Anda di halaman 1dari 2

Iblis Sekali Membangkang, Kita Berkali-kali

MANUSIA lebih mulia dari iblis. Itu sebabnya, ketika Allah menciptakan manusia
pertama, Adam Alaihissalam, Dia memerintahkan jin dan malaikat untuk sujud
kepada Adam. Semua pun sujud. Namun, iblis menolak. Lantaran itulah, ia diusir
dari surga.

Namun, tak selamanya kedudukan manusia lebih mulia dari iblis. Kadang, ia bahkan
setara hinanya. Bahkan, lebih hina lagi.

Ada sebuah kisah yang menarik. Namun, tak jelas apakah kisah ini bersumber dari
penuturan hadis ataupun sekadar kisah semata. Tetapi, kandungannya sangat
menarik untuk menggugah semangat untuk kembali meninggikan derajat melebihi
iblis, setan dan para pengikutnya.

Alkisah, ada seseorang yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Tak jelas
bagaimana asal usulnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali
persahabatan.

Baru saja keduanya bersahabat, waktu subuh pun berakhir. Setan itu melihat
manusia yang menjadi sahabatnya itu tidak mengerjakan salat. Maka setan pun
tersenyum.

“Orang ini memang pantas menjadi sahabatku !” gumamnya.

Persahabatan pun berlanjut dengan mesranya. Tetapi, sebagaimana ‘teori’


persahabatan dengan setan, selalu saja setan yang mendominasi pengaruh. Manusia
sahabat setan itu mulai memiliki sifat-sifat setan. Sementara, setan sahabat manusia
itu sama sekali tidak bertambah sifat kemanusiaannya.

Ketika azan Dhuhur bergema, setan membisikkan kepada sahabatnya ini untuk tidak
mengerjakan salat. Ia pun tersenyum lebar lantaran sahabatnya ini memang tidak
menunaikan salat Dhuhur.

“ Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti !” kata setan dalam hati, andai
ia memang punya hati.

Setan makin gembira. Manusia yang satu ini memang menyenangkan untuk menjadi
sahabatnya. Ketika waktu Ashar berlalu, temannya itu dilihatnya masih juga asyik
dengan kegiatannya. Kali ini, setan mulai terdiam.

Begitu pula ketika datang waktu Magrib. Temannya itu ternyata tidak juga
menunaikan salat. Aneh, bukannya gembira, si setan malah tampak mulai gelisah.
Senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-
olah sedang mengingat- ingat sesuatu.

Akhirnya, ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan salat Isya, setan
itu terlihat sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi. Dihampirinya
manusia yang menjadi sahabatnya itu.

“Hai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita !” katanya dengan nada
ketakutan.
Manusia yang menjadi sahabatnya ini keheranan.

“Kenapa kamu ingkar janji ? Bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi
sahabat ?” katanya.

“Aku takut !” jawab setan dengan suara gemetar. “Nenek moyangku saja, dulu
dilaknat Allah hanya karena sekali membangkang perintah-Nya, yaitu ketika
menolak disuruh sujud pada Adam. Nah, hari ini saja kusaksikan kamu telah lima
kali membangkang perintah untuk bersujud kepada-Nya. Tidak terbayangkan olehku
bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !” jelas setan sambil pergi
meninggalkannya

Anda mungkin juga menyukai