Anda di halaman 1dari 2

BEDA PILIHAN, HILANGLAH PERSATUAN

A. PENDAHULUAN

Lahirnya era Reformasi di tahun 1998, telah mendorong arah pemikiran masyarakat
Indonesia tentang politik semakin berkembang. Tidak perlu untuk khawatir akan keselamatan diri
sendiri. Pemerintah sendiri di dalam Undang –Undang Dasar 1945 telah menjamin akan kebebasan
untuk memilih dan dipilih. Dengan adanya dasar hukum ini, masyarakat memiliki keleluasan untuk
menentukan siapa yang menurut mereka memang pantas mewakiliki aspirasinya di pemerintahan,
baik itu di tingkat legislatif ataupun di tingkat eksekutif.

Akan tetapi, dengan adanya kebebasan ini, telah membuat masyarakat Indonesia sepertinya
bingung dalam menggunakan keleluasan ini. Bingung dalam arti belum bisa menggunakan dengan
bijak kebebasan ini. Banyak masyarakat yang masih termakan info – info yang tidak benar
mengenai para calon calon wakil rakyat yang melenggang di pesta demokrasi beberapa tahun
terakhir ini. Mereka belum pasti kebenaran akan informasi tersebut, akan tetapi ditelan mentah –
mentah informasi tersebut. Sehingga timbul lah percikan konflik di antara perbedaan ini.

B. ISI

Konflik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ialah suatu percekcokan,
perselisihan atau pertentangan. Inilah yang menjadi akibat perbedaan pilihan tersebut. Bagus
sekali bila ada perbedaan pilihan tersebut. Karena itu menandakan bahwa kebebasan dalam
memilih tersebut sudah tumbuh di dalam masyarakat. Tetapi, dari sinilah timbul konflik di dalam
masyarakat.

Jika kita berkaca dari pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2014 silam, banyak sekali
konflik yang timbul diantara kubu – kubu masyarakat pendukung para calon gubernur dan wakil
gubernur. Isu – isu yang menurut saya tidak pantas di perdebatkan dalam politik pun terus
digoreng. Mulai isu tentang agama, ekonomi, sosial dan lain – lain. Terdapat sekelompok orang
yang menakut – nakuti masyrakat akan hak yang dimiliknya. Misalnya terdapat ancaman bahwa
jika memilih si A tidak masuk surga, mayatnya tidak pantas dimakamkan, dan lain – lain yang
berkaitan dengan hal – hal yang negatif.
Merenganggnya suatu persatuan yang ada dalam masyarakat merupakan dampat dari
perbedaan pendapat yang buruk ini. Mulai timbul rasa anti antar kubu satu dengan kubu lain.
Timbul pula rasa benci yang membakar hati antar kubu. Padahal, ini hanya kontestasi politik
belaka. Tidak perlu diambil pusing & diambil hati. Memang bejat apa yang dilakukan para
poitisi tersebut. Menggunakan suatu hal yang sensitive bagi suatu persatuan negara ini untuk
meraih suatu kekuasaan. Menggunakan “Tuhan” sebagai alat pencapai kemenangan yang kotor
& tidak adil, yang sangat tidak elok untuk dipergunakan dalam politik.

Didalam Alkitab sendiri, kita diajarkan untuk menghargai adanya suatu perbedaan
tersebut. Di Roma pasal 15 : 7 – 13 digambarkan bahwa Tuhan Yesus memberikan teladan kepada
kita bahwa Ia menerima orang Yahudi dan Kafir. Penerimaan menuntut kasih. Saling menerima berarti
kita memberikan kasih kita yang tulus dan murni. Ketidaksepakatan terkadang melukai perasaan orang
lain. Apabila hal ini terjadi, meskipun kita terluka, kita harus menunjukkan kasih melalui tindakan-
tindakan kita dan berani mengampuni orang yang berbeda pendapat dengan kita.

C. PENUTUP

Masih banyak cara agar persatuan ini masih bertahan lama, apalagi menjelang pemilihan
presiden di tahun 2019 mendatang. Kita harus bisa menerima dengan hati yang ikhlas adanya
perbedaan tersebut. Jangan pula kita hanya karna perbedaan pilihan tersebut, membuat tali
persatuan yang sudah kita rajut selama ini menjadi terputus dikarenakan hal tersebut.

Tetaplah saling mengasihi antar satu dengan yang lainnya. Saling menghargai & saling
menerima adanya perbedaan itu. Karena jika kita bisa menerima dengan bijaksana, tidak akan
muncul konflik – konflik yang hanya membuang waktu dan tenaga kita secara sia – sia. Sudah
seharusnya kita bersatu untuk memajukan bangsa ini. Kita hatus bekerja keras agar bangsa ini
menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai