TINJAUAN PUSTAKA
(a) (b)
Gambar 2.1. (a) Timbangan bruto (b) Timbangan tarra.
Terdapat 3 jenis potongan tebu yang masuk dalam cane yard yaitu
Manual, dimana tebu ditebang dan diangkut ke atas kendaraan pengangkut oleh
penebang secara manual dengan daya tahan tebu maksimal 30 jam pada cane
yard. Selanjutnya Semi Mekanis, dimana tebu ditebang oleh penebang dan
diangkut oleh mesin/traktor ke dalam kendaraan pengangkut dengan daya tahan
tebu maksimal 30 jam. Dan yang terakhir adalah dengan cara Mekanis, dimana
tebu di tebang dan diangkut oleh mesin/traktor dengan panjang potongan tebu 20 -
30 cm. Tebu hasil tebangan secara mekanis harus langsung digiling tanpa
menunggu terlebih dahulu pada cane yard karena lebih mudah rusak.
Selain dari 3 jenis potongan tebu diatas, biasanya terdapat tebu bakar yang
masuk pada cane yard. Tebu bakar ada, karena adanya unsur ketidaksengajaan
seperti terbakar dan lain-lain. Tebu bakar juga memiliki waktu maksimum pada
cane yard yaitu tidak lebih dari 24 jam. Jika lebih maka tebu bakar akan rusak
karena mikroba dan jamur.Cane yard merupakan aspek penting dalam kelancaran
proses produksi gula pada Unit Usaha Cinta Manis. Hal ini disebabkan karena
pada cane yard terdapat stok bahan baku/ tebu yang diatur jumlahnya sesuai
dengan kapasitas pabrik. Ada kalanya stok bahan baku/tebu pada cane yard
dilebihkan guna menangulangi terjadinya keterlambatan penebangan tebu dan
pengangkutan tebu menuju cane yard/pabrik. Sehingga pabrik tetap dapat
berproduksi dan tidak berhenti beroperasi. Cane yard beroperasi selama 24 jam
dengan 3 kali sift sebanyak 6 jam.
(a) (b)
Gambar 2.3. (a) Hasil potongan Cane preparation (b) Cane carrier mini.
Hasil potongan tebu pada mesin pemotong kemudian dibawa oleh cane
carrier mini dari cane preparation menuju mesin penggiling untuk digiling
danmenghasilkan nira mentah. Pada Unit Usaha Cinta Manis terdapat 5 mesin
gilingdalam proses pemerahan nira. Gilingan 1 dan 5 yang terdiri dari 5 roda
penggilingdan gilingan 2,3, dan 4 terdiri dari 4 roda penggiling. Roll Mill
Berfungsi untuk menggiling potongan-potongan tebu dari stasiun pendahuluan
yang berupa serat-serat tebu agar nira dalam serat dapat terperah. Sehingga
dihasilkan nira mentah serta ampas sebagai bahan bakar boiler dengan pol rendah
dan zat kering tinggi. Pada Unit Usaha Cinta Manis terdapat 5 set mill tandem
dengan dilengkapi roll-roll pengumpan. Unit pressure feeder terdapat pada mill
no. I dan V, serta unit four roll pada mill no. II, III, dan IV. Masing-masing roll
gilingan memiliki panjang 1980 mm dengan diameter 1000 mm. Dengan tinggi
grove 47 mm dan jarak antar grove 52 mm. Bahan shaft dibuat dari baja ASSAB
705. Setiap mesin gilingan digerakkan oleh turbin penggerak merek SNM dengan
daya 650 hp dan memiliki suhu 325ᵒC. Serta mempunyai inlet pressure 18 kg/cm2
dan back pressure 1,0 kg/cm2 dengan rated speed 4500 rpm.
Pada gilingan V terdapat penambahan air imbibisi dengan suhu 70-90ᵒC
yang berfungsi untuk melarutkan nira atau kandungan gula yang masih tersisa
pada ampas tebu. Jika suhu air imbibisi > 90ᵒC maka akan menyebabkan
terjadinya reduksi pada gula atau sukrosa dalam serat tebu dan melarutkan
senyawa-senyawa lain seperti zat lilin dll. Zat lilin yang terlarut akan
menyebabkan roll gilingan licin sehingga terjadi slip. Maka dibutuhkan
pengecekan berkala baik pada roll gilingan maupun air imbibisi yang diberikan
Adanya perbedaan jumlah roda penggiling ini memiliki fungsi yang berbeda. Pada
gilingan 1 diharapkan tebu yang digiling sebanyak mungkin nira keluar dari
potongan tebu, sedangkan pada gilingan 5 diharapkan sekering mungkin ampas
tebu yang dihasilkan dari gilingan. Gilingan 2, 3, dan 4 mempunyai fungsi yang
sama yaitu untuk mengektraksi nira dari potongan tebu sisa gilingan 1.
(a) (b)
Gambar 2.4. (a) Roda penggiling (b) Air imbibisi.
Larutan nira yang telah tercampur dengan asam phosfat dipompa menuju
juice heater I atau pemanas I dengan suhu 75ᵒC. Sumber panas yang digunakan
pada pemanas I adalah uap yang dihasilkan dari proses penguapan atau evaporasi.
Panas dialirkan dengan sistem Heat Exchanger secara konduksi dan konveksi
(Shell & tube heat exchanger) pada nira sehingga nira memperoleh panas dengan
suhu 75ᵒC. Pemanasan akan disertai dengan uap air. Maka air yang tidak
digunakan pada pemanas I (kondensat) akan dialirkan kembali untuk digunakan
dalam proses selanjutnya dan mengandung sedikit amoniak. . Unit Usaha Cinta
Manis memiliki juice heater I sebanyak 3 unit dengan luas permukaan 240 m2.
Sirkulasi sebanyak 12 kali dengan ID tubes 33 mm dan L tubes 5000 mm.
Memiliki diameter shell 1550 mm dan teb shell 9 mm dengan panjang 5000 mm.
Nira mentah dipanaskan sampai temperatur 75ᵒC. Juice heater menggunakan
sistem pemanasan heat exchanger berupa STHE (shell tube heat exchanger) yang
menghantarkan panas secara konduksi maupun konveksi. Pembersihan secara
berkala dilakukan pada setiap juice heater agar proses pemanasan dapat berjalan
dengan maksimal Tujuan dilakukan pemanasan pendahuluan dengan suhu 75ᵒC
adalah untuk mendukung proses penggumpalan koloid pada proses defekasi.
Gambar 2.7. Juice heater.
(a) (b)
Gambar 2.8. (a) Pre liming dan Second liming (b) Sulfur tower.
(a) (b)
Gambar 2.9. (a) Flash tank (b) Feed box.
Nira kotor dan ampas halus dicampur hingga homogen yang selanjutnya
dialirkan pada (Rotary Vakum Filter RVF). RVF ini Memiliki filter area 52 m2
dengan diameter drum 3050 mm dan panjang drum5490 mm. Menggunakan
motor dengan daya 1,5 kW. Prinsip kerja RVF yaitu menggunakan sistem vakum
guna memisahkan nira tapis dengan blotong. Sistem vakum yang digunakan
melalui dua tahap yaitu low vakum, digunakan untuk menarik blotong agar
menempel pada permukaan RVF dengan entalpi sebesar 20-30 dan high vakum
yang digunakan untuk mengurangi kadar air serta gula yang terkandung dalam
blotong dengan entalpi sebesar 25-40. RVF dilengkapi dengan siraman air yang
berada diatas RVF berfungsi untuk mengurangi jumlah pol dari blotong. Pada
RVF menghasilkan blotong dan nira tapis. Blotong kemudian dibawa
menggunakan belt conveyor menuju tempat penampungan blotong yang nantinya
akan diangkut oleh truk penampung.
Unit Usaha Cinta Manis memiliki 3 rotary vakum filter yang masing-
masing memiliki ketebalan blotong mencapai 0,5-1,0 cm. Selain blotong hasil
pemisahan dari RVF berupa nira tapis dengan HK sebesar 621 yang di pompakan
kembali menuju timbangan nira dan bercampur kembali dengan nira mentah yang
berasal dari stasiun mill.
(a) (b)
Gambar 2.12. (a) Kondensor (b) Sulfur tower.
Nira kental yang warnanya gelap sebelum diolah lebih lanjut pada stasiun
kristalisasi, dipucatkan dahulu warnanya dengan proses sulfitasi nira kental. Yaitu
dengan menghembuskan gas SO2 sehingga mencapai pH 5,6-5,8. Gas SO2 dapat
menyerap warna supaya dihasilkan gula yang putih. Nira kental yang telah
tersulfitasi kemudian dialirkan ke reaction tank dan tangki aerasi. Nira kental
yang dihasilkan akan berbuih dan dipisahkan pada alat yang disebut Talo Dora.
Pada talo dora nira kental dipisahkan dari busa dengan pompa berpengaduk
sehingga busa akan muncul kepermukaan dan terpisah masuk dalam tangki
penampungan busa nira kental (penambahan flokulan kationik).
Gambar 2.13. Talo dora.
Proses pada stasiun masakan berawal dari pembuatan bibit kristal pada
masakan D3, melalui penambahan fondan dan umpan utama bagi masakan D3
adalah stroop A. Jumlah stroop A yang ditambahkan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil dari masakan D3 merupakan massecuite yang telah mengandung butiran-
butiran kristal yang nantinya akan diperbesar pada masakan D1. Sebelum
dijadikan sebagai bibitan bagi vacuum pan masakan lain, maka butiran-butiran
kristal disimpan dalam Receiver D (70ᵒC) dan dialirkan pada Crystallizer untuk
proses pengkristalan lebih lanjut dengan cara didinginkan dan dipanaskan secara
bergantian (50-62ᵒC) yang kemudian masuk Reheater untuk dipanaskan kembali
dengan suhu 55ᵒC. Setelah dipanaskan, butiran-butiran kristal nira kental
kemudian masuk dalam putaran LGF D dan menghasilkan gula D1(masakan D1)
dengan HK 91 dan tetes dengan HK 33. Hasil masakan D1 (gula D1) akan
mengalami putaran pada stasiun putaran 2 dan menghasilkan magma D dengan
HK 93. Untuk masakan D, umpan yang ditambahkan berupa stroop A (HK 68)
dan fondan, untuk vacuum pan D2 serta stroop C (HK 55) dan hasil dari vacuum
pan D2 untuk vacuum pan D1. Selanjutnya tekanan vacuum pan dinaikkan dari
kondisi normal hingga 62 cmHg. Kemudian dimasak hingga terbentuk butiran-
butiran kristal yang di ikuti dengan penambahan hasil vakum pan D1. Selanjutnya
dilakukan proses pemanasan dengan suhu 100-110ᵒC pada calandria dan
pemanasan dengan suhu > 70ᵒC pada badan vacuum pan selama 3-4 jam. Proses
pemasakan pada masakan D dihentikan ketika terbentuk butiran-butiran kristal
dengan ukuran ± 0,3 mm. Masakan D mempunyai konsentrasi zat kering terlarut
97ᵒbrix dan HK 58-60.
(a) (b)
Gambar 2.17. (a) Receiver (b) Crystallizer.
(a) (b)
Gambar 2.18. (a) High grade centrifugal (b) Low grade centrifugal.
(a) (b)
Gambar 2.19. (a) Basket HGF (b) Basket LGF.
(a) (b)
Gambar 2.20. (a) Pengeringan & pendinginan (b) Talang getar.
Adapun syarat karung yang digunakan antara lain bertipe circular tanpa
jahitan samping, lulus uji kekuatan dari BP Departemen Perindustrian, bebas dari
cacat, karung yang telah terisi gula dijahit dengan mesin jahit, karung plastik
kemasan gula pasir harus dilengkapi dengan kantung dalam yang terbuat dari
plastik polietilen, dan karung plastik tersebut adalah produksi dalam negeri. Alat
penimbang bekerja otomatis, bila karung dimasukkan dalam penjapit dan switch
disentuh maka pintu timbangan akan membuka dan gula yang sudah tertimbang
secara otomatis akan turun masuk ke dalam karung dengan berat 50 kg netto.
Karung yang telah terisi gula akan jatuh di atas belt conveyor mesin jahit menuju
mesin jahit untuk dijahit. Dari mesin jahit, gula dalam karung jatuh ke belt
conveyor untuk diangkut ke gudang gula.
Mesin timbangan ini memiliki torelansi 0,02 kg yang artinya bila
penimbangan lebih atau kurang dari 0,03 kg dari berat 50 kg netto maka power
kontrol akan menunjukkan error, sehingga petugas akan melihat bila penimbangan
salah dan perlu diperbaiki oleh petugas instrument. Adapun printer akan mencatat
jumlah penimbangan setiap 10 karung secara otomatis.Kapasitas pengepakan
dalam satu rangkaian alat timbangan dan mesin penjahit adalah kurang lebih 11 -
12 karung per menit atau tergantung dari jumlah gula yang dihasilkan. Diambil
contoh sebanyak ± 0,5 kg gula untuk dianalisa di laboratorium.
Fungsi atau maksud analisa tersebut untuk mengetahui warna, kadar air,
temperatur, dan kandungan belerang dari gula tersebut apakah memenuhi standar
sebagai gula produksi. Gula yang telah di kemas dalam karung kemudian
dialirkan melalui belt conveyor menuju gudang penyimpanan gula. Unit Usaha
Cinta Manis memiliki 2 gudang penyimpanan dengan panjang dan lebar masing-
masing gudang adalah 100 x 25 meter. Gudang ini memiliki kapasitas 10.000 ton
dengan tinggi tumpukan ± 50 karung.