1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari parktikum kali ini yaitu,
1. Untuk mengetahui definisi alat instrumen berupa UAV (Unamanned Aerial
Vehicle)
2. Untuk mengetahui penggunaan dan prinsip kerja dari UAV (Unamanned Aerial
Vehicle)
3. Untuk mengetahui cara perawatn alat setelah pemakaian
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari UAV (Unmanned Aerial
Vehicle)
5. Untuk mengetahui tentang komponen dari UAV (Unmanned Aerial Vehicle).
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum kali ini yaitu,
1. Mahasiswa dapat memahami definisi alat instrumen berupa UAV (Unamanned
Aerial Vehicle).
2. Mahasiswa dapat memahami penggunaan dari prinsip kerja dari UAV
(Unamanned Aerial Vehicle).
3. Mahasiswa dapat memahami cara penggunaan alat setelah pemakaian.
4. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari UAV (Unmanned
Aerial Vehicle).
5. Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut tentang komponen dari UAV
(Unmanned Aerial Vehicle).
II TINJAUAN PUSTAKA
Drone dengan cepat menjadi sarana utama untuk pengumpulan data melalui udara
berdasarkan permintaan pencitraan di seluruh industri seperti konstruksi, survei, asuransi,
dan pertambangan. Fotogrametri memungkinkan kita untuk mendigitalkan dunia fisik dan
dapat menggunakan data itu untuk menyelesaikan beberapa tantangan terberat saat ini.
Dalam prosesnya, penggunaan drone mengurangi kegiatan untuk mendapat data secara
manual di daerah daerah yang dapat membahayakan seperti lapangan kerja industri, kuari,
atap, dan tempat lainnya yang tinggi (Putch, 2017).
Perkembangan pesawat Unmaned Aerial Vehicle (UAV) di dunia khususnya
Indonesia sangat dikembangan pada era modern ini. Pesawat model tanpa awak (UAV)
baru-baru ini dikembangkan dengan kecanggihan teknologi dari mulai radio control
jarak jauh bahkan sampai pengembangan pada sistem autopilot. Sistem yang digunakan
atau penggerak yang digunakan kebanyakan menggunakan motor listrik atau dengan
sistem elektrik, karena sistem elektrik tergolong mudah dirancang dan murah tetapi
masih banyak kekurangan pada koefisien penggunaannya dalam jangka waktu yang
cukup lama atau jangkauan luas (Hanatyo, 2018).
Quadcopter termasuk jenis VTOL (vertical take-off and landing) bergerak ke
segala arah serta dapat melayang di udara (hover). Dengan kemampuan tersebut,
quadcopter dapat digunakan untuk melakukan tracking terhadap objek yang ditangkap
oleh kamera quadcopter . Secara umum quadcopter memiliki pengaturan motor depan
dan motor belakang yang berputar searah jarum jam, sedangkan motor kiri dan motor
kanan berputar berlawanan arah jarum jam. Motor-motor tersebut bersifat independen,
yaitu kecepatannya dapat berbeda untuk satu motor dengan motor yang lain. Dengan
mengatur kecepatan dari setiap motor, maka pergerakan dari quadrotor dapat berubah.
Quadrotor akan terbang dengan syarat gaya angkat dari quadrotor lebih besar dari gaya
gravitasi (Gaol et al. 2017).
Quadcopter adalah sebuah konfigurasi empat buat motor pada sebuah kerangka
berbentuk menyilang. Pada masing-masing ujung kerangka terdapat motor yang
terpasang dengan baling-baling untuk membuat aliran udara yang menghasilkan tekanan
ke arah bawah sehingga timbul gaya angkat pada quadcopter. Quadcopter memiliki
empat pergerakan yaitu gerakan roll (gerakan ke kiri dan kanan searah sumbu y), pitch
(gerakan ke depan belakang searah sumbu x), gaz (gerakan ke atas dan bawah searah
sumbu z), serta yaw (gerakan berputar ke kiri dan kanan yang berotasi pada sumbu z)
(Hadi et al. 2018).
penggunaan drone atau pesawat tanpa awak dengan menggunakan banyak
propeller merupakan salah satu masalah penggunaan drone. Semakin banyak propeller
yang digunakan, maka masa hidup drone di udara juga akan semakin berkurang. Karena
baterai yang digunakan oleh wahana tersebut banyak digunakan untuk mensupali
propeller agar dapat berputar. Berdasarkan permasalahan tersebut muncul gagasan untuk
membuat drone yang praktis dan efesien energi, sehingga daya tempuhnya dapat lebih
lama, karena penggunaan baterai yang hemat yaitu SINGRONE Inovasi Rancang Bangun
Drone Single Propeller sebagai Wahana Pemetaan Lahan Berbasis UAV. Dengan potensi
perkebangan tekonologi tersebut dirasa drone merupakan objek yang dibutuhkan oleh
masyrakat Indonesia, terutama dalam hal pemetaan lahan (Pradana et al. 2016).
Selain itu, penelitian kanonik pada akurasi fotogrametri berfokus pada
penggunaan GCP pos pemeriksaan. Ini berarti akurasi diukur sebagai perbedaan antara
posisi geografis dari pos pemeriksaan sebagaimana dicatat oleh GPS presisi, dan teoritis
posisi pos pemeriksaan itu sebagaimana dihitung oleh perangkat lunak fotogrametri.
Metode ini telah disukai karena itu adalah cara terbaik untuk mengisolasi variabel
eksperimental, dan dianggap paling ketat secara ilmiah. Namun, karena sebuah pos
pemeriksaan akurasi hanya dapat berlaku untuk satu titik di ruang, data melakukan
pekerjaan evaluasi yang buruk keakuratan pengukuran berdasarkan linear (Putch, 2017).
Meskipun sering dikaitkan dengan aktivitas militer, ada juga minat dalam UAV
oleh penegak hukum domestik, sektor swasta, dan penggemar amatir. Ini sebagian besar
disebabkan oleh penurunan biaya teknologi UAV, dan fakta bahwa UAV memiliki
keunggulan fungsional yang berbeda dibandingkan kendaraan berawak. Standar referensi
dikembangkan oleh komunitas internasional UAV untuk mengklasifikasikan sistem
berbasis UAV pada parameter seperti ketinggian penerbangan, daya tahan, kecepatan,
Take-off Maksimum Bobot (MTOW), ukuran, dll. Pada bagian ini, pasar UAV pertama
kali dibahas dalam istilah yang luas dan diikuti oleh kelas khusus dan penggunaan
teknologi UAV (Cavoukian, 2012).
Drone dapat mendarat otomatisdengan beberapa metode. Misalnya metode yang
digunakan yaitu Non Linear Backsteping Robust Controll untuk mengontrol posisi
quadcopter dengan memanfaatkan sensor lidar untuk mendeteksi ketinggian. Pada
penelitian sebelumnya juga telah dilakukan pengendalian pendaratan menggunakan
metode Proportional Integral derivative (PID) dengan memanfaatkan computer vision.
Quadcopter akan mendarat pada landing pattern pada saat kamera yang terintegrasi pada
quadcopter mendeteksi landing pattern ketika quadcopter hovering di sekitar pattern
(Gaol et al. 2017).
Dengan munculnya inovasi berupa Natural User Interface (NUI), cara dalam
mengendalikan quadcopter telah berkembang. NUI adalah sebuah antarmuka alami yang
dirancang untuk dapat digunakan dengan keahlian manusia yang telah ada untuk
berinteraksi dengan suatu konten. NUI dapat diimplementasikan dalam bidang apa pun
termasuk untuk mengendalikan quadcopter. NUI merupakan sebuah pendekatan baru
dalam cara interaksi antara manusia dengan berbagai hal yang memiliki input alami dari
manusia seperti suara, gerakan, dan biosignal. Antarmuka ini memiliki perbedaan dengan
cara konvensional dalam meminimalkan durasi dan tingkat kesulitan pembelajaran oleh
pengguna dalam mengoperasikan quadcopter. Pendekatan ini hanyalah untuk
memerlukan sedikit proses pembelajaran bagi pengguna dalam percobaan yang pertama
kali (Hadi et al. 2018).
UAV biasanya dilengkapi dengan alat atau system pengendali terbang melalui
gelombang radio, navigasi presisi (Ground Positioning System - GPS dan Pengukuran
Inertial Unit), dan elektronik control penerbangan, dan peralatan kamera resolusi tinggi.
UAV dapat pula dilengkapi kamera multispektral untuk penelitian pertanian. sistem UAV
juga memungkinkan dilengkapi dengan sensor laser untuk menghasilkan citra tiga
dimensi, sebagai pendukung pemetaan elevasi lahan, Digital Elevation Model (DEM).
Sensor laser yang berupa kamera super bersudut lebar (super-wide-angle) dari empat
digital kamera yang dirancang khusus dan dipasang di berbagai arah sumbu optik, untuk
mengmbil gambar dari 4 sudut pandang yang berbeda agar gambar yang dihasilkan
overlapping untuk dapat menghasilkan citra foto tiga dimensi (Shofiyanti, 2011).
Pada drone biasanya dilengkapi GPS, GPS adalah sebuah sistem navigasi
berbasiskan radio yang menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu,
ketinggian dan informasi tambahan lainnya kepada pengguna di seluruh dunia
berdasarkan perbedaan garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude). Pengguna
hanya membutuhkan GPS receiver untuk dapat mengetahui koordinat lokasi. Keakuratan
koordinat lokasi tergantung pada tipe GPS receiver. GPS terdiri dari tiga bagian yaitu
satelit pemancar yang mengorbit bumi (Satelit GPS mengelilingi bumi 2 kali sehari),
stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan GPS receiver. Untuk menunjukkan
koordinat sebuah titik (dua dimensi), alat navigasi memerlukan paling sedikit sinyal dari
3 buah satelit. Untuk menunjukkan data ketinggian sebuah titik (tiga dimensi), diperlukan
tambahan sinyal dari 1 buah satelit lagi (Hidayat dan Mardiyanto, 2016).
Saat ini, pesawat tanpa awak (drone) atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle)
sedang menjadi tren teknologi di Indonesia, khususnya pada bidang aeromodelling dan
penerbangan. Kendaraan ini dapat dijadikan solusi untuk membantu mengawasi wilayah-
wilayah perbatasan karena handal dalam menjelajah dan juga hampir tidak adanya resiko
bagi manusia saat pengoperasiannya terutama untuk tugas-tugas khusus yang beresiko
bagi keselamatan manusia. Pesawat tanpa awak dapat digunakan untuk tugas-tugas
khusus dengan berbagai aplikasi di dalam fiturnya. Di dalam tugasnya untuk menjalankan
misi-misi militer, UAV dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, contohnya untuk
melakukan misi pemantauan, pencarian dan penyelamatan bahkan untuk penyergapan
dalam kondisi perang (Pradana et al. 2016).
Sensor tersebut telah dikembangkan pada fasilitas UAV. Dengan fasilitas tersebut
ditambah kemampuan yang ada pada UAV, yaitu dapat menghasilkan citra beresolusi
spasial tinggi, dengan akuisisi tinggi (fleksibel tergantung keperluan) dan real time, serta
multispektral dengan band VNIR bahkan thermal. Biaya operasional dan perawatan lebih
ekonomis dibandingkan dengan penggunaan satelit dan pesawat berawak, serta aman
pada berbagai cuaca (karena tanpa awak), maka citra UAV ini mempunyai kemampuan
dan prospek yang bagus untuk dapat digunakan pada aplikasi inderaja untuk identifikasi
dan pemantauan di bidang pertanian (Shofiyanti, 2011).
UAV dapat dioperasikan secara manual dengan remote control dan otomatis
memanfaatkan teknologi GPS (Global Positioning System). Namun penggunaaan GPS
masih memiliki kelemahan seperti sulitnya GPS memberikan kendali UAV untuk
melakukan pelacakan objek karena sifat GPS yang memiliki orde dalam meter dan objek
juga tidak dikenali oleh GPS. UAV memerlukan metode pengendalian lainnya agar dapat
melakukan pelacakan objek. Salah satu pendekatannya adalah memanfaatkan pengolahan
citra digital. Computer vision atau pengolahan citra digital adalah ilmu pemrograman
computer untuk memproses dan akhirnya memahami gambar dan video (Utomo, 2017).
III METODOLOGI
lalu pasangkan Propeller ke bagian Rotor pada Drone dan juga pada Baterai, di
Pasangkan ke dalam body Drone Atau Tempat Baterainya
Adapun cara kerja dari UAV (Unmanneda Aerial Vehicle), yaitu:
Pasangkan smartphone yang telah download dan instal aplikasi DJI Go 4 di Mobile
Device Holder dan sambungkan smartphone dan remote control dengan
menggunakan kabel USB
Gerakkan stick control untuk melihat propeller terpasang dengan baik atau tidak,
lalu hidupkan Drone dengan mengerakkan stick ke kiri dan kanan sehingga drone
dapat dihidupkan terbangkan drone dengan perlahan dengan menggerakkan stick
control keatas
Bila drone telah berada di posisi yang diinginkan. Jika ingin merekam tekanlah
tombol record dan tekanlah tombol potrait jika ingin mengambil foto
Lalu, tekanlah tombol RTH jika ingin mengembalikan drone ke posisi semula. Dan
turunkan drone dengan perlahan agar tidak merusak landing gear
3.4 Analisa.
3.4.1 Cara Pengunaan.
Adapun cara Pengunaan penggunaan Drone DJI Phantom 4 Pro adalah
sebagai berikut:
Pertama, siapkan perangkat penting seperti drone, remote control propeller serta
baterai, lalu pastikan semua perangkat tersebut dalam kedaan baik dan prima,
terutama baterai harus dalam keadaan terisi.
Kedua, hidupkan remote control dengan cara tekan tombol power sebanyak dua kali
dan pada klik yang kedua di tahan cukup lama sampai berbunyi indikator bahwa
remote control telah aktif.
s
e
Ketiga, hidupkan drone dengan cara tekan tombol b power sebanyak dua kali dan pada
a
klik yang kedua di tahan cukup lama sampai berbunyi indikator bahwa drone telah
hidup n
y
s
a
e
k
Keempat, gunakan stik kiri digerakan ke dbkanan sdan stik kanan digerakan ke kiri
sehingga saling bertemu yangua dapat mengaktifkan drone
n
a
y
ke
a
ab
k
la
d
Kelima, gunakan remote control untuk mengendalikan in drone, stik kiri untuk rotasi
u
pergerakan drone, dan stik kanan d
ya untuk arah gerak drone
aa
k
n
kea
p
d
b l
au
Kelima, gunakan remote control untuk mengendalikan adi drone, stik kiri untuk rotasi
and
pergerakan drone, dan stik kanan ak untuk arah gerak drone
yka
aan
l
elkp
i
bida
k
ad
Keenam, ketika drone setelah digunakan, klik u d
ya tombol RTH (Return To Home) untuk
n
kembali ke koordinat yang cukup dekat aaa dari penerbangan sebelumnya
ynk
n
apl
g
kali
b
k
dd
b iek
b a
Ketujuh, turunkan drone secara perlahanuddyagar landing gear atau kaki drone tidak
akaa
patah u
klnn
n
a
yaipg
d
3.4.2 Cara Perawatan alkak
i
kiyde
t
Pertama, setelah drone digunakan, pastikandaad baterai yang dipakai sudah habis
an
u
a u
minimalkh 20%
angla
a
pkid
b
n
aeki
Kedua, setelah itu copot propeller yang c ada pada rotor secara perlahan dan
ldd
n yut
melepaskannya dengan di tekan sedikit lalu yiau aka diputar berdasarkan prosedur yang
sudah di tentukanad
knh .
u
kald a
gp
iikn
n
d
l
ktec
p
u
a
yadu
m
kah
d k
u
a
anau
s
b
a
Ketiga, pakaikan pelindung lensa kamera
n untuk tidak lecetnya lensa kamera
y
a
b
ak
d control secara perlahan dan hati-hati
n
Keempat, lalu simpan body drone dan remote
yu
serta pastikan tempatnyaaaman untuk di letakkan
k
a
d
lu
ai
kd
a
ln
p
i
a
d
ad
an
k
p
al
i
d
ak
yk
la
in
gk
yk
ae
d
n
gu
ak
ed
i
d
tu
a
h
d
ia
tn
ca
u
h
ak
u
n
cp
l
u
ka
m
u
ap
ls
a
m
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hadi, S. W., Setyawan, G. E., Maulana, R. 2018. Sistem Kendali Navigasi Ar.Drone
Quadcopter Dengan Prinsip Natural User Interface Menggunakan Microsoft
Kinect. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol 2(1)
: 380-386.
Hanatyo, R. 2018. Analisa ukuran propeller terhadap unjuk kerja engine o.s 46 max pada
model pesawat terbang unmaned aerial vehicle (UAV) fixed-wing [skripsi].
Yogyakarta : Program Vokasi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Pradana, M. G. A., Prasakti, R., Worsito, S. B., Fajaryanti, N. 2016. Single propeller
drone (singrone): inovasi rancang bangun drone single propeller sebagai wahana
pemetaan lahan berbasis unmaned aerial vehicle (UAV). Jurnal Electronics,
Informatics, and Vocational Education Vol 1(3) : 157-162.
Sari, Y. S. R. 2017. Analisa daya baterai pada penggerak pesawat UAV tipe Cessna
[skripsi]. Palembang : Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Sriwijaya.
Shofiyanti, R. 2011. Teknologi pesawat tanpa awak untuk pemetaan dan pemantauan
tanaman dan lahan pertanian. Jurnal Informatika Pertanian Vol 20(2) :58-64.
Utomo, B. 2017. Drone untuk percepatan pemetaan bidang tanah. Jurnal Media
Komunikasi Geografi Vol 18(2) : 146-155.