Anda di halaman 1dari 45

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIDIABETES GOLONGAN

BIGUANIDA (METFORMIN) DI SALAH SATU APOTEK


KOTA BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Irpan Permana Sidik


23131061

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III
BANDUNG
2016
Kata Persembahan

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta
do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan
do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.
Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua,
karena itu terimalah persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
selalu terpatri di hati.

Saudara saya (Adik-adik), yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,


senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan
kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis,
dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis
yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti
bisa! Semangat!!

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya


persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya
sayangi. Dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiinnn.

MOTTO:

Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan, maka apabila engkau


telah selesai (dari satu urusan). Tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain)” (QS 97: 6-7)
PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIDIABETES GOLONGAN
BIGUANIDA (METFORMIN) DI SALAH SATU APOTEK
KOTA BANDUNG

ABSTRAK

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan


metabolisme yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi
insulin sehingga menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah. Metformin
merupakan obat golongan biguanida dan juga obat pilihan untuk terapi DM tipe 2.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kelengkapan resep obat berdasarkan
kajian administratif, kesesuaian farmasetika, serta kombinasi metformin dengan
antidiabetes lain dalam peresepan. Data diperoleh dengan metode observasional
deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang dilakukan pada bulan
Maret-Juli 2016. Hasil menunjukkan dari 60 lembar resep obat metformin bahwa
pasien terdiri dari 70% untuk Wanita dan 30% untuk Pria. Dengan usia 45-55 tahun
sebanyak 15%, usia 55-65 tahun sebanyak 53,33% dan usia lebih dari 65 tahun
sebanyak 31,67%. Berdasarkan kelengkapan Administratif sekitar 17 (28,33%)
resep yang tidak memenuhi kelengkapan administratif dan 43 (71,67%) resep yang
memenuhi kelengkapan administratif. Berdasarkan kesesuaian Farmasetik 60
(100)% resep tidak ditemukan adanya ketidaksesuaian syarat farmasetik. Dan obat
golongan biguanida banyak dikombinasikan dengan golongan sulfonilurea seperti
glimepiride (33,33%) dan glibenklamid 31,67%. Penggunaan obat antidiabetes
golongan biguanida yang menggunakan obat paten sebanyak 25 (41,67%) resep dan
obat generik sebanyak 35 (58,33%) resep.

Kata kunci: Diabetes mellitus, Golongan obat antidiabetes, Profil peresepan.

i
PRESCRIBING PROFILE OF BIGUANIDA CLASS THERAPY
FOR DIABETIC PATIENS DRUG IN ONE OF BANDUNG
DRUGSTORE

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic disease which is characterized by metabolic disorder


that caused by inability of body to produce insulin or the insulin that been produced
didn’t sensitive that it cause high amount of blood glucosa (Hiperglicemia).
Metformin is one of biguanida class and also a drug of choice for DM type 2
theraphy. This research aims to know the completeness of antidabetes drug
(Metformin) prescription based on administrative assessment, pharmaceutical
suitability, and combination between metformin and other antidiabetes drug in
prescription. The data was obtained by descriptive observational method in March
– July 2016 retrospectively. The result showed, from sixty sheets of metformin
prescription were received by Famale (70%) and Male 30%, in ages ranged from
45-55 years old (15%), 55-65 years old (53,33%), and over 65 years old (31,67%).
Based on administrative completeness, there were 17 prescription (28,33%) didn’t
fill the administrative completeness and 43 prescription (71,67%) did. Based on
pharmaceutical completeness prescrption 60 (100%), met pharmaceutical
completeness. Biguanida were often combined with sulfonilurea such as
glimepiride (33,33%) and glibenklamid (31,67%), and 25 prescription (41,67%)
of biguanida class given was brand name and 35 prescription (58,33%) was generic
name.

Keyword : Diabetes mellitus, antidiabetes drug class, prescribing profile.

ii
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
dilaksanakan di salah satu Apotek kota Bandung.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu program dalam pendidikan Diploma
III di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Ibu Rizky Siti Nurfitria, MSM., Apt. sebagai pembimbing utama dari
akademisi, atas pengarahan dan bimbingannya.
2. Ibu Siti Nurhasanah, M.Kes., Apt. sebagai pembimbing serta dari akademisi,
atas pengarahan dan bimbingannya.
3. Segenap direktur kepengurusan Apotek Farmarin kota Bandung serta seluruh
karyawannya yang telah memberikan perizinan, bantuan dan kerjasamanya
terhadap terlaksananya penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak, ibu, adik dan seluruh keluargaku atas cinta, dukungan dan doa yang
selalu diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.
5. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, SMK Farmasi Riyadhul
Jannah Subang, SMP Negeri 1 Cisalak, SD Negeri Gunung Menyan, yang telah
memberikan semangat kami untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Tidak lupa khususnya untuk Keluarga Besar Mahasiswa Farmasi Pencinta
Alam STFB, Igers Society Bandung serta Jarambah Lembang yang selalu
memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari
sempurna. Karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
membangun sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akandatang
agar lebih menghindari terjadinya kesalahan serta perbaikan yang lebih sempurna.

iii
Penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak apabila terdapat
kesalahan dan ada perkataan yang kurang berkenan dihati. Penulis berharap semoga
laporan ini mempunyai manfaat untuk semuanya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Bandung, Agustus 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
LAMPIRAN ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
SINGKATAN ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
I.I Latar Belakang ........................................................................................... 2
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
I.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
II.1 Diabetes Mellitus ...................................................................................... 3
II.2 Terapi Non Farmakologi Diabetes Tipe II ................................................ 6
II.3 Terapi Farmakologi Diabetes Tipe II ........................................................ 7
II.4 Obat Hipoglekemik Oral Golongan Biguanida ........................................ 10
II.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 14
BAB IV DESAIN PENELITIAN .................................................................. 15
IV.1 Kriteria Pasien ......................................................................................... 15
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitia .................................................................... 15
IV.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 15
IV.4 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 15
IV.5 Sumber Data ........................................................................................... 16
IV.6 Analisis Data .......................................................................................... 16
IV.7 Pengambilan Kesimpulan ...................................................................... 17

v
Halaman
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 18
V.1 Kriteria berdasarkan jenis kelamin ........................................................... 18
V.2 Kriteria berdasarkan usia ......................................................................... 19
V.3 Kelengkapan Resep Berdasarkan Administratif ..................................... 21
V.4 Kelengkapan Resep Berdasarkan Farmasetik ......................................... 22
V.5 Peresepan Kombinasi Obat Metformin dengan Obat Antidiabetes
Lainnya ................................................................................................... 23
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25
VI.1 Kesimpulan ............................................................................................. 25
VI.2 Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26

vi
Daftar Lampiran

Halaman
Lampiran 1. Kriteria Penggunaan Obat (KPO)............................................... 27
Lampiran 2. Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan
Kesesuian Farmasetik ................................................................ 28
Lampiran 3. Peresepan Obat Golongan Biguanida dan Obat Antidiabetes
Lainnya ..................................................................................... 31

vii
Daftar Gambar

Halaman
Gambar 5.2 Kriteria berdasarkan usia ............................................................ 20
Gambar 5.3 Peresepan penggunaan obat metformin dalam dosis tunggal
Dan Kombinasi ........................................................................... 24

viii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel II.1 Kriteria diagnostik untuk Diabetes Mellitus ................................. 6
Tabel II.2 Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral ........................................ 9
Tabel V.1 Kriteria berdasarkan jenis kelamin ............................................... 18
Tabel V.2 Kriteria berdasarkan usia .............................................................. 20
Tabel V.3 Kelengkapan Resep Berdasarkan Kajian Administratif ................ 21
Tabel V.4 Kelengkapan Resep Berdasarkan Kesesuaian Farmasetik ............ 22
Tabel V.5 Pola penggunaan obat metformin dalam dosis tunggal
dan kombinasi dengan golongan diabetes lain .............................. 23
Tabel V.6 Penggunaan obat antidiabetes golongan biguanida yang
menggunakan obat paten dan obat generik ................................. 26

ix
Daftar Singkatan

DM Diabetes Melitus
NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
IDF International Diabtes Federation
ADA American Diabetes Association
GDM Gestational Diabetes Mellitus
ADO Obat Antidiabetik Ora

x
Bab 1 Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang mempunyai
prevalensi yang begitu besar didunia dan khususnya di negara kita Indonesia sampai
populasinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin sehingga menyebabkan
tingginya kadar glukosa dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan
perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun
perawatan sakit. DM ada yang merupakan penyakit genetik atau disebabkan
keturunan disebut DM tipe 1 dan ada juga yang disebabkan gaya hidup disebut DM
tipe 2. Gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya
prevalensi DM, Data dari International Diabtes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa, sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes, bertambah hingga 3
persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan
setengah dari angka tersebut berada di Asia, khususnya di Indonesia. Jika dicermati
ternyata orang-orang yang gemuk mempunyai resiko terkena DM lebih besar dari
yang tidak gemuk (Tan dan Raharja, 2002).

Penyakit Diabetes Melitus dari sekian banyak orang yang mengalami penyakit ini,
hanya sebanyak dua pertiga pasien DM yang terdiagnosis saja yang sudah
menjalani pengobatan dengan teratur dan hanya sebanyak satu pertiganya saja yang
terkendali dengan baik. Masalah yang terjadi di Rumah Sakit adalah semakin
banyaknya penderita diabetes dan banyaknya pola peresepan dan penggunaan
antidiabetika oral untuk pasien diabetes melitus tipe 2 di Indonesia kurang sesuai
dengan apa yang telah direkomendasikan oleh Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (Soegondo, 2009).

Metformin adalah merupakan salah satu obat antidiabetika oral yang termasuk
dalam golongan biguanida. Metformin merupakan obat pilihan lini pertama untuk
pengobatan diabetes tipe 2, khususnya dalam kelebihan berat badan tetapi dengan

1
2

orang yang memiliki fungsi ginjal normal. Karena terapi pengobatan yang diterima
pasien diabetes melitus sangat kompleks, maka perlu ketepatan terapi terutama
dalam penggunaan obat harus disesuaikan sehingga dapat mengendalikan
terjadinya komplikasi lain yang menyertai. Terapi dengan obat terutama ditujukan
untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Pada penelitian
ini dilakukan Profil peresepan obat antidiabetes golongan biguanida (metformin)
dengan obat antidiabetes lainya serta kajian resep secara administatif dan farmastik
pada resep obat antidiabetes golongan biguanida sebagai bahan kajian untuk
evaluasi pengobatan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Profil Peresepan obat antidiabetes golongan biguanida (metformin).

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kelengkapan resep obat antidiabetes golongan biguanida
(metformin) berdasarkan kajian administratif dan kesesuaian farmasetik.
2. Untuk mengetahui peresepan kombinasi penggunaan obat metformin dengan
golongan obat diabetes yang lain.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dapat memberikan
pengetahuan bagi kita tentang peresepan kombinasi penggunaan obat antidiabetes
golongan biguanida (metformin) dengan obat antidiabetes yang lain dan
memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan obat antidiabetes
golongan biguanida.
Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Diabetes Mellitus


II.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes adalah kata Yunani yang berarti mengalirkan ( siphon ). Mellitus adalah
kata lain untuk madu, atau gula. Diabetes Mellitus adalah penyakit di mana
seseorang mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar urin yang terasa manis.
Diabetes Mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit kronis
yang ditandain dengan gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin yang menyebabkan tingginya
kadar glukosa dalam darah.. (Thay & Rahardja, 2007).

II.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus


Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan
berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi Diabetes yang
utama adalah (Smeltzer, 2001) :
1. Tipe 1 : Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus [IDDM].
Pada Diabetes Mellitus Tipe 1 ini terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial
(sesudah makan).
2. Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus [NIDDM].
Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabates yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I. Penderita DM Tipe II mencapai 90-
95 % dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia diatas 45
tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak
populasinya meningkat.

3
4

3. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus [GDM])


GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui selama
kehamilan. GDM mempersulit sekitar 7% dari seluruh kehamilan (Dipiro,2005).
Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena sekresi dari hormon plasenta
sehingga menyebabkan resistensi insulin. Diabetes gestasional terjadi pada 14%
dari semua wanita hamil dan meningkat resikonya pada mereka yang memiliki
masalah hipertensi dalam kehamilan (Smeltzer, 2001).

II.1.3 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II


Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Pada keadaan ini, jumlah Insulin banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa
yang masuk ke dalam sel sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa
di dalam pembuluh darah meningkat (Subekti, 2002).

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan gangguan sekresi
Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum diketahui. Pada Diabetes
Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu: resistensi Insulin dan gangguan sekresi Insulin. Normalnya Insulin akan
terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya
Insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer,2001).

II.1.4 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resisten Insulin dan gangguan sekresi
Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi Insulin. Selain
itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya Diabetes Mellitus Tipe II. Menurut Smeltzer (2001) faktor resiko
Diabetes Mellitus antar lain :
5

1. Usia
Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat setelah
usia 40 tahun. Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah
berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya
tidak peka terhadap insulin.
2. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes mellitus Tipe II adalah mereka yang
mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot
akan makin resisten terhadap kerja Insulin, terutama bila lemak tubuh atau
kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah.
3. Riwayat keluarga
Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang menderita Diabetes
Mellitus, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan
Insulin dengan baik. Tetapi resiko terkena Diabetes Mellitus juga tergantung pada
faktor kelebihan berat badan, kurang gerak tubuh dan stres. Sekitar 50 % pasien
Diabetes Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes, dan lebih
sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes.

II.1.5 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II


Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun
demekian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan
diabetes.
Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluhan klasik DM berupa: Poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapet berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala. Namun, adanya komplikasi


mungkin menunjukan bahwa mereka memiliki DM selama beberapa tahun (Dipiro,
2008). Pada Diabetes Mellitus Tipe II gejala yang dikeluhkan umumnya hampir
6

tidak ada. Diabetes Mellitus Tipe II seringkali muncul tanpa diketahui dan
penangan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan
makin buruk dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan saraf (Pharmaceutical care, 2005).

II.1.6 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II


Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal merupakan kriteria yang
melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar gula darah plasma pada waktu
puasa yang besarnya diatas 140 mg/dL (SI 7,8 mmol/L) atau kadar glukosa darah
sewaktu yang diatas 200 mg/dL (SI 11,1 mmol/L). Pada satu kali pemeriksaan atau
lebih merupakan kriteria diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer, 2001).

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi orang yang
berusia ≥ 45 tahun, dan lebih sering bagi orang yang riwayat keluarga DM,
obesitas, tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga.

Tabel II.1 Kriteria diagnostik untuk Diabetes Mellitus (ADA, 2010)


Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa ≥200 mg/dL
(11,1 mmol/L)
Puasa Konsentrasi plasma glukosa ≥126 mg/dL (7,0
mmol/L)
2 jam setelah pemberian ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama TTGO
glukosa
HbAic ≥ 6,3 %

II.2 Terapi Non Farmakologi Diabetes Tipe II


1. Pengaturan Nutrisi
Terapi Insulin (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan (rendah
kalori, rendah kolesterol). Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan
penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan
gizi baik sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
7

b. Protein : 10-15 %
c. Lemak : 20 -25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akt dan
kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal.
2. Olahraga
Bermanfaat bagi kebanyakan pasien, berolah raga secara teratur dapat menurunkan
dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat
dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk
penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.

II.3 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II


II.3.1 Terapi Obat Antidiabetes (ADO)
Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan
pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Pemilihan obat Antidiabetik oral yang tepat sangat
menentukan keberhasilan terapi Diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan
penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan
dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan
dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan
tingkat keparahan Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara
umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical
Care).

II.3.2 Obat Antidiabetik Tunggal


Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat saja. Intervensi
farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat
yang diberikan yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral
(ADO) dan pemberian secara injeksi yaitu Insulin (Pharmaceutical Care).
8

II.3.3 Obat Antidiabetik Kombinasi


Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok
ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat
juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin apabila ada kegagalan
pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi (Pharmaceutical Care).
Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah atau fixed-combination dalam
bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga ADO dari kelompok yang berbeda
atau kombinasi ADO dengan Insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis
di mana Insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga
ADO dapat menjadi pilihan (PERKENI, 2011).

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa ADO. Kombinasi
yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan Biguanida. Sulfonilurea
akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan
kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat
hipoglikemik oral ini memilikiefek terhadap sensitivitas reseptor Insulin, sehingga
kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukan
bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes
yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

II.3.4 Obat-obat Antidiabetik Oral


Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat menurunkan kadar gula
darah dan diberikan secara oral. Menurut (Farmakologi dan Terapi, 2007) Ada 5
golongan Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus
dan telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan : Sulfonilurea, Meglitinid,
Biguanida, Penghambat α-Glikosidase, dan Tiazolidinedion. Kelima golongan ini
dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja.
9

Tabel II.2 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care, 2005)

No Golongan Contoh Mekanisme Kerja Efek Samping


Senyawa
1. Sulfonilure Glibenklami Merangsang sekresi Gangguan sal. Cerna
a da insulin di kelenjar (mual, diare, sakit
Glipizida pankreas, sehingga perut), Gangguan
Glikazida hanya efektif pada susunan syaraf pusat
Glimepirida penderita diabetes (vertigo, bingung,
Glikuidon yang sel-sel β- ataksia).
pankreas masih Hipoglikemia jika
berfungsi dengan dosis tidak tepat atau
baik diet terlalu ketat.
2. Meglitinida Repaglinide Merangsang sekresi Keluhan saluran
insulin di kelenjar cerna
pankreas
3. Turunan Nateglinide Meningkatkan Keluhan infeksi
Fenilalanin kecepatan sintesis saluran nafas atas.
insulin oleh prankeas
4. Binguanida Metformin Bekerja langsung Nausea, muntah,
pada hati, kadang-kadang diare
menurunkan dan dapat
produksi glukosa menyebabkan
hati. Tidak asidosis laktat
merangang sekresi
oleh kelenjar
pankreas.
5. Tiazolidind Resiglitazon Meningkatkan Gangguan saluran
ion e kepekaan tubu pencernaan.
Troglitazone terhadap insulin.
Pioglitazone Berkaitan dengan
PPARY (Peroxisome
Proliferator
Activated Receptor
Gamma) di otot,
jaringan lemak untuk
menurunkan
resistensi insulin
6. Inhibitor Acarbose Menghambat kerja Kadang-kadang
α- Miglitol enzim-enzim diare.
glukosidas pencernaan yang
e mencerna
karbohidrat,
sehingga
memperlambat
absorpsi glukosa
kedalam darah
10

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral:


1. Dosis harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara
bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya inteaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi baru beralih menggunakan
insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita usia lanjut, oleh sebab itu
sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan
pada penderita usia lanjut.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh pasien.

II. 4 Obat hipoglikemik oral golongan biguanida


Obat golongan biguanida dapat menghambat penyerapan gula di usus. Obat
golongan ini meliputi: fenformin, metformin (Glucophage, Benoformin), dan
acarbose (Glukobay 50 dan 100) merupakan obat baru yang efektif menghambat
penyerapan gula di usus. Obat-obat dari kedua golongan tersebut (sulfonylurea dan
biguanid) dapat digunakan sendiri-sendiri atau dikombinasi, tetapi setiap macam
obat dari golongan yang sama tidak boleh digunakan secara bersamaan. Hal ini
karena biguanid berbeda dengan golongan sulfonylurea yang tidak merangsang
sekresi insulin. Contoh Obat-obat golongan biguanid yang digunakan dalam
pengobatan diabetes mellitus adalah metformin. Metformin antihiperglikemi oral
untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Metformin dapat digunakan sendiri
maupun kombinasi dengan sulfonilurea.

II.4.1 Mekanisme kerja golongan biguanida


Secara umum golongan biguanida mempunyai mekanisme kerja meliputi :
1. Stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan peningkatan
eliminasi glukosa dari darah
2. Penurunan glukoneogenesis hati
3. Peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit,
11

4. Penurunan kadar glukagon plasma, dan


5. Meningkatkan pengikatan insulin pada reseptor.

II.4.2 Metabolisme dan sekresi


Metformin memiliki paruh 1,5-3 jam, tidak terikat pada protein plasma, tidak
dimetabolisme dan disekresikan oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Sebagai akibat
dari blokade terhadap glukoneogenesis metformin, obat tersebut dapat mengganggu
metabolisme asam laktat hati.

II.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Standar pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan.

2. Pelayanan farmasi klinik meliputi:


a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
12

II.5.1 Pengertian Resep


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

II.5.2 Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek


Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Salah satu jenis pelayanan yang dilakukan adalah pengkajian resep, Berdasarkan
Permenkes No.35 Tahun 2014 Kegiatan Pengkajian Resep meliputi:
1. Kajian administratif meliputi:
a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf;
dan
c. tanggal penulisan Resep.

2. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:


a. bentuk dan kekuatan sediaan;
b. stabilitas; dan
c. kompatibilitas (ketercampuran Obat).

3. Pertimbangan klinis meliputi:


a. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
b. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
c. duplikasi dan/atau polifarmasi;
d. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain);
e. kontra indikasi; dan
f. interaksi.
Bab III Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara deskriptif
berdasarkan pengambilan data sekunder. Pengambilan data dilakukan secara
Retrospektif pada periode Maret – Juli 2016 dilakukan dengan mengidentifikasi
resep meliputi jenis kelamin, umur pasien, pengkajian resep secara kajian
administratif dan kesesuaian farmasetika serta kombinasi penggunaan obat
antidiabetes golongan biguanida yang digunakan kemudian dilakukan pengambilan
kesimpulan.

13
Bab IV Desain Penelitian

Desain penelitian ini meliputi kriteria pasien, waktu dan tempat penelitian, Populasi
dan sampel, Prosedur pengumpulan data, sumber data, analisis data dan
pengambilan kesimpulan.

IV.1 Kriteria Pasien


Kriteria penderita yang digunakan yaitu pasien yang mendapat resep obat
Antidiabetes golongan biguanida (metformin).

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian Minggu ke III Bulan Agustus 2016, dan lokasi yang dipilih adalah
di Apotek Farmarin Kota Bandung.

IV.3 Kriteria Penggunaan Obat


Kriteria penggunaan obat yang digunakan dalam penelitian ini adalah obat
antidiabetes golongan biguanida (metformin) yang terdapat di Apotek Farmarin
kota Bandung. Kriteria Penggunaan Obat (KPO) obat golongan biguanida
(metformin) dapat dilihat di Lampiran 1.

IV.4 Populasi dan sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep yang ada pada periode
Maret-Juni 2016 di salah satu Apotek kota bandung.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep yang mengandung obat
antidiabetes golongan biguanida pada peridoe Maret-Juli 2016 di salah satu Apotek
kota Bandung.

IV.5 Prosedur Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan skrining resep-resep yang menjadi
sampel dari penelitian ini dan hasil yang diperoleh dianalisa.
Permasalahan yang dinilai:
a. Kriteria Pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur
b. Permasalahan kelengkapan resep secara kajian administratif dan kesesuaian
farmasetik pada resep yang terdapat obat antidiabetes golongan biguanida

14
15

c. Obat antidiabetes golongan biguanida baik tunggal maupun kombinasi dengan


obat antidiabetes lainya.

IV.6 Sumber data


Sumber data berasal dari lembar permintaan obat/resep pada bulan Maret – Juli
2016.

IV.7 Analisis data


Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu data disajikan dengan apa adanya.
Data yang telah diambil dikelompokan, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel.
Jumlah dari masing – masing kelompok dihitung persentasenya terhadap jumlah
keseluruhan.
1. Perhitungan penderita/pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur.
a. Persentase berdasarkan jenis kelamin = n/∑ kasus x 100 %
b. Persentase berdasarkan usia = n/∑ kasus x 100 %
2. Perhitungan persentase kelengkapan administratif dan farmasetik pada resep
obat antidiabetes golongan biguanida.
a. Kelengkapan Administratif meliputi:
1. Nama Dokter 6. Nama Pasien
2. Alamat Dokter 7. Alamat Pasien
3. SIP dan No Telepon 8. Umur Pasien
Dokter 9. Jenis Kelamin
4. Tanggal Resep Pasien
5. Paraf Dokter 10. Berat Badan
Pasien

b. Kesesuaian Farmasetik meliputi:


1. Nama Obat
2. Kekuatan Obat
3. Bentuk Sediaan Obat
4. Aturan Pakai
5. Jumlah Total Obat

3. Perhitungan persentase penderita/pasien yang menggunakan obat antidiabetes


golongan biguanida tunggal maupun kombinasi dengan obat andidiabetes
lainnya.
16

IV.8 Pengambilan kesimpulan

Dari hasil analisis diambil kesimpulan mengenai profil peresepan obat antidiabetes
golongan biguanida disalah satu Apotek kota Bandung.
Bab V Hasil dan Pembahasan

Penelitian yang dilakukan di Apotek Farmarin kota Bandung ini bersifat deskriptif
yaitu data disajikan dengan apa adanya dari pasien rawat jalan di Apotek Farmarin
kota Bandung pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juli 2016. Jumlah
sampel yang didapat dari resep obat antidiabetes golongan biguanida (metformin)
adalah 60 sampel.
Hasil penelitian tentang Profil peresepan obat antidiabetes mellitus golongan
biguanida (metformin) di Apotek Farmarin kota Bandung yang menggunakan obat
antidiabetes golongan biguanida (metformin) selama bulan Maret-Juli 2016.
Berdasarkan kriteria jenis kelamin, usia, kelengkapan resep secara administratif dan
farmasetik, dan peresepan obat metformin dengan golongan obat antidiabetes yang
lainnya, didapatkan hasil sebagai berikut :

V.1 Kriteria jumlah penderita yang menggunakan obat antidiabetes


golongan biguanida (metformin) berdasarkan jenis kelamin:
Dari daftar tabel resep dalam lampiran, maka dapat diperoleh data penggunaan obat
antidiabetes golongan biguanida (metformin) berdasarkan pada jenis kelamin
dalam tabel dibawah ini :

Tabel V.1 kriteria berdasarkan jenis kelamin


Pengamatan
Jenis Kelamin
Jumlah Persentase %
Laki – laki 18 30
Perempuan 42 70
Jumlah penderita 60 orang 100

Keterangan : ∑ = Jumlah penderita selama pengamatan


% = Persentase jumlah penderita dihitung terhadap total
jumlah penderita selama pengamatan.

17
18

Dari tabel diatas maka diperoleh pembahasan yaitu data yang didapatkan selama
pengamatan disalah satu Apotek kota Bandung pada pasien yang menggunakan
obat antidiabetes golongan biguanida (metformin). Berdasarkan jenis kelamin
dapat diketahui jumlah pasien yang menggunakan terapi obat antidiabetika
golongan biguanida (metformin) pada bulan Maret-Juli 2016 terdapat 60 pasien
yang terdiri dari laki - laki 30 % dan perempuan 70 %.

Faktor jenis kelamin memang tidak ada teori yang memastikan bahwa seseorang
terkena diabetes adalah berdasarkan jenis kelamin khususnya perempuan namun
memang prevalensi pasien perempuan terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien laki – laki. Prevalensi resiko terjadinya diabetes adalah 81 % - 83 %
pada jenis kelamin laki – laki dan 86 % - 90 % pada jenis kelamin perempuan.
Sedangkan menurut literatur yang lain bahwasanya Penyakit Diabetes Mellitus ini
sebagian besar juga dijumpai pada perempuan dibandingkan laki – laki. Hal ini
disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat
trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, dan juga terdapat
perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang
sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus. Jumlah lemak pada laki –
laki dewasa rata – rata berkisar antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada
perempuan sekitar 20 – 25 %. Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki, sehingga faktor resiko
terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan
pada laki – laki yaitu 2-3 kali, (Imam Soeharto, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian. Banyaknya faktor yang telah mempengaruhinya sehingga membuktikan
bahwa perempuan terbukti lebih banyak yang mengalami penyakit diabetes dari
pada laki – laki.

V.2 Kriteria jumlah penderita yang menggunakan obat antidiabetes


golongan biguanida (metformin) berdasarkan usia:
Dari daftar tabel resep dalam lampiran, maka dapat diperoleh data penggunaan obat
Antidiabetes golongan biguanida (metformin) berdasarkan kategori umur menurut
Depkes RI (2009) yang terdiri atas Usia 46 – 55 Tahun, Usia 56 – 65 Tahun dan
Usia ≥ 65 Tahun dalam tabel dibawah ini :
19

Tabel V.2 Kriteria berdasarkan Usia


Pengamatan
Usia
Jumlah Persentase %
Usia 46 – 55 Tahun 9 15
Usia 56 – 65 Tahun 32 53,33
Usia ≥ 65 tahun 19 31,67
Jumlah penderita 60 orang 100

Keterangan : ∑ = Jumlah penderita selama pengamatan


% = Persentase jumlah penderita dihitung terhadap total
jumlah penderita selama pengamatan.

60% 53.33%
50%
jumlah presentase

40%
31.67%
30%

20% 15%

10%

0%
Usia 46 – 55 Tahun Usia 56 – 65 Tahun Usia ≥ 65 tahun
Jumlah Usia

Gambar. 5.2 Diagram kriteria jumlah penderita yang menggunakan obat


antidiabetes golongan biguanida (metformin) berdasarkan usia

Dari tabel diatas maka diperoleh pembahasan yaitu data yang didapatkan selama
pengamatan disalah satu Apotek kota Bandung pada pasien yang menggunakan
obat diabetes mellitus golongan biguanida (metformin) berdasarkan usia dapat
diketahui jumlah pasien yang menggunakan terapi obat antidiabetika golongan
biguanida (metformin) pada bulan maret-juli 2016 terdapat 60 pasien yang terdiri
atas Usia 46 – 55 Tahun = 15 %, Usia 56 – 65 Tahun = 53,33 % dan Usia ≥ 65
Tahun = 31,67%.
Salah satu faktor resiko terjadinya diabetes mellitus adalah usia, menurut penelitian
Robert (robert, 2003) menunjukkan bahwa penderita diabetes pada usia tua ≥ 60
tahun 3 kali lebih tinggi dari pada usia muda < 55 tahun. Usia ≥ 60 tahun berkaitan
20

dengan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis
menurun hal itu terjadi disebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin
sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah kurang
optimal dengan demikian akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah
satunya pembuluh darah besar lebih mudah menyebabkan terjadinya diabetes
mellitus ( Rini Tri Hastuti, 2008 ).

Berdasarkan pernyataan diatas hasil penelitian yang telah dilakukan disalah satu
Apotek kota Bandung data yang diperoleh sesuai dengan pernyataan diatas bahwa
usia tua merupakan salah satu faktor terjadinya diabetes.

V.3 Data Presentase Berdasarkan Kajian Administratif


Dari daftar tabel dalam lampiran, maka dapat diperoleh data kelengkapan resep obat
antidiabetes golongan biguanida (metformin) berdasarkan kajian administratif
dalam tabel dibawah ini :

Tabel V.3 Kelengkapan Resep berdasarkan kajian administratif


No Aspek Jumlah Kelengkapan Resep
Ya Presentase% Tidak Presentase%
1 Nama Dokter 60 100 0 0
2 Alamat Praktik 57 95 3 5
3 SIP dan Nomor 56 93,33 4 6,67
Telepon Dokter

4 Tanggal Penulisan 60 100 0 0


Resep

5 Paraf Dokter 60 100 0 0


6 Nama Pasien 60 100 0 0
7 Alamat Pasien 50 83,33 10 16,67
8 Umur Pasien 60 100 0 0
9 Jenis kelamin 60 100 0 0
Pasien
10 Berat Badan 0 0 60 100
Pasien

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh kelengkapan administrasi yang


terdapat diresep-resep tersebut sangat tidak lengkap. Hanya sebanyak 3 (5%) resep
21

yang tidak dilengkapi alamat dokter, 4 (6,67%) resep yang tidak dilengkapi Surat
Izin Praktek (SIP), 10 (16,67%) resep yang tidak dilengkapi alamat pasien, dan 60
(100%) resep yang tidak mencantumkan berat badan pasien. Selain itu, data lengkap
bisa dilihat pada tabel 5.3.

Nama dokter, alamat, SIP dan paraf dokter penting dimuat pada resep untuk
memberikan jaminan kepada pasien dan permintaan obat legal. Pencantuman nama
dokter dan nomor telepon dalam resep agar memudahkan tenaga kesehatan lain
khususnya Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) untuk
mengkonfirmasi atau memberikan saran kepada dokter bila terdapat kesalahan
dosis atau kesalahan lain yang berkenaan dengan obat. Pencantuman nomor SIP
dokter untuk memastikan bahwa resep yang dibawa pasien merupakan resep yang
sah dituliskan oleh dokter yang memang sudah memiliki izin praktik. Hal ini untuk
meminimalisir hal yang tidak diinginkan, salah satunya adalah penyalahgunaan
obat. Alamat dokter diperlukan untuk memudahkan pencarian tempat praktik
dokter yang menuliskan resep.

Nama pasien dan alamat pasien penting untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat, berat badan dan umur pasien penting untuk menentukan
dosis obat untuk pasien tersebut (untuk obat-obat khusus). Jenis kelamin diperlukan
untuk pertanyaan lebih lanjut terkait kondisi khusus yang mungkin ada pada pasien
dan tanggal resep diperlukan untuk mengetahui aktualitas dari resep.

V.4 Data Presentase Berdasarkan Kajian Kesesuaian Farmasetik


Dari daftar tabel dalam lampiran, maka dapat diperoleh data kelengkapan resep obat
antidiabetes golongan metformin berdasarkan kajian farmasetik dalam tabel
dibawah ini :
Tabel V.4 Kelengkapan Resep berdasarkan kesesuian Farmasetik
No Aspek Kelengkapan resep
Ya Presentase% Tidak Presentase
%
1 Nama Obat 60 100 0 0
2 Kekuatan Obat 60 100 0 0
3 Bentuk Sediaan Obat 60 100 0 0
4 Aturan Pakai 60 100 0 0
5 Jumlah Total Obat 60 100 0 0
22

Berdasarkan kelengkapan farmasetika, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa


kelengkapan farmasetik pada resep-resep yang diamati memenuhi kelengkapan
yang diperlukan dalam sebuah resep.

Kriteria resep obat seperti nama obat, aturan pakai dan jumlah total obat perlu
dituliskan dengan jelas pada resep untuk menghindari keracunan ketika petugas
Apotek mengambil obat. Kekuatan obat berkaitan dengan farmakologi pada pasien,
agar didapatkan efek terapi yanag optimal. Kekuatan obat diperlukan dalam
penentuan dosis, mengingat jika ada obat yang sama tetapi kekuatan sediaan obat
yang berbeda.

Semua resep dalam penelitian ini mencantumkan bentuk sediaan obat, jika
informasi bentuk sediaan obat tidak dicantumkan dapat diketahui dengan melihat
signa atau jumlah obat yang diberikan misalkan untuk sediaan sirup biasanya
memakai signa c atau cth.

V.5 Kriteria penggunaan obat golongan biguanida (metformin) dalam


dosis tunggal dan kombinasi dengan golongan obat antidiabetes lain
Dari daftar tabel resep dalam lampiran, maka dapat diperoleh data penggunaan obat
golongan biguanida (metformin) dalam dosis tunggal dan kombinasi dengan
golongan obat antidiabetes lain dalam tabel dibawah ini :
Tabel V.5 Penggunaan obat metformin dalam dosis tunggal dan kombinasi
dengan golongan obat antidiabetes lain.

Penggunaan obat Pengamatan


metformin dalam dosis
Jumlah R/ Persentase %
tunggal dan kombinasi
Metformin 21 35
Metformin + glimepirid 20 33,33
Metformin + glibenklamid 19 31,67
Jumlah resep keseluruhan 60 100
23

36%
35%
35%

Jumlah Presentase
34% 33.33%
33%

32% 31.67%

31%

30%
Metformin Metformin + glimepirid Metformin + glibenklamid

Gambar 5.3 Diagram penggunaan obat golongan biguanida (metformin)


dalam dosis tunggal dan kombinasi dengan golongan obat antidiabetes lain.

Dari daftar tabel resep dalam lampiran, maka dapat diperoleh data penggunaan obat
golongan biguanida (metformin) yang menggunakan obat generik dan obat paten
dalam tabel dibawah ini :

Obat antidiabetes golongan Jumlah Presentase %


biguanida
Paten 25 43,33
Generik 35 56,67
Jumlah resep keseluruhan 60 100

Tabel 5.6 Penggunaan obat antidiabetes golongan biguanida yang


menggunakan obat paten dan obat generik

Dari tabel diatas maka diperoleh pembahasan yaitu data yang didapatkan selama
pengamatan disalah satu Apotek kota Bandung pada pasien yang menggunakan
obat antidiabetes mellitus golongan biguanida (metformin). Berdasarkan kombinasi
pola penggunaan obat metformin dengan golongan obat diabetes yang lain, dapat
diketahui jumlah pasien yang menggunakan kombinasi pola terapi obat antidiabetes
(metformin) dengan golongan obat antidiabetes yang lain pada bulan maret-juli
2016 dari 60 resep yang telah diidentifikasi. Penggunaan yang paling banyak sering
dikombinasikan adalah dengan obat DM golongan sulfonilurea (glimepirid) = 33,33
%, (glibenklamid) = 31,67%. Penggunaan obat secara tunggal ditujukan untuk
menghindari terjadinya over dosis atau terjadinya efek samping yang tidak
24

diinginkan, sehingga dalam penggunaan obat dilakukan secara bertahap.


Sedangkan penggunaan obat secara kombinasi biasanya ditujukan karena
penggunaan obat secara tunggal tidak bisa bekerja secara sempurna, sehingga
diperlukan penggunaan obat lebih dari satu atau dua untuk bisa mencapai target
yang diinginkan. Pada penggunaan obat diabetes, kebanyakan pasien diabetes
memerlukan dua atau lebih obat antidiabetek untuk mencapai target kadar gula yang
diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target kadar gula yang
dicapai. Terapi kombinasi golongan sulfonilurea dan golongan biguanid sangat
dianjurkan bila sasaran pengendalian kadar glukosa darah puasa dan sesudah makan
(kadar gula darah Sebelum makan (puasa)> 126 mg/dl dan 2 jam setelah makan >
200 mg/dl) belum tercapai dengan terapi sulfonilurea atau biguanid saja. Dosis
dimulai dengan dosis rendah kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respon. Penggunaan kombinasi beberapa antidiabetik lebih dianjurkan dari pada
meningkatkan dosis satu macam antidiabetik yang dapat meningkatkan resiko
toksisitas dan efek samping. Dua atau lebih antidiabetik dengan mekanisme kerja
yang berbeda bila digunakan secara bersama dapat memberikan manfaat yang lebih
baik dalam mengontrol kadar glukosa darah (PERKENI, 2011).

Penggunaan antidiabetik pada penderita diabetes mellitus tipe 2 merupakan hal


penting ketika pengaturan pola hidup tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Menurut ADA (American Diabetes Association), antidiabetik golongan
sulfonilurea dan biguanid merupakan pilihan yang tepat untuk pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan tingkat keparahan ringan dan menengah. Sehingga dalam
penelitian ini penggunaan obat metformin terbukti lebih banyak digunakan secara
kombinasi dari pada secara tunggal, yaitu dikombinasikan dengan golongan
sulfoniluria (glimepirid atau glibenklamid) yang mempunyai mekanisme kerja
sangat kompleks yaitu merangsang fungsi sel β dan meningkatkan sekresi insulin
serta memperbaiki kerja perifer dari insulin sehingga dengan demikian golongan
sulfonilurea berguna dalam penatalaksanaan pasien diabetes melitus tipe 2 dimana
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin. Dengan demikian penggunaan
golongan sulfonilurea dapat menyebabkan hipoglikemi. (Anonim,2006)
Bab VI Kesimpulan dan Saran

VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Apotek Farmarin kota Bandung
tentang Profil Peresepan obat antidiabetes mellitus golongan biguanida (metformin)
pada bulan Maret-Juli 2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan kajian administratif dan kesesuaian farmasetik dalam penulisan
resep di Apotek Farmarin kota Bandung cukup baik. Hanya sekitar 17 (28,33 %)
resep yang tidak memenuhi kelengkapan administratif dan sekitar 43 (71,67%)
resep yang memenuhi kelengkapan administratif dari 60 resep. Dalam hal
kelengkapan farmasetik 60 (100%) resep memenuhi kelengkapan farmasetik.
2. Penyakit diabetes mellitus banyak terjadi pada pasien dengan jenis kelamin
perempuan dari hasil penelitian tentang Profil peresepan obat antidiabetes
mellitus golongan biguanida (metformin) yang diperoleh dengan jumlah
persentase sebesar 70%. Sedangkan berdasarkan usia, kebanyakan pada pasien
usia 56-65 tahun dengan jumlah persentase sebanyak (53,33 %).
3. Berdasarkan peresepan kombinasi penggunaan obat antidiabetes golongan
biguanida (metformin) dengan golongan obat antidiabetes yang lain, sering
dikombinasikan dengan obat golongan sulfoniluria yaitu: Glimepirid (33,33%)
dan Glibenklamid (31,67%). Dan Penggunaan obat golongan biguanida yang
menggunakan obat paten sebanyak 25 (41,67%) resep dan obat generik 35
(58,33%) resep.

VI.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa
saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan peninjauan terus menerus untuk memonitoring penggunaan obat
dan kualitas pengobatan yang diterima oleh pasien.
2. Perlu diperhatikan tentang kelengkapan resep untuk mempermudah
dilakukannya peninjaun tentang obat

25
Daftar Pustaka

American Diabetes Association: Standards of medical care in diabetes –2008


(Position statement). Diabetes Care 2008 : 31

Anonim, 2006. Pemilihan obat Diabetes Melitus. http://obat/Diabetes_melitus.htm

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. Jakarta.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2009. Farmakologi dan Terapi


Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes


Mellitus, Jakarta : DEPKES.

Price, A. S dan Wilson, M. L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses


Penyakit Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

PERKENI, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. PERKENI. Jakarta.
Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. dalam Soegondo
S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI.
Jakarta. 2009.
Subekti. 2002. Patofisiologi Diabetes, Jakarta : FKUI.

Smeltzer et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
ke-8 vol terjemahan H.Y.Kuncara et al. Jakarta : EGC.

Tjay, Rahardja. 2007. OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-


Efek Sampingnya Edisi keenam. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.

WHO. Pencegahan Diabetes Mellitus (Laporan Kelompok Studi WHO), alih


bahasa dr. Arisman, Cetakan I, Penerbit Hipokrates, Jakarta, 2000.

26
Lampiran 1
Kriteria Penggunaan Obat (KPO)
Golongan Biguanida
No Obat Indikasi Kontra Efek Dosis
Indikasi Samping
1 Metformin NIDDM yang Gangguan Mual, Metformin
gagal fungsi ginjal muntah, 500 mg, 850
dikendalikan atau hati, anoreksia, mg, dan
dengan diet predisposisi dan diare 1000 mg
dan asidosis yang Dikonsumisi
sulfonilura, laktat,gagal selintas, 2 atau 3 kali
terutama pada jantung, asidosis sehari
pasien yang infeksi atau laktat,
gemuk trauma berat, gangguan
dehidrasi, penyerapan
alkoholisme, vitamin B12
wanita hamil,
wanita
menyusui.

27
Lampiran 2
Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan Kesesuaian Farmasetik

SIP
Nama Alama dan No Tanggal Paraf Nama Jenis Umur Berat Alama Nam Keku Bentuk Jumlah
N Tangga Aturan
Dokte t Telepo Penulisa Dokte Pasie Kelami Pasie bada t a atan Sediaan Total
o l Resep Pakai
r Dokter n n Resep r n n n n Pasien Obat Obat Obat obat
Dokter
1 01-Mar               
2 01-Mar              
3 03-Mar              
4 07-Mar               
5 10-Mar               
6 15-Mar              
7 15-Mar               
8 21-Mar               
9 24-Mar               
10 29-Mar               
11 29-Mar               
12 01-Apr               
13 04-Apr               
14 04-Apr               
15 05-Apr              
16 05-Apr               
17 05-Apr               
18 05-Apr              
19 11-Apr               
20 15-Apr               
21 15-Apr               
22 15-Apr               

28
(Lanjutan)
Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan Kesesuaian Farmasetik

23 20-Apr              
24 21-Apr               
25 21-Apr              
26 26-Apr              
27 02-Mei               
28 09-Mei               
29 23-Mei              
30 29-Mei               
31 01-Jun               
32 02-Jun              
33 02-Jun               
34 03-Jun              
35 06-Jun               
36 13-Jun               
37 14-Jun              
38 15-Jun               
39 17-Jun               
40 21-Jun               
41 22-Jun              
42 26-Jun               
43 30-Jun              
44 01-Jul               
45 01-Jul               
46 01-Jul              
47 11-Jul               
48 12-Jul               

29
(Lanjutan)
Pengkajian Resep Berdasarkan Kajian Administratif dan Kesesuaian Farmasetik

49 13-Jul              
50 15-Jul               
51 19-Jul              
52 19-Jul               
53 19-Jul               
54 20-Jul               
55 25-Jul               
56 26-Jul               
57 26-Jul               
58 26-Jul               
59 27-Jul               
60 29-Jul               

30
Lampiran 3
Peresepan Obat Golongan Biguanida Dan Obat Antidiabetes Lainnya

No Tanggal Karakteristik Pasien Profil Peresepan Obat Antidibetes Gol. Biguanida


Umur Jenis Obat Gol. Biguanida Kombinasi Dengan Obat
Kelamin Antidiabetes Lainnya
1 1 Maret 2016 58 Tahun P Metformin + Glibenklamid
2 1 Maret 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
3 3 Maret 2016 65 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
4 7 Maret 2016 56 Tahun P Metformin
5 10 Maret 2016 64 Tahun L Metformin
6 15 Maret 2016 75 Tahun P Metformin
7 15 Maret 2016 68 Tahun L Metformin + Glibenklamid
8 21 Maret 2016 68 Tahun P Metformin + Glimepirid
9 24 Maret 2016 54 Tahun P Metformin
10 29 Maret 2016 59 Tahun P Metformin
11 29 Maret 2016 55 Tahun P Metformin
12 1 April 2016 56 Tahun L Glucophage XR
13 4 April 2016 59 Tahun L Glucophage XR
14 4 April 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
15 5 April 2016 72 Tahun L Glucophage XR + Amaryl 3 Mg
16 5 April 2016 75 Tahun L Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
17 5 April 2016 68 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 3 Mg
18 5 April 2016 56 Tahun P Metformin + Glibenklamid
19 11 April 2016 61 Tahun P Glucophage XR
20 15 April 2016 60 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 1 Mg
21 15 April 2016 69 Tahun L Metformin + Glibenklamid
22 15 April 2016 60 Tahun L Glucophage XR
23 20 April 2016 70 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
24 21 April 2016 55 Tahun P Metformin + Glibenklamid

31
25 21 April 2016 56 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
26 26 April 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
27 2 Mei 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
28 9 Mei 2016 63 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 1 Mg
29 23 Mei 2016 69 Tahun P Metformin
30 29 Mei 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
31 1 Juni 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
32 2 Juni 2016 56 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
33 2 Juni 2016 62 Tahun L Glucophage XR
34 3 Juni 2016 55 Tahun P Metformin + Glibenklamid
35 6 Juni 2016 50 Tahun P Metformin + Glimepiride
36 13 Juni 2016 54 Tahun P Metformin + Glibenklamid
37 14 Juni 2016 63 Tahun P Metformin + Glibenklamid
38 15 Juni 2016 69 Tahun L Metformin + Glibenklamid
39 17 Juni 2016 57 Tahun P Metformin + Glibenklamid
40 21 Juni 2016 68 Tahun P Metformin + Glimepiride
41 22 Juni 2016 70 Tahun L Metformin
42 26 Juni 2016 50 Tahun P Metformin
43 30 Juni 2016 75 Tahun L Glucophage XR
44 1 Juli 2016 72 Tahun L Glucophage XR + Amaryl 3 Mg
45 1 Juli 2016 57 Tahun L Glucophage XR
46 1 Juli 2016 68 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 3 Mg
47 11 Juli 2016 56 Tahun L Glucophage XR
48 12 Juli 2016 63 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
49 13 Juli 2016 52 Tahun L Glumin
50 15 Juli 2016 68 Tahun L Metformin + Glibenklamid
51 19 Juli 2016 56 Tahun P Metformin
52 19 Juli 2016 79 Tahun P Metformin + Glimepiride
53 19 Juli 2016 68 Tahun P Metformin + Glimepiride
54 20 Juli 2016 68 Tahun P Glucophage XR
55 25 Juli 2016 61 Tahun L Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
56 26 Juli 2016 65 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg
57 26 Juli 2016 59 Tahun P Metformin + Glibenklamid
58 26 Juli 2016 56 Tahun P Metformin
59 27 Juli 2016 58 Tahun P Metformin + Glibenklamid
60 29 Juli 2016 55 Tahun P Glucophage XR + Amaryl 2 Mg

32

Anda mungkin juga menyukai