Akan tetapi,
perangainya sangat licik. Setiap bertemu dengan binatang-binatang lain, timbul
keinginannya untuk mengganggu. Baik binatang besar seperti gajah, harimau, babi,
ataupun binatang kecil seperti kura-kura, monyet, musang, tidak luput dari usikannya.
Dia sangat senang jika binatang yang diganggu mendapat kesusahan ataupun teraniaya
akibat ulahnya yang licik. Karena kelakuannya yang sangat jahat dia disebut si Kancil
Jahil.
Pada suatu hari, si Kancil Jahil pergi mencari makan. Walaupun hari masih pagi, dia sudah
merasa sangat lapar. Dia segera berjalan meninggalkan tempat persembunyiannya untuk mencari
makanan. Rumput-rumput muda dan pucak-pucak pohon yang dapat dijangkau, dilahapnya
dengan rakus. Setelah beberapa saat berjalan melewati beberapa padang rumput dan semak
belukar, sampailah dia disebidang kebun sayur-sayuran. Berbagai tanaman sayuran di dalam
kebun itu tumbuh dengan subur. Tanaman kacang panjang dan mentimun sudah mulai berbuah
agak lebat. Pak Dul, petani pemilik kebun itu sangat senang hatinya melihat tanamannya tumbuh
subur. Setiap hari ia datang ke kebunnya tanpa merasa lelah. Ia bekerja membersihkan dan
menjaga kesegaran tanamannya dari pagi sampai sore.
Pada waktu melihat tanaman Pak Dul yang segar dan pada subur itu, timbul keinginan si Kancil
Jahil untuk mencuri. Akan tetapi, pada saat itu dia tidak berani masuk ke kebun karena Pak Dul
masih ada di dalam kebun. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dalam hati, “Sebaiknya saya
kembali lagi nanti sore saat pemilik kebun pulang.” Lalu, dia segera meninggalkan tempat itu
dan masuk ke hutan. Kira-kira pukul 5 sore si Kancil Jahil telah berada kembali di dekat kebun
itu. Dari celah-celah pagar dia mengintip ke dalam kebun. Tampak olehnya Pak Dul sedang
bersiap-siap untuk pulang. Tidak lama kemudian, Pak Dul segera keluar meninggalkan kebunnya
dan pulang.