I. PEKERJAAN PERSIAPAN
C. Pemasangan Bouwplank
1. Pada setiap pembuatan bangunan, dipasang bouwplank/profil dan mencantumkan
elevasi serta nama bangunannya. Pemasangan bouwplank/profil berdasarkan peil
elevasi ketinggian dari patok hasil pengukuran Uitzet dan pemasangannya dapat
dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan selesai dan benar serta mendapat
persetujuan dari Direksi.
2. Bouwplank dibuat dari papan kayu kelas III yang lurus dan rata, untuk
membimbing pelaksanaan dilapangan digunakan tarikan benang dan kapur
bangunan agar terlihat bentuk tanah yang akan digali ataupun bangunan yang
akan dipasang, untuk pekerjaan tanah profil dipasang setiap jarak 25 m ataupun
lebih rapat bila diperlukan sehingga terlihat penampang yang harus digali ataupun
yang harus ditimbun.
B. Pekerjaan Plesteran
1. Tahapan Pekerjaan :
a. Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 3 PP (12,5
Mpa) dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
b. Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi
dulu dengan air.
c. Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm.
d. Penyelesaian dan perapihan setelah pelesteran.
e. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
C. Pekerjaan Acian
1. Tahapan Pekerjaan :
a. Semen dan air dicampur dan diaduk menggunakan Sendok bata.
b. Sebelum acian dimulai, permukaan plesteran dibersihkan dan dibasahi dulu
dengan air.
c. Penyelesaian dan perapihan setelah acian.
d. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
D. Pekerjaan Bronjong
1. Tahapan Pekerjaan :
a. Pemasangan patok dan benang untuk menandakan daerah penggalian untuk
pemasangan bronjong berdasarkan dimensi jaring dan disain. Termasuk
tempat ruangan untuk pemadatan material pada bagian luar penempatan
bronjong. Pastikan kemiringan yang tepat dibuat pada saat penggalian,
paling tidak 1:2 (450). Seandainya dibutuhkan gunakan penopang dan
lembaran papan untuk penahan. Pastikan daerah penggalian selalu kering
dengan menggunakan pompa air.
b. Selama penggalian, letakkan jaring bronjong pada pinggir slope dan mulai
pembentukan memanjang, dan dengan ukuran lebar x tinggi yaitu 1000 X
500. Bungkus jaring hingga berbentuk kotak dan ikatkan bersama bagian
tepinya menggunakan kawat yang telah digavanisir d = 3 mm, jepit dan
ikatkan serta dipotong dengan menggunakan tang.
c. Lanjutkan perletakan dan pengisian jaring bronjong dan tumpukan lalu ikatkan
semua. Semakin banyak dinding bagian dalam di dapat, maka bronjong
semakin kuat, karena itu maka setiap bronjong harus diikatkan secara
bersama-sama dengan sebelumnya secara sejajar. Bronjong yang diletakkan
diatas untuk setiap susunan harus dihubungkan juga untuk dengan yang
lainnya. Seandainya bronjong mempunyai bentuk memanjang sisi bagian
bawah jaring harus dipasang daya tahan dan memperkuat struktur.
d. Rongga antara bagian belakang dinding bronjong dengan kemiringan bekas
galian harus ditimbun kembali dan dilakukan pemadatan dengan
menggunakan material berukuran 0 – 150 mm.
e. Ketika struktur bronjong telah selesai, akan dipastikan semua celah
disekeliling bronjong ditimbun kembali dan dipadatkan dengan baik.
f. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
V. MANAJEMEN PROYEK
1. Struktur Organisasi
Proyek ini akan dikerjakan oleh Tim Kerja yang dikendalikan oleh seorang
Penanggung Jawab Teknis dengan dibantu oleh Pelaksana Teknis dan Pelaksana
Administrasi. Berikut bentuk struktur organisasi dalam Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan
Irigasi DI. Cikuray.
2. Komunikasi
Pengelolaan komunikasi di lapangan antara lain terdiri dari ;
a. Komunikasi antar personil inti.
b. Komunikasi antara anggota tim proyek dengan berbagai agen perusahaan
pemasok, penyewaan, dan sebagainya.
c. Antara kantor pusat dan lapangan.
d. Antara proyek dengan pemerintah atau masyarakat umum setempat.
Penyelenggaraan komunikasi yang lancar tentu akan menghasilkan kinerja yang baik
bagi konstruksi.
VI. METODE PELAKSANAAN MANAJEMEN
1. Tenaga Kerja
Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan :
a. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
b. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
c. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
d. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung.
e. Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.
2. Pemilihan Alat
a. Memastikan alat dirawat sesuai prosedur.
b. Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
c. Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat yang
bersifat aus.
d. Bila perlu menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan.
3. Bahan/Material
a. Pemilihan Material
Untuk pemilihan material permanen pada suatu proyek konstruksi, harus sesuai
dengan ketentuan yang tertera dalam gambar kerja dan spesifikasi yang terdapat
dalam kontrak
b. Pemilihan Pemasok Material
Pemilihan pemasok material pada dasarnya ditentukan pada penawaran harga
terendah, namun ada beberapa faktor lain yang dipertimbangkan sebelum
memutuskan, yaitu :
- Kehandalan pemasok
- Ukuran pemasok
- Layanan purna jual yang ditawarkan pemasok
- Syarat pembayaran yang diminta oleh pemasok
- Kualitas material yang dipasok
- Kemampuan pemasok untuk menyediakan material dalam keadaan tidak
terjadwal
c. Pembelian Material
Pengendalian pembelian dilakukan oleh petugas pembelian dengan
menggunakan buku pesanan pembelian yang dibuat dalam beberapa rangkap.
Masing-masing rangkap diserahkan kepada pihak-pihak yang terkait untuk
kelengkapan administrasi proyek. Rincian yang harus dimasukkan dalam buku
pesanan pembelian adalah :
- Nama dan alamat pemasok
- Nama orang yang memesan material
- Rincian material yang dibutuhkan
- Perintah penyerahan material
- Harga material yang dipesan
- Nama petugas yang bertanggung jawab terhadap pembelian material.
- Rincian untuk administrasi akutansi biaya pembelian material
d. Pengiriman Material
Pengiriman material berdasarkan surat permintaan pembelian material yang telah
disetujui dengan jaminan bahwa material yang akan dikirim pemasok sesuai
dengan spesifikasi dan dikirim ke lokasi yang tepat dan waktu yang diminta. Bila
pemasok tidak bisa menyanggupi pengadaan material yang dibutuhkan pada
waktu dan tempat yang telah ditetapkan, maka bagian pengiriman material
mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut, langkah-
langkah yang mungkin dilakukan adalah :
- Mengubah material yang diminta "misalnya merk atau ukuran yang telah
mendapat persetujuan lebih dahulu dari pihak yang berwenang.
- Mengatur dan melakukan uji coba pada material yang tidak standar untuk
mengetahui kinerja dari material tersebut.
- Membatalkan pesanan dan memesan pada pemasok lain.
e. Penerimaan Material
Material-material yang dipasok merupakan suatu hasil dari surat permintaan
pembelian yang wajib diperiksa pada saat penyerahan oleh bagian pelaksana
Administrasi. Sebelum material dibongkar, petugas administrasi memeriksa
terlebih dahulu bahwa material-material yang diserahkan benar-benar material
pesanan yang merupakan bagian dari pelaksanaan proyek. Hal-hal yang perlu di
periksa oleh petugas adalah :
- Material yang diserahkan telah diuji coba dan disetujui sesuai dengan
spesifikasi.
- Kuantitas material pada saat diserahkan harus sama dengan permintaan.
- Kualitas material merk harus sama dengan catatan penyerahan.
- Material-material yang diserahkan harus dalam susunan yang baik.
Setelah petugas selesai memeriksa penyerahan material dan hasilnya baik, maka
catatan penyerahan yang terdiri dari 2 rangkap sebagai bukti tanda terima harus
ditandatangani. rangkap pertama dikembalikan kepada petugas yang menyerahkan
sedangkan rangkap kedua disimpan sebagai arsip yang digabungkan dalam satu
gandaan surat permintaan pembelian sebagai laporan untuk kelengkapan administrasi.
Laporan-laporan ini akan dijadikan dokumen yang akan diserahkan pada pemegang
pembukuan sebagai informasi perihal penerimaan material yang dipesan, sehingga
dapat mempersiapkan pembayaran kepada pemasok ketika mengajukan
penagihannya.
4. Pengamanan ( Security )
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, CV. Dua Putra Panjalu akan
menyediakan tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas dalam hal :
- Pengamanan terhadap proyek pada umumnya
- Pengamanan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk pencegahan dari
pencurian
- Menjaga dan membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar lokasi proyek,
agar pelaksanaan proyek mendapat dukungan dari lingkungan setempat sehingga
tidak mendapat kendala dari lingkungan/masyarakat sekitar.
5. Program K3
Pelaksanaan K3 dilakukan sesuai dengan Rencana Usulan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Pelaksanaan K3 meliputi:
a. Menyusun instruksi kerja.
b. Menyediakan peralatan keselamatan kerja seperti helm, sarung tangan, sepatu
keselamatan.
c. Membuat rambu-rambu keselamatan.
d. Menyediakan perlengkapan P3K.
e. Melakukan pelatihan kepada pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Jadwal Pekerjaan
Jadwal Pekerjaan akan dijabarkan lebih detail (bulanan dan mingguan) dan akan
dimonitor secara cermat menggunakan laporan harian dan mingguan. Pengontrolan
secara keseluruhan akan dituangkan dalam bentuk Bar Chart. Aktivitas yang
ditunjukkan pada Bar Chart terdiri dari waktu untuk persiapan dan persetujuan
gambar-gambar dan contoh-contoh, pengadaan bahan, dan peralatan. Kemajuan
pekerjaan selanjutnya akan diplot dalam kurva-S yang menunjukkan perbandingan
antara kemajuan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan.
Untuk koordinasi dalam pelaksanaan proyek, maka rapat-rapat akan dilaksanakan secara
rutin antara pihak Kontraktor, Konsultan Pengawas, dan Direksi Pekerjaan sebagaimana
dituang dalam kontrak. Demikian juga rapat internal antar bagian dalam organisasi
kontraktor akan dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu dan berfungsi
membahas dan koordinasi pelaksanaan pekerjaan, permasalahan dan penyelesaiannya
serta program pelaksanaan di lapangan. Hal tersebut bertujuan agar tercipta suasana
komunikasi kerja yang harmonis sehingga mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan.
Disamping itu CV. Dua Putra Panjalu juga menerapkan sistem koordinasi yang sinergis
antara semua pihak yang terkait dalam kegiatan ini. Dalam pelaksanaan sistem koordinasi
tersebut terdapat
garis instruksi, garis koordinasi, dan garis konsultasi antara beberapa pihak tertentu. Garis
instruksi merupakan garis/hubungan pemberian instruksi/tugas pelaksanaan pekerjaan dari
hirarki yang lebih tinggi (dalam hal ini pemberi tugas) ke pihak pelaksana (kontraktor dan
konsultan). Garis koordinasi adalah garis/hubungan pertanggungjawaban pelaksanaan
pekerjaan dan hubungan koordinatif dari pihak pelaksana (kontraktor dan konsultan) ke
hirarkhi yang lebih tinggi (pemberi tugas), sementara garis konsultasi adalah
hubungan/garis dari dua belah pihak (kontraktor dan konsultan) yang sejajar
kedudukannya yang bersifat konsultatif. Adapun hubungan antara pemberi tugas, direksi
lapangan, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor di gambarkan seperti
bagan dibawah ini :
IX. PENUTUP
Demikian secara singkat metode pelaksaan yang akan kami laksanakan di lapangan
apabila kami dari CV. Dua Putra Panjalu ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan dan
uraian langkah-langkah kerja secara detail akan kami konsultasikan dengan direksi
lapangan maupun dengan pihak proyek.