Anda di halaman 1dari 4

CONTEKAN

Peringkat pertama, sampah terbanyak ada di Gunung Rinjani. Ini terjadi karena sikap tidak
disiplin pengunjung dalam membuang sampah. Pemerintah mengusulkan adanya sistem
hukuman dan hadiah bagi pendaki terkait kebersihan lereng gunung. Pendaki harus mendata
logistik mereka sebelum naik dan menyerahkan bungkus sisa logistik mereka sebelum naik dan
menyerahkan bungkus sisa logistik ketika kembali turun. Apabila jumlah bungkusnya tidak
sesuai maka pendaki harus bersih-bersih sekitar lereng gunung.

Diperkirakan sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera.
Bahkan, kedalaman sampah plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai hampir 100 meter
dari permukaan laut. Sampah plastik juga telah menjadi salah satu sumber pencemaran laut di
Indonesia.

Per harinya, setiap manusia membuang sampah 0,5 kg sampah makanan. Menurut Dinas
Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, sampah DKI Jakarta menuju Bantargebang, Bekasi mencapai
7500 ton/hari dengan 750 truk pengangkut sampah oleh petugas kebersihan. Hal ini
menyebabkan per tahun mencapai 2,7 juta ton sampah dengan paling banyak yaitu sampah
makanan mencapai 54%.

Bermula dari sampah masyarakat, masing-masing kita produksi menghasilkan 0,5 kg dalam
sehari tanpa dipilah dan diolah terlebih dahulu. Sampah menumpuk dan karena terkena hujan
mengakibatkan gas metana keluar naik dari tumpukan sampah. Gas metana terjebak dan
mengumpul karena sampah tidak memiliki ventilasi yang mengakibatkan timbunan gas
bersentuhan dengan udara. Dari sinilah bisa terjadi pijar api disertai ledakan.

Dalam proses alam, sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-
produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam itu berlangsung. Sampah
dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah
dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka
akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius.

Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan serangga (lalat,
kecoa, kutu, dan lai-lain) yang membawa kuman penyakit. Akan tetapi manusia tidak
menyadari bahwa setiap hari pasti manusia menghasilkan sampah, baik sampah
organik maupun sampah anorganik.

3. Produk Penyumbang Sampah Terbanyak Dalam rangka memperingati World Clean-up Day yang
berlangsung pada 15 September 2018, Greenpeace Indonesia melakukan audit sampah plastik di
tiga pantai Indonesia. Tiga pantai tersebut adalah pantai Kuk Cituis (Tangerang), Pandansari
(Yogyakarta), dan Mertasari (Bali). Hasilnya, mereka menemukan 10.594 sampah plastik bekas
kemasan produk dengan 797 merek berbeda. Untuk rinciannya, ada 594 merek makanan dan
minuman, 90 merek produk perawatan tubuh, 86 merek kebutuhan rumah tangga, serta limbah
produk lain termasuk puntung rokok 27 merek. Menurut data Greenpeace Indonesia, produksi
sampah di Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Sebanyak 10,4 juta ton atau 16 persen
merupakan sampah plastik. Dari 10,4 juta ton itu, sampah yang didaur ulang hampir 1 juta ton atau
sekitar 9 persen dan yang dibakar sekitar 1,2 juta ton atau sekitar 12 persen. Artinya, 8,2 juta ton
atau 79 persen sampah plastik berakhir begitu saja di TPA maupun tempat umum seperti pantai.

Sampah Plastik Tewaskan Paus di Wakatobi Seekor paus sperma yang ditemukan dalam keadaan
mati dan membusuk di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, pada Senin (19/11/2018) menggegerkan
banyak pihak. Terlebih lagi, ketika ditemukan skitar 5,9 kg sampah plastik di dalam tubuh paus
tersebut. Sontak membuat banyak orang berspekulasi tentang bagaimana mamalia laut yang
berukuran 9,5 meter tersebut mati. Temuan ini pun menjadi bukti kuat bahwa pada saat ini,
Indonesia berada dalam masa darurat sampah plastik. Pasalnya, lokasi kematian paus sperma
tersebut berada di kawasan konservasi Taman Nasional Perairan (TNP) Wakatobi yang seharusnya
menjadi wilayah aman bagi biota laut. Dalam konteks Wakatobi, diakui oleh Anton Wijonarno,
Manager Konsevasi Kawasan Laut untuk WWF Indonesia, TNP tersebut memang mengalami
kemunduruan dalam sisi kebersihan lingkungannya. Baca juga: Teguran buat Kita, Paus yang Mati
di Wakatobi Tercemar 5 Kg Plastik 5. Plastik Cemari Garam dan Ikan Pencemaran plastik di laut
semakin mengkhawatirkan. Selain mencemari organisme laut, fenomena ini juga mengancam
manusia. Studi terbaru menemukan kandungan mikroplastik pada garam dan ikan di Indonesia.
Melansir Kompas.id, Jumat (30/11/2018), plastik mikro pada garam dan ikan di Indonesia
ditunjukkan lewat dua penelitian terpisah yang dilakukan peneliti Universitas Hasanuddin (Unhas),
Makassar dan Pusat Oceanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Kami menemukan
adanya 10-20 partikel mikroplastik per kilogram garam. Jenis plastik pada garam mirip dengan
temuan di air, sedimen, dan biotanya," kata peneliti kimia laut dan ekotoksikologi Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI Reza Cordova, di Jakarta, Kamis (29/11/2018). Reza melakukan penelitian
kandungan mikroplastik pada garam di beberapa tambak di daerah pantai utara Jawa, meliputi Pati,
Kudus, Demak, dan Rembang. Sebelumnya, sebuah penelitian dari Organisasi jurnalisme Orb
Media dan State University of New York menemukan 11 merk air dalam kemasan tercemar
mikroplastik. Kabar buruknya, terdapat dua merk asal Indonesia yang termasuk dalam obyek
penelitian tersebut.

Fakta Sampah Plastik di Indonesia


yang Sangat Mengejutkan, Apakah
Anda Sudah Tahu?
Masalah lingkungan menjadi persoalan bagi negeri ini dan fakta sampah plastik di
Indonesia menjadi penyebab kerusakan alam. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) pun menyatakan bahwa timbulan sampah nasional diperkirakan sudah
mencapai 175.000 ton per hari/ setara 64 juta ton per tahun. Apesnya diperkirakan 3,2 juta
ton per tahun sampah plastik yang dibuang ke laut.

Angka nan dahsyat dalam menghasilkan sampah plastik tersebut membuat Indonesia
berprestasi sebagai pencemar peringkat ke ke dua di bawah China.

Bank Dunia menjelaskan dalam kajian cepat dengan judul “Hotspot Sampah Laut Indonesia”
yang dirilis tahun 2018 bahwa Indonesia mempunyai kawasan pesisir luas dan menghasilkan
3,22 juta ton sampah yang tak terkelola dengan baik. Dari jumlah tersebut terjadi kebocoran
0,48-1,29 juta ton metrik per tahun sampah plastik di laut.
Kondisi tersebut menjadi perhatian banyak pihak, salah satunya laporan dari World
Economic Forum dan Ellen MacArthur Foundation yang memperkirakan bakal lebih banyak
plastik dari pada ikan (dihitung dari jumlah beratnya) pada tahun 2050. Apabila tidak
dilakukan upaya mengurangi pembuangan sampah plastik dan berhenti untuk
menggunakan plastik berbasis fosil.

Lalu Siapa yang bertanggung jawab terhadap


jumlah sampah plastik di Indonesia?
Sampah plastik sebaiknya diapaka? Sesuai amnat UU No.18 Tahun 2008, pengelolaan
sampah plastik di Indonesia menjadi tanggung jawab pemerintah kota dan kabupaten.
Namun, upaya pengelolaan sampah belum sepenuhnya berjalan dengan terencana.

Pemerintah lokal sering terkendala pendanaan yang tinggi untuk mengumpulkan sampah
dan perawatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Masalah TPA bahkan membuat konflik
antar daerah, seperti masalah antara Pemerintah Kota Jakarta dan Bekasi yang
mempersoalkan dana pengelolaan sampah.

Pemerintah daerah di bawah tanggung jawab Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(Bappeda) dan Dinas Kebersihan adalah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
sampah. Adapaun tanggung jawab lembaga tersebut sebagai berikut:

 Mengumpulkan dan mengangkut sampah rumah tangga ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).

 Lalu, sampah dari TPS/TPST diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah
lokal.

 Pengangkutan sampah suatu kawasan ke TPA menjadi tanggung jawab pengelola
kawasan, seperti perumahan, perdagangan, atau industri.

Namun, kalau pelaksanaan pengelolaan sampah sepenuhnya diberikan kepada pemerintah,


maka masyarakat tidak memiliki kesadaran tentang bahaya sampah. Sehingga, pendekatan
lain pun dilakukan, misalnya membangun kesadaran masyarakat mengurangi sampah dari
rumah.

Namun, untuk membuat kesadaran tersebut berdampak luas, Pemerintah Pusat perlu turun
tangan dalam mengkampanyekan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.

Kebijakan tersebut sudah mulai dilakukan oleh Pemerintah Bogor dengan aturan yang
dicanangkan oleh Walikota Bima Arya yang melarang penggunaan plastik di ritel moden
dan pusat perbelanjaan sejak 1 Desember 2018. Begitu pula, Gubernur Bali Wayan Koster
melarang digunakannya, plastik, styrofoam dan sedotan plastik sejak 24 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai