Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Pemeriksaan
Penegakkan diagnosis karies
Pemeriksaan Klinik Ekstra Oral:
1. Neuromuskuler
Pemeriksaan otot-otot mastikasi untuk melakukan palpasi pada otot/musculus,
maka teknik palpasi yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi
(pengunyahan).

2. Pemeriksaan nervus trigeminus


Sensasi sentuhan ringan (dengan kapas)
Nyeri (dengan tusuk jarum)
Refleks kornea (sentuh kornea dengan gumpalan kapas)
Membuka dan menutup mulut
Temuan abnormal meliputi: facial anaesthesia (kehilangan sensori),
hypoaesthesia (sensori berkurang), dysaesthesia atau paraesthesia (sensasi
abnormal), reflex abnormal, otot pengunyahan lemah.

3. Pemeriksaan nervus fasialis


Pemeriksaan klinik intra oral:
1. Pemeriksaan visual langsung
o Sebelum gigi dapat diperiksa dengan sempurna gigi harus dikeringkan terlebih
dahulu dan dibersihkan dari plak.
o Tanda karies paling dini adalah bercak putih di email. Kontur emailnya masih
normal, walaupun pada permukaan aproksimal tak dapat diamati secara biasa
karena terhalang gigi tetangga. Dibagian dalam karies fisur dinding email bis
atampak putih seperti kapur.
o Tanda berikutnya adalah hilangnya kontur permukaan. Hal ini mudah dilihat
pada permukaan bukal dan lingual, tidak begitu mudah dipermukaan okludsal
dan sukar di permukaan aproksimal karena adanya gigi tetangga.
o Jika dentin telah terkena warna dentin karies akan berbeda dengan dentin
normal yang biasanya terlihat putih seperti gading.dentin karies biasanya
berwarna kuning atau coklat meskipun pada lesi yang telah lama atau lesi
yang lebih lambat penyebarannya akan tampak biru atau hitam. Dentin karies
dapat langsung dilihat jika jika email sudah tidak ada.
o Hancurnya email karena tiadanya dukungan dentin menunjukkan bahwa
proses karies telah lanju dan hal ini merupakan tanda bahwa karies dentinnya
telah luas. Kerusakan email semacam ini mudah dideteksi dan pada tahap ini
kemungkinan terkenanya pulpa sudah ada.
2. Transiluminasi
o Jika gigi disinari, lesi karies akan terlihat sebagai bayangan hitam. Cara ini
sering digunakan untuk mendeteksi lesi aproksimal pada gigi anterior.
o Dengan makin mudahnya diperoleh sinar serat optik intra oral, maka cara
transiluminasi bagi gigi posterior akan menjadi lebih banyak disunakan.
3. Pemakaian benang gigi
o Benang gigi dilewatkan pada permukaan proksimal , jika benang gigi menjadi
rusak menandakan adanya tepi email yang kasar dari suatu kavitas karies ,
tepi restorasi yang tidak rata atau karang gigi.

4. Perkusi

o Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah :
nyeri terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan
nyaring/solid metalic)
o Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras
dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan
hasil yang bias dan membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk
memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya
yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau
horisontal-bukolingual mahkota.
5. Sondasi

Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan


sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau
tidak. Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau
kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada
kavitas yang dalam dengan pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital
(Tarigan, 1994).

6. Probing

Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan


menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke
dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi
pasien yang sakit (Grossman, dkk, 1995).

7. Tes mobilitas – depresibilitas

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di


sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya.
Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya
dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan
kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya.
Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama
sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi
dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat
ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah.
Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal
dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan Cohen, 1994).
8. Tes vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah


suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

o Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin
pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman,
dkk, 1995).
o Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes
dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll
maupun rubber da
2. Mengeringkan gigi yang akan dites.
3. Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
4. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
5. Mencatat respon pasien.

Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak
ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital
atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi
tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk,
1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada
gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
o Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih.
Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat
menghantarkan panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta perca
merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa.
Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka
oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan
singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya
respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non
vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
o Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi
gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga
timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum
miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit (Grossman,
dkk, 1995).
o Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies
atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum
miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah
negatif yang menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila
terasa nyeri menandakan gigi masih vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
o Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan
Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT
pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak.
Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor
berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh
hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita
gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi
dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan
non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi,
karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes
elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain,
kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang
belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis (Grossman, dkk, 1995).

Sumber:

1. Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.


2. Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed, Mosby-Year
Book, Philadelphia.
3. Tarigan, R., 1994, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Widya Medika, Jakarta.
4. Tarigan, R., 2002, Perawatan Pulpa Gigi (endodontic), EGC, Jakarta.
5. Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai