Anda di halaman 1dari 34

Mata Pelajaran 4

PENGENALAN PENGOPERASIAN
UNIT PLTU

Simple Inspiring Performing Phenomenal 1


TUJUAN PEMBELAJARAN :
Setelah mengikuti pembelajaran pengenalan pengoperasian unit PLTU ini peserta
mampu memahami dan menjelaskan prinsip pengoperasian dan procedure start dan
stop unit PLTU dengan benar sesuai dengan standard pengoperasian yang berlaku di
perusahaan

DURASI : 8 JP

PENYUSUN : 1. M. Ikhfan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 2


DAFTAR ISI

Mata Pelajaran 4.............................................................................................................................1

PENGENALAN PENGOPERASIAN UNIT PLTU....................................................................................1

TUJUAN PEMBELAJARAN : ...............................................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................3

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................4

PENGENALAN PENGOPERASIAN PLTU.............................................................................................5

1. Diagram (Prosedur) Start .....................................................................................................5

2. Persiapan start .....................................................................................................................6

2.1 Sistem Air Pendingin Utama dan Pendingin Bantu .....................................................7

2.2 Sistem Udara Instrumen dan Udara Service................................................................9

2.3 Sistem Minyak Pelumas ...............................................................................................9

2.4 Sistem Air Pengisi ......................................................................................................10

2.5 Sistem Udara Pembakaran dan Gas Buang ...............................................................12

2.6 Sistem Penyalaan Bahan Bakar..................................................................................12

3. Prosedur Start....................................................................................................................13

3.1 Start ( Pengoperasian) Boiler ....................................................................................13

3.2 Start ( Pengoperasian) Turbin ....................................................................................21

3.3 Sinkronisasi Generator dan Pembebanan .................................................................27

4. Penurunan beban dan Shut Down Unit .............................................................................30

4.1 Normal Shut Down ....................................................................................................30

4.2 Kondisi Operasi Darurat.............................................................................................32

4.3 Stop Unit Untuk Perbaikan Turbin. ............................................................................32

4.4 Stop Darurat Untuk Perbaikan boiler. .......................................................................33

Simple Inspiring Performing Phenomenal 3


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Prosedur start..................................................................................................5


Gambar 2. Sistem Pendingin Air Laut ..............................................................................................8
Gambar 3. Sistem Udara Instrumen ................................................................................................9
Gambar 4. Sistem Minyak Pelumas ...............................................................................................10
Gambar 5. Sistem Air Pengisi Tekanan Rendah .............................................................................11
Gambar 6. Sistem Air Pengisi Tekanan Tinggi ...............................................................................11
Gambar 7. Sistem penyalaan bahan bakar minyak ......................................................................12
Gambar 8. Sistem penyalaan bahan bakar batubara ....................................................................13
Gambar 9. Proses Boiler Purging ...................................................................................................17
Gambar 10. Contoh batas perbedaan temperatur pada drum .....................................................19
Gambar 11. Kurva ΔT Upper dan Lower terhadap Pressure Steam drum di PLTU Indramayu .....20
Gambar 12. Contoh Kurva Cold Start PLTU Indramayu ................................................................21
Gambar 13. Sistem Gland Seal ......................................................................................................23
Gambar 14. Sistem Kontrol dan Supervisori Turbin ........................................................................1
Gambar 15. Sistem Sinkron Generator..........................................................................................28
Gambar 16. Kurva Shut Down Unit PLTU Tarahan ........................................................................31
Gambar 17. Forced Cooling Turbin................................................................................................33

Simple Inspiring Performing Phenomenal 4


PENGENALAN PENGOPERASIAN PLTU

1. Diagram (Prosedur) Start

Start unit merupakan suatu hal yang cukup kompleks. Start unit dapat dirinci menjadi
start untuk tiap komponen utama yang meliputi start boiler, start turbin, start alat bantu
dan sebagainya.

Gambar 1. Diagram Prosedur start

Simple Inspiring Performing Phenomenal 5


Untuk keperluan praktis, urutan kegiatan start mulai dari persiapan hingga beban penuh
dapat dibuat dalam bentuk diagram blok urutan start. Salah satu contoh diagram blok
urutan start ada pada gambar 1. Diagram ini mengaitkan kegiatan pada operasi boiler
dan turbin.

Dengan diagram tersebut dapat dilihat apa saja yang dilakukan di boiler dan mana yang
dapat dilakukan secara bersamaan antara boiler dan turbin. Diagram ini tentunya
berbeda dari satu unit pembangkit dengan unit pembangkit yang lain. Karena itu
disarankan agar setiap unit memiliki diagram alur start masing-masing karena hal ini
sangat membantu dalam kelancaran start unit.

2. Persiapan start

Sebelum melakukan pengoperasian suatu peralatan atau sistem, maka harus dilakukan
persiapan atau pemeriksaan sebelum start (pre start check / PSC). Mengingat
komponen dan peralatan PLTU demikian banyak, maka mustahil untuk mengingat
seluruh item PSC yang harus dilakukan. Guna membantu kelancaran pelaksanaaan
start, biasanya digunakan daftar item-item yang harus diperiksa sebelum start berupa
list (pre start check list) untuk semua komponen. Apabila kondisi unit usai pekerjaan
overhaul atau pekerjaan pemeliharaan, maka persiapan dan pemeriksaan mencakup
semua bagian alat dan harus dilakukan secara teliti dan bertahap.

Selain PSC operator harus mengetahui tentang Set Point Parameter Peralatan, yaitu
setiap parameter peralatan yang ada memiliki batasan-batasan nilai maksimum yang
aman untuk beroperasi, hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi setiap peralatan dan
sistem dimana dia berada. Pemahaman mengenai nilai setting ini menjadi penting bagi
operator agar dapat mengoperasikan unit pembangkit dengan aman.

Tetapi apabila kondisi unit hangat atau stand by, maka persiapan dan pemeriksaan
relatif lebih sederhana dan singkat, hanya untuk memastikan (konfirmasi) posisi bagian
alat atau sistem. Persiapan ini meliputi persiapan terhadap semua peralatan atau
sistem yang merupakan bagian dari boiler atau bagian dari turbin dan generator. Sesuai
dengan prosedur yang berlaku pekerjaan persiapan ataupun pengoperasian alat atau
sistem ada yang dapat dilakukan secara paralel tetapi ada pula yang harus dikerjakan
secara berurutan.

Pada dasarnya, suatu unit pembangkit adalah kumpulan dari beberapa sistem peralatan
yang bekerja sedemikian rupa saling mendukung satu dengan yang lain, sehingga

Simple Inspiring Performing Phenomenal 6


membentuk siklus uap yang di integrasikan kemudian menghasilkan energi listrik.
Sistem peralatan tadi harus dijalankan sesuai dengan urutan sebagai prosedur/tahapan
dalam mengoperasikan PLTU. Berikut adalah urutan prosedur pengoperasian PLTU
apabila dikelompokan berdasarkan sistem peralatan yang ada di PLTU.

a. Sistem Air Pendingin utama dan pendingin bantu

b. Sistem Udara Instrumen dan Udara Service

c. Sistem Lube Oil dan Turning Gear

d. Sistem Air Pengisi dan Penambah

e. Sistem Udara Pembakaran

f. Sistem Penyalaan Utama dan bantu

g. Sistem Gland Seal dan Vacuum Up

h. Sistem Kontrol dan Supervisori Turbin

i. Sistem Sinkron Generator

j. Sistem Mode Pengoperasian

2.1 Sistem Air Pendingin Utama dan Pendingin Bantu

Didalam unit pembangkit yang sistem pendinginnya terdiri dari sistem pendingin utama
dan pendingin bantu, maka sistem pendingin utama merupakan sistem yang pertama
dioperasikan sebelum alat atau sistem yang lain beroperasi. Hal ini karena sistem
pendingin utama selain untuk mengkondensasikan uap di kondensor juga berfungsi
untuk mendinginkan air dalam sistem pendingin bantu (auxiliary cooling water atau
closed cooling water). Jadi sekalipun kondensor belum mengkondensasikan uap karena
turbin belum beroperasi, tetapi sudah dialiri air pendingin.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 7


Gambar 2. Sistem Pendingin Air Laut

Tetapi apabila sistemnya dilengkapi dengan sistem air pendingin bantu air laut (sea
water auxiliary cooling) yang berfungsi mendinginkan air pendingin bantu, maka yang
dijalankan pertama kali adalah sistem pendingin bantu air laut. Sedangkan sistem
pendingin utama baru dijalankan pada saat akan dilakukan pemvakuman kondensor
(vacuum up).

- Sistem air Pendingin Utama

Persiapan sistem pendingin utama meliputi pemeriksaan mulai dari intake (sisi masuk)
pompa CWP hingga outlet (sisi keluar) kondensor.

- Sistem air pendingin bantu

Sistem ini berfungsi untuk mendinginkan alat bantu dan bersirkulasi secara tertutup.
Sekalipun siklusnya tertutup tetapi sebagian airnya terbuang (bocor), misalnya untuk
pendingin atau perapat poros pompa dan sebagainya. Oleh karena itu persediaan air
dalam tangki (cold head tank) ini harus cukup sebelum sistem dioperasikan.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 8


2.2 Sistem Udara Instrumen dan Udara Service

Sistem ini dioperasikan apabila sistem air pendingin bantu telah beroperasi. Hal ini
karena kompresor udara instrumen maupun kompresor udara service didinginkan
dengan air pendingin bantu. Produk udara instrumen ini digunakan untuk
menggerakkan peralatan instrumen-kontrol termasuk katup dan damper. Persiapan
sebelum mengoperasikan sistem udara instrumen dan service pada dasarnya sama.
Perbedaannya adalah dalam sistem udara instrumen terdapat sistem pengering udara
(air dryer).

Gambar 3. Sistem Udara Instrumen

2.3 Sistem Minyak Pelumas

Didalam unit pembangkit, minyak pelumas selain digunakan untuk pelumas bantalan
turbin dan generator juga digunakan sebagai minyak hidrolik dan kontrol turbin serta
untuk perapat poros (seal) generator.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 9


Pompa pelumas bantalan harus dijalankan sebelum turning gear beroperasi, tetapi
setelah sistem pendingin utama dan bantu. Pada saat turbin start minyak pelumas
bantalan dipasok dengan pompa pelumas bantu dan pada saat normal operasi dipasok
dari pompa pelumas utama yang digerakkan dengan poros turbin.

Gambar 4. Sistem Minyak Pelumas

2.4 Sistem Air Pengisi

Sistem ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

- Sistem air pengisi tekanan rendah (jalur air kondensat)

Mulai dari pengisian di hotwell kondensor sampai ke deaerator tank

- Sistem air pengisi tekanan tinggi (jalur air umpan boiler)

Mulai dari pengisian di deaerator tank sampai drum boiler

Simple Inspiring Performing Phenomenal 10


Gambar 5. Sistem Air Pengisi Tekanan Rendah

Gambar 6. Sistem Air Pengisi Tekanan Tinggi

Simple Inspiring Performing Phenomenal 11


2.5 Sistem Udara Pembakaran dan Gas Buang

Udara pembakaran dipasok oleh Forced Draft (FD) fan dan gas buang dikeluarkan ke
atmosfir dengan Induced Draft (ID) fan selain untuk mengatur tekanan ruang bakar.
Udara pembakaran (udara sekunder) diambil dari atmosfir dan jumlahnya diatur dengan
control vane yang dipasang pada sisi masuk FD fan. Pada beberapa boiler tertentu
dilengkapi dengan sistem resirkulasi gas yaitu Gas Recirculation (GR) fan yang
memanfaatkan kembali panas gas buang yang berfungsi untuk mengatur temperatur
ruang bakar dan mengatur temperatur uap.

2.6 Sistem Penyalaan Bahan Bakar

Sistem penyalaan bahan bakar yang digunakan di PLTU diantaranya:

 Sistem penyalaan bahan bakar minyak solar (HSD atau LFO)

BBM solar digunakan sebagai penyala (igniter) dan untuk pembakaran awal pada
saat start boiler. Sistem bahan bakar solar yang dipersiapkan mulai dari tangki
hingga burner LFO.

 Sistem penyalaan bahan bakar residu (MFO)

 Sistem penyalaan bahan bakar minyak residu digunakan sebagai bahan bakar
utama pada PLTU minyak. Pemeriksaan bahan bakar minyak residu meliputi
seluruh komponen mulai dari tangki persediaan, tangki harian hingga burner residu.

Gambar 7. Sistem penyalaan bahan bakar minyak

Simple Inspiring Performing Phenomenal 12


 Sistem penyalaan bahan bakar batubara

Sistem penyalaan bahan bakar batubara merupakan sistem yang cukup


kompleks karena komponennya banyak. Persiapan sistem bahan bakar batubara
mulai dari bunker hingga coal burner. untuk sistem penyalaan bahan bakar
batubara yang banyak digunakan di pembangkit sekarang adalah Pulverized
Coal System dan Fluidized Bed Combustion System.

Gambar 8. Sistem penyalaan bahan bakar batubara

3. Prosedur Start

3.1 Start ( Pengoperasian) Boiler

Sebelum menjalankan boiler, perlu dilakukan persiapan yaitu meliputi semua item Pre
Start Check telah terpenuhi, berikut contoh diantaranya:

 Semua Access Door dan Duct telah ditutup.

 Tidak ada peralatan Maintenance atau Scafolding disekitar peralatan.

 Tidak ada Hanger yang terikat.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 13


 Lubricating Oil & Grease telah di-isi sesuai level atau jumlah dan kualitasnya.

 Semua Burner Guns dan Soot Blower pada posisi Retract.

 Semua Covers, Coupling, Fixing Bolts, dll telah aman pada posisinya

 Semua Fire Alarm dan Fire Protection System siap untuk beroperasi.

 Semua Annunciation sudah di tes.

 LFO Supply System (Day Tank & Storage Tank) sudah tersedia dan level
mencukupi.

 Supply batubara telah tersedia untuk operasi dan jumlahnya pada Coal Bunker
mencukupi

 Water level (Boiler Bottom Seal Water) pada SSC kondisinya normal.

 SSC dan Fly Ash Removal System sudah beroperasi.

 DCS dan semua Control Equipment dalam kondisi ready.

 Semua Field Instrument telah siap untuk beroperasi.

 Indikasi untuk Equipment di DCS dalam keadaan normal.

 Tanki chemical (Ammonia, Hydrazine dan Phosphate sudah terisi dengan


chemical sampai level high.)

 Menjalankan Dosing Pump dan Sampling Sistem.

 Chemical Injection System siap untuk beroperasi.

 Meyakinkan bahwa kondisi Flash Tank, Blow Down Tank dan Clean Drain Tank
siap untuk beroperasi

Tahapan start boiler secara umum adalah sebagai berikut :

a. Alur Aliran Air

 Pengisian Hotwell Kondensor

Pengisian hotwell dapat dilakukan bila kualitas air pengisi telah memenuhi
kualitas air kondensat yang ditetapkan, isilah hotwell dengan air yang berasal
dari Condensate Storage Tank hingga level normal.

 Pengisian Tangki Deaerator

Setelah level hotwell cukup, kegiatan dilanjutkan dengan pengisian tangki


deaerator. Tetapi perlu diingat bahwa persyaratan air untuk deaerator yang
Simple Inspiring Performing Phenomenal 14
ditentukan oleh pabrik harus dijadikan pedoman. Bila memenuhi syarat, air
dapat diisikan ke tangki deaerator dengan pompa kondensat hingga level
normal. Perlu diingat bahwa selama mengisi tangki deaerator, secara simultan
perlu dilakukan penambahan air penambah ke hotwell.

 Pengisian Steam Drum Boiler

Seperti halnya saat mengisi tangki deaerator, sebelum mengisi drum boiler
kondisi air harus memenuhi persyaratan air boiler yang telah ditetapkan. Air
diisikan ke boiler dengan pompa air pengisi (Boiler Feedwater Pump). Sebelum
menjalankan pompa air pengisi, pompa harus di "Priming" terlebih dahulu
dengan cara membuka saluran venting pada pompa sampai semua udara
terbuang yang ditandai dengan keluarnya air dari saluran venting. Sebelum
mengisikan air kedalam boiler, yakinkan bahwa katup venting pada boiler drum,
superheater, reheater (bila tersedia) harus sudah dalam keadaan terbuka untuk
membuang udara. Isi boiler hingga level drum sedikit dibawah level normal.
Bila pada pengisian awal level drum sudah tinggi, maka ketika memuai level
drum akan menjadi terlalu tinggi sehingga harus diturunkan dengan
membuang sebagian air melalui saluran "Blow Down". Hal seperti ini
sedapat mungkin harus dihindari karena akan menambah kerugian air dan
panas.

Setelah level air drum mencapai yang telah ditetapkan (biasanya antara 0 mm
sampai -50 mm), maka katup pengatur laju air umpan ditutup dan pompa air
pengisi dapat dimatikan. Pada prinsipnya penambahan air ke boiler belum lagi
diperlukan sampai saat dimana uap telah mulai mengalir keluar dari boiler.

b. Alur Aliran Udara dan Gas

 Pembilasan Ruang Bakar (Purging)

Rang bakar adalah tempat dimana bahan bakar bercampur dengan udara
untuk membentuk reaksi pembakaran. Oleh karena itu, kemungkinan
terdapatnya sisa bahan bakar sangat besar. Sisa-sisa bahan bakar ini dapat
bersifat sangat eksplosif dan cukup membahayakan. Ketika boiler beroperasi
selalu ada resiko masuknya bahan bakar yang tidak terbakar kedalam boiler.
Untuk mengurangi resiko ledakan (eksplosion), maka ruang bakar senantiasa
harus dibilas (purging) terlebih dahulu sebelum boiler dinyalakan, yaitu

Simple Inspiring Performing Phenomenal 15


menggunakan udara pembakaran yang disuplay dari forced draft fan. Tujuan
dari purging ini adalah untuk membuang gas yang dapat terbakar (combustible
gas) dari dalam boiler. Untuk memastikan bahwa boiler sudah bersih dari
combustible gas, maka purging dilakukan sekitar 5 - 15 menit.

 Persyaratan purging

Untuk dapat melakukan purging diperlukan beberapa persyaratan yang harus


dipenuhi. Persyaratan untuk melakukan purging antara boiler yang satu dengan
yang lain dapat saja berbeda, tetapi persyaratan utama pada prinsipnya sama.
Persyaratan tersebut antara lain adalah :

 Laju aliran udara pembakaran lebih besar dari 30 % aliran beban penuh

 Katup penutup cepat (trip valve) bahan bakar penyala tertutup

 Tekanan ruang bakar (furnace pressure) sudah sesuai set point

 Katup penutup cepat bahan bakar utama tertutup

 Semua damper/vane udara dan gas terbuka penuh

 Level air di drum boiler diatas batas minimum.

 Tidak ada nyala api di ruang bakar

 Boiler tidak dalam kondisi MFT, dan sinyal MFT sudah direset

Untuk boiler yang pengoperasiannya menggunakan soft panel (layar/CRT), item-


item persyaratan purging dapat dilihat dilayar monitor. Pada PLTU yang
dilengkapi dengan penangkap abu elektrik (Electrostatic Precipitator),
pastikan bahwa electrostatic precipitator ini baru boleh dioperasikan setelah
proses pembilasan (purging) selesai. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya ledakan (explosion) didalam electrostatic precipitator
ketika proses pembilasan tengah berlangsung. Untuk memperoleh aliran udara
lebih besar dari 30 %, dilakukan dengan mengatur inlet vane dari FD fan.
Sementara untuk membuat tekanan ruang bakar minus (-10 mmWC) dilakukan
dengan mengatur inlet vane IDF.

 Prosedur purging

Apabila persiapan dan persyaratan purging telah terpenuhi, maka purging dapat
dilakukan . Prosedur purging dilakukan dengan mengalirkan udara ke ruang
bakar dan semua saluran gas dengan laju aliran udara > 30 % laju aliran udara

Simple Inspiring Performing Phenomenal 16


pada beban penuh selama waktu sekitar 5 - 15 menit. Selama proses purging
berlangsung kondisi boiler dijaga stabil seperti saat sebelum purging. Jadi
semua parameter dari alat yang beroperasi dijaga untuk tidak berubah dan tidak
melakukan start atau stop suatu alat. Apabila pada saat proses purging sedang
berlangsung salah satu parameter yang merupakan persyaratan purging
berubah harganya, maka purging batal dan alarm gangguan muncul di panel.
Jika proses purging gagal, artinya belum selesai sesuai dengan set waktu yang
telah ditentukan, maka purging harus diulang dari awal.

Gambar 9. Proses Boiler Purging

c. Penyalaan (Firing)

Setelah Purging selesai Sebelum melakukan penyalaan awal, maka komponen berikut
ini harus disiapkan :

 Damper udara di draft system dalam posisi untuk penyalaan

 Tekanan uap atau udara untuk atomising pada Oil Burner cukup

 Flame detector (sensor) dalam keadaan baik dan telah terpasang

 Tekanan ruang bakar normal,

 Tekanan bahan bakar penyala cukup

Simple Inspiring Performing Phenomenal 17


Sebelum melakukan penyalaan, biasanya dilakukan Oil Leak Test, yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi jalur Sistem Oil burner apakah ada kebocoran atau tidak
untuk mencegah kebakaran ataupun pencemaran lingkungan. setelah dilakukan Oil
Leak Test selanjutnya posisikan Thermoprobes pada posisi Insert atau masuk

Penyalaan dapat dilakukan apabila purging telah selesai. Untuk melakukan penyalaan,
maka katup trip bahan bakar penyala dibuka sehingga bahan bakar siap hingga katup
isolasi tinggal menunggu urutan start penyalaan.

Begitu tombol start igniter ditekan, maka urutan penyalaannya adalah sebagai berikut :

 Igniter gun masuk keruang bakar.

 Katup uap atau udara atomisasi terbuka

 Busi mengeluarkan bunga api (igniter on)

 Katup bahan bakar penyala terbuka

Jika nyala api yang ditangkap oleh flame detector memuaskan, artinya terjadi
pembakaran yang baik, maka penyalaan berlangsung terus dan busi akan mati setelah
memberi penyalaan. Tetapi jika nyala api yang ditangkap flame detector tidak
memuaskan, maka igniter trip (katup trip bahan bakar penyala dan atomisasi tertutup).
Pada saat pembakaran awal pastikan bahwa pembakaran terjadi dengan baik, tidak
ada bahan bakar yang tidak terbakar masuk ke ruang bakar. Bentuk nyala api harus
diperhatikan melalui lubang intip, yaitu tidak terlalu panjang tetapi juga tidak terlalu lebar
sehingga menyentuh dinding ruang bakar.

Proses pemanasan pada boiler harus dilakukan bertahap dengan kenaikan temperatur
uap yang terkontrol. Temperatur metal superheater harus dipantau dan dijaga pada
batas yang diijinkan. Temperatur metal reheater (apabila tersedia) juga harus diamati
terus menerus karena belum ada aliran uap masuk turbin. Buka katup resirkulasi
ekonomiser agar air dapat bersirkulasi dari drum boiler ke pipa pipa menuju ekonomiser
dan kembali ke drum. Pada saat ini belum ada penguapan sehingga kenaikan
temperatur harus diatur dengan hati-hati agar tidak terjadi overheating pada pipa-pipa
boiler.

Atur laju kenaikan temperatur dan tekanan uap dengan mengatur banyaknya igniter
yang beroperasi atau dengan mengatur laju aliran minyaknya. Periksa temperatur gas
keluar ruang bakar dengan menggunakan thermoprobe, jaga agar temperatur ini tidak
melebihi batas yang telah ditentukan. Apabila telah terjadi pemanasan yang cukup dan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 18


timbul tekanan yang cukup, pembakaran dapat ditambah dengan menambah burner
HSD/LFO atau menggunakan bahan bakar minyak residu (apabila tersedia). Laju
kenaikan temperatur tetap harus dibatasi demikian pula temperatur pipa-pipa boiler juga
harus terus dipantau.

e. Menaikkan Tekanan dan Temperatur Uap

Dalam tahap kenaikan tekanan boiler, aspek yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar perbedaan temperatur pada komponen - komponen boiler tidak boleh
melampaui batas yang ditetapkan karena perbedaan temperatur merupakan
penyebab thermal stress. Hal ini teutama pada boiler drum karena boiler drum
merupakan komponen yang paling tebal dalam boiler. Perbedaan temperatur yang
perlu diperhatikan pada boiler drum adalah perbedaan temperatur antara Top (atas)
dengan Bottom (bawah) terutama sebelum terbentuknya uap (belum terjadi
penguapan). Saat belum terjadi penguapan, bagian boiler drum yang dipanasi
adalah dinding boiler drum sebelah dalam bagian bawah yang bersinggungan dengan
air sebagai media pemanas

Gambar 10. Contoh batas perbedaan temperatur pada drum

Pada tahap ini, boiler drum bagian bawah cenderung memuai sedang drum bagian
atas cenderung belum memuai sehingga terjadi stress. Untuk mengurangi stress,
maka perbedaan temperatur antara Top dengan Bottom tidak boleh melebihi batasan
yang ditetapkan, dengan cara mengatur bahan bakar (Firing Rate). Manakala
penguapan sudah terjadi, maka seluruh permukaan bagian dalam dari boiler drum
sudah dipanasi secara merata, dimana bagian bawah dipanasi oleh air sedang bagian
atas dipanasi oleh uap. Pada tahap ini perbedaan temperatur antara Top/Bottom mulai

Simple Inspiring Performing Phenomenal 19


mengecil. Perbedaan temperatur yang lebih nyata terjadi antara bagian dalam drum
dengan bagian luar drum (inner dengan outter), karena bagian luar tidak dipanasi sama
sekali. Gambar 12 menunjukkan contoh kurva perbedaan temperatur upper dan lower
terhadap tekanan steam drum.

Gambar 11. Kurva ΔT Upper dan Lower terhadap Pressure Steam drum di PLTU Indramayu

Pada pipa-pipa superheater, uap berfungsi sebagai media pendingin karena bagian luar
superheater dipanasi oleh gas panas. Ketika belum terbentuk uap atau ketika aliran
uap melintasi superheater masih sedikit, maka temperatur gas bekas harus dibatasi
untuk mencegah terjadinya overheating pada pipa-pipa superheater. Pembatasan ini
juga dilakukan dengan mengatur aliran bahan bakar (Firing Rate). Pada beberapa
jenis boiler, tersedia fasilitas untuk mendeteksi temperatur ruang bakar yang
disebut "Thermoprobe". Bila dilengkapi dengan thermoprobe, maka operasikan secara
periodik untuk memonitor temperatur ruang bakar.

Bila ternyata temperatur ruang bakar melebihi batasan yang ditetapkan, maka laju
aliran bahan bakar (Firing Rate) harus dikurangi. Bila tidak tersedia thermoprobe,
maka batasan terhadap laju kenaikan temperatur yang direkomendasikan oleh pabrik
dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengatur firing rate.

Setelah semua udara keluar dari drum (pada tekanan sekitar 2 bar) dengan adanya
indikasi uap keluar pada pipa venting, venting steam drum dapat ditutup. Naikkan
tekanan secara bertahap dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan.
Gambar 12 menunjukkan contoh tipikal grafik start dingin (cold start) boiler dan turbin.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 20


Gambar 12. Contoh Kurva Cold Start PLTU Indramayu

3.2 Start ( Pengoperasian) Turbin

Sebelum mengoperasikan turbin, perlu dilakukan persiapan. Pastikan bahwa semua


indikator dan peralatan turbovisori (Turbin Supervisori) berfungsi dengan baik.
Pastikan bahwa semua katup drain turbin (casing drain, main steam drain, extraction
line drain) terbuka.

 Menjalankan Turning Gear/Barring Gear

Jalankan pompa pelumas bantu (Auxiliary Oil Pump) atau turning gear oil pump
dan amati tekanan pelumas. Pastikan bahwa minyak pelumas mengalir lancar
kesetiap bantalan (termasuk bantalan generator) dengan cara mengamati aliran
minyak pelumas melalui kaca pengamat aliran (Sight Flow) yang terpasang.
Apabila semua normal, jalankan "Jacking oil pump" (bila dilengkapi) dan periksa
tekanan jacking oil. Jalankan pemutar poros turbin (Turning/ barring Gear),
masukkan kopling sehingga poros turbin berputar pada putaran rendah (5 ~ 30
Rpm).

Simple Inspiring Performing Phenomenal 21


 Pemanasan (warming) Main Steam Line

Pada boiler yang dilengkapi dengan "Boiler stop valve", maka setelah boiler
mencapai tekanan tertentu, saluran uap utama (main Steam line) dapat di
"warming" dengan membuka boiler stop valve.

`Prosedur pembukaan valve sebagai berikut :

 Buka katup balance pipe (By Pass) boiler stop valve.

Uap akan mengalir melintasi dan memanaskan saluran uap utama menuju
saluran drain yang posisinya sebelum turbin stop valve.
 Setelah cukup hangat, tutup katup saluran drain tersebut untuk mengurangi
perbedaan tekanan ( P) sebelum dan sesudah boiler stop valve.
 Buka boiler stop valve.
 Buka kembali katup drain main steam disisi turbine stop valve.
 Tutup katup balance pipe (By pass) boiler stop valve.

 Mengoperasikan Uap Perapat Poros (Gland Steam)

Sebelum turbin beroperasi, uap perapat umumnya dipasok dari saluran main
steam atau Auxiliary Steam. Dengan demikian, maka tekanan dan temperatur uap
perapat harus disesuaikan dengan kondisi perapat sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah. Karena itu tekanan uap perapat harus diturunkan melalui katup
pengatur. Selain itu, uap perapat sisi tekanan rendah juga diturunkan temperaturnya
dengan menggunakan air pancar (desuperheater). Pengaturan ini biasanya
dilakukan secara otomatis. Uap bekas dari perapat selanjutnya mengalir ke gland
steam condensor yang dibuat kondisi vakum dengan bantuan gland steam
exhauster dan didinginkan oleh air kondensat.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 22


Gambar 13. Sistem Gland Seal

 Membuat Vacuum Condensor

Untuk perangkat pembuat vacum berupa "Steam Ejector", maka ejector baru dapat
dioperasikan setelah tekanan boiler mencapai harga tertentu (25 ~ 30 bar ).
Umumnya yang dijalankan pertama adalah starting/Hoging Ejector. Setelah
mencapai harga vacum tertentu baru ditukar dengan " main " Ejector.

Untuk perangkat pembuat vakum kondensor yang menggunakan pompa vakum


(vacuum pump), biasanya setiap unit dilengkapi dengan pompa vakum cepat
(starting vacuum pump) dan pompa vakum normal ( normal duty vacum pump ).
Sebelum menjalankan pompa, periksa pelumas pompa dan perapat (seal) dan tutup
katup pelepas vakum (vacuum breaker). Begitu dijalankan, pastikan bahwa katup
diantara pompa vacum dengan condensor telah terbuka. Sambil menunggu vakum
kondensor mencapai harga normal, atur pembakaran (Firing rate) agar laju
kenaikan temperatur pada boiler tetap berada dalam batas - batas yang
diizinkan.

Pada harga vakum tertentu, turbine by pass (by pass system ) dapat dioperasikan
dengan membuka katup turbin by pass sehingga uap dari Main Steam Line akan
mengalir ke kondensor melalui saluaran turbine by pass. Dengan beroperasinya

Simple Inspiring Performing Phenomenal 23


system by pass, maka aliran uap melintas super heater dan Main Steam Line akan
meningkat sehingga kenaikan temperatur uap menjadi lebih cepat.

 Rolling up Turbin.

Setelah vakum kondensor mencapai harga normal dan tekanan serta temperatur
uap telah memadai, turbin dapat segera dioperasikan. Tetapi sebelum itu,
pemeriksaan akhir perlu dilakukan. Periksa apakah eksentrisitas (eccentricity)
poros telah berada dibawah harga batas yang telah ditetapkan.

Bila belum, tunda start turbin dan biarkan poros turbin tetap diputar oleh turning gear
sampai eksintrisitas poros mencapai batasan yang ditetapkan. Amati aliran minyak
pelumas pada setiap bantalan termasuk temperaturnya.

Periksa posisi poros (rotor position) serta perbedaan pemuaian (differential


expansion) antara rotor dengan casing. Amati perbedaan temperatur antara upper
dengan lower casing, serta perbedaan temperatur antara flens dengan Bolt. Cek
temperatur exhaust hood dari LP turbin dan yakinkan bahwa sistem pengatur
temperatur exhaust LP turbin (LP exhaust hood spray water) dalam keadaan
normal. Yakinkan bahwa semua katup drain casing, saluran uap ekstraksi
terbuka.

Periksa tekanan HP oil/working oil. Reset turbin dan amati reaksi katup-katup
governor. Segera setelah reset, maka governor valve akan membuka penuh.
Kini turbin siap diputar dengan membuka stop valve (throttle valve). Atur
pembukaan stop valve agar diperoleh laju percepatan (acceleration) poros yang
sesuai. Besarnya laju percepatan dapat ditentukan dari grafik start turbin yang
direkomendasikan pabrik. Pada turbin yang dilengkapi sistem start otomatis
(Automatic Turbine Start Up/ ATS), tersedia selector switch untuk memilih laju
akselerasi yaitu " Slow", "Normal" dan "Fast" dimana besaran akselerasi untuk
masing-masing posisi selector switch telah ditentukan oleh pabrik.

Untuk start secara manual, gunakan grafik start turbin sesuai dengan jenis start
(cold, warm, atau hot start) yang direkomendasikan oleh pabrik. Ketika melakukan
start dingin (cold start), umumnya putaran turbin harus ditahan pada harga
putaran tertentu selama periode waktu tertentu untuk tujuan pemerataan panas
(heat soak) dalam rangka meminimumkan thermal stress dan differensial

Simple Inspiring Performing Phenomenal 24


expansion. Perlu diingat bahwa ketika uap mulai mengalir kedalam turbin, maka
rotor akan memuai lebih cepat dari casing.

Hal-hal tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan pemuaian relatif


(differensial expansion) antara rotor dengan casing. Bila selisih pemuaian rotor -
casing berharga positip, maka disebut "Rotor Long" dan bila negatip disebut "Rotor
short". Bila perbedaan pemuaian ini lebih besar dari jarak bebas (clearence)
antara bagian yang beregerak dengan bagian yang stasioner, maka kemungkinan
dapat terjadi pergesekan diantara keduanya. Karena itu, "differential expansion"
merupakan parameter operasi turbin yang vital dan perlu terus dimonitor serta
diupayakan agar tidak sampai melebihi batas yang ditetapkan.

Disamping itu, perbedaan temperatur antara upper dengan lower casing dan
perbedaan temperatur antara flens dengan bolt juga harus diperhatikan. Untuk
menjaga agar semua besaran tersebut tetap berada dalam batas yang diizinkan,
maka turbin harus diberi cukup waktu untuk pemerataan panas (heat soak) sesuai
grafik start up dari pabrik. Pada turbin yang dilengkapi sistem ATS, terdapat
sistem monitoring "Stress Level". Bila stress tinggi, maka proses urutan
(Sequence) start akan tertunda secara otomatis ”hold” sehingga turbin akan tetap
berada pada putaran tertentu dalam waktu yang cukup untuk pemerataan panas.
Setelah "Stress level" turun hingga dibawah batas yang tentukan, maka proses
urutan start turbin akan berlanjut lagi.

Buka sedikit stop valve atau ada yang biasa disebut Main Steam Valve (MSV)
untuk mengalirkan uap ke turbin dan posisi governor valve atau control valve (CV)
buka 100%. Begitu putaran mulai naik, yakinkan bahwa turning gear terlepas
(disenggage) dan matikan. Pada beberapa jenis turbin, pabrik merekomendasikan
untuk mentripkan turbin ketika putaran turbin belum begitu tinggi (400 ~ 600
RPM). Ini dilakukan dengan tujuan untuk pemeriksaan akhir kalau-kalau ada
gejala atau tanda-tanda terjadinya gesekan (Rub check) serta menyakinkan
bahwa stop valve dapat berfungsi dengan baik.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 25


Gambar 14. Sistem Kontrol dan Supervisori Turbin

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


Bila ternyata semua normal, turbin dapat distart lagi. Pada putaran tertentu, vibrasi
menunjukkan gejala kenaikan. Ini terjadi bila turbin beroperasi tepat pada putaran
kritisnya (critical speed). Untuk menghindari kenaikkan vibrasi, operator harus mengerti
harga putaran kritis ini dan jangan biarkan turbin beroperasi pada putaran kritisnya.
Ketika putaran turbin mendekati harga putaran kritisnya, laju kenaikan putaran
(acceleration) harus ditambah sehingga turbin akan melewati harga putaran kritisnya
dengan cepat. Tipe turbin tertentu memiliki beberapa putaran kritis selama rolling up.

Lakukan pengamatan yang seksama secara periodik terhadap seluruh parameter turbin
supervisory (Casing Expansion, Differensial Expansion, Rotor position, Vibration) .
Ketika putaran mendekati putaran nominal (+ 2850 RPM) akan terjadi proses valve
transfer (Partial Arc Load). Pada putaran ini, governor valve akan bergerak dari posisi
terbuka penuh ke posisi pembukaan minimum sesuai dengan kondisi beban saat itu,
sementara stop valve (MSV) akan membuka penuh. Pada tipe kontrol turbin yang lain,
proses Partial Arc Load ini ada yang dilakukan setelah sinkron dan unit berbeban.

Pengendalian pengaturan aliran uap kini diambil alih oleh governor valve. Saat dimana
valve transfer terjadi merupakan saat yang sangat rentan karena berpindahnya proses
throtling dari stop valve/MSV ke governor valve/CV. Bila tekanan dan temperatur uap
tidak memadai, maka ada kemungkinan terjadi kondensasi di steam chest. Setelah itu,
naikkan putaran turbin hingga putaran nominal dengan membuka governor valve.
Matikan jacking oil pump dan Auxiliary oil pump.

3.3 Sinkronisasi Generator dan Pembebanan

Seperti halnya pada boiler dan turbin, sebelum menjalankan generator juga perlu
dilakukan persiapan dan pemeriksaan. Periksa dan yakinkan bahwa semua instrumen
monitoring untuk generator berada dalam kondisi normal. Cek penunjukan temperatur
kumparan (winding) generator, selain itu periksa sistem pendingin generator.

Untuk generator berpendingin udara, periksa apakah air pendingin telah mengalir
kedalam pendingin udara (Air Cooler). Periksa seluruh sistem proteksi generator.

Periksa aliran pelumas bantalan dan temperaturnya. Amati juga vibrasi pada bantalan
bantalan generator. Ingat bahwa posisi rotor generator mungkin terpengaruh oleh
pergerakan poros turbin akibat pemuaian.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 27


Pemeriksaan trafo generator (Generator Transformer).

 Cek level minyak trafo dan sistem pendingin trafo.


 Yakinkan power suplly untuk fan pendingin dan pompa minyak trafo telah
"Standby".
 Periksa indikator temperatur kumparan trafo dan silica gell.
 Yakinkan bahwa sistem proteksi trafo dalam kondisi normal.
 Cek level minyak pada bushing. Persiapkan juga jalur (bay) yang dipilih untuk
sinkronisasi generator ke sistem jaringan.

Setelah semua persiapan dilaksanakan, berarti generator siap dioperasikan. Manakala


putaran turbin/generator telah mendekati putaran nominalnya, sistem eksitasi dapat
diaktifkan. Masukkan saklar arus penguat (Field Circuit Breaker). Naikkan tegangan
generator sampai tegangan nominalnya dengan mengatur arus penguat melalui.

a. Sinkronisasi

Tahap berikutnya adalah memparalelkan generator dengan sistem jaringan (Sistem 500
KV atau 150 KV). Paralel generator dapat dilakukan secara otomatis maupun secara
manual. Untuk proses paralel dapat dilakukan di sistem 500 KV/150 KV atau ada yang
dilakukan 11,5 KV. Bila harus dilakukan secara manual, maka operator harus
mengetahui syarat - syarat paralel generator yaitu :

Gambar 15. Sistem Sinkron Generator

Simple Inspiring Performing Phenomenal 28


 Tegangan generator harus sama dengan tegangan sistem

 Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi sistem

 Sudut fasa harus sama dan urutan fasa harus sama

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam memparalel generator adalah


menyamakan frekuensi generator terhadap frekuensi sistem dengan mengatur putaran
turbin melalui pengaturan pembukaan katup governor. Berikutnya menyamakan
tegangan generator terhadap tegangan sistem. Atur tegangan generator dengan
mengatur arus penguat melalui sehingga sama dengan tegangan sistem.

Aktifkan "synchron switch" sehingga jarum "synchronoscope" bergerak menunjuk


perbedaan sudut fasa. Usahakan agar jarum synchronoscope berputar dengan lambat
searah jarum jam dengan cara mengatur pembukaan katup governor. Pada tahap ini
berarti generator siap diparalel ke sistem jaringan.

Paralel generator dilakukan dengan cara memasukkan PMT generator (generator circuit
breaker). PMT generator dapat dimasukkan ketika jarum synchronoscope tepat
menunjuk di angka "12" ± 3 0. Setelah sinkron, naikkan beban generator hingga beban
minimum yang direkomendasikan dengan mengatur katup governor secukupnya. Katup
drain main steam dan drain turbin lainnya dapat ditutup.

b. Pembebanan

Beban generator biasanya ditahan pada 10 % MCR selama beberapa menit. Selanjutnya
naikkan beban secara bertahap, sambil mengatur pembakaran (firing rate) agar tekanan
dan temperatur uap naik sesuai grafik jenis start yang dipilih. Bila diperlukan, nyalakan
burner untuk menambah jumlah burner yang beroperasi.

setelah mencapai beban tertentu (umumnya berkisar 10 % ~ 20 % MCR), lakukan


pemindahan (transfer) pasokan listrik untuk alat-alat bantu dari start up transformer ke
trafo unit (unit transformer). Pada beban disekitar ini, umumnya semua katup drain
(casing drain, superheater drain dan sebagainya) boleh ditutup. Uap ektraksi (Bleed
Steam) ke pemanas air pengisi dapat dioperasikan. Aktifkan mulai dari pemanas yang
paling rendah.

Aktifkan pula sistem kaskade kondensasi drain setiap pemanas awal. Normal drain dari
pemanas dialirkan ke pemanas awal yang lebih rendah (Cascade System) sedang
drain alternatifnya (alternate drain) akan langsung menuju kondensor atau flash tank

Simple Inspiring Performing Phenomenal 29


(drain tank). Untuk PLTU yang menggunakan Pulverizer, dapat mulai dengan proses first
coal firing. Kemudian dilanjutkan dengan menyalakan Pulverizer selanjutnya sesuai
dengan kapasitas pembangkit tersebut yang diikuti dengan kenaikan beban. Langkah
pembebanan berikutnya tinggal mengikuti grafik pembebanan yang direkomendasikan
oleh pabrik dan sesuai permintaan kebutuhan dari Pusat Pengatur Beban.

4. Penurunan beban dan Shut Down Unit

Seperti halnya pada saat start, untuk mematikan unit juga dikenal 2 macam metode stop
yaitu normal stop (Cold Shut Down) dan emergency stop (Hot Shutdown / Hot Banking
Stop). Jenis stop unit yang akan ditetapkan tergantung pada kebutuhan. Bila unit
akan di stop dan diprogram untuk tidak beroperasi dalam waktu yang cukup lama
(misalnya untuk keperluan overhoul), maka dapat dipilih jenis normal shut down.
Tetapi bila unit harus di stop dan direncanakan untuk secepatnya dapat beroperasi
kembali (misalnya ada kerusakan yang perbaikannya tidak memerlukan waktu lama tapi
unit harus shutdown), maka boiler harus dijaga agar tetap panas (hot banking). Untuk
kondisi ini, maka hot shut down dapat dilaksanakan.

4.1 Normal Shut Down

Pada normal shut down, tersedia waktu yang cukup sehingga sambil menurunkan
beban, berbagai test untuk sistem proteksi dapat dilaksanakan untuk membuktikan
bahwa sistem proteksi berfungsi secara baik. Soot Blower dapat dioperasikan sebelum
boiler dimatikan. Mula-mula, turunkan beban secara bertahap dengan menggunakan
governor valve. Amati semua peralatan supervisori.

Matikan mill (Pulverizer) sesuai dengan kebutuhan beban. Untuk mematikan mill
biasanya tersedia urutan (sequence) stop yang bekerja secara otomatis. Namun secara
prinsip perlu juga diketahui, bahwa sebelum dimatikan, mill harus dikosongkan terlebih
dahulu. Matikan Mill sesuai dengan SOP yang ada di setiap unit pembangkit.

Turunkan beban dengan governor valve. Amati temperatur uap bekas (LP Exhaust
hood). Selain itu juga jangan sampai terjadi rotor short. Pada beban sekitar 20%,
lakukan pemindahan pasokan listrik untuk alat-alat bantu dari trafo unit (unit
transformer) ke trafo start (start up transformer). Matikan pasokan uap ekstraksi untuk
pemanas awal air pengisi, paling tinggi (top heater). Nyalakan burner minyak ataupun
ignitor sekedar untuk mempertahankan nyala api di boiler.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 30


Gambar 16. Kurva Shut Down Unit PLTU Tarahan

Pada beban mendekati 0 MW, lepas GCB generator. Trip kan turbin dengan menekan
tombol emergency trip. Tombol ini digunakan untuk mematikan turbin sambil menguji
apakah emergency trip dapat berfungsi dengan baik. Pastikan bahwa Field Breaker akan
trip dan stop valve serta governor valve menutup. Buka semua saluran drain (casing
drain, extraction line drain dan main steam line drain). Pada harga putaran tertentu,
pompa pelumas bantu (AOP) akan start secara otomatis. Bila dikehendaki , start secara
otomatis pompa-pompa yang lain (TOP dan EOP juga dapat dilaksanakan. Sama halnya
dengan turbin, boiler juga dapat dimatikan melalui tombol emergency trip. Sambil
menguji apakah emergency trip dapat berfungsi dengan baik. Setelah itu purging ruang
bakar (boiler).

Non aktifkan sistem bahan bakar, baik batu bara maupun minyak. Langkah berikutnya
tergantung pada metode pendingin (cooling) boiler yang dikehendaki. Bila dikehendaki
pendinginan alami (Normal Cooling) maka F.D. FAN dan ID.FAN dapat dimatikan
sementara damper-dampernya saja yang dibiarkan tetap terbuka sehingga tercipta
aliran udara untuk pendinginan normal.

Tetapi bila dikehendaki pendinginan paksa (Force Cooling), maka ID.Fan dan F.D.
Fan tetap jalan dan aliran udara diatur untuk memperoleh pendinginan paksa (Force
Cooling). Bila tekanan drum sudah cukup rendah, buka semua vent dan drain.
Simple Inspiring Performing Phenomenal 31
Bila boiler akan dikosongkan, maka boiler bottom drain baru dapat dibuka bila
temperatur boiler sudah cukup rendah (umumnya < 90 0C). Sementara itu, putaran turbin
terus turun. Pada putaran sekitar 500 Rpm katup pelepas vakum (Vacuum Breaker)
dibuka. Sebelumnya, matikan dulu ejector atau vacuum pump. Laju penurunan
putaran akan semakin cepat.

Pastikan bahwa jacking oil pump start secara otomatis. Setelah rotor turbin berhenti,
hubungkan kopling turning gear (enggage) dan jalankan turning gear. Bila sistem ini
otomatis, pastikan bahwa rotor sekarang diputar oleh turning gear. Matikan semua
alat-alat bantu yang sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi pengatur temperatur exhaust
turbin (LP exhaust hood spray water) mungkin masih tetap diperlukan untuk menjaga
agar temperatur exhaust turbin tetap rendah.

4.2 Kondisi Operasi Darurat.

Dalam pengoperasian PLTU, cukup banyak aspek operasi yang dapat dikategorikan
dalam kondisi operasi darurat. Sebagai contoh misalnya pada saat terjadi kerusakan
pada salah satu komponen turbin dimana untuk memperbaikinya turbin harus dimatikan.
Dalam hal ini masalah ada di turbin sedang pada boiler tidak ada masalah apapun.

Contoh lain misalnya terjadi kebocoran pada pipa boiler dimana untuk memperbaikinya
dibutuhkan untuk mematikan boiler. Untuk ini, masalah ada di boiler sementara pada
turbin tidak ada masalah apapun. Pada kedua contoh diatas, pekerjaan perbaikan yang
perlu dilakukan hanya membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama tetapi mengharuskan
unit di stop. Setelah pekerjaan selesai, unit harus segera distart lagi secepatnya.

4.3 Stop Unit Untuk Perbaikan Turbin.

Dalam kondisi ini berarti boiler tidak bermasalah sehingga dalam stop unit, boiler dapat
dijaga agar tetap panas (hot banking). Sementara turbin harus diusahakan cepat dingin
agar pekerjaan perbaikan segera dapat dimulai. Boiler diusahakan untuk tetap panas
dengan maksud untuk meminimumkan waktu dan biaya start manakala unit harus distart
kembali ketika pekerjaan sudah selesai.

Cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut adalah dengan membiarkan
boiler berada pada tekanan dan temperatur kerjanya. Turunkan beban unit melalui katup
governor sehingga terjadi proses throtling. Akibat throtling ini, temperatur turbin akan

Simple Inspiring Performing Phenomenal 32


turun. Setelah unit dimatikan, lakukan pengisolasian terhadap ketel dengan menutup
semua damper laluan udara dan gas, serta tutup semua katup saluran uap dan drain
untuk menjaga agar boiler tetap panas. Selanjutnya, bila memungkinkan, lakukan forced
cooling pada turbin. Forced cooling ini dapat dilakukan dengan menghembuskan udara
ke turbin. Melalui forced cooling, penurunan temperatur turbin akan berlangsung lebih
cepat sehingga dapat mempercepat waktu pekerjaan perbaikan turbin.

Gambar 17. Forced Cooling Turbin.

4.4 Stop Darurat Untuk Perbaikan boiler.

Pada kasus tertentu, unit harus distop karena ada masalah pada boiler sedangkan turbin
dalam kondisi baik. Untuk kasus ini, berarti boiler harus diusahakan agar cepat dingin
sementara turbin sedapat mungkin dijaga tetap panas. Mematikan unit dengan cara ini
pada prinsipnya adalah mengusahakan agar temperatur uap tetap tinggi pada saat
penurunan beban sehingga turbin tidak mengalami pendinginan. Karena itu
penurunan beban dilakukan dengan cara menurunkan tekanan boiler dan tidak
menggunakan governor valve. Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya throtling
bila beban diturunkan dengan governor valve.

Manakala penurunan tekanan boiler sudah tidak lagi dapat diturunkan tanpa
mempengaruhi temperatur uap, maka penurunan tekanan boiler tidak perlu diteruskan.
Mulai saat ini, penurunan beban baru dilakukan dengan menggunakan governor valve.
Karena umumnya beban sudah rendah, maka penurunan beban lebih lanjut dengan
menggunakan governor valve tidak terlalu banyak menurunkan temperatur turbin.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 33


Prosedur yang lainnya sama dengan prosedur untuk normal shut down. Selanjutnya
dapat dilakukan forced cooling pada boiler dengan cara mengalirkan udara kedalam
boiler sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pabrik.

Simple Inspiring Performing Phenomenal 34

Anda mungkin juga menyukai