Anda di halaman 1dari 10

II METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Akustik dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Agustus 2019
pukul 13.00 sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Ekplorasi Sumberdaya
dan Akustik Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini, yaitu :
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Scientific Echousounder Fungsinya sebagai perekaman hambur balik
Simrad ek 15 Frekuensi 200 akustik permukaan dasar perairan.
khz
2 Transducer Single Beam Fungsinya sebagai mengubah energi listrik
menjadi energi suara.
3. Aki Fungsinya sebagai pengukur kedalaman air yang
menggunakan. pancaran tunggal sebagai
4. Genset Fungsinya sebagai pengirim atau penyedia
eneergi listrik.
5. Alat Tulis Fungsinya sebagai bahan mencatat selama
praktikum berlangsung.
6. Bensin Fungsinya sebagai penyuplai bahan bakar
7. Kabel tis Fungsinya sebagai untuk merapikan instalasi
atau benda lain nya dengan kuat.
8. Kabel Panjang Fungsinya sebagai Untuk menghantarkan aliran
listrik dari sumber lisrtik menuju ke perangkat
pengguna listrik.

2.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini, yaitu :
2.3.1 Cara kerja pemasangan alat
Hubungkan kabel power dari aki ke display

Hubungkan kabel dari sensor ke percabangan kabel power

Hubungkan kabel antenna ke display

Hidupkan echosounder dengan menekan tombol power

2.3.2 Cara kerja Pengoperasian


Hidupkan echosounder menggunakan tombol power

Tekan tombol menu untuk ke menu utama

Tekan tombol zoom untuk memperbesar tampilan layar

Tombol map untuk membuka peta

Tombol Enter dan Mark untuk menyimpan titik

Tombol Rocker untuk menggeser cursor ataupun Menu

2.3.3 Cara Kerja Perawatan


Dibersihkan dengan menyiram alat menggunakan air tawar
Lobang-lobang pada echosounder dibersihkan dengan detail

menggunakan-fish-finder-pencari.html

menggunakan-fish-finder-pencari.html

Jauhkan dari benda berbau menyengat

menggunakan-fish-finder-pencari.html
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambar Ilustrasi Dilapangan

Pembahasan :
Pada gambar terlihat echosounder yang sudah diinstal pada kapal dan
dioperasikan akan mengalami proses kurang lebih seperti di gambar. Echosounder akan
secara terus menerus mengiimkan gelombang suara sekaligus menerima gelombang
suara yang dipantulkan objek didalam air. Berupa sinyal akustik уаng diemisikan dan
refleksi уаng diterima dаrі objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dаrі
dasar laut. Adapun kegunaan dasar dаrі echosounder уаіtu menentukan kedalaman
ѕuаtu perairan dеngаn mengirimkan tekanan gelombang dаrі permukaan kе dasar air
dan dicatat waktunya ѕаmраі echo kembali dаrі dasar air (Lubis et al. 2016).
Setelah melakukan sounding, data yang didapat akan dikonversikan ke
dalam data digital yang dapat diolah lagi menggunakan software. Data ini disebut
dengan echogram. Echogram ini dapat diolah menjadi output yang beragam seperti data
angka, permodelan 2D maupun permodelan 3D. Dan data bersifat saintis karena bisa
menambah informasi bagi para penerima hasil output ini. Transciever terdiri dаrі
ѕеbuаh transmitter yan mempunyai fungsi ѕеbаgаі pengontrol panjang gelombang pulsa
уаng dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi уаng
diberikan.Transmitter іnі menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan уаng tinggi,
ѕаmраі pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air dаrі bаwаh kapal
menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi ѕераnјаng lajur (Dewi et al. 2015).
Data yang didapat juga dapat ditambahkan informasi
mengenai letak geografisnya dengan caa mengintegrasikan echosounder dengan GPS
Map atau juga dalam beberapa model telah memiliki antenna yang akan mengambil data
dari satelit mengenai letak geografis. Dari kapal echosounder bisa melakukan sounding
dalam keadaan kapal berjalan dengan maksimal kecepatan kapal 4-5 knot, itu
dikarenakan apabila lebih cepat banyak noise yang akan terjadi, mulai dari noise akibat
dari arus sampai mesin kapal dan hal hal lain yang dapat menimbulkan suara dan dapat
mempengaruhi dari hasil sounding echosounder (Yuwono et al. 2012).
Penggunaan echosounder ini sangat praktis karena untuk mengetahui apa yang
ada dibaawah permukaan air pengguns tidak perlu turun langsung kebawah air. Hanya
dengan melalui alat, pengguna diatas kapal bisa langsung mendapatkan data secara real
time yang bisa langsung diolah menggunakan software tertentu. Pada praktikum ini
karena echosounder yang dipakai yaitu Simrad EK 15, jadi software yang dipakai juga
menggunakan software yang memang dibuat developer yaitu ekoview yang harus
berlisensi. Karena apabila software tidak berlisensi fitur yang ada tidak dapat digunakan
sepenuhnya dan pengolahan data juga tidak dengan leluasa (Sugiyanto et al. 2019).
Salah satu daerah bawah laut yang dimanfaatkan adalah shadow zone. Shadow
zone merupakan suatu zona yang terbentuk akibat gelombang suara tidak dapat
merambat atau lemah sehingga hampir tidak dapat merambat dalam suatu medium.
Pembelokan gelombang suara ini terjadi karena adanya perbedaan suhu, salinitas, dan
kedalaman air laut di kolom perairan. Shadow zone ini penting dideteksi karena dapat
digunakan atau dimanfaatkan oleh kapal selam asing untuk mendekati kontak
permukaan tanpa terdeteksi (Dewi et al. 2015).
3.2 Gambar Komponen Alat dan Fungsi
2.3.1 Echosounder
Keterangan :
1
1. GPS Map Garmin
2 2. Layar
3. Tombol Menu
3
4. Tombol Geser
4 5. Tombol Power
6. Kaki Penyanggah
5

Pembahasan :
Echosounder merupakan alat yang menerapkan metode akustik yang
memanfaatkan gelombang suara untuk mendapatkan data objek apa saja yang ada di
bawah permukaan air maupun bentuk dari dasar perairan. Dalam mendapatkan datanya,
survey batimetri menggunakan metode pemeruman yaitu penggunaan gelombang
akustik untuk pengukuran bawah air dengan menggunakan alat echosounder. Alat
tersebut mempunyai prinsip memancarkan bunyi dan kemudian gema dari bunyi
tersebut ditangkap kembali untuk mengetahui keberadaan benda-benda di bawah air.
Penggunaan alat echosounder membutuhkan keahlian khusus atau
membutuhkan pengawasan dari ahli. Dalam penerapannya di kapal, echosounder
memiliki beberapa syarat seperi kecepatan kapal maksimal 4-5 knot. Apabila lebih dari
itu suara mesin kapal bisa menambah noise yang akan timbul hingga data kurang
berkualitas dan proses pengolahannya akan sulit.
Echosounder menggunakan GPS yang menerima sinyal satelit untuk
menentukan posisi horisontal kapal saat gelombang ditembakkan hingga gelombang
pantulan diterima kembali. Dalam proses pengukuran kedalaman suatu perairan sering
berhubungan juga dengan beberapa faktor penting seperti gelombang. Adapula faktor
cahaya atau kecerahan, tekanan, suara di laut dan lain-lain. Untuk saat ini mengukur
kedalaman perairan dapat menggunakan peralatan elektronik yang disebut dengan
echosounder.
3.1 GPS Map

1 Keterangan :
1. GPS Map
2 2. Layar
3. Tombol Temukan
3
4. Tombol geser
4 5. Kaki Penyanggah

Pembahasan :
GPS Map berguna untuk mencari tahu tentang posisi pengguna alat ini. GPS
Map juga bisa diintegrasikan dengan echosounder agar data yang didapat secara real
time dapat lebih berkualitas karena mamiliki lebih informasi mengenai posisi tempat
yang di sounding. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian
posisi, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk
ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh tergantung pada beberapa faktor
yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, dan tingkat ketelitian data.
Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan
mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh. Kesalahan-kesalahan tersebut
contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam receiver,
kesalahan pusat fase antena, dan multipath. Hal-hal lainnya juga ada yang mengiringi
kesalahan sistem seperti efek imaging, dan noise. Kesalahan ini dapat dieliminir salah
satunya dengan menggunakan teknik differencing data.
Kita tidak bisa memakai GPS di tempat tertutup atau terhalang gedung-gedung
tinggi karena alat GPS perlu melihat langsung satelit untuk menerima informasi.
Dengan GPS Garmin bahasa yang tersedia hanya bahasa-bahasa Eropa saja. Jenis
baterai AA dan jika baterai habis, tidak ada cadangan bantuan navigasi. Kelemahan alat
GPS yaitu kesalahan untuk menghitung ketinggian cukup besar dan kurang cocok untuk
membantu sebagai informasi navigasi di daerah pegunungan. Pada saat turun
kelapangan atau ke laut lebih baik nya mengajak nelayan atau penduduk asli sana dan
jagalah GPS Map agar tetap terjaga dan aman untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan seperti kerusakan dan kehilangan.
3.3.3 Fish Finder

3 Keterangan :
1. Fish finder
2
2. Tombol atas dan bawah
3. Layar
1
4. Tombol Enter
5. Tombol Power
6
6. Tombol Menu

5 4

Pembahasan :
Prinsip kerja fishfinder ini hamper sama dengan echosounder karena
menggunakan gelomang suara untuk mendeteksi objek dibawah permukaan air.
Akan tetapi kekurangan dari fishfinder ini belum bisa mengidentifikasi ikan
sampai spesies dan segala objek yang terdeteksi akan diidentifikasi sebagai ikan
walaupun objek hanyalah sampah ataupun hewan selain ikan. Proses gelombang
pantulan yang berulang-ulang itu ditangkap tranduser kemudian diterjemahkan
dalam monitor dalam bentuk titik-titik sehingga menimbulkan gambar topografi
dasar perairan.
Dari hasil pembacaan gambar topografi itulah akhirnya kita bisa
membedakan kekerasan dari topografi struktur dasar perairan. Biasanya bila
keadaan dasar perairan benda yang keras maka warna di monitor gambarnya
lebih pekat. Sebaliknya jika topografi lembek maka gambar di monitor pun tidak
pekat. Jadi bila topograf dasar perairan keras bisa diasumsikan bahwa dasar
berupa karang. Demikian juga bila dimonitor fish finder gambarnya tidak pekat
warnanya maka sering kita terjemahkan dengan lumpur.
Selain itu rata tidaknya topografi dasar perairan bisa diketahui melalui
fishfinder. Untuk mengetahui itu semua merupakan penyimpulan titik hasil
pembacaan fish finder. Untuk bisa mengetahui apakah topografi itu berupa
karang luas, tandes atau rumpon, tentu saja diperlukan jam terbang yang terbang
yang tinggi. Transducer berfungsi untuk memancarkan gelombang suara yang
sebelumnya di terima dari transmitter dan dipancarkan gelombang suara tersebut
oleh transducer lalu data obejk ditampilkan di display berbentuk ikan.
V KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada praktikum ini, yaitu :


1. Metode akustik memiliki berbagai kerunggulan dalam pengambilan data
dilapangan.
2. Dalam penerapan metode akustik, memiliki alat dengan komponen beserta
fungsinya masing masing.
3. Echosounder menggunakan prinsip gelombang suara dalam mengidentifikasian
objek dibawah laut.
4. Mengalibrasi alat diperlukan sebelum dan setelah pemakaian agar data yang
didapat akurat dan alat awet.
5. Pengoperasian alat akustik membutuhkan kemampuan khusus untuk
menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anzhari, R., Hartoni, Surbakti, H. 2017. Pemetaan batimetri menggunakan metode


akustik di muara sungai lumpur kabupaten ogan komering ilir provinsi
sumatera selatan. Jurnal Maspari 9(2) :77-84.

Dewi LS, Ismanto A, dan Indrayanti E. 2015. Pemetaan batimetri menggunakan


singlebeam Echosounder di perairan lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. Jurnal oseanografi Vol. 4(1) : 10-17
Irawan, S. 2015. Pengantar Akustik Kelautan II. Batam : Politeknik Negeri Batam.

Iskandarsyah, M. 2011. Pemetaan shadow zone akustik dengan metode parabolic


equation di wilayah perairan selat Lombok [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Lubis ZL, Pujiyati S, Wulandari PD. 2016. Akustik pasif unuk penerepan di bidang
perikanan dan ilmu kelautan. Jurnal Oseana Vol. 21(2) : 41-50
Manik, H., M. 2014. Teknologii akustik bawah air : solusi data perikanan laut
Indonesia. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan 1(3) : 181-186.

Saputra R, Awaluddin M, Sabri. 2013. Identifikasi nilai amplitudo sedimen dasar laut
pada perairan dangkal menggunakan Multibeam Echosounder. Jurnal Teknik
Geodesi Vol. 2(3) : 1-14
Sugiyanto, Setiawan, J., D., Nugraha, F., Yuwana, R., W. 2019. Dasar-dasar
perancangan alat pemanggil ikan. Jurnal Rotasi 21(2) : 115-119.

Widodo, J. 1989. Prinsip dasar hidroakustik perikanan. Jurnal Oseana 16(3) : 81-92.

Yuwono NP, Arifianto D, Widjiati E. 2012. Analisa perambatan suara di bawah air
sebagai fungsi kadar garam dan suhu pada akuarium anechoic. Jurnal
Teknik PomitsVol. 1(1) : 1-3

Anda mungkin juga menyukai