Anda di halaman 1dari 10

ISLAM DI ANDALUSIA

KELOMPOK 12 :
PANJI RAHMATULLAH
SITI SAPUROH
Andalusia merupakan nama yang dikenal di dunia Arab dan dunia Islam untuk semnanjung liberia atau asbania, yang pada saat
ini terdiri dai negara Andalusia dan sebagian negara portugal (Ratu, 2017).
Andalusia dikenal sejak dikuasai oleh Yunani, selanjutnya dikuasai oleh kekaisaran Romawi yang menyebarluaskan agama
kristen pada abad 5 Masehi, lalu bangsa vandal menguasai daerah selatan semenanjung ini. Sejak saat itulah, negeri ini dikenal
Vandalusia dan Bangsa Arab menyebutnya Andalusia.
Asal Usul Islam di Andalusia
Peradaban Islam di Afrika dan Andalusia bermula dari serangkaian penaklukan oleh
bangsa Arab pada abad ketujuh dan kedelapan, yang dilancarkan melalui kota
Mesir.
Dalam sejarah penguasaan Andalusia, ada tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan paling berjasa dalam proses penaklukan Andalusia. Mereka adalah Tharif
Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad, dan Musa ibn Ibnu Nushair
Tharif dinilai sebagai perintis dan penyelidik wilayah Andalusia karena ia
merupakan orang pertama yang sukses menyeberangi selat antara Maroko dan
Benua Eropa. Membawa 400 tentara dan 100 pasukan berkuda.
Thariq Ibnu Ziyad lebih terkenal sebagai penakluk Andalusia sebab jumlah
pasukannya lebih besar dan efeknya pun lebih nyata (Syalabi, 1995: 159-1960;
Hill, 1996: 10)
Musa Ibn Nushair pada tahun 93/712 M memimpin sendiri satu pasukan menuju
Andalusia melewati pantai barat menenanjung dan berhasil menaklukan Sidonia,
Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Ghotiq,
Perkembangan Islam di Andalusia

Periode Pertama (711-755 M)


Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Stabilitas politik negeri Andalusia belum tercapai
secara sempurna karena banyak gangguan baik gangguan internal maupun eksternal
Gangguan internal
perselisihan dan pertengkaran di kalangan para elit penguasa, terutama akibat
perbedaan suku dan golongan. Begitu pula terdapat perbedaan pandangan antara
khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Qairawan
Gangguan eksternal
Gangguan dari luar muncul dari mantan musuh Islam di Andalusia. Mereka sangat
benci Islam dan terus menyusun kekuatan untuk mengusir islam.
Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini, Andalusia diperintah oleh seorang amir (panglima atau gubernur)
Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Andalusia tahun 138 H/755M
dan diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke Andalusia).
Pemerintah setelah Abdurrahman al Dakhil adalah Hisyam I, Hakam I, Abd al
Rahman al Ausath, Muhammad Ibnu Abd al Rahman, Munzir Ibnu Muhammad, dan
Abdullah Ibnu Muhammad (Ali, 1996: 302-312). Pada periode ini, umat Islam
Andalusia mulai memperoleh banyak kemajuan, baik dalam bidang politik maupun
dalam bidang peradaban.
Gangguan politik serius yang terjadi pada periode ini justru datang dari umat
Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk
negara kota yang berlangsung selama 80 tahun.
Periode Ketiga (912-1013 M)

Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ketiga ini ada tiga orang,
yaitu Abd Rahman al Nasir (912-961), Hakam II (961-976), dan Hisyam II (976-1009
M). Pada periode ini, umat Islam Andalusia berhasil mencapai puncak kemajuan
dan kejayaannya.
Di bawah pemerintahan Khalifah Abd Rahman III, Andalusia mengalami kemajuan
peradaban yang menggembirakan, terlebih di bidang Arsitektur
Hakam II. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran. Pembangunan kota pun berlangsung cepat.
Hisyam II naik tahta dalam usia sebelas tahun merupakan awal kehancuran
khilafah Bani Umayyah di Andalusia
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Andalusia terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negeri kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau al Muluk al Thawaif, yang antara lain
berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo (Bosworth, 1993: 35-
40).
Pada periode ini, umat Islam Andalusia kembali memasuki masa pertikaian internal.
Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan untuk pertama
kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan tiba
saatnya untuk dihancurkan
Periode kelima (1086-1248 M)
pada periode kelima ini, Andalusia Islam masih mempunyai suatu kekuatan yang
dominan, yaitu dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-
1235M)

Periode keenam (1248-1492 M)


Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir Muslim Andalusia di bawah
kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman al Nasir. Akan tetapi, secara politik,
dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil
Periode ini berakhirnya kekuasaan islam di Andalusia . Umat Islam setelah itu
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Andalusia.
Akibatnya, pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada lagi umat Islam yang
hidup di daerah ini.
Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
Kemajuan Intelektual
Adapun kemajuan-kemajuan intelektual yang telah dicapai oleh Islam di Andalusia antara
lain:
Filsafat
Sains
Fikih
Musik dan Kesenian
Bahasa dan Sastra
Kemajuan pembangunan fisik
Pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. antara lain
dalam perdangangan, jalan-jalan dan pasar-pasar, bidang pertanian dan lain-lainya.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan tanaman-
tanaman.
Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam Andalusia

1. Konflik Islam dan Kristen


2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
3. Kesulitan Ekonomi
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
5. Keterpencilan

Anda mungkin juga menyukai