Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa
pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan
pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang
tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa kali perubahan.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab kurikulum sebagai perangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaannya
pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan
yang dianutnya. Menurut pandangan lama, sejak zaman Yunani Kuno, kurikulum

1
merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari
siswa. Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi pelajaran. Pendapat-
pendapat yang muncul telah beralih dari penekanan terhadap isi menjadi lebih
menekankan pada pengalaman belajar (Sukmadinata, 2005).
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan
dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan
itu. Dari buku tersebut dapat diketahui pengetahuan dan dimensi kurikulum, serta
fungsi dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum
yang lain.
Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan memiliki keterkaitan
yang signifikan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan yang terdiri atas
indikator input, proses, dan outcomes. Rangkaian logis hubungan kurikulum dan
pencapaian mutu pendidikan adalah sebagai berikut: (1) adanya input yang
memiliki kesiapan mental untuk mempelajari berbagai kompetensi yang terdapat
dalam kurikulum, guru, buku pelajaran, dan peran orang tua; (2) adanya outcomes
yang berkualitas dan memenuhi produk dari rangkaian proses sebelumnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Ada dua dimensi kurikulum yang pertama adalah rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Pada kurikulum 2013 memenuhi
kedua dimendi tersebut.

Belum lama ini pemerintah membuat kurikulum baru yang bernama


Kurikulum 2013. Kurikulum ini berorientasi pada tiga aspek potensi manusia
seperti yang diungkapkan oleh Benjamin S. Bloom dalam teorinya bernama
taxonomy bloom. Ketiga aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kurikulum ini dibuat dengan alasan bahwa kurikulum terdahulu
tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak menekankan pada sumber
daya manusia yang berkarakter karena hanya berfokus pada pengetahuan yang
bersifat kognitif.

2
Dilatarbelakangi hal-hal tersebut penulis mengangkat sebuah makalah
dengan judul “Telaah Kurikulum SMP”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan kurikulum pada mata pelajaran matematika di
Indonesia?
2. Bagaimana struktur kurikulum SMP di Indonesia?
3. Bagaimana model pembelajaran matematika SMP?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perubahan kurikulum pada mata pelajaran matematika
di Indonesia.
2. Untuk mengetahui struktur kurikulum SMP di Indonesia.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran matematika SMP.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu serta wawasan


pembaca mengenai pemahaman tentang kurikulum yang diterapkan di
Indonesia khususnya pada jenjang SMP. Serta sebagai sumber informasi
mengenai kurikulum yang diterapkan di Indonesia khususnya pelajaran
matematika pada jenjang SMP.
2. Bagi penulis, dapat memeroleh informasi yang lebih mendalam mengenai
kurikulum di Indonesia khususnya pada jenjang SMP. Sehingga
menambah wawasan penulis dalam mata kuliah telaah kurikulum.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Kurikulum pada Mata Pelajaran Matematika di Indonesia


Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat
(19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Adapun perubahan mendasar dari perkembangan kurikulum yang ada di
Indonesia ini, yaitu berupa: 1) Konsep kurikulum, 2) Buku, 3) Proses
Pembelajaran, 4) Proses Penilaian. Konsep kurikulum seimbang antara hardskill
dan softskill dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Penilaian. Buku yang digunakan berbasis kegiatan (activity
base) dan untuk SD ditulis secara terpadu (tematik terpadu).
Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum, pertama pada KBK
2004 dan KTSP 2006 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi,
sedangkan Kurikulum 2013 Standar Kompetesi Lulusan diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, KBK 2004 dan KTSP 2006, Standar Isi dirumuskan
berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran)
yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran,
sedangkan Kurikulum 2013 Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi
Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, pemisahan
antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan berada pada KBK 2004 dan KTSP 2006, sedangkan semua mata
pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan pada Kurikulum 2013. Keempat, pada KBK 2004 dan KTSP 2006
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran, sedangkan pada Kurikulum 2013
mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, mata
pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
pada KBK 2004 dan KTSP 2006, sedangkan semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti (tiap kelas) pada Kurikulum 2013.

4
2.1.1 Sebelum Kurikulum 2013
Sejak Indonesia merdeka berturut-turut diberlakukan Kurikulum 1947
(Rentjana Peladjaran), Kurikulum 1952 (Rentjana Peladjaran Terurai), Kurikulum
1964 (Rentjana Pendidikan 1964), dan Kurikulum 1968. Istilah matematika
sendiri baru muncul pada Kurikulum 1968 sebagai bagian dari Mata Pelajaran
Ilmu Pasti pada tingkat SMA. Sedangkan istilah matematika sebagai nama mata
pelajaran, baru digunakan pada Kurikulum 1975 pada jenjang SD, SMP, dan
SMA.
Ciri pembelajaran matematika pada kurikulum 1968 antara lain sebagai
berikut: penekanan lebih diberikan pada keterampilan berhitung, lebih
mengutamakan hafalan, program berhitung kurang memperhatikan aspek
kontinuitas dengan materi berikutnya, kurang terkait dengan dunia luar, dan
penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta
rasa ingin tahu anak.
Pada tahun 1975, terjadi perubahan besar dengan dimasukannya
matematika modern. Matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai
berikut: terdapat topik himpunan, pergeseran ke pengajaran yang lebih
mengutamakan pengertian, soal lebih diutamakan yang pemecahan masalah, ada
kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antar jenjang, terdapat penekanan
kepada struktur, program pengajaran memperhatikan keberagaman antar siswa,
pergeseran ke pengajaran yang lebih berpusat pada siswa, metode mengajar lebih
ke penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi, serta upaya
pengajaran matematika lebih menarik, misalnya melalui permainan, teka-teki, atau
kegiatan lapangan. Sementara perubahan ke Kurikulum 1984 sebenarnya tidak
terlalu banyak. Perbedaan utama, pada Kurikulum 1984 ini materi pengenalan
komputer mulai diberikan.
Pada tahun 1994 terjadi lagi perubahan terhadap kurikulum. Pada
kurikulum matematika SD ini, terdapat penekanan khusus pada penguasaan
bilangan (number sense) termasuk di dalamnya berhitung. Untuk SLTP, bahan
kajian intinya mencakup: aritmetika, aljabar, geometri, peluang, dan statistika.
Terdapat upaya untuk menanamkan pemikiran deduktif yang ketat melalui

5
struktur deduktif terbatas pada sebagian bahan geometri. Materi matematika SMU
terdapat pengenalan teori graf (bagian matematika diskrit).
Pada tahun 2006 terjadi lagi perubahan dan masyarakat mengenalnya
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Ciri-ciri kurikulum
pendidikan matematika adalah dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu,
berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan, terdapat penekanan pada
pengembangkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir logis,
kritis, dan kreatif serta kemampuan mengkomunikasikan matematika, mencakup
komponen kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator hasil pencapaian
belajar, terdapat sedikit perubahan pada cakupan materi misalnya dengan
dimaksukkannya pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi matematis,
namun bukan merupakan pokok bahasan lebih merupakan tujuan pembelajaran
(Kurikulum KTSP, 2006).

2.1.2 Kurikulum 2013


Tema pengembangan Kurikulum 2013 sesuai UU Nomor 20 Tahun 2003,
yaitu kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang: produktif,
kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada
tahun 2004 dan Kurikulum 2006. Di dalam kerangka pengembangan kurikulum
2013, hanya 4 standar yang berubah, yakni Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Standar Kompetensi Lulusan
adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada

6
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Proses adalah kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai SKL.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Pada Kurikulum
2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan SKL berdasarkan
kesiapan siswa, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi
ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar
kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan
kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih
diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani
dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan
memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang memberatkan guru. Kurikulum
2013 dikembangkan berdasarkan rasional berikut:
1. Tantangan internal. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada
8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi SI, standar proses, SKL,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan lainnya terkait perkembangan penduduk usia
produktif Indonesia. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
2. Tantangan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait pendidikan. Tantangan eksternal
juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang
pendidikan.
3. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan.
Hal ini antara lain dikarenakan banyak materi uji yang ditanyakan tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.

7
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar
mata pelajaran;
5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua KD dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam KI;
6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/menalar, dan
mengomunikasikan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
soft skills serta hard skills siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang
memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya
“sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran
harus mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana hal itu diperoleh siswa.

8
Kriteria buku dalam Kurikulum 2013, adalah sebagai berikut: 1) Dalam
Kurikulum 2013 buku ditulis mengacu kepada konsep kurikulum, 2) Dalam
mengajar ada dua jenis buku (buku siswa dan buku guru), 3) buku siswa lebih
ditekankan pada activity base bukan merupakan bahan bacaan, 4) setiap buku
memuat model pembelajaran dan project yang akan dilakukan oleh siswa, 5)
Buku Guru memuat panduan bagi guru dalam mengajarkan materi kepada siswa.
Penguatan materi pada Kurikulum 2013 dilakukan dengan pengurangan
materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan
bagi peserta didik. Juga menambahkan materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional, serta penguatan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Cakupan materi di SMP meliputi bilangan rasional, real, pengenalan
aljabar, himpunan, geometri dan pengukuran (termasuk transformasi, bangun
tidak beraturan), dan statistika dan peluang (termasuk metode statistik sederhana).
No. Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1. Langsung masuk ke materi Mulai dari pengamatan permasalahan
abstrak. konkret, kemudia ke semi konkret, dan
akhirnya abstraksi permasalahan.
2. Banyak rumus yang harus Rumus diturunkan oleh siswa dan
dihafal untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan harus
permasalahan (hanya bisa dapat dikerjakan siswa hanya dengan
menggunakan). rumus-rumus dan pengertian dasar
(tidak hanya bisa menggunakan tetapi
juga memahami asal-usulnya).
3. Permasalahan matermatika Perimbangan antara matematika dengan
selalu diasosiasikan dengan angka dan tanpa angka (gambar, grafik,
(direduksi menjadi) angka. pola, dan sebagainya).
4. Tidak membiasakan siswa Dirancang supaya siswa harus berfikir
untuk berfikir kritis (hanya kritis untuk menyelesaikan
mekanistis). permasalahan yang diajukan.
5. Metode penyelesaian masalah Membiasakan siswa berfikir algoritmis.
yang tidak terstruktur.
6. Data dan statitistik dikenalkan Memperluas materi mencakup peluang,
di kelas IX saja. pengolahan, dan statistik sejak kelas VII
serta materi lain sesuai dengan standar
internasional.
7. Matematika adalah eksak. Mengenakan konsep pendekatan dan
perkiraan.

9
2.2 Struktur Kurikulum SMP/MTs
2.2.1 Pengertian Struktur Kurikulum SMP/MTs
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua
adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang
diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untukk
mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam
sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum
yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum
mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan
atau jenjang pendidikan. Dalam sruktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum
mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan
seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum
memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.

10
Stuktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:

1. Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenejang pendidikan
2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
pilihan mereka.

Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama


dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK)
sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7-
15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan
SMP.

2.2.2 Standar Kompetensi Lulusan SMP


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31
Ayat (3) mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat tersebut diterbitkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan
Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil
kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi
lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

11
disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang
harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menegah. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar
Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu
kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan
konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan
memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah dimensi
kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan.
Komponen ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal dimana
kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu satuan
pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan pendidikan
khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah,
masyarakat, dan lingkungan di mana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta
didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar
tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan
kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas
kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai
setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

12
Berdasarkan analisis kebutuhan, potensi, dan karakteristik sosial, ekonomi,
dan budaya daerah, maka ditetapkan SKL sebagai kriteria kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL terdiri tiga
ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap mencakup empat
elemen yaitu proses, individu, sosial, dan alam. Ranah pengetahuan mencakup
tiga elemen yaitu proses, abstrak, dan subyek. Sedangkan, ranah keterampilan
terbagi tiga elemen yaitu proses, abstrak, dan kongkrit. Setiap elemen digunakan
kata-kata operasional yang berbeda. Selanjutnya SKL diterjemahkan ke dalam
Kompetensi Inti yang berada di bawahnya.
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi
Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang
digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang
diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai berikut.
SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. Berkarakter, jujur, dan peduli,
3. Bertanggungjawab,
4. Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. Sehat jasmani dan rohani
Sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana
berkenaan dengan:
1. Ilmu pengetahuan,
2. Teknologi,
3. Seni, dan
4. Budaya
Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan
Metakognitif dijelaskan sebagai berikut.
Faktual Pengetahuan teknis dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan dengan ilmu

13
pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.
Konseptual Terminologi/istilah dan klasifikasi,
kategori, prinsip, generalisasi, dan teori
yang digunakan terkait dengan
pengetahuan teknis dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.
Prosedural Pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu atau kegiatan yang terkait
dengan pengetahuan teknis, spesifik,
algoritma, metode tingkat sederhana
berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya terkait
dengan masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional.
Metakognitif Pengetahuan tentang kekuatan dan
kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari
pengetahuan teknis dan spesifik tingkat
sederhana berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.
Keterampilan Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. Kreatif,
2. Produktif,
3. Kritis,
4. Mandiri,
5. Kolaboratif, dan
6. Komunikatif
Melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di
satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang
pendidikan memperhatikan:

a. Perkembangan psikologis anak;


b. Lingkup dan kedalaman;
c. Kesinambungan;

14
d. Fungsi satuan pendidikan; dan
e. Lingkungan.

2.2.3 Kompetensi Inti


Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan horizontal kompetensi dasar.
Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi
dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan
antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan
antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan kompetensi dasar dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama, sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Kompetensi inti sikap spiritual;


b. Kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi inti keterampilan.

Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait


yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan

15
(kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan
secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar
tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan
(kompetensi inti 4).
KELAS
VII VIII IX
Menghargai dan Menghargai dan Menghargai dan
menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
agama yang dianutnya. agama yang dianutnya. agama yang dianutnya.
Menghargai dan Menghargai dan Menghargai dan
menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, jawab, peduli (toleransi, jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, gotong royong), santun, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam percaya diri, dalam percaya diri, dalam
berinteraksi secara berinteraksi secara berinteraksi secara
efektif dengan efektif dengan efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan social dan lingkungan social dan
alam jangkauan alam jangkauan alam jangkauan
pergaulan dan pergaulan dan pergaulan dan
keberadaannya. keberadaannya. keberadaannya.
Memahami Memahami dan Memahami dan
pengetahuan (faktual, menerapkan menerapkan
konseptual, dan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual,
prosedural) berdasarkan konseptual, dan konseptual, dan
rasa ingin tahunya prosedural) berdasarkan prosedural) berdasarkan
tentang ilmu rasa ingin tahunya rasa ingin tahunya
pengetahuan, teknologi, tentang ilmu tentang ilmu
seni, budaya terkait pengetahuan, teknologi , pengetahuan, teknologi,
fenomena dana kejadian seni, budaya terkait seni, budaya terkait
tampak mata. fenomena dana kejadian fenomena dana kejadian
tampak mata tampak mata
Mencoba, mengolah, Mengolah, menyaji dan Mengolah, dan menyaji,
dan menyaji dalam menalar dalam ranah dan menalar dalam
ranah konkret konkret (menggunakan, ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan mengurai, merangkai
memodifikasi, dan membuat) dan ranah ,memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari mengarang) sesuai

16
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori. lain yang sama dalam
sudut pandang/teori. sudut pandang/teori.

2.2.4 Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi


pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau
kompetensi yang tersiri atas dikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus
dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran
sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan
tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi
hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan
organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non
disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekontruksi sosial, progesif,
atau pun humanisme. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai
dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka


menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4. Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.

17
KELAS VII
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati 1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama
ajaran agama yang dianutnya yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati 2.1 Menunjukkan perilaku konsisten dan teliti
perilaku jujur, disiplin, dalam melakukan aktivitas di rumah,
tanggungjawab, peduli sekolah, dan masyarakat sebagai wujud
(toleransi, gotong royong), implementasi pemahaman tentang operasi
santun, percaya diri, dalam hitung bilangan bulat dan pecahan.
berinteraksi secara efektif 2.2 Menunjukkan perilaku ingin tahu dalam
dengan lingkungan sosial dan melakukan aktivitas di rumah, sekolah,
alam dalam jangkauan dan masyarakat sebagai wujud
pergaulan dan keberadaannya implementasi penyelidikan operasi
bilangan bulat.
2.3 Menunjukkan perilaku jujur dan
bertanggung jawab sebagai wujud
implementasi kejujuran dalam melaporkan
data pengamatan.
2.4 Menunjukkan perilaku disiplin dalam
melakukan aktivitas di rumah, sekolah,
dan masyarakat sebagai wujud
implementasi pelaksanakan prosedur
dalam menggambar segitiga, garis tinggi,
garis bagi, garis berat, dan garis sumbunya
menggunakan penggaris, jangka, dan
busur
3. Memahami pengetahuan 3.1 Membandingkan dan mengurutkan
(faktual, konseptual, dan berbagai jenis bilangan serta menerapkan
prosedural) berdasarkan rasa operasi hitung bilangan bulat dan bilangan
ingin tahunya tentang ilmu pecahan dengan memanfaatkan berbagai
pengetahuan, teknologi, seni, sifat operasi.
budaya terkait fenomena dan 3.2 Memahami pengertian himpunan,
kejadian tampak mata himpunan bagian, komplemen himpunan,
operasi himpunan dan menunjukkan
contoh dan bukan contoh.
3.3 Menentukan nilai variabel dalam
persamaan dan pertaksamaan linear satu
variabel.
3.4 Memahami konsep perbandingan dan
menggunakan bahasa perbandingan dalam
mendeskripsikan hubungan dua besaran
3.5 Memahami pola dan menggunakannya
untuk menduga dan membuat generalisasi
(kesimpulan).
3.6 Memahami sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan
keliling dan luas.

18
3.7 Mendeskripsikan lokasi benda dalam
koordinat Kartesius.
3.8 Menaksir dan menghitung luas permukaan
bangun datar yang tidak beraturan dengan
menerapkan prinsip-prinsip geometri.
3.9 Memahami konsep transformasi (dilatasi,
translasi, pencerminan, rotasi)
menggunakan objek-objek geometri.
3.10 Menemukan peluang empirik dari data
luaran (output) yang mungkin diperoleh
berdasarkan sekelompok data.
3.11 Memahami teknik penyajian data dari dua
variabel menggunakan tabel, grafik
batang, diagram lingkaran, dan grafik garis
4. Mencoba, mengolah, dan 4.1 Menggunakan konsep aljabar dalam
menyaji dalam ranah konkret menyelesaikan masalah aritmatika sosial
(menggunakan, mengurai, sederhana.
merangkai, memodifikasi, dan 4.2 Membuat dan menyelesaikan model
membuat) dan ranah abstrak matematika dari masalah nyata yang
(menulis, membaca, berkaitan dengan persamaan dan
menghitung, menggambar, dan pertidaksamaan linier satu variabel.
mengarang) sesuai dengan 4.3 Menggunakan pola dan generalisasi untuk
yang dipelajari di sekolah dan menyelesaikan masalah.
sumber lain yang sama dalam 4.4 Menggunakan konsep perbandingan untuk
sudut pandang/teori menyelesaikan masalah nyata dengan
menggunakan tabel dan grafik.
4.5 Menyelesaikan permasalahan dengan
menaksir besaran yang tidak diketahui
menggunakan grafik.
4.6 Menerapkan prinsip-prinsip transformasi
(dilatasi, translasi, pencerminan, rotasi)
dalam memecahkan permasalahan nyata.
4.7 Menyelesaikan permasalahan nyata yang
terkait penerapan sifat-sifat persegi
panjang, persegi, trapesium, jajargenjang,
belah ketupat, dan layang-layang
4.8 Mengumpulkan, mengolah,
menginterpretasi, dan menyajikan data
hasil pengamatan dalam bentuk tabel,
diagram, dan grafik.
4.9 Melakukan percobaan untuk menemukan
peluang empirik dari masalah nyata serta
menyajikannya dalam bentuk tabel dan
grafik

19
KELAS VIII
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati 1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama
ajaran agama yang dianutnya. yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati 2.1 Menunjukkan perilaku teliti dan sesuai
perilaku jujur, disiplin, prosedur dalam melakukan ativitas di
tanggungjawab, peduli rumah, sekolah, dan masyarakat sebagai
(toleransi, gotong royong), wujud implementasi menggambar sketsa
santun, percaya diri, dalam grafik fungsi aljabar sederhana pada
berinteraksi secara efektif sistem koordinat Kartesius mengikuti
dengan lingkungan sosial dan prosedur.
alam dalam jangkauan 2.2 Menunjukkan perilaku ingin tahu dalam
pergaulan dan keberadaannya melakukan aktivitas di rumah, sekolah,
dan masyarakat sebagai wujud
implementasi penyelidikan sifat-sifat
kubus, balok, prisma, dan limas serta
bagian-bagiannya melalui alat peraga.
2.3 Menunjukkan perilaku jujur dan
bertanggung jawab sebagai wujud
implementasi kejujuran dalam melaporkan
data pengamatan
3. Memahami dan menerapkan 3.1 Menerapkan operasi aljabar yang
pengetahuan (faktual, melibatkan bilangan rasional dan pecahan.
konseptual, dan prosedural) 3.2 Menentukan nilai variabel persamaan
berdasarkan rasa ingin tahunya linear dua variabel dalam konteks nyata.
tentang ilmu pengetahuan, 3.3 Menentukan nilai persamaan kuadrat
teknologi, seni, budaya terkait dengan satu variabel yang tidak diketahui.
fenomena dan kejadian tampak 3.4 Menentukan gradien persamaan dari grafik
mata. garis lurus.
3.5 Menyajikan fungsi dalam berbagai bentuk
relasi, pasangan berurut, rumus fungsi,
tabel, grafik, dan diagram.
3.6 Memahami unsur, keliling, dan luas dari
lingkaran.
3.7 Memahami hubungan sudut pusat, panjang
busur, dan luas juring.
3.8 Memahami Teorema Pythagoras melalui
alat peraga dan penyelidikan berbagai pola
bilangan.
3.9 Menentukan luas permukaan dan volume
kubus, balok, prisma, dan limas.
3.10 Menerapkan lokasi benda dalam koordinat
Kartesius dalam menjelaskan posisi relatif
terhadap acuan tertentu.
3.11 Menaksir dan menghitung volume
permukaan bangun ruang yang tidak
beraturan dengan menerapkan geometri

20
dasarnya.
3.12 Memahami konsep perbandingan dengan
menggunakan tabel, grafik, dan
persamaan.
3.13 Menemukan peluang empirik dan teoritik
dari data luaran (output) yang mungkin
diperoleh berdasarkan sekelompok data
nyata.
3.14 Memahami teknik penyajian data dari dua
variabel menggunakan tabel, grafik
batang, diagram lingkaran, dan grafik garis
dengan komputer serta menganalisis
hubungan antar variabel.
4. Mengolah menyaji, dan 4.1 Membuat dan menyelesaikan model
menalar dalam ranah konkret matematika dari masalah nyata yang
(menggunakan, mengurai, berkaitan dengan persamaan linear dua
merangkai, memodifikasi, dan variabel.
membuat) dan ranah abstrak 4.2 Menggunakan konsep perbandingan untuk
(menulis, membaca, menyelesaikan masalah nyata dengan
menghitung, menggambar, dan menggunakan tabel, grafik, dan
mengarang) sesuai dengan persamaan.
yang dipelajari di sekolah dan 4.3 Menggunakan pola dan generalisasi untuk
sumber lain yang sama dalam menyelesaikan masalah nyata.
sudut pandang/teori. 4.4 Menyelesaikan permasalahan dengan
menaksir besaran yang tidak diketahui
menggunakan grafik, aljabar, dan
aritmatika.
4.5 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk
menyelesaikan berbagai masalah.
4.6 Menyelesaikan permasalahan nyata yang
terkait penerapan hubungan sudut pusat,
panjang busur, dan luas juring.
4.7 Mengumpulkan, mengolah,
menginterpretasi, dan menampilkan data
hasil pengamatan dalam bentuk tabel,
diagram, dan grafik dari dua variabel serta
mengidentifikasi hubungan antar variabel
4.8 Melakukan percobaan untuk menemukan
peluang empirik dari masalah nyata serta
membandingkannya dengan peluang
teoritik.

21
KELAS IX
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan 1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
menghayati ajaran dianutnya
agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan 2.1 Menunjukkan perilaku ingin tahu dalam
menghayati perilaku melakukan aktivitas di rumah, sekolah, dan
jujur, disiplin, masyarakat sebagai wujud implementasi
tanggungjawab, peduli mempelajari sifat-sifat segitiga sebangun dan
(toleransi, gotong kongruen.
royong), santun, 2.2 Menunjukkan perilaku konsisten dan teliti dalam
percaya diri, dalam melakukan aktivitas di rumah, sekolah, dan
berinteraksi secara masyarakat sebagai wujud implementasi
efektif dengan mempelajari barisan, deret aritmetika dan
lingkungan sosial dan geometri.
alam dalam jangkauan 2.3 Menunjukkan perilaku jujur dan bertanggung
pergaulan dan jawab sebagai wujud implementasi kejujuran
keberadaannya. dalam melaporkan data pengamatan.
3. Memahami dan 3.1 Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan
menerapkan bentuk akar dalam suatu permasalahan.
pengetahuan (faktual, 3.2 Memahami operasi aljabar yang melibatkan
konseptual, dan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar.
prosedural) 3.3 Menganalisis sifat-sifat fungsi kuadrat ditinjau
berdasarkan rasa ingin dari koefisien dan determinannya.
tahunya tentang ilmu 3.4 Memahami perbandingan bertingkat dan
pengetahuan, persentase, serta mendeskripsikan permasalahan
teknologi, seni, budaya menggunakan tabel, grafik, dan persamaan.
terkait fenomena dan 3.5 Menentukan orientasi dan lokasi benda dalam
kejadian tampak mata. koordinat kartesius serta menentukan posisi
relative terhadap acuan tertentu.
3.6 Memahami konsep kesebangunan dan
kekongruenan geometri melalui pengamatan.
3.7 Menentukan luas selimut dan volume tabung,
kerucut, dan bola.
3.8 Menaksir dan mengitung luas permukaan bangun
datar dan bangun ruang yang tidak beraturan
dengan menerapkan kombinasi geometri
dasarnya.
3.9 Menentukan peluang suatu kejadian sederhana
secara empirik dan teoritik.
3.10 Menerapkan pola dan generalisasi untuk membuat
prediksi.
3.11 Menentukan nilai rata-rata, median, dan modus
dari berbagai jenis data
3.12 Memahami teknik penyajian data dari dua
variabel menggunakan tabel dan berbagai jenis

22
grafik masalah nyata serta menentukan hubungan
antar variabel untuk mengambil kesimpulan.
3.13 Memahami konsep ruang sampel dan menentukan
anggota melalui percobaan.
3.14 Memilih strategi dan aturan-aturan yang sesuai
untuk memecahkan suatu permasalahan
4. Mengolah, menyaji, 4.1 Menyelesaikan permasalahan nyata yang
dan menalar dalam berkaitan dengan fungsi kuadrat
ranah konkret 4.2 Menggunakan konsep perbandingan untuk
(menggunakan, menyelesaikan masalah nyata mencakup
mengurai, merangkai, perbandingan bertingkat dan persentase dengan
memodifikasi, dan menggunakan tabel, grafik, dan persamaan.
membuat) dan ranah 4.3 Menyelesaikan permasalahan dengan menaksir
abstrak (menulis, besaran yang tidak diketahui menggunakan
membaca, menghitung, berbagai modifikasi aljabar dan aritmatika.
menggambar, dan 4.4 Menggunakan pola dan generalisasi untuk
mengarang) sesuai menyelesaikan masalah nyata serta menemukan
dengan yang dipelajari masalah baru.
di sekolah dan sumber 4.5 Menyelesaikan permasalahan nyata hasil
lain yang sama dalam pengamatan yang terkait penerapan kesebangunan
sudut pandang/teori dan kekongruenan.
4.6 Mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan
menampilkan data hasil pengamatan dalam
bentuk tabel dan berbagai grafik serta
mengidentifikasi hubungan antar variabel serta
mengambil kesimpulan.
4.7 Menerapkan prinsip-prinsip peluang untuk
menyelesaikan masalah nyata
4.8 Membuat dan menyelesaikan model matematika
dari berbagai permasalahan nyata

2.2.5 Mata Pelajaran SMP


Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu
yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan
alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama sebagaimana tabel berikut.
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR PER MINGGU
VII VIII IX
Kelompok A
1 Pendidikan Agama 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Matematika 5 5 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

23
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7 Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
Seni Budaya dan Keterampilan (termasuk
1 3 3 3
muatan lokal)
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
2 3 3 3
(termasuk muatan lokal)
3 Prakarya (termasuk muatan lokal) 2 2 2
Jumlah alokasi waktu per minggu 38 38 38
Keterangan :

 Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah


 Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur
kurikulum di atas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah
Menengah Pertama antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan
Sekolah, dan Palang Merah Remaja.
 Kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan
Sekolah, Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka
mendukung pembentukan kompetensi sikap sosoal peserta didik,
terutamanya adalah sikap peduli. Di samping itu juga dapat dipergunakan
sebagai wadah dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya
dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat
dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler.
 Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang
terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten local
yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
 Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi
dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara
terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan
pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

24
 Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam pelajaran per
minggu untuk tiap mata pelajaran adalah relatif. Guru dapat
menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi yang diharapkan.
 Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah
minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi


kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah
mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Seni
budaya dan Prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni
budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan
kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan
intergrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya
sebagai pendidikan berorentasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan social dan alam. Disamping itu, tujuan
pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat
kebangsaan, patriotism, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang
atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan
biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah
nusantara.

2.2.6 Beban Belajar


Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta
didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Dalam
struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari
semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII,
VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP tetap yaitu
40 menit.
Beban belajar di Sekolah Menengah pertama dinyatakan dalam jam
pembelajaran per minggu. Beban belajar di kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam

25
pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit. Beban belajar
di kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan
paling banyak 20 minggu. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling
sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu. Beban belajar di kelas IX pada
semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu. Beban
belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40
minggu.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah
Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan
proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran
siswa aktif memerlukan waktu lebih panjang dari proses pembelajaran
penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan
pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang
dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta
didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

2.3 Model Pembelajaran Matematika SMP


Pembelajaran pada Pendidikan Menengah merupakan kerangka konseptual
dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan,
dan budaya. Di lain pihak, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
(Sagala, 2005).
Jika pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran bahkan
termasuk juga taktik pembelajaran dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh
maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.

26
Gambar 2.1 Diagram model pembelajaran
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip
pendidikan, teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori lain
(Joyce and Weil, 1980).
Menurut Joyce and Weil, suatu model memiliki bagian-bagian sebagai
berikut:
a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax)
Suatu model pembelajaran memuat sintaks atau urutan atau tahap-tahap
kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase, yang menggambarkan
bagaimana praktik model tersebut, misalnya bagaimana memulai dan
mengakhiri pelajaran.
b. Adanya prinsip-prinsip reaksi
Prinsip reaksi menjelaskan bagaimana guru menghargai dan/atau menilai
peserta didik serta bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran.
c. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerjasama guru dan siswa dalam
pembelajaran atau peran guru dan siswa dan hubungannya satu sama lain,
serta jenis-jenis aturan yang harus diterapkan/dilaksanakan.
d. Sistem pendukung
Sistem pendukung menunjuk pada kondisi yang diperlukan untuk mendukung
keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya
alat dan bahan, lingkungan belajar, kesiapan guru dan siswa.

27
Dalam rangka implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013, ada
tiga kelompok model pembelajaran yang disarankan, yaitu model-model
berbasis pemecahan masalah, berbasis penemuan, dan berbasis proyek.

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka
mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri, serta
memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Menurut Prince dan Felder (2006),
masalah yang diberikan dalam model pembelajaran berbasis masalah sebaiknya
memenuhi kritria: kompleks (complex), struktur tidak jelas (ill structured),
terbuka (open ended problem), otentik (authentic).
Prinsip PBL yang harus diperhatikan meliputi hal-hal berikut.
a. Konsep Dasar (Basic Concept). Pada pembelajaran ini guru dapat
memberikan konsep dasar, petunjuk, atau referensi yang diperlukan dalam
pembelajaran.
b. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem). Dalam fase ini guru
menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap masalah secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua,
melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus/terarah pada
penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam kelompok
untuk mencari referensi dalam memecahkan permasalahan.
c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning). Masing-masing siswa mencari
berbagai sumber dapat memperjelas masalah, misalnya dari buku atau artikel
di perpustakaan, internet, atau guru/narasumber yang relevan untuk
memecahkan masalah.
d. Pertukaran pengetahuan (Exchange Knowledge). Setelah mendapatkan
sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan
berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan.

28
Berikut ini cara alternatif untuk mengintegrasikan pendekatan saintifik ke
dalam model model pembelajaran berbasis masalah.
Model Pembelajaran Pendekatan Keterangan
Berbasis Masalah Saintifik
Fase 1:  Mengamati Siswa melakukan pengamatan
Mengorientasikan  Menanya terhadap masalah yang disajikan
siswa kepada masalah oleh guru di awal pembelajaran.
Siswa mengidentifikasi informasi
dan pertanyaan penting pada
masalah yang disajikan. Siswa bisa
menanya kepada guru jika masalah
yang disajikan dirasa kurang jelas.
Fase 2:
Mengorganisasikan
siswa
Fase 3:  Mengumpulkan Siswa melakukan penyelidikan
Membimbing informasi dengan cara mengumpulkan
penyelidikan individu informasi terkait pemecahan
dan kelompok masalah.
Fase 4:  Mengasosiasi Siswa mengolah data yang sudah
Mengembangkan dan  Mengomunikasi terkumpul, menarik suatu
menyajikan hasil karya kan kesimpulan pemecahan masalah
kemudian menyajikannya dalam
suatu laporan.
Fase 5:  Mengomunikasi Siswa mengevaluasi kesalahan atau
Menganalisa dan kan kekurangan dalam pemecahan
mengevaluasi proses masalah atau dalam proses
pemecahan masalah mendapatkan pemecahan masalah.
Contoh aktivitas pembelajaran dalam menerapkan model pembelajran
berbasis masalah (problem-based learning) dalam pembelajaran matematika SMP
adalah sebagai berikut:
Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah
1. Guru menyajikan masalah kemudian meminta siswa untuk mencermati
masalah tersebut. Berikut contoh masalah yang disajikan.
Permasalahan:
Sebuah usaha konveksi memiliki tiga jenis mesin jahit merk ‘Butterfly’, merk
‘Singer’, dan merk ‘Loly’. Mesin Butterfly mampu menjahit 50 potong baju
per jam. Mesin Singer menjahit 75 potong baju per jam. Mesin Loly menjahit
100 potong baju per jam. Satu potong baju harga produksinya Rp 55.000,-
Biaya listrik mesin Butterfly Rp 20.000,- per jam, biaya listrik Singer Rp

29
25.000,- per jam, dan biaya listrik Loly Rp 30.000,- per jam. Modal yang
tersedia Rp 99.000.000,-
a. Dengan modal itu pengusaha hanya ingin mengoperasikan 2 merk mesin,
pasangan mesin mana yang paling efisien.
b. Bagaimana jika menggunakan 3 merk mesin sekaligus, apakah lebih
efisien dari jika hanya menggunakan dua merk mesin.
Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok untuk memecahkan masalah
dengan cara berdiskusi dalam kelompok.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
3. Guru mengamati cara siswa selama proses menentukan pemecahan masalah
yang diajukan. Guru memberikan arahan secukupnya jika siswa mengalami
kesulitan dalam menentukan pemecahan masalah.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
4. Guru meminta siswa untuk menyajikan laporan hasil pemecahan masalah
yang diajukan dan mempresentasikan di dalam kelas.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
5. Guru mengajak siswa untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah yang
diajukan. Setiap pemecahan masalah siswa sangat memungkinkan berbeda.

2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL) adalah
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) yang
menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan,
membaut rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk
dan laporan pelaksanaannya. Model pembelajaran ini menekankan pada proses
pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu
dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan
menyelesaikan persoalan nyata, dan bersifat interdisipliner.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini.
a. Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa;

30
c. Siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tentang tantangan yang diajukan;
d. Siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan;
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinu;
f. Siswa secara berkala melakukan refleksi atau aktivitas yang sudah dijalankan;
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievalusasi secara kualitatif; dan
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Berbagai ini cara alternatif untuk mengintegrasikan pendekatan saintifik dengan
model pembelajaran berbasis proyek.
Model Pembelajaran Pendekatan Saintifik Keterangan
Berbasis Proyek
Fase 1: Start with The  Mengamati Siswa mengamati masalah
Essential Question  Menanya yang disampaikan oleh guru.
(Memulai dengan Siswa mengidentifikasi
Pertanyaan Mendasar) informasi yang diberikan dari
pernyataan atau masalah yang
diberikan.
Fase 2: Design a Plan  Mengumpulkan Siswa membuat desain proyek
for The Project informasi untuk memecahkan masalah
(Mendesain  Mengumpulkan yang sudah diidentifikasi.
Perencanaan Proyek) informasi Kemudian siswa mengerjakan
Fase 3: Create a  Mengumpulkan proyek atau mengumpulkan
Schedule (Menyusun informasi informasi sesuai dengan desain
Jadwal)  Mengasosiasi yang direncanakan. Siswa
Fase 4: Monitor the  Mengomunikasikan mengomunikasikan progress
Students and The proyek kepada gurunya.
Progress of The Project
(Memonitor Siswa dan
Kemajuan Proyek)
Fase 5: Asses The  Mengomunikasikan Siswa mengomunikasikan
Outcome (Menguji hasil proyeknya. Di dalam
Hasil) kelas secara bergantian. Siswa
Fase 6: Evaluate The juga mengevaluasi kekurangan
Experience selama melakukan proyek.
(Mengevaluasi
Pengalaman)
Contoh aktivitas pembelajaran dan menerapkan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek dalam pembelajaran matematika SMP adalah sebagai berikut:
Fase 1: Memulai dengan Pertanyaan Mendasar

31
a. Guru menyampaikan suatu permasalahan mendasar yang mengawali siswa
dalam mengerjakan proyek. Masalah yang diberikan dalam pembelajaran bisa
lebih dari 1, menyesuaikan kepentingan pembelajaran. Berikut ini contoh
permasalahan yang bisa diajukan.
Contoh Masalah:
Setiap tahun ajaran baru, siswa SMP ABC biasanya membeli seragam baru
Koperasi Sekolah bermaksud menyediakan kebutuhan seragam sekolah
untuks siswa Sekolah ABC. Koperasi tersebut ingin mengadakan barang
berupa: (1) Sepatu, (2) Baju, dan (3) Topi.
Tugas kalian:
1) Lakukan proyek untuk menentukan banyaknya sepatu, baju, dan topi
dengan ukuran dan jumlah yang tepat untuk semua siswa.
2) Buatlah instrumen untuk mengumpulkan data yang diharapkan.
3) Susunlah rencana pengerjaan proyek, pembagian tugas dalam kelompok,
dan jadwal pelaksanaan proyek.
4) Sajikan hasil proyek kalian semenarik mungkin maksimal 3 minggu dari
pemberian proyek.
Fase 2: Mendesain Perencanaan Proyek
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan proyek.
Pembagian kelompok sesuai dnegan kesepakatan antara guru dengan siswa.
c. Guru mengarahkan siswa untuk membuat instrument pengumpulan data yang
diinginkan, menyusun tugas yang akan dilakukan, dan membagi tugas dalam
kelompok.
Fase 3: Menyusun Jadwal
d. Guru mengarahkan siswa untuk menyusun jadwal pelaksanaan proyek dalam
masing-masing kelompok. Penyusunan jadwal meliputi, perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan.
Fase 4: Memonitor Siswa dan Kemajuan Proyek
e. Guru memonitor progress pengerjaan proyek dan memberikan pengarahan
secukupnya untuk memperlancar pengerjaan proyek.
f. Guru mengingatkan batas waktu pelaporan hasil proyek.
Fase 5: Menguji Hasil

32
g. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pengerjaan proyeknya di
dalam kelas.
h. Guru memandu diskusi agar mengarah pada jawabannya dari permasalahan
yang disampaikan di awal.
Fase 6: Mengevaluasi Pengalaman
i. Guru mengajak siswa untuk mengevaluasi pelaksanaan proyek masing-
masing kelompok. Evaluasi yang dilakukan antara lain:
a) Kesesuaian hasil proyek dengan permasalahan awal yang diberikan.
b) Ketepatan waktu pengerjaan dan penyusunan laporan hasil proyek.
c) Kendala yang dihadapi selama melaksanakan proyek.
3. Model Pembelajaran Penemuan
Fase-fase penerapan model pembelajaran penemuan adalah sebagai
berikut.
Fase Aktivitas Keterangan
1 Stimulation Guru memberikan sesuatu rangsangan kepada siswa
(pemberian yang menimbulkan kebingungannya dan timbul
stimulus) keinginan untuk menyelidiki sendiri. Bentuk
rangsangan dapat berupa pertanyaan, gambar, benda,
cerita, fenomena, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan menemukan suatu konsep.
2 Problem statement Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi masalah
(pernyataan/ yang relevan dengan bahan disajikan untuk stimulus.
identifikasi Dari masalah tersebut, dirumuskan jawaban sebagai
masalah dugaan sementara (hipotesis).
3 Data collection Siswa mengumpulkan informasi yang relevan untuk
(pengumpulan membuktikan kebenaran hipotesis atau menemukan
data) suatu konsep. Data dapat diperoleh melalui membaca
literature, mengamati objek, wawancara dnegan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
4 Data processing Siswa mengolah data yang telah dikumpulkan.
(pengolahan data) Pengolahan data dalam rangka mengarahkan kepada
konsep yang akan dicapai.
5 Verification Siswa melakukan pemeriksaan kebenaran hipotesis
(memverifikasi) dengan hasil pengolahan data processing.
6 Generalization Siswa diajak untuk melakukan generalisasi konsep
(penarikan yang sudah dibuktikan untuk kondisi umum.
simpulan/
generalisasi)

33
Model pembelajaran penemuan adalah salah satu model yang menunjang
pendekatan saintifik. Berikut ini cara alternatif untuk mengintegrasikan
pendekatan saintifik ke dalam model pembelajaran penemuan.
Model Pembelajaran Pendekatan Keterangan
Penemuan Saintifik
Fase 1: Stimulation  Mengamati Siswa mengamati masalah yang
(pemberi rangsangan)  Menanya disajikan oleh guru sebagai
Fase 2: Problem rangsangan pembelajaran di awal.
statement (pernyataan/ Siswa diajak untuk merumuskan
identifikasi masalah) informasi yang diberikan pada
masalah tersebut, dan
merencanakan cara untuk
memecahkannya. Masalah yang
diberikan sebaiknya membuat
siswa tertarik untuk
memecahkannya melalui model
pembelajaran penemuan.
Fase 3: Data collection  Mengumpulkan Siswa mengumpulkan informasi
(pengumpulan data) informasi untuk menemukan masalah yang
sudah teridentifikasi.
Fase 4: Data  Mengasosiasi Siswa mengolah data hingga
processing didapatkan suatu kesimpulan.
(pengolahan data) Siswa juga mengecek temuan
Fase 5: Verification mereka untuk kondisi lain yang
(memverifikasi) serupa. Hasil pengolahan data
Fase 6: Generalization tersebut digunakan sebagai
(penarikan kesimpulan/ pemecah masalah yang disajikan di
generalisasi) awal pembelajaran.
 Mengomunikasi Siswa mempresentasikan hasil
kan temuan dan pemecahan masalah di
dalam kelas. Siswa atau kelompok
lain menanggapi presentasi tersebut
dengan pengarahan guru.

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun perubahan dari perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia
ini, yaitu berupa: 1) Konsep kurikulum, 2) Buku, 3) Proses Pembelajaran, 4)
Proses Penilaian. Konsep kurikulum seimbang antara hardskill dan softskill
dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan
Standar Penilaian. Buku yang digunakan berbasis kegiatan (activity base) dan
untuk SD ditulis secara terpadu (tematik terpadu).
Stuktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: 1. Mata pelajaran wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau
jenjang pendidikan. 2. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik
sesuai dengan pilihan mereka. Struktur kurikulum menggambarkan
konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi
konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam
semester atau tahun, beban belajar untukk mata pelajaran dan beban belajar per
minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi
konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar
yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester
sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
Dalam rangka implementasi pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013,
ada tiga kelompok model pembelajaran yang disarankan dalam pembelajaran
matematika SMP, yaitu model-model berbasis pemecahan masalah, berbasis
penemuan, dan berbasis proyek.

3.2 Saran
Diharapkan untuk pemakalah berikutnya mampu mengembangkan
mengenai Kurikulum 2013 terutama pada jenjang SMP/MTs. Serta diharapkan

35
kurikulum yang diterapkan di Indonesia menjadikan negeri ini menjadi negeri
yang lebih baik lagi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Kurikulum KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. 1980. Models of Teaching. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 2013. Pendekatan
Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Pusbangprodik.
Permendikbud Nomor 20, 21, 22, 23, dan 24 Tahun 2016.
Prince, Michael J.;Felder, Richard M. 2006. Inductive Teaching and Learning
Methods: Definitions, Comparisons, and Research Bases. Journaling
Engineering Education. 95(2),123-138.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

37

Anda mungkin juga menyukai