Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMANI

Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk
dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya
Dinasti Turki Usmani.

Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah


Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan
Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri
ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam
muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang
gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki
pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jatuh ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan
antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain
jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai
pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa
yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang
beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman)
berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama
dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman
yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan
Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah
Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh
Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan
sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah
Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi
Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang
berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang
berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama
Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan
Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki
Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara
bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa
(Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat
dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai
calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat
anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah
menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih
potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran
Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea
menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam
mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu
sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan
bangsa Mongol itu, keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul
dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Utsmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia.
Kerajaan Utsmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan
lainnya.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk
Islam sekitar abad ke sembilan atau ke sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-
serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di
tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah
pimpinan Al Tughril, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu,
Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus
membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Perjalanan panjang kerajaan Turki Utsmani telah melahirkan 35 orang Sultan dengan corak kepemimpinan masing-
masing. Tetapi sebagaimana Dinasti lainnya, hukum sejarah juga berlaku, bahwa masa pertumbuhan yang diiringi
dengan masa gemilang biasanya berakhir dengan masa kemunduran bahkan mungkin kehancuran.
Makalah ini akan membahas sejarah berkembangnya kerajaan Turki Utsmani, masa puncak dan kemajuan peradaban
serta tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Nama kerajaan Utsmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada
nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp,
kepala Kabilah Kab di Asia Tengah . Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah
sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara
negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada
abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.

RAJA-RAJA TURKI USMANI


Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang
yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja,
diantaranya:
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan
Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang
dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja
kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.

Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)


Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu
perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru
yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian
seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.

Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)


Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga
meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang
kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya
terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya
raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka
peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh
pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus
menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden,
Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar
pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan
Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada
peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami
kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun
1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di
Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid
muncul.

Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)


Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah
kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari
Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan
Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga
dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan
masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun
824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.

Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)


Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah
melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali
daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia
Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan
Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan
putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II
kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama
Sultan Muhammad Al-Fatih.

Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)


Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II
atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih
berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota
Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi
perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan
Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk
menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama
Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang
untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9
bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas
bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang
kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani
dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti
oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan
Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik
Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya.
Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya,
dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki
Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan tampilkan sejumlah nama raja-raja
serta tahun pengangkatannya dalam table dibawah ini:
No.
Nama Khilafah
Tahun Pengangkatan (Masehi)
1.Utsman I 1281
2. Orhan1324
3. Murad I1306
4. Bayazid I 1389
Peralihan Kekuasaan 1402
5. Muhammad I 1413
6. Murad II 1421
7. Muhammad II 1444
8. Murad II (menjabat yang kedua kalinya) 1446
9. Muhammad II (menjabat ketiga kalinya) 1451
10. Bayazid II 1481
11. Saim I 1512
12. Sulaiman I1520
13. Salim II 1566
14. Murad III 1574
15. Muhammad III 1594
16. Ahmad I 1603
17. Musthofa I 1617
18. Utsman II 1618
19. Musthofa I (menjabat kedua kalinya) 1622
20. Murad IV 1623
21. Ibrahim 1640
22. Muhammad IV 1648
23. Sulaiman II 1678
24. Ahmad II 1691
25. Musthofa II 1695
26. Ahmad III 1703
27. Mahmud I 1730
28. Utsman III 1754
29. Musthofa III 1757
30. Abdul Hamid I 1774
31. Salim III 1789
32. Musthofa IV 1807
33. Mahmud II 1808
34. Abdul Majid I 1839
35. Abdul Aziz 1861
36. Murad V 1876
37. Abdul Hamid II 1876
38. Muhammad Rasyid V 1909
39. Muhammad Wahid al-Din 1918
40. Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah saja) 1914

KEMAJUAN TURKI USMANI


a. Aspek kekuasaan wilayah
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359
M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan
kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir
(Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negri dan
melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan
baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan
Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah
pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia,
morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di
Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu
dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di
Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal
di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan
sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya
ia berhasil menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih setelah Timur lenk
meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M)
hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra
Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan
Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada
penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan
Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke
arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai
mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang
mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga
Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia,
Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga
daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
b. Aspek perekonomian
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun, Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan
pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
c. Aspek ilmu pengetahuan
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga
mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti Dinasti islam sebelumnya, akan
tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya,
terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian
pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir,
berjenjang dan memiliki kurikulum serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat
dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat
tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan
arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya
poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-
andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan
pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah.

Runtuhnya kerajaan turki usmani


Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya
zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan
dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam
penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani
perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan
Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi
pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin
kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih.
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal
dan eksternal, secara internal, yaitu:
Faktor internal
- Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang
tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap keruntuhan kerajaan Usmani.
- Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya rasa persatuan, terlebih Usmani merupakan kerajaan yang
coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.
- Kehidupan yang istimewa dan bermegahan. Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai
keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki
Usmani.
- Merosotnya perekonomian Negara akibat pemborosan harta dan peperangan Turki mengalami kekalahan terus
menerus.

Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi
dan meningkatnya kriminalitas.Heterogenitas penduduk dan agama.Kehidupan istimewa yang
bermegahan.Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki
mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
Secara eksternal, yaitu:
- Timbulnya gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut, Maka
walaupun kerajaan Usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila
Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan
diri dari pemerintahan Usmani. Di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan Dinasti Mamalik dan akhirnya
berhasil merebut kembali wilayah Mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada 1789 M. Lalu ada gerakan
Wahabisme di tanah Arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang bekerjasama dengan keluarga
Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan Turki dengan bantuan tentara Inggris dari jazirah Arab.
Keluarga Saud sendiri memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah Arab selanjutnya
dinamakan Saudi Arabia.
- Terjadinya kemajuan tekhnologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan.
Dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan Turki Usmani. Oleh
karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara Turki selalu mengalami
kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, Turki mengalami
stagnasi Ilmu pengetahuan. Maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani
mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena melepaskan diri dan
sulit untuk menyatukannya kembali.
- Pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka
meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka,
kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai
tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga
sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan
kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat
menghalangi mereka.
Perang dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani, pada bulan Desember 1914, Turki
Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di pihak Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi
Jerman, kekuatan terhadap kekuatan Rusia serta keinginan-keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki Usmani
menjadi alasan keterlibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun 1918, aliansi bangsa-bangsa Eropa
mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan Austria. Memasuki tahun 1920, kerajaanTurki Usmani kehilangan
keseluruhan provinsi yang ada di semenanjung Baalka. Mesir kemudian menjadi Negara protektorat Inggris dan
secara total bebas dari kekuasaan kerajaan Turki Usmani. Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan
Hamid II untuk menyerahkan kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki
Muda-nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir riwayatnya dan kemudian
digantikan oleh Republik Turki yang sekuler.
Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa Eropa semakin mudah menguasai dan menjajah
wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas muslim. Maka sejak itulah umat islam berada
dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim. (berbagai sumber)
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar
dan terlama disbanding dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga
kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di
antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah
11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi keagamaan bernama millet.
Millet adalah kelompok agama yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan
perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya mampu memberikan rasa persatuan bagi
rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya
sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang
memang bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang
ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani
pun kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan “The
Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan paham pan-
turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut
dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara politik,
persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil
mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As
terakhir mereka adalah mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan
memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja
pertamanya Usman hingga raja terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal
ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga semangat militernya sangat kuat,
untuk itu sebagian besar APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan
lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani,
Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil
diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat
mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan
lain, sehingga semakin banyak wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat
dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola
wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem
pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa
tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan
kerajaan turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem militer dan sistem pemerintahan, namun
mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN
Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan
prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan
perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian
memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa turki usmani
diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca
kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar kerajaan
maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni, kurang bisa mengatur pemerintahannya, bahkan
ditambah lagi munculnya kaum elit kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan
golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan penumpukan harta umtuk kepentingan masing-
masing, hal ini dimanfaatkan oleh Negara-negara yang telah dikuasainya untuk memerdekakan diri, mereka tidak mau
lagi dimanfaatkan tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara, disamping itu serangan-serangan barat pada
wilayah terluar kerajaan juga semakin memperburuk suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya
dipergunakan untuk memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan dimonopoli oleh kaum elit
kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat berperang prajurit melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan
yang memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai mengalami penyusutan, hingga pada tahun 1924
kerajaan turki usmani berubah menjadi republik turki.

Anda mungkin juga menyukai