Anda di halaman 1dari 20

KASUS UJIAN

Oleh :

Patimah, S.Ked 1830912320116

Pembimbing

dr. Noorsifa,M.Sc, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

RSJ SAMBANG LIHUM BANJARMASIN

AGUSTUS, 2019
2

I. IDENTITAS

Nama : Ny. NS

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan : SMA

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Masingai, Tabalong, Kalimantan Selatan.

No Rekam Medis : 02-89-58

Tanggal Kunjungan : 13 Agustus 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

ANAMNESIS

Autoanamnesis dengan pasien dan alloanamnesis dengan suami dan sepupu

pasien pada tanggal 13 Agustus 2019, Pukul 15.30

A. Keluhan Utama : mengamuk (agresivitas motorik)

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG.

Autoanamnesis :

Pasien datang ke IGD RSJ Sambang Lihum bersama suami dan anaknya.

Pasien datang mengggunakan ambulance. Pasien menggunakan baju biru bermotif

bunga, celana panjang dan kerudung abu-abu. Pasien tampak terawat dan

berpenampilan sesuai usia. Pasien dianamnesis sambil rebahan, tangan dan kaki
3

diikat (kurang kooperatif semenjak dilakukan pemeriksaan laboratorium). Saat

ditanya, kontak mata pasien dapat bertahan. Sesekali pasien berteriak dan marah.

Pasien bisa menjawab saat ditanya nama, waktu dan tempat. Akan tetapi pasien

tampak bingung kenapa dia dibawa ke rumah sakit jiwa. Menurutnya dia tidak ada

masalah kejiwaan, hanya ada sakit kepala. Itupun tidak berat. Sakit kepala

dirasakan pada kepala sebelah kanan. Dia merasa sakit kepalanya tidak menjadi

masalah, cukup ke dukun kampung. Pasien tidak ada demam, muntah, mual dan

penurunan kesadaran.

Pasien bercerita bahwa dia merasa diawasi dan diintai oleh tetangganya,

sehingga seluruh kegiatannya diperhatikan oleh tetangganya. Tetangganya

tersebut suami - istri. Pasien merasa tidak ada berbuat jahat kepada tetangganya,

tetapi mereka berbuat jahat kepada pasien. Pasien mengaku bisa mendengarkan

bisikan yang tidak bisa didengarkan orang lain. Bisikan tersebut mengolok-olok

pasien. Selain itu, pasien juga mengaku mempunyai guru yang tidak bisa dilihat

oleh orang biasa.

Riwayat menyakiti dirinya dan orang lain disangkal. Pasien mengaku tidak

pernah melempari batu ke rumah tetangga. Keluhan sulit tidur disangkal. Selama

wawancara berlangsung pasien sesekali tampak terdiam dan melamun.

Alloanamnesis (dengan suami dan sepupu pasien)

Suami membawa istrinya ke IGD RSJ Sambang Lihum karena laporan

warga bahwa istrinya telah mengganggu warga yaitu melempari batu ke rumah

orang lain. Pasien sering bercerita melihat bayangan tetangganya. Pasien dibawa

mengggunakan ambulans.
4

Pasien sudah ada perubahan perilaku sejak akhir tahun 2012. Awalnya

pasien bermimpi orang tuanya dihina oleh orang yang tidak dikenalnya. Setelah

mimpi buruk tersebut pasien tampak sangat ketakutan sehingga suami membawa

pasien berobat ke dokter dan dukun kampung selama 2 tahun, tetapi menurut

suaminya tidak ada perubahan. Pasien merasa ketakutan tinggal di rumah tersebut

sehingga suami memutuskan untuk pindah rumah.

Pada tahun 2015 pasien sempat pergi dari rumah dan menginap di rumah

keluarga. Pasien tidak mau pulang dan lupa anak-anaknya. Pasien tidak

melakukan aktivitas apapun. Setelah 6 bulan di sana pasien memutuskan pulang

ke rumah lamanya. Semenjak pasien kembali, suami mengajari pasien memasak,

belanja dan menghitung uang. Pasien juga mengisi waktu luangnya dengan

membersihkan halaman dan merawat tanaman di pekarangan rumahnya. Saat itu

pasien tampak tenang.

Pada tahun 2018, secara tidak sengaja ada ayam-ayam milik tetangganya

yang menggaggu tanaman kesayangannya, sehingga pasien tampak marah. Saat

pasien mendatangi tetangganya, perlakuan dari tetangganya malah kurang baik.

Menurut suami, memang kurang layak hidup bertetangga seperti itu. Saat tetangga

nya tersebut tidak ada di rumah pun pasien merasa tetangganya ingin menjahati

dia. Setelah itu pasien tidak mau lagi merawat tanamannya. Pasien jadi sering

marah. Saat melihat ayam pasien juga marah dan setiap pasien marah muncul

bayangan tetangganya tersebut. Pasien juga mengelukan mendengar bisikan yang

aneh dari tetangganya. Bisikan yang mengolok-olok istrinya.


5

4 bulan SMRS pasien pernah meluapkan amarahnya dengan melemparkan

batu ke rumah tetangganya. Saat ditegur pasien mengikuti arahan. Akan tetapi 2

minggu SMRS pasien mengulanginya kembali. Pasien juga mengatakan merasa

diintai. Dia sering mengelukan ada bisikan-bisikan dari tetangganya yang

mengolok dia, padahal tidak ada. Pasien masih bisa mandi, memasak, dan

merawat anak. Akan tetapi setiap dia melihat bayangan dia tidak mau melakukan

itu..

Pasien tidak pernah mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Riwayat

trauma seperti terjatuh dan terbentur pada kepala disangkal. Riwayat penyakit

seperti kencing manis, asma, penyakit jantung dan paru-paru, serta penyakit yang

mengharuskan pasien minum obat dalam jangka waktu lama disangkal. Riwayat

penggunaan zat psikoaktif dan alkohol disangkal. Pasien tidak pernah melukai

dirinya. Riwayat mengurung diri di kamar disangkal. Pasien tidak ada gangguan

tidur. Pasien masih bisa makan. Riwayat keluhan yang sama seperti yang dialami

pasien pada keluarga dikatakan tidak ada. Hubungan pasien dengan suami dan

anak dikatakan baik. Suami menerima istrinya dan berusaha yang terbaik untuk

istri.

III. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

A. Riwayat Psikiatrik

Pada tahun 2012 pasien pernah sangat ketakutan. Saat itu pasien bermimpi

orang tuanya dihina oleh orang yang tidak dikenalnya. Suami sempat membawa

pasien berobat ke dokter dan dukun kampung selama 2 tahun, tetapi menurut

suaminya tidak ada perubahan.


6

B. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan zat psikoaktif.

C. Riwayat Penyakit Dahulu (medis)

Tidak ada riwayat sebelumnya.

D. Riwayat Kepribadian Sebelumnya

Pribadi yang tertutup, pendiam, jarang bersosialisasi dengan sekitar. Tetapi jika

ada yang mengajak berteman terlebih dahulu, dia akan berteman dengan baik.

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Ibu mengandung pasien selama 9 bulan. Lahir normal di bidan. Usia ibu

saat mengandung adalah 19 tahun. Kehamilan memang yang direncanakan dan

diinginkan. Bayi lahir segera menangis , tidak ada cacat bawaan.

2. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien

bisa membalikkan badan sekitar umur 3 bulan, merangkak sekitar 6 bulan,

berdiri 1 tahun, berjalan 1 tahun 2 bulan, berlari 1,5 tahun. Pada saat balita,

dikatakan pasien sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar. Pasien minum

ASI sampai usia 2 tahun, langsung menetek dari ibunya.

3. Riwayat Masa kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan padan masa ini normal. Pasien

berkembang menjadi anak yang biasa saja, setiap pulang ke rumah pasien

melakukan pekerjaan rumah. Pasien merupakan anak yang pendiam, tidak


7

banyak berbicara. Saat SD tersebut orang tua pasien bercerai. Pasien tinggal

dengan ibu, nenek dan sepupunya.

4. Masa kanak-kanak akhir

Pasien pendiam agak susah memulai pertemanan dengan yang lain, akan

tetapi jika ada yang memulai terlebih dahulu dia akan berteman dengan baik.

Mimpi buruk (-), merokok (-). Teman- teman di sekitar bukan yang nakal.

V. RIWAYAT KEHIDUPAN DEWASA

1. Riwayat Pendidikan :

Pasien tidak sekolah TK, langsung masuk SD saat berusia 6 tahun. Tidak pernah

tinggal kelas. Dia bisa mengikuti pelajaran dengan baik tanpa ada masalah. Saat

SMP dan SMA juga berjalan dengan lancar, tidak pernah tinggal kelas. Setelah

itu pasien tidak melanjutkan karena masalah ekonomi.

2. Riwayat pekerjaan :

Setelah lulus dari SMA pasien bekerja di pabrik triplek. Sebentar saja bekerja di

sana lalu menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

3. Riwayat Perkawinan :

Pasien menikah umur 19 tahun (tidak lama setelah lulus SMA). Menikah 1x dan

memiliki 2 orang anak. Anak pertama sudah kuliah. Anak kedua masih SD.

4. Riwayat agama :

Pasien beragama Islam. Dahulu pasien rutin salat. Tetapi, sekarang pasien sering

tidak salat jika melihat bayangan tetangganya.


8

5. Riwayat Psikoseksual :

Pasien menikah dengan suaminya pada usia 19 tahun. Hingga kini dia hidup

bersama suaminya.

6. Aktivitas sosial :

Pasien lebih sering di rumah, kurang suka bersosialisasi dengan tetangganya.

Pasien sempat melempar batu ke rumah tetangganya.

7. Riwayat Hukum :

Pasien tidak terkait masalah hukum.

8. Riwayat Penggunaan Waktu luang :

Pasien mengisi waktu luang dengan mengurus keluarganya.

9. Impian, Fantasi, dan nilai-nilai : pasien tidak punya cita-cita karena faktor

ekonomi.

10. Riwayat Kehidupan Sekarang :

Pasien tinggal dengan suami dan anaknya. Pasien memiliki 2 orang anak, akan

tetapi satu anaknya sudah kuliah sehingga tidak tinggal di rumah lagi.

Kehidupan pasien ditanggung oleh suaminya. Pasien jarang dan tidak senang

berinteraksi dengan tetangganya dan jika melihat ayam pasien merasa marah..

11. Riwayat Keluarga :

Tidak terdapat anggota keluarga yang mempunyai keluhan atau penyakit serupa.

Hubungan dengan keluarga cukup baik.


9

VI. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien menggunakan baju biru bermotif bunga, celana panjang dan

kerudung abu-abu. Pasien tampak terawat dan berpenampilan sesuai usia..

Tampak tidak tenang, sesekali pasien berteriak.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : gelisah

3. Sikap terhadap pemeriksa : kurang kooperatif.

B. Keadaan Emosi

1. Mood : Irritable

2. Afek : Sempit

3. Keserasian : Serasi

C. Gangguan Presepsi

Halusinasi : Visual (+), auditorik (+)

D. Pembicaraan

Tidak spontan, sesekali berteriak.

E. Proses Pikir

1. Proses Pikir : Autistik

2. Arus Pikir : Koheren

3. Isi Pikir

Waham : Ada (waham curiga)

F. Sensorium Kognitif

1. Kesadaran : Compos mentis


10

2. Orientasi

- Waktu : Baik

- Tempat : Baik

- Orang : Baik

3. Daya Ingat

- Jangka segera : Baik

- Jangka pendek : Baik

- Jangka panjang : Baik

4. Konsetrasi : Baik

5. Perhatian : Baik

6. Kemampuan membaca dan menulis : Baik

7. Kemampuan visuospasial : Baik

8. Pikiran abstrak : Baik

9. Kapasitas intelegensia : Baik sesuai pendidikan

10. Bakat kreatif : Tidak ada

11. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

G. Pengendalian Impuls : Pasien sulit mengendalikan impuls

H. Daya nilai

- Daya norma sosial : Baik

- Uji daya nilai : Baik

- Penilian Realita : Buruk

- Tilikan : Tilikan derajat 1

I. Taraf dapat dipercaya : Tidak dapat dipercaya


11

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. STATUS INTERNA

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Tanda vital : TD : 120/70 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 18x/menit

Suhu : 36,8o C

SpO2 : 97%

2. STATUS NEUROLOGI

Pemeriksaan N I – XII :

I (Olfactorius) : SDE

II (Opticus) : Reflek pupil: respon cahaya langsung

D/S (+/+)respon cahaya Konsensual

D/S (+/+)

III, IV dan VI : Dalam batas normal

V (Trigeminus) : Dalam batas normal

VII (Fasialis) : Asimetris wajah (-), angkat alis (+/+),

memperlihatkan gigi(+)

VIII (Vestibulocochoclearing) : SDE

IX (Glosofaringeus) & X (Vagus) : Pergeseran uvula(-),reflek muntah (+)

XI (Asesorius) : SDE

XII (Hipoglosus) : Deviasi lidah (-), tremor lidah (-)

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada


12

Gejala TIK meningkat : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Normal

Refleks patologis : Tidak ada

Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 12 g/dl

Leukosit : 9500 cell / ul

Eritrosit : 4.300.000 / ul

Trombosit : 383.000 / ul

Gula Darah Sewaktu : 116 mg / dl

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis 1 : Skizofrenia paranoid (F.20.0)

2. Aksis II : None

3. Aksis III : None

4. Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sosial

5. Aksis V : GAF Scale 60-51

RENCANA TERAPI

Psikofarmaka

PO Haloperidol 5 mg 2x1/2

Psikoterapi
13

Prognosis

Quo Ad Vitam : dubia ad bonam

Quo Ad Functionam : dubia ad malam

Quo Ad Sanationam : dubia ad malam

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesa dan Autoanamnesa

 Pasien merasa diawasi dan diintai oleh tetangganya (waham curiga).

 Pasien melempari batu ke rumah tetangganya (agresivitas motorik)

 Pasien sering melihat bayangan tetangganya (halusinasi visual)

 Pasien juga mengaku mempunyai guru yang tidak bisa dilihat oleh

orang biasa (halusinasi visual).

 Pasien mendengar bisikan tetangganya yang mengolok-olok dia

(halusinasi auditorik)

 Pasien jadi sering marah (mood irritable).


14

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan

pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat

menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka

pasien dikatakan menderita gangguan jiwa. Pada pasien ini tidak pernah

mengalami trauma, maupun kelainan fisik yang menyebabkan disfungsi otak,

sehingga pasien ini bukan gangguan mental organik (F.00-09). Dari anamnesis

tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif. .Maka pasien ini bukan

gangguan mental dan perilaku akibat NAPZA (F.10-19). Pada pasien ini

didapatkan gangguan dalam proses pikir dan penilaian realitas serta tilikan yang

kurang, yaitu didapatkan halusinasi auditorik berupa mendengar bisikan-bisikan

orang yang mengoloknya, serta didapatkan juga halusinasi visual yang berupa

munculnya bayangan tetangganya saat dia marah, dan dia bisa melihat orang yang

menurutnya orang lain tidak bisa melihatnya dan dia merasa tetangganya selalu

mengawasinya sehingga pasien ini dapat dimasukkan ke dalam kriteria Gangguan

Psikotik, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham Menetap

(F20-29).

Kriteria diagnostik skizofrenia-F20 (PPDGJ III) harus ada sedikitnya satu

gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-

gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dibawah ini:1,2


15

1.“thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan; walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda; atau

thought insertion or withdrawal”, yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari

luar dirinya (withdrawal); dan

“thought broadcasting”, yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

2. “delusion of control”, yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of influence”, yaitu waham tentang

dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of

passivity”, yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu

kekuatan dari luar (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

“delusion perception”, yaitu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

3. Halusinasi auditorik, yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara terus

menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara

mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara

halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

4. Waham-waham menetap jenis lainnya,yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
16

mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari

dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:1,2

1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afekif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan- bulan;

2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yangtidakrelevan,atauneologisme;

3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh- gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,mutisme,danstupor;

4. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus

jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau

medikasineuroleptika.2

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak


17

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self- absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial.1,2

Adapun ciri skizofrenia paranoid memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia.

Sebagai tambahan halusinasi dan/atau waham harus menonjol, yaitu 1,2

: a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau

bunyi tawa;

b) halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain

perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;

c) waham dapat berupa hampir setiap jenis,tetapi waham dikendalikan (delusion

of control), dipengaruhi (delusion of influence),atau passivity(delusion

ofpassivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/menonjol.1,2 Pada pasien ini, keluhan-keluhan

yang timbul sudah memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia, yaitu berupa

waham yang menetap, dan adanya halusinasi auditorik dan hal ini sudah mulai

dirasakan sejak tahun 2018.

Pada pasien ini ditemukan adanya riwayat halusinasi dan waham yang

menonjol. Pasien merasa dirinya diintai dan diawasi oleh tetangganya. Seluruh

perbuatannya diperhatikan. Pasien mempunyai guru yang tidak bisa dilihat oleh

orang biasa. Pasien dapat mendengar bisikan-bisikan yang mengejeknya dan

melihat bayangan orang lain setiap dia marah. Gangguan afektif, pembicaraan,
18

serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata. Gejala-gejala khas tersebut telah

berlangsung selama kurun waktu lebih dari satu bulan, sehingga aksis I

ditegakkan dengan gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).

Tumbuh kembang pada masa anak-anak baik. Pasien tidak terdapat

gangguan kepribadian. Fungsi kognitif baik, tidak terdapat retardasi mental, oleh

karena itu tidak ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan retardasi mental.

Maka pada aksis II tidak ada diagnosis. Pada anamnesis pemeriksaan fisik dan

neurologis pada pasien ini tidak ditemukan riwayat. Maka pada aksis III tidak ada

diagnosis. Pada Aksis IV dapat diidentifikasi adanya masalah dengan lingkungan

sosialnya yaitu hubungan yang kurang baik dengan tetangganya. Pada Aksis V

berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functioning Scale), saat ini

pasien berada pada nilai 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

Terapi farmakologis yang diberikan adalah haloperidol dengan dosis awal 5

mg, dinaikkan secara cepat setiap 2-3 hari dalam 2-4 minggu untuk mencapai

dosis efektif dalam pengendalian gejala. Setelah tercapai dosis efektif, terapi

dievaluasi setelah 2 minggu, kemudian dinaikkan menjadi dosis optimal

pengendalian gejala yang dipertahankan selama 8 – 10 minggu dalam fase

stabilitasi, kemudian pada fase pemeliharaan dosis dapat diturunkan sampai dosis

minimal yang dapat mengendalikan gejala. Terapi dilakukan minimal dua tahun.

Pada pasien ini yang mendominasi adalah gejala halusinasi dan waham.

Pasien berperilaku agresif namun tidak sampai melukai diri sendiri atau orang

lain, hanya saja pasien mengamuk dengan melempari batu ke rumah warga. Untuk

mengatasi gejala halusinasi yang dominan maka dipilihlah haloperidol


19

dibandingkan antipsikotik lainnya. Haloperidol adalah antipsikosis tipikal dari

golongan nonfenotiazin dengan potensi terapi tinggi, dengan sasaran kerja adalah

reseptor dopamin D2 di sistem nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan

tuberoinfundibuler pada otak. Obat yang bekerja pada reseptor dopamin dipilih

karena gejala positif pada pasien skizofrenia diperkirakan terjadi akibat aktivitas

dopamin berlebih. Pada terapi pertama pasien, karena reaksi obat masih baik dan

rentan terjadi efek samping, maka dosis awal diberikan mulai dosis terkecil yaitu

5 mg 2 x 1/2. 3.4

Obat antipsikosis atipikal tidak dipilih walaupun dengan kemungkinan efek

samping ekstrapiramidal lebih kecil (efek terhadap reseptor adrenergik lebih kecil)

karena obat atipikal memiliki afinitas terhadap reseptor serotonin 10 kali lebih

besar dibandingkan pada reseptor dopamin sehingga diperlukan dosis yang lebih

tinggi untuk pasien ini. Disamping itu, peningkatan aktivitas serotonin akan

menimbulkan gejala negatif pada skizofrenia, yang tidak terjadi pada pasien ini.

Dengan pertimbangan ini, maka haloperidol dipilih sebagai terapi lini pertama

pada pasien ini. 3-4

Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu

mendapat psikoterapi yang bertujuan menguatkan pikiran pasien mengenai mana

realita dan mana halusinasi, menjelaskan mengenai penyakitnya secara perlahan,

sehingga pasien mengerti pentingnya minum obat secara teratur dan tidak putus.

Psikoedukasi juga perlu diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar

tidak terjadi stigmatisasi terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung

yang kuat untuk menunjang perbaikkan pasien.


20

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. PPDGJ-III. Edisi dan DSM-5. FK Unika

Atmaja. Jakarta. 2013.

2. American Psychological Association. Diagnosis and statistical manual of

mental disorders. Washington DC: APA; 2003 [diakses tanggal 16

Agustus 2019]. Tersedia dari: http://www.psychiatry.org/

3. Kammen DP, Hurford I, Marder SR. First Generation Antipsychotic.

Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. nine

edition. Lippincott Williams and Wilkins; 2009.

4. Dharmono S. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Jakarta:

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia; 2011.

Anda mungkin juga menyukai