Anda di halaman 1dari 3

Fakta Dibalik Alkohol

Keajaiban & Iptek Oleh : Redaksi 27 Nov 2004 - 1:11 am

Dalam Islam, tak semua minuman dapat dikonsumsi. Hal ini bahkan telah dinyatakan
dalam kitab suci Alquran bahwa sesuatu yang merusak, baik minuman maupun makanan,
tergolong sebagai zat yang haram. Alkohol, termasuk di dalamnya. Makanan atau
minuman apapun yang dibuat dengan beralkohol hukumnya adalah haram.

Bila dalam bentuk minuman, tentu tak susah membedakannya. Yang agak repot, adalah
alkohol yang dicampurkan sebagai bahan untuk membuat suatu makanan. Misalnya
dalam roti, kecap, atau cuka.

Bila alkohol yang dihasilkan dari reaksi alami antara sejumlah zat selama proses
pembuatan, tak dapat dikatakan haram. Lain cerita kalau alkohol sengaja dicampurkan.

Sejumlah obat dan cairan mouthwashes juga beralkohol. Pada umumnya, keduanya dapat
dikatakan halal untuk sejumlah alasan. Meski demikian, umat Islam mestinya dapat
menemukan alterantif dan menggunakannya sebagai pengganti keduanya.

Penyebab kerusakan
Pelarangan alkohol dalam Islam bukannya tanpa alasan. Rasulullah Muhammad
menyatakan bahwa alkohol menyebabkan kerusakan bagi manusia maka baik banyak
maupun sedikit kadarnya maka tetap dilarang untuk dikonsumsi.

Muhammad pun melarang penggunaan alkohol meski dengan dalih sebagai obat. Ada
ungkapan terkenal dari Muhammad bahwa alkohol bukanlah obat melainkan racun. Tak
hanya secara teologis alkohol itu dilarang tetapi juga telah terbukti secara ilmiah bahwa
alkohol berdampak negatif.

Terkait dengan haramnya alkohol, pada masa Muhammad ada seorang laki-laki dari
Yaman bertanya kepada Muhammad tentang minuman yang terbuat dari padi-padian
yang sering disebut mizr. Lalu nabi balik bertanya apakah minuman itu merusak.

Pada saat orang itu membenarkannya nabi melarang meminumnya. Nabi menyatakan
bahwa setiap yang merusak maka dilarang. Allah, kata Nabi, akan memberikan bagi
mereka yang mengonsumsi minuman yang merusak dengan tinat al-khabal, yaitu keringat
para penghuni neraka.

Wa'il al-Hadrami menyatakan bahwa Tariq bin Suwaid bertanya kepada Nabi
Muhammad, tentang arak dan nabi melarangnya. Ketika Thariq menyatakan bahwa ia
hanya membuatnya untuk obat maka Nabi menjawab kembali bahwa alkohol bukanlah
obat melainkan penyakit.

Dalam hadis Tirmidi, Abu Daud dan Ibn Majah, Jabir menyatakan bahwa Nabi
Muhammad menegaskan banyaknya jumlah sesuatu yang menyebabkan kerusakan maka
sedikitnya pun akan dilarang.
Di negara-negara Barat, di mana
alkohol telah karib dalam kehidupan
keseharian mereka, ternyata alkohol
menjadi penyebab berbagai masalah.
Di AS, misalnya, alkohol merupakan
penyebab utama kecelakaan lalu lintas
dan keretakan rumah tangga.

Pada 1996 terdapat 17.126 orang


meninggal dunia karena kecelakaan.
Data statistik pemerintah AS yang
menunjukkan bahwa terdapat 3.732
pengemudi yang kadar alkohol di
dalam darahnya di bawah 10 persen.
Meski ada pula studi yang
menyatakan alkohol pun memberikan
manfaat.

Bila seseorang mengonsumsi alkohol


dalam kadar yang tak tinggi, sepadan
dengan 2-3 gelas alkohol, justru akan
bermanfaat bagi kesehatan jantung.
Namun studi ini kemudian dibantah
oleh studi lainnya yang menegaskan
bahwa alkohol tak menguntungkan
bagi tubuh.

Di antaranya, studi tersebut


mengungkapkan bahwa laki-laki yang
gemar mengonsumsi alkohol akan
menyebabkan kecacatan bagi bayi
yang dikandung istrinya. Pernyataan
ini kemudian dikuatkan oleh studi yang dilakukan di Jerman selama sepuluh tahun.

Bayi-bayi yang lahir dengan fetal alcohol syndrome akan menderita kerusakan otak
jangka panjang. Dr Hans-Ludwig Sophr, seorang pediatrik dari Rumah Sakit Rittberg,
Berlin, menyatakan sindrom alkohol menyerang satu hingga dua bayi dalam setiap 1.000
kelahiran di seluruh dunia.

''Akibat sindroma ini, bayi yang lahir memiliki kepala dengan ukuran yang kecil,
pertumbuhan tubuh yang terhambat demikian pula dengan pertumbuhan
mentalnya,''katanya. Para dokter sendiri tidak secara pasti mengetahui kadar alkohol yang
menyebabkan kerusakan pada mereka.

Ia menyatakan bahwa penelitian dilakukan atas 36 anak laki-laki dan 24 perempuan


dengan sindroma alkohol antara 1977-1979. Para dokter melakukan pengujian
berdasarkan kerusakan fisik dan neurologi tak lama setelah kehiran dan sepuluh tahun
setelah itu.

Dalam sebuah siaran berita pada 8 Juni 1991 di ABC News dilaporkan, sebuah studi yang
dilakukan para dokter di Chicago, menyatakan bahwa laki-laki yang mengonsumsi
alkohol akan mengakibatkan kecacatan bagi bayinya ketika bayi itu lahir. Studi ini
dilakukan dalam rentang waktu 12 tahun. Oleh karenanya para dokter itu menyarankan
agar laki-laki tak mengonsumsi alkohol selama 2-3 bulan sebelum terjadinya konsepsi.

Ada pula studi yang dilakukan oleh American Medical Association (AMA) pada 1988.
Mereka menemukan fakta bahwa terdapat 100 ribu kematian dan dana berjumlah 85,8
miliar dolar AS yang terkait dengan rehabilitasi penyalahgunaan alkohol. Dan sekitar 25
hingga 40 persen kamar di rumah sakit diisi oleh mereka yang mengalami komplikasi
akibat keranjingan alkohol.

Untuk mengurangi dampak negatif dari hal ini, banyak negara yang menetapkan batas
usia bagi mereka untuk mengonsumsi alkohol. Mereka yang telah berusia 21 tahun
diizinkan mengonsumi minuman haram tersebut. Hanya mereka yang lebih tua boleh
mengonsumsi alkohol. Komunitas Muslim sudah tentu tak terlalu direpotkan dengan
urusan ini. (RioL)

Baca di : http://www.thelivercentre.com.au/development/alcohol/default.htm

Anda mungkin juga menyukai