Kaum Seljuk adalah orang-orang Turki nomadik dari Asia Tengah
dan bagian tenggara Rusia. Mereka mulai menetap di sekitar daerah Sungai Syr Darya (Jaxartes) sejak abad ke-10, ketika di bawah pimpinan seseorang yang bernama Seljuk. Pada masa kepemimpinan Seljuk pulalah suku bangsa ini mulai memeluk Islam Sunni. Dinasti Seljuk muncul sebagai penyatu daerah kekuasaan Islam ketika tahun 1055 pasukan Tughril bin Mika'il berhasil memasuki Baghdad, seraya menyingkirkan kaum Buwayid. Pada masa pemerintahan Arslan bin Chaghri Beg (1063-1072) dan Jalaud Dawlah Malik Shah I (1072-1092), kekuasaan dinasti Seljuk mengalami perluasan hingga mencapai seluruh daerah Iran, Mesopotamia dan Suriah, Palestina, hingga ke perbatasan Mesir yang tengah berada di bawah kekuasaan dinasti Fatimiah (Al-Mustansir, 1036-1094). Dinasti Seljuk ditandai oleh pengaruh Persia yang kental. Hal ini dikarenakan Seljuk tidak memiliki tradisi Islam ataupun kebahasaan yang menonjol sebelumnya. Oleh karena itu, bahasa Persia kemudian berkembang luas, mengatasi bahasa Arab yang hanya digunakan untuk pengkajian keagamaan saja. Kemunduran pengaruh Seljuk ditandai oleh kematian Mu'izzudin Sanjar (1118-1157) yang mengakibatkan pecahnya daerah kekuasaan menjadi beberapa kerajaan kecil. Tahun 1200, kekuasaan Seljuk telah berakhir dimanapun. Yang tersisa hanyalah Anatolia. Riwayat Seljuk Anatolia (atau Seljuk Rum) sebagai negara merdeka berakhir tahun 1243 setelah penaklukan tentara Mongol.