan kesadaran bahaya gempa memiliki persepsi risiko yang
lebih tinggi Lindell et al (2015).
Tingkat Mobilisasi Sumber Daya Perangkat Sekolah dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kecamatan Pariaman Tengah Kota
Pariaman
Kesiapsiagaan sekolah dasar dilihat dari tingkat mobilisasi sumber daya
perangkat sekolah termasuk dalam kategori “siap“ yaitu dengan persentase 51,1%,
walaupun ada beberapa perangkat sekolah yang sudah termasuk kedalam kategori
sangat siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami dengan persentase

96
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

22,2%, dan masih ada beberapa perangkat sekolah yang masih termasuk kedalam
kategori hampir siap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami yaitu
26,7%.
Tingkat kesiapsiagaan perangkat sekolah di sekolah dasar yang berada
dipinggir pantai Pariaman berada pada kategori siap dilihat dari tingkat mobilisasi
sumber daya perangkat sekolah. Ditinjau dari mobilisasi sumberdaya perangkat sekolah
diketahui bahwa sekolah dasar yang berada di pinggir pantai Pariaman pernah
mendapatkan materi mengenai kesiapsiagaan bencana. Materi tersebut didapat antara
lain melalui simulasi bencana gempa bumi dan tsunami yang pernah diadakan oleh
BNPB Kota Pariaman.

KESIMPULAN
Tingkat kesiapsiagaan perangkat sekolah terkait pengetahuan termasuk dalam
kategori sangat siap dengan persentase 86,7%. 2)Tingkat kesiapsiagaan siswa terkait
pengetahuan termasuk dalam kategori siap dengan peresentase 53,22%. 3) Tingkat
kesiapsiagaan perangkat sekolah terkait kebijakan kesiapsiagaan termasuk kedalam
kategori kurang siap dengan persentase 73,3%. 4)Tingkat kesiapsiagaan perangkat
sekolah terkait rencana tanggap darurat termasuk ke dalam kategori siap dengan
persentase 57,8%. 5)Tingkat kesiapsiagaan perangkat sekolah terkait sistem peringatan
bencana termasuk ke dalam kategori sangat siap dengan persentase 57,8%. 6)Tingkat
kesiapsiagaan perangkat sekolah terkait mobilisasi sumberdaya terhadap bencana gempa
bumi dan tsunami di sekolah dasar yang berada dipinggir pantai Pariaman termasuk ke
dalam kategori siap dengan persentase 51,1%.

PUSTAKA

Astuti, D.S.I. dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi
Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana. Volume 1, No. 1. Jakarta :
BNPB.
Barlian, E dan Ernawati. 2012. Survey dan Pemetaan Daerah Rawan Banjir dengan
Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang
Air Dingin Kota Padang. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Padang.
BNPB dan UNFPA. 2012. Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat.
Jakarta: BNPB.

97
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

David, J et al. 2011. Preparing Schools for Future Earthquakes in New Zealand: Lessons
from an Evaluation of a Wellington School Exercise. International Journal.
Volume 26. Issue 1. 24-30. 2011.
Deshmukh. et al. 2008. Earthquake Risk and Knowledge Management. International
Journal. Volume 9, No. 3, September 2008.
Esteban. et al. 2018. Tsunami Awareness: a Comparative Assessment Between Japan
and the USA. International Journal. Volume 93. Issue 3. Pp 1507-1528.
September 2018.
Gregg. et al. 2007. Tsunami Warning: Understanding in Hawai’i. International Journal.
Volume 40, issue 1, pp 71-87. January 2007.
Guha Sapir & Vos. 2010. Earthquakes, An Epidemiological Perspective on Patterns and
Trends. International Journal. Volume 29. Pp 13-24. December 2010.
Hermon, D., Khairani., Daswirman., S. Karim., Dasrizal., dan Triyatno. 2008. Metode
dan Teknik Penelitian Geografi Tanah: Aplikasi Instrumen dan Acuan
Penelitian Geografi Fisik. Yayasan Jihadul Khair Center.
Hermon, D. 2009. Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan
Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang. Disertasi. IPB
Bogor.
Hermon, D. 2010. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. UNP Press.
Hermon, D. 2011. Studi Karakteristik Epipedon berdasarkan Penggunaan Lahan di
Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Universitas Andalas.
Hermon, D. 2012. Mitigasi Bencana Hidrometeorlogi: Banjir, Longsor, Degradasi
Lahan, Ekologi, Kekeringan, dan Puting Beliung. UNP Press. Padang.
Hermon, D. 2014. Desain Kebijakan Tanggap Darurat dan Pemulihan Bencana Letusan
Gunung Sinabung. Seminar Nasional Geografi. Master Program of Geography
Education, Universitas Negeri Padang.
Hermon, D. 2015. Arahan Kebijakan Keberlanjutan Pendidikan 10 Tahun Pasca
Bencana Tsunami di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Seminar Nasional
Geografi. Master Program of Geography Education, Universitas Negeri
Padang.
Hermon, D. 2015. Geografi Bencana Alam. Radjawalipers.
Hermon, D. 2016. Mitigasi Perubahan Iklim. Rajawali Pers (Radjagrafindo).
Hermon, D. 2016. The Strategic Model of Tsunami Based in Coastal Ecotourism
Development at Mandeh Regions, West Sumatera, Indonesia.Journal of
Environment and Earth Science. Volume 6.
Hermon, D. 2017. Climate Change Mitigation. Rajawali Pers (Radjagrafindo).
Hermon, D., P. Iskarni., O. Oktorie., and R. Wilis. 2017. The Model of Land Cover
Change into Settlement Area and Tin Mining and its Affecting Factors in
Belitung Island, Indonesia. Journal of Environment and Earth Science. Volume
7 No. 6. p: 32-39. IISTE.
Hermon, D., A. Putra, and O. Oktorie. 2018. Suitability Evaluation of Space Utilization
Based on Enviromental Sustainability at The Coastal Area of Bungus Bay in
Padang City, Indonesia. International Journal of GEOMATE. Volume 14.
Issue 41. p: 193-202. Geomate International Society.

98
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Hilman, S. 2015. Hubungan Self Efficacy Dengan Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi
Dan Tsunami Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 dan 6 Banda Aceh.
Jurnal. Vol. VI No. 2 2015.
Keim, M. 2006. Cyclones, Tsunamis, and Human Health The Key Role of Preparedness.
International Journal. Volume 19, No. 2, June 2006.
Lindell. et al. 2015. Householsd’ Immediate Responses to the 2009 American Samoe
Earthquake and Tsunami. International Journal. Volume 12, pages 328-340.
June 2015.
Mimura. et al. 2011. Damage from the Great East Japan Earthquake and Tsunami - A
Quick Report. International Journal. Volume 16. Issue 7. Pp 803-818. October
2011.
Mulilis. et al. 1990. The Effects of a Large Destructive Local Earthquake on Earthquake
Preparedness as Assessed by an Earthquake Preparedness Scale. International
Journal. Volume 3. Issue 4. Pp 357-371. Desember 1990.
Mustafa, B. 2010. Analisis Gempa Nias dan Gempa Sumatera Barat dan Kesamaannya
yang Tidak Menumbilkan Tsunami. Jurnal. Vol 2 No. 1. Maret 2010.
Muttarak & Wiraporn. 2013. The Role of Education on Disaster Preparedness Case
Study of 2012 Indian Ocean Earthquakes on Thailand’s Andaman
Coast.International Journal. Vol. 18, No. 4. Desember 2013.
Oktorie, O. 2017. A Study of Landslide Areas Mitigation and Adaptation in Palupuah
Subdistrict, Agam Regency, West Sumatra Province, Indonesia. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Volume 1. Issue. 1.
p: 43-49. Master Program of Geography Education.
Oktorie, O. 2018. Model Kebijakan Responsif Pemulihan Bencana Letusan Gunung
Sinabung. Jurnal Kapita Selekta Geografi. Volume 1. Issue 1. p: 15-20
Olson & Desheng. 2010. Earthquakes and Risk Management in China. International
Journal. Volume 16: 478–493, juni 2010
Paramesti, A. 2011. Kesiapsiagaan Masyarakat Kawasan Teluk Pelabuhan Batu
terhadap Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jurnal. Vol. 22 No. 2, Agustus
2011.
Pribadi, K.S & Yuliawati, A.K. 2008. Pendidikan Siaga Bencana Gempa Bumi
Sebagai Upaya Meningkatkan Keselamatan Siswa.http://jurnal.upi.edu/file/
KRISHNA_S_PRIBADI_-_ITB.pdf. diakses : 28 juli 2018
Putra & Mutmainah. 2016. The Mapping of Temporary Evacuation Site (TES) and
Tsunami Evacuation Route in North Pagai Island, Mentawai Islands Regency –
Indonesia. 2016 IOP Conf. Ser: Earth Environ. Sci 47 0120020.
Putra & Mutmainah. 2017. Indeks KerentananPesisir Timur Pulau Pagai Utara,
Mentawai. Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III 2017.
Rinaldi. 2009. Kesiapan Menghadapi Bencana Pada Masyarakat Indonesia.Universitas
Negeri Padang. Jurnal Penelitian Psikologi No. 1.Volume 14.
Sabril, S. 2014. Pengaruh Pengintegrasian Materi Kebencanaan Ke Dalam Kurikulum
terhadap Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Pada Siswa
Sekolah Dasar Dan Menengah Di Banda Aceh. Jurnal. Vol 1. No. 1, Agustus
2014.
Sarwidi, W. D., & Suharjo, D. 2013. Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (Studi Kasus
SMKN Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta). Prosiding Seminar Nasional

99
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 89-100)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

2013 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari.(http//www.dppm.uii.ac.id/


dokumen/seminar/2013/D.Sarwidi.pd f). [10/06/14].
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suppasril. et al. 2016. An Analysis of Fatality ratios and the Factors That Affected
Human Fatalities in the 2011 Great East Japan Tsunami. International Journal.
Volume 2. December 2016.
Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007. 2013. Penanggulangan bencana. Jakarta:
Rajawali Pers.
Yamasaki, E. 2012. What We Can Learn From Japan's Early Earthquake Warning
System. International Journal. Volume 1. Issue 1. Art 2. December 2012.

100

Anda mungkin juga menyukai