Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta
do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan
do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.
Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua,
karena itu terimalah persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.
Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
selalu terpatri di hati.
Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis,
dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis
yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti
bisa! Semangat!!
MOTTO:
ABSTRAK
i
PRESCRIBING PROFILE OF BIGUANIDA CLASS THERAPY
FOR DIABETIC PATIENS DRUG IN ONE OF BANDUNG
DRUGSTORE
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
dilaksanakan di salah satu Apotek kota Bandung.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu program dalam pendidikan Diploma
III di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Ibu Rizky Siti Nurfitria, MSM., Apt. sebagai pembimbing utama dari
akademisi, atas pengarahan dan bimbingannya.
2. Ibu Siti Nurhasanah, M.Kes., Apt. sebagai pembimbing serta dari akademisi,
atas pengarahan dan bimbingannya.
3. Segenap direktur kepengurusan Apotek Farmarin kota Bandung serta seluruh
karyawannya yang telah memberikan perizinan, bantuan dan kerjasamanya
terhadap terlaksananya penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak, ibu, adik dan seluruh keluargaku atas cinta, dukungan dan doa yang
selalu diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.
5. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, SMK Farmasi Riyadhul
Jannah Subang, SMP Negeri 1 Cisalak, SD Negeri Gunung Menyan, yang telah
memberikan semangat kami untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Tidak lupa khususnya untuk Keluarga Besar Mahasiswa Farmasi Pencinta
Alam STFB, Igers Society Bandung serta Jarambah Lembang yang selalu
memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari
sempurna. Karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
membangun sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akandatang
agar lebih menghindari terjadinya kesalahan serta perbaikan yang lebih sempurna.
iii
Penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak apabila terdapat
kesalahan dan ada perkataan yang kurang berkenan dihati. Penulis berharap semoga
laporan ini mempunyai manfaat untuk semuanya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Bandung, Agustus 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
LAMPIRAN ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
SINGKATAN ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
I.I Latar Belakang ........................................................................................... 2
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
I.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
II.1 Diabetes Mellitus ...................................................................................... 3
II.2 Terapi Non Farmakologi Diabetes Tipe II ................................................ 6
II.3 Terapi Farmakologi Diabetes Tipe II ........................................................ 7
II.4 Obat Hipoglekemik Oral Golongan Biguanida ........................................ 10
II.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 14
BAB IV DESAIN PENELITIAN .................................................................. 15
IV.1 Kriteria Pasien ......................................................................................... 15
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitia .................................................................... 15
IV.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 15
IV.4 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 15
IV.5 Sumber Data ........................................................................................... 16
IV.6 Analisis Data .......................................................................................... 16
IV.7 Pengambilan Kesimpulan ...................................................................... 17
v
Halaman
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 18
V.1 Kriteria berdasarkan jenis kelamin ........................................................... 18
V.2 Kriteria berdasarkan usia ......................................................................... 19
V.3 Kelengkapan Resep Berdasarkan Administratif ..................................... 21
V.4 Kelengkapan Resep Berdasarkan Farmasetik ......................................... 22
V.5 Peresepan Kombinasi Obat Metformin dengan Obat Antidiabetes
Lainnya ................................................................................................... 23
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25
VI.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
VI.2 Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26
vi
Daftar Lampiran
Halaman
Lampiran 1. Kriteria Penggunaan Obat (KPO)............................................... 27
Lampiran 2. Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan
Kesesuian Farmasetik ................................................................ 28
Lampiran 3. Peresepan Obat Golongan Biguanida dan Obat Antidiabetes
Lainnya ..................................................................................... 31
vii
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 5.2 Kriteria berdasarkan usia ............................................................ 20
Gambar 5.3 Peresepan penggunaan obat metformin dalam dosis tunggal
Dan Kombinasi ........................................................................... 24
viii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel II.1 Kriteria diagnostik untuk Diabetes Mellitus ................................. 6
Tabel II.2 Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral ........................................ 9
Tabel V.1 Kriteria berdasarkan jenis kelamin ............................................... 18
Tabel V.2 Kriteria berdasarkan usia .............................................................. 20
Tabel V.3 Kelengkapan Resep Berdasarkan Kajian Administratif ................ 21
Tabel V.4 Kelengkapan Resep Berdasarkan Kesesuaian Farmasetik ............ 22
Tabel V.5 Pola penggunaan obat metformin dalam dosis tunggal
dan kombinasi dengan golongan diabetes lain .............................. 23
Tabel V.6 Penggunaan obat antidiabetes golongan biguanida yang
menggunakan obat paten dan obat generik ................................. 26
ix
Daftar Singkatan
DM Diabetes Melitus
NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
IDF International Diabtes Federation
ADA American Diabetes Association
GDM Gestational Diabetes Mellitus
ADO Obat Antidiabetik Ora
x
Bab 1 Pendahuluan
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang mempunyai
prevalensi yang begitu besar didunia dan khususnya di negara kita Indonesia sampai
populasinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin sehingga menyebabkan
tingginya kadar glukosa dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan
perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun
perawatan sakit. DM ada yang merupakan penyakit genetik atau disebabkan
keturunan disebut DM tipe 1 dan ada juga yang disebabkan gaya hidup disebut DM
tipe 2. Gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya
prevalensi DM, Data dari International Diabtes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa, sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes, bertambah hingga 3
persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan
setengah dari angka tersebut berada di Asia, khususnya di Indonesia. Jika dicermati
ternyata orang-orang yang gemuk mempunyai resiko terkena DM lebih besar dari
yang tidak gemuk (Tan dan Raharja, 2002).
Penyakit Diabetes Melitus dari sekian banyak orang yang mengalami penyakit ini,
hanya sebanyak dua pertiga pasien DM yang terdiagnosis saja yang sudah
menjalani pengobatan dengan teratur dan hanya sebanyak satu pertiganya saja yang
terkendali dengan baik. Masalah yang terjadi di Rumah Sakit adalah semakin
banyaknya penderita diabetes dan banyaknya pola peresepan dan penggunaan
antidiabetika oral untuk pasien diabetes melitus tipe 2 di Indonesia kurang sesuai
dengan apa yang telah direkomendasikan oleh Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (Soegondo, 2009).
Metformin adalah merupakan salah satu obat antidiabetika oral yang termasuk
dalam golongan biguanida. Metformin merupakan obat pilihan lini pertama untuk
pengobatan diabetes tipe 2, khususnya dalam kelebihan berat badan tetapi dengan
1
2
orang yang memiliki fungsi ginjal normal. Karena terapi pengobatan yang diterima
pasien diabetes melitus sangat kompleks, maka perlu ketepatan terapi terutama
dalam penggunaan obat harus disesuaikan sehingga dapat mengendalikan
terjadinya komplikasi lain yang menyertai. Terapi dengan obat terutama ditujukan
untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Pada penelitian
ini dilakukan Profil peresepan obat antidiabetes golongan biguanida (metformin)
dengan obat antidiabetes lainya serta kajian resep secara administatif dan farmastik
pada resep obat antidiabetes golongan biguanida sebagai bahan kajian untuk
evaluasi pengobatan lebih lanjut.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dapat memberikan
pengetahuan bagi kita tentang peresepan kombinasi penggunaan obat antidiabetes
golongan biguanida (metformin) dengan obat antidiabetes yang lain dan
memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan obat antidiabetes
golongan biguanida.
Bab II Tinjauan Pustaka
3
4
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan gangguan sekresi
Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum diketahui. Pada Diabetes
Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu: resistensi Insulin dan gangguan sekresi Insulin. Normalnya Insulin akan
terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya
Insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer,2001).
1. Usia
Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat setelah
usia 40 tahun. Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah
berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya
tidak peka terhadap insulin.
2. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes mellitus Tipe II adalah mereka yang
mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot
akan makin resisten terhadap kerja Insulin, terutama bila lemak tubuh atau
kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah.
3. Riwayat keluarga
Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang menderita Diabetes
Mellitus, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan
Insulin dengan baik. Tetapi resiko terkena Diabetes Mellitus juga tergantung pada
faktor kelebihan berat badan, kurang gerak tubuh dan stres. Sekitar 50 % pasien
Diabetes Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes, dan lebih
sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes.
tidak ada. Diabetes Mellitus Tipe II seringkali muncul tanpa diketahui dan
penangan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan
makin buruk dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan saraf (Pharmaceutical care, 2005).
Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi orang yang
berusia ≥ 45 tahun, dan lebih sering bagi orang yang riwayat keluarga DM,
obesitas, tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga.
b. Protein : 10-15 %
c. Lemak : 20 -25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akt dan
kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal.
2. Olahraga
Bermanfaat bagi kebanyakan pasien, berolah raga secara teratur dapat menurunkan
dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat
dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk
penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa ADO. Kombinasi
yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan Biguanida. Sulfonilurea
akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan
kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat
hipoglikemik oral ini memilikiefek terhadap sensitivitas reseptor Insulin, sehingga
kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukan
bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes
yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.
Salah satu jenis pelayanan yang dilakukan adalah pengkajian resep, Berdasarkan
Permenkes No.35 Tahun 2014 Kegiatan Pengkajian Resep meliputi:
1. Kajian administratif meliputi:
a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;
dan
c. tanggal penulisan Resep.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara deskriptif
berdasarkan pengambilan data sekunder. Pengambilan data dilakukan secara
Retrospektif pada periode Maret – Juli 2016 dilakukan dengan mengidentifikasi
resep meliputi jenis kelamin, umur pasien, pengkajian resep secara kajian
administratif dan kesesuaian farmasetika serta kombinasi penggunaan obat
antidiabetes golongan biguanida yang digunakan kemudian dilakukan pengambilan
kesimpulan.
13
Bab IV Desain Penelitian
Desain penelitian ini meliputi kriteria pasien, waktu dan tempat penelitian, Populasi
dan sampel, Prosedur pengumpulan data, sumber data, analisis data dan
pengambilan kesimpulan.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep yang mengandung obat
antidiabetes golongan biguanida pada peridoe Maret-Juli 2016 di salah satu Apotek
kota Bandung.
14
15
Dari hasil analisis diambil kesimpulan mengenai profil peresepan obat antidiabetes
golongan biguanida disalah satu Apotek kota Bandung.
Bab V Hasil dan Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di Apotek Farmarin kota Bandung ini bersifat deskriptif
yaitu data disajikan dengan apa adanya dari pasien rawat jalan di Apotek Farmarin
kota Bandung pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juli 2016. Jumlah
sampel yang didapat dari resep obat antidiabetes golongan biguanida (metformin)
adalah 60 sampel.
Hasil penelitian tentang Profil peresepan obat antidiabetes mellitus golongan
biguanida (metformin) di Apotek Farmarin kota Bandung yang menggunakan obat
antidiabetes golongan biguanida (metformin) selama bulan Maret-Juli 2016.
Berdasarkan kriteria jenis kelamin, usia, kelengkapan resep secara administratif dan
farmasetik, dan peresepan obat metformin dengan golongan obat antidiabetes yang
lainnya, didapatkan hasil sebagai berikut :
17
18
Dari tabel diatas maka diperoleh pembahasan yaitu data yang didapatkan selama
pengamatan disalah satu Apotek kota Bandung pada pasien yang menggunakan
obat antidiabetes golongan biguanida (metformin). Berdasarkan jenis kelamin
dapat diketahui jumlah pasien yang menggunakan terapi obat antidiabetika
golongan biguanida (metformin) pada bulan Maret-Juli 2016 terdapat 60 pasien
yang terdiri dari laki - laki 30 % dan perempuan 70 %.
Faktor jenis kelamin memang tidak ada teori yang memastikan bahwa seseorang
terkena diabetes adalah berdasarkan jenis kelamin khususnya perempuan namun
memang prevalensi pasien perempuan terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien laki – laki. Prevalensi resiko terjadinya diabetes adalah 81 % - 83 %
pada jenis kelamin laki – laki dan 86 % - 90 % pada jenis kelamin perempuan.
Sedangkan menurut literatur yang lain bahwasanya Penyakit Diabetes Mellitus ini
sebagian besar juga dijumpai pada perempuan dibandingkan laki – laki. Hal ini
disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat
trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, dan juga terdapat
perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang
sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus. Jumlah lemak pada laki –
laki dewasa rata – rata berkisar antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada
perempuan sekitar 20 – 25 %. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki, sehingga faktor resiko
terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan
pada laki – laki yaitu 2-3 kali, (Imam Soeharto, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian. Banyaknya faktor yang telah mempengaruhinya sehingga membuktikan
bahwa perempuan terbukti lebih banyak yang mengalami penyakit diabetes dari
pada laki – laki.
60% 53.33%
50%
jumlah presentase
40%
31.67%
30%
20% 15%
10%
0%
Usia 46 – 55 Tahun Usia 56 – 65 Tahun Usia ≥ 65 tahun
Jumlah Usia
Dari tabel diatas maka diperoleh pembahasan yaitu data yang didapatkan selama
pengamatan disalah satu Apotek kota Bandung pada pasien yang menggunakan
obat diabetes mellitus golongan biguanida (metformin) berdasarkan usia dapat
diketahui jumlah pasien yang menggunakan terapi obat antidiabetika golongan
biguanida (metformin) pada bulan maret-juli 2016 terdapat 60 pasien yang terdiri
atas Usia 46 – 55 Tahun = 15 %, Usia 56 – 65 Tahun = 53,33 % dan Usia ≥ 65
Tahun = 31,67%.
Salah satu faktor resiko terjadinya diabetes mellitus adalah usia, menurut penelitian
Robert (robert, 2003) menunjukkan bahwa penderita diabetes pada usia tua ≥ 60
tahun 3 kali lebih tinggi dari pada usia muda < 55 tahun. Usia ≥ 60 tahun berkaitan
20
dengan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis
menurun hal itu terjadi disebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin
sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah kurang
optimal dengan demikian akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah
satunya pembuluh darah besar lebih mudah menyebabkan terjadinya diabetes
mellitus ( Rini Tri Hastuti, 2008 ).
Berdasarkan pernyataan diatas hasil penelitian yang telah dilakukan disalah satu
Apotek kota Bandung data yang diperoleh sesuai dengan pernyataan diatas bahwa
usia tua merupakan salah satu faktor terjadinya diabetes.
yang tidak dilengkapi alamat dokter, 4 (6,67%) resep yang tidak dilengkapi Surat
Izin Praktek (SIP), 10 (16,67%) resep yang tidak dilengkapi alamat pasien, dan 60
(100%) resep yang tidak mencantumkan berat badan pasien. Selain itu, data lengkap
bisa dilihat pada tabel 5.3.
Nama dokter, alamat, SIP dan paraf dokter penting dimuat pada resep untuk
memberikan jaminan kepada pasien dan permintaan obat legal. Pencantuman nama
dokter dan nomor telepon dalam resep agar memudahkan tenaga kesehatan lain
khususnya Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) untuk
mengkonfirmasi atau memberikan saran kepada dokter bila terdapat kesalahan
dosis atau kesalahan lain yang berkenaan dengan obat. Pencantuman nomor SIP
dokter untuk memastikan bahwa resep yang dibawa pasien merupakan resep yang
sah dituliskan oleh dokter yang memang sudah memiliki izin praktik. Hal ini untuk
meminimalisir hal yang tidak diinginkan, salah satunya adalah penyalahgunaan
obat. Alamat dokter diperlukan untuk memudahkan pencarian tempat praktik
dokter yang menuliskan resep.
Nama pasien dan alamat pasien penting untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat, berat badan dan umur pasien penting untuk menentukan
dosis obat untuk pasien tersebut (untuk obat-obat khusus). Jenis kelamin diperlukan
untuk pertanyaan lebih lanjut terkait kondisi khusus yang mungkin ada pada pasien
dan tanggal resep diperlukan untuk mengetahui aktualitas dari resep.
Kriteria resep obat seperti nama obat, aturan pakai dan jumlah total obat perlu
dituliskan dengan jelas pada resep untuk menghindari keracunan ketika petugas
Apotek mengambil obat. Kekuatan obat berkaitan dengan farmakologi pada pasien,
agar didapatkan efek terapi yanag optimal. Kekuatan obat diperlukan dalam
penentuan dosis, mengingat jika ada obat yang sama tetapi kekuatan sediaan obat
yang berbeda.
Semua resep dalam penelitian ini mencantumkan bentuk sediaan obat, jika
informasi bentuk sediaan obat tidak dicantumkan dapat diketahui dengan melihat
signa atau jumlah obat yang diberikan misalkan untuk sediaan sirup biasanya
memakai signa c atau cth.
36%
35%
35%
Jumlah Presentase
34% 33.33%
33%
32% 31.67%
31%
30%
Metformin Metformin + glimepirid Metformin + glibenklamid
Dari daftar tabel resep dalam lampiran, maka dapat diperoleh data penggunaan obat
golongan biguanida (metformin) yang menggunakan obat generik dan obat paten
dalam tabel dibawah ini :
Dari tabel diatas maka diperoleh pembahasan yaitu data yang didapatkan selama
pengamatan disalah satu Apotek kota Bandung pada pasien yang menggunakan
obat antidiabetes mellitus golongan biguanida (metformin). Berdasarkan kombinasi
pola penggunaan obat metformin dengan golongan obat diabetes yang lain, dapat
diketahui jumlah pasien yang menggunakan kombinasi pola terapi obat antidiabetes
(metformin) dengan golongan obat antidiabetes yang lain pada bulan maret-juli
2016 dari 60 resep yang telah diidentifikasi. Penggunaan yang paling banyak sering
dikombinasikan adalah dengan obat DM golongan sulfonilurea (glimepirid) = 33,33
%, (glibenklamid) = 31,67%. Penggunaan obat secara tunggal ditujukan untuk
menghindari terjadinya over dosis atau terjadinya efek samping yang tidak
24
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Apotek Farmarin kota Bandung
tentang Profil Peresepan obat antidiabetes mellitus golongan biguanida (metformin)
pada bulan Maret-Juli 2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan kajian administratif dan kesesuaian farmasetik dalam penulisan
resep di Apotek Farmarin kota Bandung cukup baik. Hanya sekitar 17 (28,33 %)
resep yang tidak memenuhi kelengkapan administratif dan sekitar 43 (71,67%)
resep yang memenuhi kelengkapan administratif dari 60 resep. Dalam hal
kelengkapan farmasetik 60 (100%) resep memenuhi kelengkapan farmasetik.
2. Penyakit diabetes mellitus banyak terjadi pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan dari hasil penelitian tentang Profil peresepan obat antidiabetes
mellitus golongan biguanida (metformin) yang diperoleh dengan jumlah
persentase sebesar 70%. Sedangkan berdasarkan usia, kebanyakan pada pasien
usia 56-65 tahun dengan jumlah persentase sebanyak (53,33 %).
3. Berdasarkan peresepan kombinasi penggunaan obat antidiabetes golongan
biguanida (metformin) dengan golongan obat antidiabetes yang lain, sering
dikombinasikan dengan obat golongan sulfoniluria yaitu: Glimepirid (33,33%)
dan Glibenklamid (31,67%). Dan Penggunaan obat golongan biguanida yang
menggunakan obat paten sebanyak 25 (41,67%) resep dan obat generik 35
(58,33%) resep.
VI.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa
saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan peninjauan terus menerus untuk memonitoring penggunaan obat
dan kualitas pengobatan yang diterima oleh pasien.
2. Perlu diperhatikan tentang kelengkapan resep untuk mempermudah
dilakukannya peninjaun tentang obat
25
Daftar Pustaka
Smeltzer et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
ke-8 vol terjemahan H.Y.Kuncara et al. Jakarta : EGC.
26
Lampiran 1
Kriteria Penggunaan Obat (KPO)
Golongan Biguanida
No Obat Indikasi Kontra Efek Dosis
Indikasi Samping
1 Metformin NIDDM yang Gangguan Mual, Metformin
gagal fungsi ginjal muntah, 500 mg, 850
dikendalikan atau hati, anoreksia, mg, dan
dengan diet predisposisi dan diare 1000 mg
dan asidosis yang Dikonsumisi
sulfonilura, laktat,gagal selintas, 2 atau 3 kali
terutama pada jantung, asidosis sehari
pasien yang infeksi atau laktat,
gemuk trauma berat, gangguan
dehidrasi, penyerapan
alkoholisme, vitamin B12
wanita hamil,
wanita
menyusui.
27
Lampiran 2
Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan Kesesuaian Farmasetik
SIP
Nama Alama dan No Tanggal Paraf Nama Jenis Umur Berat Alama Nam Keku Bentuk Jumlah
N Tangga Aturan
Dokte t Telepo Penulisa Dokte Pasie Kelami Pasie bada t a atan Sediaan Total
o l Resep Pakai
r Dokter n n Resep r n n n n Pasien Obat Obat Obat obat
Dokter
1 01-Mar
2 01-Mar
3 03-Mar
4 07-Mar
5 10-Mar
6 15-Mar
7 15-Mar
8 21-Mar
9 24-Mar
10 29-Mar
11 29-Mar
12 01-Apr
13 04-Apr
14 04-Apr
15 05-Apr
16 05-Apr
17 05-Apr
18 05-Apr
19 11-Apr
20 15-Apr
21 15-Apr
22 15-Apr
28
(Lanjutan)
Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan Kesesuaian Farmasetik
23 20-Apr
24 21-Apr
25 21-Apr
26 26-Apr
27 02-Mei
28 09-Mei
29 23-Mei
30 29-Mei
31 01-Jun
32 02-Jun
33 02-Jun
34 03-Jun
35 06-Jun
36 13-Jun
37 14-Jun
38 15-Jun
39 17-Jun
40 21-Jun
41 22-Jun
42 26-Jun
43 30-Jun
44 01-Jul
45 01-Jul
46 01-Jul
47 11-Jul
48 12-Jul
29
(Lanjutan)
Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan Kesesuaian Farmasetik
49 13-Jul
50 15-Jul
51 19-Jul
52 19-Jul
53 19-Jul
54 20-Jul
55 25-Jul
56 26-Jul
57 26-Jul
58 26-Jul
59 27-Jul
60 29-Jul
30
Lampiran 3
Peresepan Obat Golongan Biguanida Dan Obat Antidiabetes Lainnya
31
25 21 April 2016 56 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
26 26 April 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
27 2 Mei 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
28 9 Mei 2016 63 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 1 Mg
29 23 Mei 2016 69 Tahun P Metformin
30 29 Mei 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
31 1 Juni 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
32 2 Juni 2016 56 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
33 2 Juni 2016 62 Tahun L Glucophage XR
34 3 Juni 2016 55 Tahun P Metformin + Glibenklamid
35 6 Juni 2016 50 Tahun P Metformin + Glimepiride
36 13 Juni 2016 54 Tahun P Metformin + Glibenklamid
37 14 Juni 2016 63 Tahun P Metformin + Glibenklamid
38 15 Juni 2016 69 Tahun L Metformin + Glibenklamid
39 17 Juni 2016 57 Tahun P Metformin + Glibenklamid
40 21 Juni 2016 68 Tahun P Metformin + Glimepiride
41 22 Juni 2016 70 Tahun L Metformin
42 26 Juni 2016 50 Tahun P Metformin
43 30 Juni 2016 75 Tahun L Glucophage XR
44 1 Juli 2016 72 Tahun L Glucophage XR + Amaryl 3 Mg
45 1 Juli 2016 57 Tahun L Glucophage XR
46 1 Juli 2016 68 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 3 Mg
47 11 Juli 2016 56 Tahun L Glucophage XR
48 12 Juli 2016 63 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
49 13 Juli 2016 52 Tahun L Glumin
50 15 Juli 2016 68 Tahun L Metformin + Glibenklamid
51 19 Juli 2016 56 Tahun P Metformin
52 19 Juli 2016 79 Tahun P Metformin + Glimepiride
53 19 Juli 2016 68 Tahun P Metformin + Glimepiride
54 20 Juli 2016 68 Tahun P Glucophage XR
55 25 Juli 2016 61 Tahun L Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
56 26 Juli 2016 65 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
57 26 Juli 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
58 26 Juli 2016 56 Tahun P Metformin
59 27 Juli 2016 58 Tahun P Metformin + Glibenklamid
60 29 Juli 2016 55 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
32