Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kependudukan dewasa ini merupakan masalah penting yang

mendapatkan perhatian dan pembahasan yang serius dari peminat dan ahli

kependudukan baik di seluruh dunia maupun di seluruh Indonesia. Bahkan

jumlah penduduk Indonesia masuk dalam urutan keempat terbanyak di dunia.

(BKKBN, 2008).
Laju pertambahan penduduk di Indonesia di masa ini kurang

menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan di Indonesia

berdasarkan sensus tahun 2012 mencapai 1,26% sedangkan jumlah kelahiran

pertahun 1000 penduduk mencapai 20,02% (SKDI, 2012).


Oleh karena itu pemerintah terus berupaya menekan laju pertumbuhan

penduduk yang terus meningkat. Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah

kependudukan tersebut adalah dengan mengikuti program KB yang

dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan

reproduksi sehat, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi

insiden kehamilan yang berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat

pelayanan bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang

yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, edukasi,

konseling dan pelayanan meningkatkan pemberian ASI untuk menjarangkan

kehamilan (Anonim, 2012).

1
2

Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012-2013 jumlah penduduk Indonesia

mencapai 206,4 juta jiwa (102,8 juta perempuan dan 103,4 juta laki-laki).

Sedangkan untuk jumlah PUS sekitar 34 juta pasangan. Presentasi KB aktif 60%

(SDKI, 2012-2013).
Sampai saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam metode

kontrasepsi diantaranya metode Kontrasepsi Sederhana tanpa alat seperti :

pantang berkala, suhu basal, lendir serviks, dan koitus interuptus, Metode

Kontrasepsi Sederhana dengan alat seperti : kondom dan spermisida, Metode

Kontrasepsi Efektif Hormonal seperti : pil, suntik, susuk (implan) dan IUD,

Metode Kontrasepsi Mantap yaitu : metode operasi wanita (MOW) dan metode

operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien

yang ingin memilihnya (Ari Sulistyawati, 2011: 49-132).


Metode hormonal telah berkembang dengan pesat sehingga dapat

dijumpai dalam bentuk pil, suntik dan susuk (implan). Keuntungan metode

hormonal ini sebagian besar wanita dapat menerima hormon dalam sirkulasi

tubuhnya sedangkan kerugian yang dapat ditimbulkan yaitu terjadi gangguan

pola haid dan peningkatan berat badan (Ari Sulistyawati, 2013).


Memilih alat kontrasepsi yang cocok sangat ditentukan oleh karakteristik

yang dimiliki masing-masing akseptor. KB suntik merupakan salah satu

kontrasepsi hormonal tentunya tidak terlepas dari efek samping yang dapat

ditimbulkan, yaitu mempengaruhi pola haid. 50% klien mengalami spotting

setelah satu tahun menggunakan KB suntik DMPA. Pada penggunaan lebih dari

satu tahun tiga perempat penggunaan DMPA mengalami spotting. Perubahan

pola haid tersebut merupakan alasan utama beberapa akseptor menghentikan

.
3

pemakaian DMPA (Varney, 2006: 482). Kontinuitas dari kontrasepsi suntikan

sangat bervariasi, sekitar 50-70% akseptor tetap menggunakan setelah 1 tahun.


Di Indonesia jumlah peserta KB berdasarkan SDKI 2012-2013 meliputi

peserta KB Suntik 27,8%, PIL KB 13,2%, IUD 6,2% susuk KB 4,3%, MOW

3,7% MOP 0,4% dan Kondom 0,9% dan metode amenore laktasi (MAL) 0,1%,

dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-masing

menggunakan cara pantang berkala 1,6%, senggama terputus 1,5% dan cara lain

0,5% (SDKI, 2012-2013).


Menurut data dari Jawa Tengah tahun 2014 terdapat 127.117 PUS

(Pasangan Usia Subur) yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 57,32%.

Pengguna kontrasepsi terbanyak adalah KB suntik 30,67%, pil 29,5%, IUD

4,7%, implant 3,2%, kondom 0,7%, kontap wanita 2,2%, kontap pria 0,1%,

pantang berkala 0,0%, senggama terputus 0,0% dan metode lainnya 0,3%

(SDKI, 2012-2013).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo pengguna

kontrasepsi sebanyak 80,98%, pengguna kontrasepsi terbanyak adalah KB suntik

sebanyak 49,5%, Implan 20,9%, IUD 10,3%, pil 8,7%, MOW 8,4%, MOP 1,3%,

kondom 0,9%, obat vagina 0%, dan metode lainnya 0% (Dinkes Kab.

Wonosobo, 2013).
Akseptor Kb suntik 3 bulanan 85% mengeluhkan gangguan menstruasi,

baik berupa spotting (68,7%), amenorea sekunder (15,23%), menorargia (0,02%)

dll. Dari hasil tersebut spotting merupakan perdarahan bercak atau perarahan

yang terjadi diluar mentruasi (Anonim, 2010).


Banyak akseptor KB yang menggunakan KB suntik lebih dari 1 tahun

mengalami efek samping spotting (15,23%), ternyata tidak bisa menerima

.
4

sepenuhnya kondisi spotting yang di alami sehingga mengakibatkan drop uot.

Hal ini mendorong penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Akseptor KB Suntik DMPA dengan Spotting Pada Ny K

Umur 26 tahun P2 A0 di BPM Popy N Iswara.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut: ”Bagaimanakah Pelaksanaan Asuhan

Kebidanan Akseptor KB Suntik DMPA dengan Spotting di BPM Popy N

Iswara”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melaksanakan Asuhan

Kebidanan Ibu Akseptor KB Suntik DMPA dengan Spotting pada Ny. K

umur 26 tahun dengan menggunakan pendekatan manajemen 7 Langkah

Varney dan data perkembangan menggunakan SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada Ny. K umur 26

tahun dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney

dari pengkajian sampai evaluasi.


b. Mampu menganalisa antara teori dan kasus nyata termasuk

faktor pendukung dan penghambat.


c. Mampu memberikan alternatif pemecahannya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan (scientific)

.
5

Diharapkan dapat digunakan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan, khususnya pengetahuan bagi

bidan tentang asuhan kebidanan pada ibu Akseptor KB Suntik DMPA

dengan Spotting.

1.4.2 Bagi Pengguna (consumer)

Diharapkan dapat memberi informasi dalam mengembangkan

wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu Akseptor

KB Suntik DMPA dengan Spotting.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan bagi

institusi pendidikan untuk penulisan karya tulis ilmiah berikutnya

mengenai ibu Akseptor KB Suntik DMPA dengan Spotting.

1.4.4 Bagi Institusi Pelayanan

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan

tentang pemberian asuhan kebidanan ibu akseptor KB Suntik DMPA

dengan Spotting.

1.4.5 Bagi Peneliti

.
6

Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambahkan

wawasan dan kemampuan penulis dalam menghadapi kasus pada

akseptor KB Suntik DMPA dengan Spotting.

1.5 Keaslian Studi Kasus

Karya Tulis Ilmiah ini pernah dilakukan oleh : Hidayaturrahmi (2009)

dengan judul “Perbedaan Karakteristik Akseptor KB Suntik yang mengalami

Spotting dan tidak mengalami Spotting di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta”.

Perbedaan studi kasus di atas dengan studi kasus yang dibuat terletak pada :

1.5.1 Tempat yaitu Hidayaturrahmi melakukan penelitian di

Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta, sedangkan Penulis melakukan

penelitian di BPM Popy N Iswara Mudal Mojotengah Wonosobo.


1.5.2 Waktu penelitian Hidayaturrahmi pada bulan April 2009

sedangkan penulis pada bulan Juli tahun 2016.


1.5.3 Peneliti Hidayaturrahmi menggunakan metode penelitian

secara metode cross-sectional yaitu pengumpulan data variabel terikat

dan variabel bebas, sedangkan peneliti menggunakan asuhan 7 langkah

varney dan SOAP.


1.5.4 Subyek studi kasus yang digunakan oleh Hidayaturrahmi yaitu

menggunakan sampel 34 akseptor KB suntik sedangkan penulis hanya

satu sampel akseptor KB suntik DMPA pada Ny K umur 26 tahun P2 A0

dengan Spotting di BPM Popy N Iswara.

1.6 Sistematika Penulisan

.
7

Dalam penyusunan studi kasus ini disusun secara sistematis menjadi lima

bab, dengan susunan sebagai berikut :


BAB I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

keaslian studi kasus, sistematika penulisan, lokasi dan waktu

penelitian.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang menguraikan tentang teori masalah / kasus

dan teori askeb pada masalah / gangguan pada kasus.


BAB III : Metodologi yang menguraikan tentang jenis studi kasus, subjek

studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data dan

alat-alat yang dibutuhkan.


BAB IV : Pada Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian, mencoba

menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara teori

dengan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney.


BAB V : Pada Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran baik bagi Institusi

Pendidikan, Tenaga kesehatan, Mahasiswa, dan Pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


1.7.1 Lokasi Penelitian.
Studi kasus asuhan kebidanan Akseptor KB Suntik DMPA dengan

Spotting akan dilakukan di BPM Popy N Iswara Mudal Mojotengah

Wonosobo.
1.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 14-24 bulan Juli

tahun 2016.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana


2.1.1 Kontrasepsi
a. Pengertian

Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau kontrasepsi dapat bersifat reversibel (kembali)

atau permanen (tetap) (Sulistyawati, 2013 : 12).

b. Tujuan Pelayanan Kontrasepsi


Tujuan umum dari pelayanan kontrasepsi adalah membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga,

dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.


Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia

perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga

(Sulistyawati, 2013 : 13).


c. Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi diklasifikasikan menjadi dua yakni metode

sederhana dan metode modern.


1) Klasifikasi pertama adalah metode sederhana dibagi menjadi

dua tanpa alat dan menggunakan alat:


a) Metode sederhana yang tidak menggunakan alat
(1)Metode kalender
Adalah metode kontrasepsi sederhana yang

dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak

melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa

subur atau ovulasi.

1
2

(2)Metode suhu basal


Adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh

selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).

Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera

setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktifitas

lainnya.
(3)Metode lendir serviks
Adalah metode yang dilakukan dengan cara

mengamati masa subur dari siklus menstruasi dengan

mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva

menjelang ovulasi (Rinawati, 2013: 35).


(4)Coitus interuptus
Adalah metode dimana pria mengeluarkan alat

kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai

ejakulasi.

b) Metode sederhana yang menggunakan alat


(1) Kondom
Adalah merupakan selubung atau sarung karet yang

terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks),

plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang

dipasang di penis untuk menampung sperma ketika seorang

pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual.


(2) Diafragma
Adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

karet (lateks) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks.


(3) Spermisida

.
3

Adalah merupakan sediaan kimia (biasanya non

oksinol-9) yang dapat membunuh sperma. Tersedia dalam

bentuk busa vagina, krim, gel dan suppositoria.


2) Klasifikasi yang ke dua adalah metode modern
(a) Peroral
(1)Mini pil
Adalah pil KB yang hanya mengandung hormone

progesterone dalam dosis rendah.

(2)Pil kombinasi
Adalah pil yang mengandung hormone estrogen dan

progesterone, sangat efektif (bila diminum setiap hari)


(b) Injeksi atau suntikan
Adalah suatu alat/obat kontrasepsi yang di berikan melalui

intramuskuler (daerah bokong).


(c) Implant
Adalah alat/obat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit

yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam

kapsul silastic silicon.


(d) IUD (Intra Uterin Device)
Adalah suatu alat kecil yang lentur dan memiliki benang dan

sebagian memiliki lilitan tembaga. Alat ini dimasukkan ke

dalam rahim melalui vagina (Rinawati, 2013 : 35-118).


(e) MOW (Metode Operatif Wanita)
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas

(kesuburan) seorang perempuan.


(f) MOP (Metode Operatif Pria)
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa

deferensia sehingga alur alat transportasi sperma terhambat

.
4

dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi

(Saifuddin, 2010 : 81-85).


2.1.2 Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroksiprogesteron

Asetat)
a. Pengertian
Kontrasepsi Suntik DMPA adalah kontrasepsi hormonal yang

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntikkan intramuskular (di daerah bokong) (Saifuddin, 2010 :

MK-41).
b. Farmakologi
Farmakologi dari Kontrasepsi Suntik DMPA adalah :
1) Tersedia dalam larutan mikrokristalin.
2) Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak,

lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun

kembali.
3) Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari

penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah

4 bulan atau lebih.


4) Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari

DMPA dalam darah/serum (Hartanto, 2002 : 165).


c. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA
Mekanisme kerja Kontrasepsi Suntik DMPA menurut

Saifuddin (2010) adalah :


1) Menghalangi terjadinya ovulasi.
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma.


3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
d. Efektivitas
Kontrasepsi suntik DMPA ini memiliki efektifitas yang tinggi,

dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal

.
5

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan (Sulistyawati, 2013 : 76).


Efektifitasnya tergantung saat kembalinya untuk mendapatkan

suntikkan, yaitu sekitar kurang lebih 12 minggu. Bila perempuan

mendapatkan suntikkan tepat waktu, angka kehamilannya kurang dari

1 per 100 perempuan yang menggunakan kontrasepsi bulanan dalam 1

tahun pertama (Sarwono, 2011 : 450).


e. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik DMPA
Keuntungan dan kerugian KB suntik DMPA adalah :
1) Keuntungan
a) Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan

kehamilan jangka panjang, biasanya butuh waktu sekitar 6

bulan untuk kembali subur.


b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan

darah.
d) Tidak mempengaruhi ASI.
e) Sedikit efek samping.
f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun

sampai perimenopause.
h) Mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.
i) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang

panggul.
j) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2) Kerugian
a) Sering ditemukan gangguan haid seperti :
(1) Siklus haid yang memendek atau memanjang.
(2) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

.
6

(3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak

(spotting).
(4) Tidak haid sama sekali (amenorhea sekunder).
b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan (harus kembali untuk suntikan).


c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum

suntikan berikutnya.
d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan

infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus

HIV.
f) Terlambat kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian, kesuburan akan kembali apabila hormone MPA

yang berada di tempat suntikan atau berada di serum darah

telah habis.
g) Terlambat kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/ kelainan pada organ genetalia, melainkan karena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan).
h) Terjadi perubahan pola lipid serum pada pengguna

jangka panjang.
i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit

menurunkan kepadatan tulang (densitas) dikarenakan tidak

seimbangnya hormone di dalam tubuh yang dapat

mempengaruhi kekeringan pada tulang.


f. Indikasi dan Kontraindikasi Pemakian KB Suntik DMPA

.
7

Indikasi dan kontraindikasi pemakaian KB Suntik DMPA

menurut Saifuddin, 2010 : MK-43 adalah :


(1) Indikasi
(a) Wanita usia subur.
(b) Wanita nulipara dan yang telah memiliki anak.
(c) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang

dan memiliki efektivitas tinggi.


(d) Wanita menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang

sesuai.
(e) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(f) Wanita setelah abortus atau keguguran.
(g) Wanita telah banyak anak, tetapi belum menghendaki

tubektomi.
(h) Wanita perokok dikarenakan wanita perokok dapat

menyebabkan resiko penyakit kardiovaskuler, dan resiko ini

tidak akan meningkat dikarenakan metode progesterone.


(i) Wanita tekanan darah < 130/110 mmHg, dengan

masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.


(j) Wanita yang menggunakan obat untuk epilepsi

(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin),

karena frekuensi kejang sering berkurang oleh kadar hormone

menjadi stabil.
(k) Wanita yang tidak dapat memakai kontrasepai

estrogen.
(l) Wanita yang sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(m) Wanita yang anemia defisiensi besi, dikarenakan kadar

MPA yang berada di dalam serum darah dapat mengatasi

terjadinya anemia.
(n) Wanita yang mendekati usia menopause yang tidak

mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

.
8

(2) Kontraind

ikasi
(a) Wanita hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada

janin 7/100.000 kelahiran).


(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
(d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.
(e) Diabetes millitus disertai komplikasi.
(f) Tekanan darah >130/110mmHg.
g. Waktu Penggunan KB Suntik DMPA
Menurut Saifuddin (2010 : MK 43-44) KB Suntik DMPA

mulai dapat diberikan saat :


1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan

setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari

setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.


4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah

menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan

ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan.

Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.


5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,

kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal

kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.


6) Ibu menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama

.
9

kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,

asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu

menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari

ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.


7) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.

Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari

ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7

siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.


8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.

Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut

tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

h. Cara Pemberian KB Suntik DMPA


Cara pemberian KB Suntik DMPA menurut Saifuddin (2010 :

MK-45) antara lain :


1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntikkan intramuskular dalam daerah bokong. Apabila

suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.

Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan

DMPA untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu.

Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

.
10

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.


3) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila

terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dengan menghangatkannya.

2.2 Konsep Dasar Pada Spotting

a. Pengertian

Spoting adalah perdarahan di luar haid dan spotting sama dengan

metroragia (Manuaba, 2009: 58). Spotting adalah Bercak-Bercak

perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti / memakai

KB suntik (Suratun &Sri Mryani, 2013 : 72).

Spotting adalah keluarnya darah dari liang vagina diluar haid dalam jumlah

kecil berupa bercak-bercak atau dalam jumlah berlebihan. Perdarahan ini

dapat pula terjadi masa haid dalam jumlah berlebihan(Suratun, 2013 :

105).

b. Etiologi

Spotting ini dapat di sebabkan oleh keadaan yang bersifat:

1) Pada kelainan hormonal pada kelainan hormonal terjadi

gaguan poros hipotalamus–hipofisis, dan rangsangan esterogen dan

progesteron.
2) Pada kelainan anatomis

.
11

Pada kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan

pada alat- alat kelamin di antaranya pada mulut rahim.


(Candranita Manuaba, 2009 : 58)

c. Tanda dan Gejala

1) Perdarahan terjadi di luar haid.


2) Bentuk perdarahan bercak-bercak dan terus menerus
3) perdarahan menstruasi berkepanjangan
(Manuaba, 2009: 58)

d. Penanganan Spotting

1) Pelayanan Konseling
Memberikan penjelasan pada Aseptor KB suntik bahwa pemakaian

suntikan dapat menyebabkan tanda dan gejala tersebut, contohnya

perdarahan terjadi di luar haid, bentuk perdarahan bercak-bercak dan

terus menerus, perdarahan menstruasi berkepanjangan adalah

pengaruh akibat hormonal suntikan.


2) Apabila Pasangan tidak bisa menerima dan menginginkanya

haid setiap bulan sebaiknya ganti cara dengan kontrasepsi lain.


3) Bila terjadi perdarahan, dapat pula di berikan prostaglandin,

mefenamic acid dan yang lainnya.


4) Bila terjadi perdarahan bercak-bercak terus menerus bisa

dilakukan kuretase.
(Suratun & Hartini, 2013: 72-73).

2.3 Pendokumentasian Manajemen Kebidanan

Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan ini penulis

menggunakan format pendokumentasian 7 langkah Varney.

Menurut Sudarti dan Afroh, 2010 konsep manajemen kebidanan

menurut varney bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus

.
12

memiliki kemampuan untuk menegakan diagnosa atau masalah potensial

kebidanan dan kemampuan untuk berkolaborasi.

Adapun langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney (1997),

yaitu sebagai berikut (Sudarti dan Afroh, 2010: 33):

a. Pengumpulan Data Dasar


Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses

pemgumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien

secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data

laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study. Semua data

dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.


b. Interprestasi Data Dasar
Langkah ini dilakukan mengidentifikasi data secara benar terhadap

diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang

spesifik dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data

dasar. Selain itu sudah terpikir perencanaan yang dibutuhkan terhadap

masalah.
c. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang

diidentifikasi. Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan

penangan segera. Tahapan ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan

identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan

masalah ditegakkan.Kegiatan bidan pada tahapan ini adalah konsultasi,

kolaborasi dan melakukan rujukan.

.
13

d. Perencanaan asuhan secara menyeluruh


Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan

secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses

perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa

data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
e. Pelaksanaan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana sebelumnya.

Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun

kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.


f. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni dengan

melakukana evaluasi dari perncanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan

penulis. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus menerus

untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif.

2.4 Teknik pendokumentasian Varney asuhan kebidanan pada KB

Suntik dengan Spotting

Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan kebidanan pada

Keluarga Berencana dengan Spotting antara lain sebagai berikut (Sudarti dan

Afroh, 2010: 130):

a. Langkah 1 pengkajian data

Data yang harus dikumpulkan pada pasien dengan KB suntik

dengan spotting: biodata/identitas baik pasien maupun suami/ keluarga,

data subjektif dan data obyektif, yang terdiri atas pemeriksaan fisik,

pemeriksaaan, panggul dan pemeriksaan laboratorium/ penunjang. Biodata

.
14

lain yang dikumpulkan dari pasien dan suami/keluarganya meliputi : nama,

umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap.


Data subjektif dari pasien dengan KB suntik dengan spotting yang

harus dikumpulkan meliputi :


1) Keluhan utama dan kunjungan saat ini kunjungan pertama atau

kunjungan ulang seperti mengeluarkan bercak-bercak darah.


2) Riwayat perkawinan, terdiri atas: status perkawinan,

perkawinan ke, umur ibu saat perkawinan dan lama perkawinan.


3) Riwayat menstruasi, meliputi: siklus menstruasi, lama

menstruasi, disminorhea dan flour albus.


4) Riwayat obstetri para, abortus, anak hidup, meliputi:

perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir

prematur atau tidak serta masalah selama kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu.


5) Riwayat keluarga berencana, meliputi: jenis metode yang

dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti,

keluhan atau alasan berhenti.


6) Riwayat kesehatan, meliputi : riwayat penyakit sistemik yang

sedang/pernah di derita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal,

asma, epilepsi, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS), riwayat

penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi dan riwayat

penyakit sekarang.
7) Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan.
8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi: pola nutrisi

(makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hyygine,

aktifitas dan istirahat.

.
15

9) Keadaan psikologi, meliputi: pengentahuan dan respon pasien

terhadap keluhan/ kondisi yang dihadapkan saat ini, respon keluarga

terhadap keadaan pasien, dukungan keluarga, pengambil keputusan

dalam keluarga dan pilihan mendapatkan pengobatan.

Data objektif dari pasien KB Suntik dengan spotting yang harus

dikumpulkan meliputi :

1) Keadaan umum, meliputi : kesadaran, keadaan emosi dan

postur badan pasien selama pemeriksaan, BB


2) Tanda-tanda vital meliuti : tekanan darah, suhu badan,

frekuensi denyut nadi dan pernafasan


3) Kepala dan leher, meliputi : oedema wajah, mata (kelopak

mata pucat, warna sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan

gigi karies, karang, tonsil), leher (pembesaran kelenjar tiroid,

pembuluh limfe dan vena jugularis.


4) Abdomen, meliputi :ada tidaknya beklas luka operasi, linea

dan striae, kandung kemih kosong atau tidak dan adanya rasa mules

atau tidak.
5) Genetalia, meliputi : ada perdarahan, warnanya seperti apa,

bau atau tidak, lamanya sudah berapa hari.


6) Pemeriksaan penunjang
Pada kondisi tertentu, pasien harus menjalani beberapa pemeriksaan

penunjang untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan

keperluan menegakan diagnosis, diantaranya adalah pemeriksaan

laboratorium (sampel darah, secret/cairan pervaginam atau biopsy

jaringan tubuh.

.
16

b. Langkah 2 interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

spotting dan kebutuhan klien dengan spotting yang benar atas dasar data-

data yang telah dikumpulkan.

c. Langakh 3 mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial


Pada langkah ini identifikasi masalah atau diagnosis potensial lain dari

spotting adalah perdarahan. Langkah antisipasi bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi

spotting.
d. Langkah 4 mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera spotting oleh bidan atau dokter

dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain seperti di berikan therapy.

e. Langka 5 Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang meyeluruh dari spotting

yaitu memberikan KIE pengertian spotting, tanda dan gejala spotting,

penanganan spotting, pengobatan dan beri ibu dukungan psikologi,

langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.


f. Langkah 6 melaksanankan perancanaan
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan recana asuhan

secara efektif dan aman dari perencanaan penanganan spotting yaitu

.
17

mengobati bercak-bercak perdarahan ibu dan memberi ibu dukungan

psikologi.
g. Langkah 7 evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,

apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan ibu dengan diagnosa spotting.

2.5 Pendokumentasian manajemen kebidanan data perkembangan

dengan metode SOAP

Menurut Sudarti dan Afroh, 2010 metode pendokumentasian SOAP

adalah sebagai berikut :

a. S = DATA SUBYEKTIF
Data subyektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama adalah pengkajian

data, terutama data yang diperoleh melalui anamnesa. Data subyektif ini

ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhanya yang dicatat sebagai

kutipan langsung yang akan berhubungan dengan diagnosa.


b. O = DATA OBYEKTIF
Data obyektif (O), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney pertama adalah pengkajian data, terutama data

yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik

pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Data

ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis.


c. A = ANALISIS ATAU ASSESSMENT
Analisis atau assessment (A), merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif.

.
18

Menurut Hellen Varney merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-

hal berikut ini : diagnosis masalah masalah kebidanan, diagnosis atau

masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan

segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan

mandiri, tindakan kolaborasi dan merujuk klien.


d. P = PLANING
Perencanaan atau planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan tersusun berdasarkan hasil analisis

dan interprestasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraan. P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran

pendokumentasian implementasian dan evaluasi. Dengan kata lain P

dalam metode SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Hellen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Studi

Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif

yaitu penelitian yang dimaksudkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk

laporan penelitian (Arikunto, 2010 : 3).

Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara insentif

terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala

tertentu. Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan VARNEY dari

pengumpulan data dasar sampai evaluasi dan data perkembangan

menggunakan SOAP (Arikunto, 2010 : 185).

3.2 Subyek Study Kasus

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

(Arikunto, 2010 : 188).


Pada studi kasus ini adalah Akseptor KB Suntik DMPA pada Ny K

Umur 26 tahun P2 A0 dengan Spotting di BPM Popy N Iswara.

3.3 Instrumen Studi Kasus

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2010 : 203).

1
2

Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah

dengan menggunakan format asuhan kebidanan akseptor KB Suntik DMPA

pada Ny. K Umur 26 tahun P2 A0 dengan Spotting di BPM Popy N Iswara

dengan manajemen 7 langkah Varney dan data perkembangan menggunakan

SOAP.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang

bersangkutan yang melakukannya. Data ini diperoleh oleh penulis

pada saat melakukan Asuhan Kebidanan Akseptor KB Suntik DMPA

pada Ny. K umur 26 tahun P2 A0 dengan Spotting.

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi dan

auskultasi (Nursalam, 2007 : 34).

b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh

informasi dari terwawancara (Arikunto, 2010 : 198).

.
3

Pada kasus ini wawancara dilakukan pada bidan dan

akseptor KB suntik DMPA pada Ny. K umur 26 tahun P2 A0 di

BPM Popy N Iswara.


c. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu merupakan kegiatan

pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indra (Arikunto, 2010: 199)


Untuk memperoleh data objektif, penulis melakukan

pengamatan langsung pada kasus akseptor KB Suntik DMPA

dengan Spotting. Observasi yang dilakukan berupa pemeriksaan

umum meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi,

pengeluaran pervagina.

3.4.2 Data sekunder

Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau dari

keterangan keluarga, lingkungannya, mempelajari status dan

dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo,

2012 : 89).

Data sekunder diperoleh dengan cara:


a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi

yang berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi

(Notoatmodjo, 2012: 89). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan

dengan pengumpulan data yang diambil dari catatan rekam medik.


b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi

baik berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang

.
4

dikembangkan oleh berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada

(Notoatmodjo, 2012 : 89).


Studi Kepustakaan yang diambil dari Profil Kesehatan tahun

2003-2013. Studi Dokumen yang diambil melalui dokumen di

BPM Popy N Iswara.

3.5 Alat-alat yang dibutuhkan


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data yaitu :
3.5.1 Alat dan bahan pengambilan data
a. Format Asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik

(Askeb).
b. Buku tulis.
c. Alat tulis.

3.5.2 Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan

observasi
a. Sphygmomanometer.
b. Stetoskop.
c. Thermometer.
d. Timbang berat badan.
e. Handscoon.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi studi kasus adalah merupakan tempat dimana

pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012 : 86).

Pengambilan kasus ini dilakukan di BPM Popy N Iswara Mudal

Mojotengah Wonosobo.

3.6.2 Waktu Studi Kasus

.
5

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan

penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2012 : 88). Pengambilan

kasus ini dilaksanakan pada tanggal 14-24 Juli tahun 2016.

.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Pengkajian
a. Data Subyektif
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada tanggal 14 -24 Juli 2016

diperoleh gambaran kasus sebagai berikut, nama Ny. K, umur 26

tahun, agama islam, suku/bangsa Jawa/Indonesia, pendidikan

SMP, pekerjaan IRT, alamat Gobragan RT. 03 RW. 02,

Mojotengah , Wonosobo, memeriksakan diri di BPM Popy N

Iswara. Nama penanggung jawab Tn. N, umur 34 tahun, agama

islam, suku/ bangsa Jawa/ Indonesia, pendidikan SMP, pekerjaan

Tani, alamat Gobragan RT. 03 RW. 02, Mojotengah, Wonosobo

hubungan dengan pasien sebagai suami. Ny. K datang pada

tanggal 14 Juli 2016 jam 10:00 WIB, di BPM Popy N Iswara, ibu

mengatakan mengalami perdarahan bercak-bercak selama 1

bulan menjelang suntik, ibu mengatakan tidak memiliki riwayat

penyakit yang berat seperti jantung, PMS, hipertensi, TBC, asma,

dll, baik dahulu, sekarang maupun di dalam keluarganya. Status

perkawinan sah, perkawinan ke-1, menikah sejak umur 19 tahun,

dengan suami umur 27 tahun, lama perkawinan 7 tahun. Siklus

menstruasi teratur, menarche 13 tahun, lama menstruasi 6-7 hari,

banyaknya darah 3x/ hari ganti pembalut, baunya khas, warna

1
2

merah segar, konsistensi cair, tidak ada disminorhea, tidak ada

flour albus. Riwayat persalinan dan nifas yang lalu P2 A0, anak

pertama lahir tahun 1998 dilahirkan dengan bidan di BPM

Mudal, jenis kelamin laki-laki, penolong persalinan bidan, jenis

persalinan spontan, berat badan lahir 3500 gram, panjang badan

50cm, anak kedua lahir bulan desember 2015 dilahirkan dengan

bidan di BPM Mudal, jenis kelamin perempuan, penolong

persalinan bidan, jenis persalinan spontan, berat badan lahir 3200

gram, panjang badan 48cm, tidak mengalami komplikasi selama

hamil dan nifas normal, keadaan anak sekarang hidup dan

berusia 8 tahun, Ibu mengatakan sekarang ini menggunakan KB

Suntik DMPA pada bulan Mei 2015 petugas bidan, tempat BPM,

keluhan ibu mengatakan mengeluarkan bercak-bercak darah

sekitar satu bulan dan baru pertama ibu mengalami spotting.

Suami mendukung ibu menggunakan alat kontrasepsi Suntik.

Dalam pola kebiasaan sehari-hari untuk pola nutrisi ibu makan

3x/hari, porsi nasi 1 piring sedang, lauk 1 potong 2-3x/hari (jenis

bervariasi), sayer 1 mangkuk 2-3x/hari (jenis bervariasi). Untuk

minumanya sehari ibu menghabiskan 6-7 gelas/hari, porsi satu

gelas penuh, jenis air putih, teh dan kadang-kadang susu dan ibu

mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun. Pola

eliminasi ibu BAB lx/hari, kuning lunak, BAK 4-6x/hari,

.
3

konsisten cair, warna kekuningan, jernih, bau khas, Aktifitas

pekerjaan ibu mengatakan melakukan kegiatan rumah tangga

seperti mencuci, menyapu, masak dengan sendiri, ibu istirahat

siang 1-2 jam, istirahat malam 8 jam tidak ada keluhan. Personal

hygine, ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 1 x/hari,

ganti celana dalam 2x/hari. Psikososial spiritual ibu baik,

tanggapan ibu dan keluarga terhadap alat kontrasepsisi saat ini

baik, ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan orang

lain baik tidak ada masalah, ibu mengatakan pengambil

keputusan dalam keluarga adalah suami, ibu mengatakan ibu dan

keluarga taat beribadah, ibu mengatakan tinggal dengan suami

dan 1 anak , memiliki hewan peliharaan 3 burung, cara memasak

di cuci dulu barn di potong. Pengetahuan ibu tentang pendidikan

kontrasepsi, ibu sudah mengetahui pengertian kontrasepsi, ibu

sudah mengetahui macam-macam alat kontrasepsi.


b. Data Obyektif
Dalam pemeriksaan umum, keadaan umum ibu baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80 x/ menit,

suhu 36° C, psernafasan 22 x / menit, tinggi badan 151 cm, berat

badan 50kg, dalam pemeriksaan fisik kepala, tidak ada benjolan,

rambut bersih tidak rontok dan tidak ada ketombe. Muka

simetris, tidak oedem, tidak pucat. Mata simetris, konjungtiva

merah muda,sklera putih. Hidung bersih, tidak ada polip atau

.
4

secret. Mulut gigi dan gusi bersih, tidak ada caries, gigi ada yang

berlubang, bibir tidak pucat dan tidak kering. Telinga simetris,

bersih, tidak ada secret atau serumen. Leher tidak ada

pembesaran kelenjari tiroid, limfe dan vena jugularis. Dada tidak

ada retraksi dinding dada, tidak ada benjolan, jantung normal lup

dup, payudara tegang simetris tidak ada massa. Ketiak tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, Abdomen tidak ada luka

bekas operasi, tidak ada pembesaran. Genetalia pengeluaran

pervaginam mengeluarkan bercak darah, dan tidak berbau, anus

tidak ada hemoroid. Tidak ada nyeri pada pinggang. Punggung

tidak lordosis. Ekstremitas atas, (kanan : tidak oedema, jari

lengkap, warna kuku merah muda, fungsi normal, simetris. Kiri :

tidak oedema, jari lengkap, warna kuku merah muda, fungsi

normal, simetris). Ekstremitas bawah, (Kanan : tidak oedema,

jari lengkap, warna kuku merah muda, reflek patella ada, tidak

ada varises, fungsi normal, simetris. Kiri : tidak oedema, jari

lengkap, warna kuku merah muda, reflek patella ada, tidak ada

varises, fungsi normal, simetris). Pemeriksaan penunjang,

tanggal 07 Agustus 2015 cek laborat HB: 10,5 gr%.


4.1.2 Interprestasi Data Dasar
Dari hasil pengkajian yang dilaksanakan penulis tanggal 07

Agustus 2015 jam 10.00 WIB. Data-data yang telah dikumpulkan

kemudian diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah

.
5

dan kebutuhan: Ny. M umur 21 tahun P1 A0 KB Suntik DMPA

dengan Spotting. Data subjektif : ibu mengatakan bernama Ny.M

umur 21 tahun sudah Satu kali melahirkan dan belum pernah

keguguran, anak hidup satu. Ibu mengatakan menggunakan KB

Suntik mengeluarkan darah bercak-bercak darah selama kurang

lebih 1 bulan ini.Ibu mengatakan merasa tidak nyaman. Data

objektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan

darah 110/60 mmHg, nadi 80 x/ menit, suhu 36° C, pemafasan

22x / menit, tinggi badan 151cm, berat badan 50 kg.


Masalah : Ny. M merasa cemas dengan keadaannya
Kebutuhan : KIE tentang efek samping KB Suntik pada Ny. M
4.1.3 Diagnosa Potensial
Pada kasus Ny. M akseptor KB Suntik dengan Spotting terjadi

diagnosa potensial yaitu Anemia. Anemia yaitu suatu keadaan yang

menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam

darah kurang dari nilai standar (normal).


Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan praktek yang ada di lahan praktek karena pasien tidak

mengalami anemia.

4.1.4 Kebutuhan Akan Tindakan Segera


Kebutuhan akan tindakan segera yaitu memberikan KIE tentang

KB Suntik dengan Spotting, beritahu pengertian spotting, tanda

dan gejala spotting, penanganan spotting itu sendiri dan

memberikan therapy sesuai advice bidan.


4.1.5 Perencanaan

.
6

Pada tanggal 07 Agustus 2015 Jam : 10.10 akan melakukan

tindakan beritahu ibu hasil pemeriksaan, beritahu ibu tentang

keadaanya, beritahu ibu pengertian efek samping KB suntik,

memberitahu ibu pengertian spotting, tanda dan gejala spotting,

dan penaganan spotting, memberi ibu dukungan psikologi untuk

mengurangi kecemasanya, anjurkan ibu untuk kunjungan ulang.


4.1.6 Pelaksanaan
Pada tanggal 07 Agustus 2015 Jam 10.30 memberikan penjelasan

pada ibu tentang hasil pemeriksaanya, bahwa dari hasil

pemeriksaan keadaan ibu baik, memberikan penjelasan kepada ibu

tentang keadaanya saat ini bahwa ibu sedang mengalami bercak-

bercak perdarahan, dan efek samping KB suntik itu sendiri bisa

mengakibatkan bercak-bercak perdarahan, pada spotting

dikarenakan kelainan hormonal pada kelainan hormonal ini terjadi

karena gangguan poros hipotalamus-hipofise, dan rangsangan

esterogen dan progesterone. Pengertian spotting itu sendiri yaitu

bercak-bercak perdarahan yang terjadi selama akseptor

menggunakan KB suntik, tanda-tanda spotting itu: perdarahan

terjadi diluar haid, bentuk perdarahan bercak-bercak dan terus

menerus, perdarahan menstuasi berkepanjangan, penangananya

memberikan KIE yaitu memberikan penjelasan pada akseptor KB

suntik bahwa pemakaian suntik dapat menyebabkan gejala-gejala

tersebut adalah pengaruh hormonal suntikan, memberi ibu

.
7

dukungan psikologi, memberikan therapy sesuai advice bidan yaitu

berupa Primolut N 2 x 5 mg Ibuprofen 3-4 x 200 mg Asmet 3 x 1

Vitamin 1 x 1 dan meminta ibu untuk kunjungan ulang satu

minggu lagi bila terjadi kurang nyaman.


4.1.7 Evaluasi
Pada tanggal 07 Agustus 2015 Jam 10.55 WIB ibu sudah tahu

hasil pemeriksaan, ibu sudah mengerti dan mengetahui tentang

keadaannya, ibu sudah mengetahui efek samping, ibu sudah

mengetahui tentang tanda spotting, pengertian spotting,

penanganan spotting, ibu sudah tidak terlihat cemas, ibu bersedia

kunjungan ulang satu minggu lagi.


4.1.8 Data perkembangan I
Dari pengkajian penulis data perkembangan 1 tanggal : 09 Agustus

2015 jam: 12.00 tempat pengkajian : rumah pasien, dusun Sribit,

desa Wonolelo, RT 03, RW 02, diperoleh, data subyektif bahwa ibu

mengatakan mengeluarkan darah masih bercak-bercak, ibu

mengatakan terganggu aktifitasnya, ibu mengatakan ganti celana

dalam 3-4x/ hari, ibu mengatakan tidak nyaman dengan keadaanya.

Data obyektif keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis,

TD : 100/60 mmHg, N : 80 x/ menit, S : 36°C, R : 22x/ menit,

pengeluaran darah masih bercak-bercak. Dari pengkajian diperoleh

assesment sebagai berikut Ny. M umur 21 tahun P1 A0 akseptor

KB Suntik dengan spotting. Planning yang dilakukan tangal : 09

Agustus 2015 jam : 12.10 menjelaskan hasil pemeriksaan yaitu

.
8

TD : 110/60 mmHg, N : 80x/ menit, S : 36°C, R: 22x/ menit, masih

mengeluarkan bercak-bercak darah, memberi ibu dukungan dan

pengertian agar tetap tenang dalam mengahadapi keadaanya,

mengingatkan ibu untuk istirahat yang cukup dan makan-makan

yang bergizi dan mengandung zat besi, menganjurkan ibu untuk

lebih menjaga kebersihan diri seperti memperhatikan banyaknya

ganti pembalut dalam sehari, menganjurkan ibu untuk tetap

mengkonsumsi obat yang telah diberikan bidan saat ibu periksa.


4.1.9 Data perkembangan II
Dari pengkajian penulis data perkembangan II tanggal: 18 Agustus

2015 Jam: 13.00, data subyektif ibu mengatakan mengeluarkan

darah belum sembuh masih bercak-bercak, Ibu mengatakan masih

terganggu aktifitasnya, ibu mengatakan ganti celana dalam 3-4 x/

hari, Ibu mengatakan tidak nyaman dengan keadaanya. Data

obyektif Keadaan Umum: Baik, kesadaran: composmentis, TD:

100/60 mmHg, N: 82 x/ menit, S: 36 °C, R: 22x/ menit, masih

mengeluarkan bercak-bercak darah. Dan pengakjian diperoleh

assesment Ny.K umur 26 tahun P2 A0 akseptor KB Suntik dengan

spotting. Planing yang dilakukan tanggal : 10 Agustus 2015 Jam:

13.10 Menjelasakan hasil pemeriksaan yaitu TD : 120/70 mmHg,

N: 80 x/ menit, S: 36°C, R: 22x/ menit, bercak-bercak darah masih

keluar, memberi ibu dukungan dan pengertian agar tetap tenang

dalam mengahadapi keadaanya, menganjurkan ibu untuk lebih

.
9

menjaga kebersihan diri seperti memperhatikan banyaknya ganti

pembalut, dan tetap istirahat, dan makan-makanan yang

mengandung zat besi seperti sayuran hijau misalnya sawi, dan juga

bisa ditambahkan daging atau hati ayam dan yang lainnya,

menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang telah

diberikan bidan pada saat memeriksaan diri.


4.1.10 Data perkembangan III
Dan pengkajian penulis data perkembangan III tanggal: 24 Juli

2016 Jam: 12.00, tempat pengkajian : BPM Popy N Iswara,

diperoleh data subyektif Ibu mengatakan masih mengeluarkan

bercak darah, ibu mengatakan ingin mengganti alat kontrasepsi

lain. Data obyektif, keadaan umum: baik, kesadaran:

Composmentis, TD : 110/70 mmHg, N: 80 x/ menit, S : 36 °C, R:

22x/ menit, bercak-bercak darah masih keluar. Dan pengakajian

diperoleh assesment Ny. K umur 26 tahun P2 A0 akseptor KB

Suntik dengan spotting. Planing yang dilakukan tanggal : 24 Juli

2016 Jam: 12.20 menjelaskan hasil pemeriksaan yaitu TTV :

110/70 mmHg, N: 80 x/ menit, S : 36 °C, R: 22x/ menit,

mengeluarkan bercak-bercak darah, menganjurkan ibu untuk lebih

memperhatikan nutrisi ibu dan istirahat cukup dan mengkonsumsi

obat dari bidan sampai habis, menyarankan ibu untuk mengganti

alat kontrasepsi lain.

4.2 Pembahasan

.
10

Dalam hal ini penulis akan membahas tentang ada atau tidaknya

kesenjangan maupun persamaan antara teori dan praktek yang dilakukan.

Asuhan kebidanan ini dilaksanakan selama 11 hari mulai tanggal 14 Juli

2016 sampai dengan tanggal 24 Juli 2016. Pembahasan yang dilakukan

sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.


4.2.1 Pengkajian
Melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap

(Sudarti dan Afroh, 2010 : 33). Spotting adalah bercak-bercak

perdarahan di luar haid yang terjadi selama aseptor mengikuti

memakai KB suntik ( Suratun & Srimaryani, 2013: 72). Spotting

ini di sebabkan oleh keadaan yang bersifat kelainan hormonal pada

kelainan hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus-hipofisis,

dan rangsangan esterogen dan progesterone. Pada kasus ini penulis

medapatkan data subyektif sebagai berikut, Ny. K umur 26 tahun

mengatakan mengeluarkan bercak-bercak darah, ibu mengatakan

khawatir dengan keadaanya. Data obyektif keadaan umum ibu

baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi

80 x/ menit, suhu 36°C, pernafasan 22 x / menit, pemeriksaan fisik

normal, pemeriksaan penunjang HB: 9,8 gr%. Dan pengkajian

penulis diatas maka tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan

pustaka dengan kasus nyata.


4.2.2 Interprestasi Data Dasar

.
11

Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosis atau

masalah kebutuhan pasien berdasarkan data yang telah

dikumpulkan terhadap data dasar, selain itu juga sudah terfikirka

perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah (Sudarti dan

Afroh, 2010: 34).


Tanda Spotting. Perdarahan terjadi di luar haid. Bentuk perdarahan

bercak-bercak dan terus menerus. Perdarahan menstruasi

berkepanjangan.
(Manuaba, 2009 : 58)
Sedangkan pada study kasus Ny. K ibu mengalami bercak-bercak

dan selama 1 bulan menjelang suntik, ibu mengatakan ganti celana

dalam 3-4 x / hari, adanya perdarahan karna efek samping dan KB

suntik. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus nyata.


4.2.3 Diagnosa Potensial dan Antisipasi
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis masalah yang lain

berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi (Sudarti dan Afroh, 2010 : 34).


Pada studi kasus Ny. K didapatkan data yang mendukung yaitu

menstruasi yang berkepanjangan selama 1 bulan menjelang suntik

dan berupa bercak-bercak.


4.2.4 Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera
Melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan

setelah diagnosis ditegakan (Sudarti dan Afroh, 2010 : 36).

Antisipasi yang perlu dilakukan adalah melakukan pembedahan

.
12

atau histerektomi. Maka antara teori dan kasus nyata tidak ada

kesenjangan.
4.2.5 Perencanaa asuhan secara menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya (Sudarti dan Afroh, 2010: 36).

Penanganan Spotting.
1) Pelayanan Konseling
Memberikan penjelasan pada Aseptor KB Suntik bahwa

pemakaian suntikan dapat menyebababkan gejala-gejala

tersebut adalah pengaruh dari hormonal suntikan.


2) Apabila pasangan tidak bisa menerima dan

menginginkanya haid setiap bulan sebaiknya ganti cara dengan

kontrasepsi lain.
3) Bila terjadi perdarahan, dapat pula di berikan preprat

estrogen misalnya : Prostaglandin, Metronidasole, Mefenamic,

sampai perdarahan berhenti.


( Suratun & Hartini 2013: 72-73).
4.2.6 Pelaksanaan Perencanaan
Merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,

baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakan

(Sudarti dan Afroh, 2010: 36).


Memberi tau ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik jangan

khawatir karna KB suntik bisa mengakibatkan spotting, memberi

tau pengertian yang ibu alami, memberi tau penyebab dan tanda

yang dialami ibu.


Dan pengkajian penulis pelaksanaan yang diberikan pada kasus Ny.

K yaitu memberikan penjelasan bahwa ibu mengeluarkan darah

becak-bercak, bercak-bercak dan itu normal selama ibu

.
13

menggunakan atau memakai KB suntik, dari pengkajian tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus nyata.


4.2.7 Evaluasi
Tahap terahir dalam manajemen kebidanan dengan melakukan

evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.

Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus-menerus

untuk meningkatkan pelayanan secara komperhensif dan selalu

berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Sudarti dan

Afroh; 2010: 37).


Dalam melakukan evaluasi tidak ditemukan kesenjangan

karena setiap tindakan yang dilakukan menunjukan dampak positif

untuk mengatasi diagnosis, masalah serta kebutuhan yang muncul.

Evaluasi ini sesuai dengan tinjauan teori yaitu meliputi evaluasi

tindakan dan hasil yang didasari oleh diagnosis, masalah dan

kebutuhan. Setelah dilakukan tindakan tersebut di atas, keadaan

Ny. K menjadi baik dari sebelumnya.


Di akhir asuhan yang diberikan pada Ny. K tinjauan kasus

adalah hasil berupa catatan perkembangan.

.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan KB Suntik DMPA pada

Ny. K umur 26 tahun dengan Spotting di BPM Popy N Iswara mulai tanggal

14 Juli 2016 sampai dengan 24 Juli 2016 serta berdasarkan pembahasan

antara teori dengan kasus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. K dengan

spotting
menggunakan 7 langkah Varney hasilnya yaitu data subjektif sebagai

berikut, Ny. K umur 26 tahun mengatakan mengeluarkan bercak-

bercak darah selama 1 bulan menjelang suntik, 1 hari ibu bisa ganti

celana dalam 3-4x ibu mengatakan cemas dan khawatir dengan

keadaanya. Data obyektif keadaan umum ibu baik, kesadaran

komposmetis, tekanan darah 110/ 70 mmHg, nadi 80x/mnt, suhu 36 C,

pernafasan 22 /menit, pemeriksaan fisik normal, pemeriksaan khusus

tidak dilakukan, pemeriksaan menunjang Lab cek Hb 9,8 gr%.


5.1.2 Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

nyata dalam kasus Ny. K dengan spotting di BPM Popy N Iswara,

faktor pendukung ibu bersedia menjalankan saran tenaga kesehatan,

penatalaksanaanya, memberikan hasil pemeriksaan, memberitahu ibu

penjelasan tentang keadaanya, beri tau ibu efek samping KB Suntik,

berikan konseling tentang spotting, beri tau ibu untuk memperaiki

1
2

pola nurtrisi, beri ibu dukungan psikolog, beritahu ibu untuk

kunjungan ulang.
5.1.3 Alternatif pemecahan masalah yang penulis berikan pada Ny.

K umur 26 tahun P2 A0 KB suntik DMPA dengan spotting adalah

memberikan KIE tentang pola nutrisi, pola istirahat menjaga

kebersihan genetalia dan menyarankan agar ibu bersedia mengganti

alat kontrasepsi lain.

5.2 Saran
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan serta kesimpulan di atas

maka penulis akan menyampaikan saran yang mungkin dapat berguna:


5.2.1 Klien
Diharapkan kontrol ketenaga kesehatan apabila sewaktu-waktu ada

keluhan.
5.2.2 Bagi petugas (Bidan)
Diharapkan tetap memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

wewenang, dapat bekerja sama dengan klien dan dapat memberikan

asuhan kebidanan secara optimal.


5.2.3 Bagi institusi pendidikan
Kepada institusi pendidikan diharapkan untuk memperbanyak bahan

pustaka tentang pelaksanan asuhan kebidanan pada keluarga

berencana dengan spotting sesuai perkembangan teori-teori yang ada

dan lebih meningkatkan lagi dalam memberikan bimbingan dan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh instansi. Sehingga dapat

diharapkan laporan kasus yang sudah dibuat ini dapat dijadikan acuan

untuk penulisan laporan kasus yang akan datang.


5.2.4 Bagi Klinik

.
3

Diharapkan tetap menetapkan dan mempertahankan protab yang

sudah ada dengan menggunakan manajemen kebidanan dalam

pelayanan keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai